Perbedaan Kejadian Hipertensi berdasarkan Indeks Massa Tubuh
99
wisata Puncak 2, dimana gaya hidup masyarakat sudah mengikuti gaya hidup perkotaan akibat arus mobilisasi yang deras.
Pada penelitian ini, ditemukan fakta bahwa faktor risiko hipertensi justru banyak dimiliki oleh masyarakat rural, seperti konsumsi makanan
asin, konsumsi makanan berlemak, tidak mengkonsumsi sayur dan buah, dan obesitas. Proporsi konsumsi makanan asin pada masyarakat rural
sebesar 85. Proporsi konsumsi makanan berlemak pada masyarakat rural sebesar 80 . Kurangnya asupan sayur dan buah pada masyarakat rural
mencapai 41,2. Status obesitas pada masyarakat rural sebesar 6,2. Menurut penelitian Aisyiyah 2009, seseorang yang memiliki faktor risiko
hipertensi lebih berisiko mengidap hipertensi. Dengan demikian, adanya perubahan perilaku masyarakat rural yang
mengikuti perilaku masyarakat urban tentunya harus segera ditindaklanjuti. Penelitian ini hanya menggambarkan faktor risiko yang banyak dilakukan
pada masyarakat. Alangkah baiknya jika penelitian selanjutnya dapat melihat faktor risiko apa saja yang berhubungan dengan kejadian hipertensi
pada masyarakat rural dan urban, sehingga penanggulangan hipertensi dapat lebih spesifik.
Penanggulangan hipertensi tentunya harus dilakukan secara sinergis oleh pihak-pihak terkait seperti Dinkes Kabupaten Bogor, Puskesmas
Kecamatan Kemang dan Sukamakmur, dan masyarakat itu sendiri. Dinkes Kabupaten Bogor hendaknya memprioritaskan program penanggulangan
penyakit tidak menular, agar angka kejadian hipertensi dapat ditekan secara optimal. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Pradono 2013, program
100
penanggulangan penyakit tidak menular belum menjadi prioritas utama di tingkat Kabupaten. Hal ini menyebabkan pelayanan medis untuk PTM atau
hipertensi khususnya masih bersifat pasif yaitu hanya memberikan obat pada penderita yang datang berobat, baik kegiatan di dalam maupun diluar
gedung. Puskesmas sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan masyarakat
dapat mengadakan promosi kesehatan yang lebih intensif, dan mudah dimengerti oleh masyarakat. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan
pengetahuan masyarakat akan hipertensi dan faktor risikonya. Penelitian yang dilakukan oleh Pradono 2013 menyatakan bahwa masyarakat
kabupaten bogor memiliki pengetahuan yang kurang tentang faktor risiko hipertensi serta akibat yang ditimbulkannya. Hal ini menyebabkan tingkat
kepedulian untuk melakukan pengobatan dan kontrol tekanan darah menjadi rendah, yang kemudian berkontribusi terhadap angka kejadian hipertensi.
Untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai hipertensi, pemerintah telah mengadakan program CERDIK. CERDIK merupakan
akronim dari cara penanggulangan faktor risiko hipertensi, yakni Cek kesehatan secara rutin, Enyahkan asap rokok, Diet sehat dengan kalori
seimbang, Istirahat cukup, dan Kelola stres. Program ini diharapkan lebih efektif dalam meningkatkan pengetahuan masyarakat karena pesan yang
ingin disampaikan diringkas dalam satu kata yang sering digunakan sehingga lebih mudah diingat.
Faktor risiko yang berbeda pada masyarakat rural dan urban juga hendaknya menjadi pertimbangan bagi puskesmas setempat dalam