Survei Perokok dan Kondisi Kesehatan Perokok Di Wilayah Rural (Desa Cilebut Barat Kabupaten Bogor) dan Urban (Kelurahan Kalibata Kota Jakarta Selatan) Tahun 2015

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)

Disusun Oleh: Nama: Nur Fitri Afiati

NIM: 1111101000043

PEMINATAN EPIDEMIOLOGI

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT (PSKM) FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN (FKIK)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

(3)

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT Epidemiologi

Skripsi, November 2015

Nur Fitri Afiati, NIM: 1111101000043

Survei Perokok dan Kondisi Kesehatan Perokok Di Wilayah Rural (Desa Cilebut Barat Kabupaten Bogor) dan Urban (Kelurahan Kalibata Kota Jakarta Selatan) Tahun 2015

XVI+ 105 halaman, 2 bagan, 24 tabel, 50 lampiran ABSTRAK

Indonesia merupakan negara ketiga di dunia dengan angka prevalensi rokok terbanyak yaitu 4,8%. Survei yang dilakukan oleh Riskesdas menunjukkan bahwa wilayah rural dan urban memiliki proporsi perokok yakni 36,6% dan 32,3% di tahun 2013. Cilebut Barat memiliki jumlah rumah tangga terbanyak yaitu sebanyak 6092 rumah tangga. Sedangkan, Kelurahan Kalibata memiliki jumlah rumah tangga terbanyak yakni sebesar 14329.

Penelitian ini merupakan penelitian epidemiologi deskriptif yang menggunakan desain studi Cross Sectional. Teknik pengambilan sampel yaitu klaster dua tahap dengan jumlah sampel 275 di Desa Cilebut Barat dan 295 di wilayah Kelurahan Kalibata. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui distribusi perokok menurut orang, tempat dan waktu serta kondisi kesehatan yang dialami oleh perokok di Desa Cilebut Barat dan Kelurahan Kalibata.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perokok di daerah Kelurahan Kalibata lebih tinggi dengan jenis kelamin perempuan. Pada wilayah Kelurahan Kalibata pendidikan terakhir adalah SMA (58,11%). Sedangkan, di Desa Cilebut Barat pendidikan terakhir perokok adalah SMP (38,30%). Pekerjaan perokok tertinggi di Kelurahan Kalibata adalah wiraswasta (41,90%) dan Desa Cilebut Barat adalah buruh (36,17%). Pada kedua wilayah perokok menghabiskan 10-14 batang rokok perharinya dengan anggaran rata-rata Rp 13.700 pada Kelurahan Kalibata dan Rp 10.600 pada Desa Cilebut Barat. Rata-rata usia awal merokok di Desa Cilebut Barat yakni 19 tahun dan 17 tahun di Kelurahan Kalibata. Metode berhenti merokok tanpa bantuan adalah metode terbanyak yang digunakan pada kedua wilayah.

Pajanan asap rokok di dalam rumah, di lingkungan kerja dan tempat umum lebih banyak terjadi di Desa Cilebut Barat daripada di wilayah Kelurahan Kalibata. Hampir semua responden mendapat pajanan iklan rokok dari televisi. Sebagian besar perokok pada kedua wilayah memiliki durasi merokok 10-19 tahun. Kondisi kesehatan yang dialami oleh perokok yang paling banyak terjadi yaitu hipertensi baik di Desa Cilebut Barat maupun Kelurahan Kalibata. Peneliti menyarankan agar Puskesmasmelakukan edukasi kepada warga mengenai dampak rokok terutama kepada kalangan pelajar seperti SD, SMP dan SMA.


(4)

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES PUBLIC HEALTH

Epidemiology

Undergraduate Thesis, November 2015 Nur Fitri Afiati, NIM: 1111101000043

Smokers Survey and Smokers Health Conditions In Rural (Desa Cilebut Barat Kabupaten Bogor) and Urban (Kelurahan Kalibata Kota Jakarta Selatan) 2015 XVI+ 105 halaman, 2 bagan, 24 tabel, 50 lampiran

ABSTRACT

Indonesia is the third country in the world with the highest smoking prevalence rate is 4.8%. A survey conducted by Riskesdas showed that urban and rural regions have a proportion of smokers ie 36.6% and 32.3% in 2013. Cilebut West has the highest number of households that as many as 6092 households. Meanwhile, Village Kalibata has the highest number of households which amounted to 14 329.This study was a descriptive epidemiological study using cross sectional study design. A sampling technique that two-stage cluster sample number 275 in the Village area Cilebut West and 295 in the Village Kalibata. This study aims to determine the distribution of smokers by person, place and time as well as health conditions experienced by smokers in the West Village and Village Cilebut Kalibata.

The results showed that smokers in the Village area Kalibata higher with female sex. At the Village Kalibata last education is high school (58.11%). Meanwhile, in the West Village area of education last Cilebut smokers are junior (38.30%). Most of the work in the village Kalibata smokers are self-employed (41.90%) and Cilebut West Village area is labor (36.17%). In both regions smokers spend 10-14 cigarettes per day with an average budget of Rp 13,700 to Rp 10,600 Village Kalibata and at Village West Cilebut. The average age of beginning to smoke in the village of West Cilebut ie 19 years and 17 years in the Village Kalibata. Methods to stop smoking without help is the method most used in both regions.

Exposure to cigarette smoke in the home, in the workplace and public places are more prevalent in the West than in the village Cilebut Kalibata Village area. Almost all respondents got exposure to cigarette advertising on television. Most smokers in the two regions has a duration of 10-19 years smoke. health conditions experienced by smokers most common are hypertension either in the village or the Village West Cilebut Kalibata. Researchers suggest that health centers to educate the citizens about the impact of smoking, especially to the students such as elementary, junior high and high school.


(5)

(6)

(7)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Nur Fitri Afiati TTL : Jakarta, 2 April 1993

Agama : Islam

Golongan Darah : B

No Hp : 085694741563

Alamat : Jalan Kalibata Timur 3 Rt 005/08 no:17 Alamat Email : nurfitriaf02@gmail.com

Pendidikan Formal

1997-1998 : TK/TPA Alkhoiriyah 1998-2004 : SDN Kalibata 04 2004-2007 : SMPN 182 Jakarta 2007-2010 : SMAN 79 Jakarta

2011-sekarang : Peminatan Epidemiologi, Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Prestasi dan Penghargaan

2009-2010 : Peraih Beasiswa DKI Jakarta

2013-2014 : Peserta Olimpiade Biologi tingkat Jakarta Selatan Pengalaman Kerja

2013 : Wakil Ketua Pengalaman Belajar Lapangan 1 dan 2 di Rw 11 Kelurahan Pamulang Kota Tangerang Selatan, Banten

2014 : Magang di Kantor Kesehatan Pelabuhan Soekarno Hatta 2015 : Magang di Puskesmas Kecamatan Pancoran

2015 : Tenaga enumerator survei Kebutuhan Nyata Air Bersih PKKLI FKM UI

Pengalaman Organisasi

2010 : Bendahara Departemen Hayati Mabit Nurul Fikri

2011 : Staff Pengembangan Ekonomi Komda FKIK UIN Jakarta 2011-2012 Anggota aktif Pergerakan Anggota Muda IAKMI DKI

Jakarta

2012-2013 : Menteri Pengembangan Ekonomi Pergerakan Anggota Muda IAKMI DKI Jakarta

staff pengembangan ekonomi Epidemiology Student Association

2013-2014 : Staff Kementerian Keilmuan dan Profesi Pergerakan Anggota Muda IAKMI Nasional


(8)

Kata Pengantar

Assalamu‘alaikum wr. wb

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas nikmat dan karunianya sehingga penulis bisa menyelesaikan proposal skripsi ini. Sholawat dan salam tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, kepada keluarganya, para sahabatnya hingga kepada kaum muslimin.

Alhamdulillah skripsi yang berjudul ―Survei Perokok dan Kondisi Kesehatan yang Dialami Perokok di Wilayah Rural (Desa Cilebut Barat Kabupaten Bogor) dan Urban (Kelurahan Kalibata Kota Jakarta Selatan) Tahun 2015‖ telah selesai sebagai sarat untuk memperoleh gelar sarjana.Ucapan terima kasih tak lupa penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan skripsi ini. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. H. Arif Sumantri selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UINSyarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Fajar Ariyanti Ph. D selaku Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Minsarnawati, SKM, M.Kes selaku pembimbing. Terima kasih atas bimbingannya, saran, semangat dan doa nya. Terima kasih juga atas ilmu yang telah ibu berikan kepada saya dan tantangan selama proses pembelajaran yang membuat saya semakin kuat jika menghadapi dunia kerja.

4. Bapak dr. Yuli Prapanca Satar. MARS selaku pembimbing. Terima kasih atas bimbingan, saran dan kebaikan yang telah bapak berikan kepada saya.

5. Ibu Raihana Nadra Alkaff, SKM. M.MA selaku pembimbing. Terima kasih banyak bu bimbingan dan arahan dari ibu dalam penelitian ini.


(9)

6. Ibu Yuli Amran, MKM selaku pembimbing akademiknya. Terima kasih bu atas waktu dan perhatian yang telah ibu berikan kepada saya. 7. Ibu Hoirun Nisa, P.hD selaku Dosen Epidemiologi. Terima kasih bu,

atas ilmu yang telah ibu berikan.

8. Umi, Ayah, kakak dan abang serta keponakan tersayang yang telah memberikan cinta dan kasih sayang serta semangatnya kepada penulis. Terutama kepada umi dan ayah yang selalu memberikan kasih sayang dan perhatian kepada penulis baik dalam hal moril maupun materil. 9. Pihak yang terkait di Kelurahan Kalibata Kota Administratif Jakarta

Selatan dan Desa Cilebut Barat Kabupaten Bogor yang telah mengijinkan penulis untuk melakukan penelitian di daerahnya.

10.Ibu Lurah Desa Cilebut Barat Kabupaten Bogor, kader desa Cilebut Barat Kabupaten Bogor, Ketua RT baik di Kelurahan Kalibata Kota Administratif Jakarta Selatan maupun di Desa Cilebut Barat Kabupaten Bogor yang telah memudahkan proses perizinan untuk melakukan penelitian dan bantuan selama penelitian berlangsung. 11.Sahabat ‗Geng Rempong‘ Wulan, Pewe, Nadra, Safira, Mbak Lia dan

Falah terima kasih atas motivasi dan bantuannya dalam hal pengumpulan data untuk bisa menyelesaikan skripsi ini. Terutama kepada Wulan yang telah memberikan kritik kepada penulis dalam hal penulisan skripsi.

12.Athiya, Ismi, Afifah, Wina dan Maya yang telah membantu penulis dalam mengumpulkan data. Terutama kepada Athiya yang selalu menemani penulis dalam melakukan pengumpulan data.

13.Teman-teman Epid 2011, terutama kepada Iis, Putri, Linadan Kemal yang telah memberikan pendapat dan dukungannya dalam memperbaiki skripsi ini kearah yang lebih baik terutama dalam soal konten.

14.Sahabat-sahabat tersayang Puduf (Putri, Umi, Dian dan Fatimah) yang memberikan motivasi kepada penulis.


(10)

15.Saudara penulis, Bi Yana, Bi Yati dan mang Topik yang telah membantu peneliti selama penelitian berlangsung terutama masalah perizinan.

16.Zahra, Rara, Shela dan Fitra teman seperjuangan di Mabit NF yang sampai sekarang menjadi teman dekat penulis.

17.Kevin, seseosok teman misterius yang selalu mendukung penulis untuk menyelesaikan studi.

18.Teman-teman dan kakak-kakak PAMI Nasional yang telah membantu penulis dalam memberikan saran dan dukungan serta teman-teman PAMI Nasional lainnya.

19.Pihak lain yang telah membantu penulis terkait penulisan proposal. Penulis menyadari bahwa laporan skripsi ini masih sangat jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi penyempurnaan laporan skripsi. Semoga laporan skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Wassalamu‘alaikum wr.wb

Ciputat, 2015 Penulis


(11)

Daftar Isi

Abstrak...i

Pernyataan persetujuan...iii

Daftar Riwayat Hidup...iv

Kata Pengantar ... vii

Daftar Isi... x

Daftar Bagan ... xiii

Daftar Tabel ... xiv

Daftar Lampiran ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined. A. Latar Belakang ...Error! Bookmark not defined. B. Rumusan Masalah ...Error! Bookmark not defined. C. Pertanyaan Penelitian ...Error! Bookmark not defined. D. Tujuan ...Error! Bookmark not defined. 1. Tujuan Umum ...Error! Bookmark not defined. 2. Tujuan Khusus ...Error! Bookmark not defined. E. Manfaat ...Error! Bookmark not defined. 1. Bagi Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) ...Error! Bookmark not defined. 2. Bagi Prodi Kesehatan Masyarakat ...Error! Bookmark not defined. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya ...Error! Bookmark not defined. F. Ruang Lingkup Penelitian ...Error! Bookmark not defined.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined. A. Rokok ...Error! Bookmark not defined. 1. Definisi Rokok ...Error! Bookmark not defined. 3. Dampak Rokok ...Error! Bookmark not defined. 4. Tipe-tipe Perokok ...Error! Bookmark not defined. B. Epidemiologi Deskriptif ...Error! Bookmark not defined.


(12)

1. Orang...Error! Bookmark not defined. 2. Tempat ...Error! Bookmark not defined. 3. Waktu ...Error! Bookmark not defined. C. Rural dan Urban ...Error! Bookmark not defined. D. Rokok Menurut Islam ...Error! Bookmark not defined. E. Kerangka Teori ...Error! Bookmark not defined.

BAB III Kerangka Konsep dan Definisi Operasional ... Error! Bookmark not defined.

A. Kerangka Konsep ...Error! Bookmark not defined. B. Definisi Operasional ...Error! Bookmark not defined.

BAB IV METODE PENELITIAN ... Error! Bookmark not defined. A. Desain Penelitian ...Error! Bookmark not defined. B. Lokasi dan Waktu Penelitian ...Error! Bookmark not defined. C. Populasi dan Sampel Penelitian ...Error! Bookmark not defined. 1. Populasi ...Error! Bookmark not defined. 2. Sampel...Error! Bookmark not defined. D.Pengumpulan Data ...Error! Bookmark not defined. 1. Sumber Data ...Error! Bookmark not defined. 2. Cara Pengumpulan Data...Error! Bookmark not defined. 3. Instrumen Penelitian ...Error! Bookmark not defined. F. Pengolahan Data ...Error! Bookmark not defined. G. Analisa Data ...Error! Bookmark not defined.

BAB V HASIL PENELITIAN ... Error! Bookmark not defined. A. Gambaran Wilayah Penelitian ...Error! Bookmark not defined. 1. Desa Cilebut Barat Kabupaten Bogor ...Error! Bookmark not defined. B. Distribusi Perokok di Wilayah Rural dan Urban Tahun 2015Error! Bookmark not

defined.

C. Distribusi Perokok Menurut Karakteristik Orang di Wilayah Rural dan Urban Tahun 2015 ...Error! Bookmark not defined.


(13)

D. Distribusi Perokok Menurut Karakteristik Tempat di Wilayah Rural dan Urban Tahun 2015 ...Error! Bookmark not defined. E. Distribusi Perokok Menurut Karakteristik Waktu di Wilayah Rural dan Urban

Tahun 2015 ...Error! Bookmark not defined. F. Distribusi ...Error! Bookmark not defined.

BAB VI PEMBAHASAN ... Error! Bookmark not defined. A. Keterbatasan Penelitian ...Error! Bookmark not defined. B. Perokok di Wilayah Rural dan Urban Tahun 2015 ...Error! Bookmark not defined. C. Perokok Menurut Orang di Wilayah Rural dan Urban Tahun 2015 ... Error!

Bookmark not defined.

1. Umur ...Error! Bookmark not defined. 2. Jenis Kelamin ...Error! Bookmark not defined. 3. Pendidikan ...Error! Bookmark not defined. 4. Pekerjaan ...Error! Bookmark not defined. 5. Jumlah Rokok ...Error! Bookmark not defined. 6. Metode Berhenti Merokok ...Error! Bookmark not defined. 7. Anggaran Pembelian Rokok ...Error! Bookmark not defined. D. Perokok Menurut Tempat di Wilayah Rural dan Urban Tahun 2015 ... Error!

Bookmark not defined.

1. Pajanan Asap Rokok ...Error! Bookmark not defined. 2. Pajanan Iklan Rokok ...Error! Bookmark not defined. E. Perokok Menurut Waktu di Wilayah Rural dan Urban Tahun 2015 ... Error!

Bookmark not defined.

1. Durasi Merokok ...Error! Bookmark not defined. F. Kondisi Kesehatan yang Dialami Perokok di Wilayah Rural dan Urban Tahun

2015 ...Error! Bookmark not defined.

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ... Error! Bookmark not defined. A. Simpulan ...Error! Bookmark not defined. B. Saran ...Error! Bookmark not defined.


(14)

Daftar Bagan

Nomor Bagan Halaman

2.1 Kerangka Teori 36


(15)

Daftar Tabel

Nomor Tabel Halaman

5.1 Karakteristik Responden di Wilayah Rural dan Urban Tahun 2015

51 5.2 Distribusi Perokok Saat Ini di di Wilayah Rural dan Urban

Tahun 2015

52 5.3 Distribusi Perokok Saat Ini dan Dahulu di di Wilayah Rural

dan Urban Tahun 2015

52 5.4 Distribusi Perokok Menurut Karakteristik Orang (Jenis

Kelamin, Usia, Pendidikan dan Pekerjaan) di Wilayah Rural dan Urban Tahun 2015

54

5.5 Distribusi Perokok Menurut Karakteristik Orang (Metode Berhenti Merokok) di Wilayah Rural dan Urban Tahun 2015

56

5.6 Distribusi Perokok Menurut Karakteristik Orang (Anggaran Pembelian Rokok) di Wilayah Rural dan Urban Tahun 2015

56

5.7 Distribusi Perokok Menurut Karakteristik Orang (Age Initiation) di Wilayah Rural dan Urban Tahun 2015

57 5.8 Distribusi Perokok Menurut Karakteristik Tempat (Pajanan

Asap Rokok di Dalam Rumah dan Tempat Kerja) di Wilayah Rural dan Urban Tahun 2015

57

5.9 Distribusi Perokok Menurut Karakteristik Tempat (Pajanan Asap Rokok di Tempat Umum) di Wilayah Rural dan Urban Tahun 2015

58

5.10 Distribusi Perokok Menurut Karakteristik Tempat (Pajanan Iklan Rokok) di Wilayah Rural dan Urban Tahun 2015

59 5.11 Distribusi Perokok Menurut Karakteristik Waktu di

Wilayah Rural dan Urban Tahun 2015

60 5.12 Distribusi kondisi kesehatan yang dialami oleh perokok

di Wilayah Rural dan Urban Tahun 2015


(16)

Daftar Lampiran

No Keterangan

1 Kuesioner

2 Kerangka Sampel 3 Hasil Uji Validitas 4 Hasil Analisis Data


(17)

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang

Secara global kematian akibat rokok mencapai 6 juta orang tiap tahunnya. Angka ini bisa bertambah mencapai 7 juta orang pada tahun 2020 (Action on Smoking and Health, 2014). Tobacco Atlas (2012) menunjukkan bahwa sekitar 2 per 3 perokok di dunia tinggal di sepuluh negara salah satunya adalah Indonesia. Selain Indonesia menjadi salah satu dari sepuluh negara yang memiliki jumlah perokok terbanyak, Indonesia juga satu-satunya negara yang berada di Asia Tenggara yang belum menandatangani Framework Convention on Tobacco Control (FCTC), padahal dengan menandatangani FCTC Indonesia akan terhindar dari beberapa kerugian seperti Indonesia tidak menjadi negara tujuan pemasaran industri rokok multi nasional, konsumsi rokok pada anak dan wanita akan berkurang serta Indonesia memiliki kesempatan untuk mengikuti negosiasi penerapan panduan FCTC (Kementerian Kesehatan, 2013a).

Indonesia merupakan negara ketiga di dunia dengan angka prevalensi perokok terbanyak setelah Cina dan India yaitu sebesar 4,8% (WHO, 2008 dalam Tobacco Control Support Center, 2012). Pada tahun 2009, Indonesia menempati peringkat keempat dengan jumlah perokok terbanyak di dunia yakni sebesar 260.800 (Tobacco Atlas, 2009 dalam Tobacco Control


(18)

Support Center, 2012). Pada tahun 2013 proporsi perokok di Indonesia adalah 29,3% (Riskesdas, 2013).

Perokok di Indonesia berasal dari berbagai kelompok umur dan jenis kelamin. Berdasarkan kelompok umur, persentase perokok paling tinggi berada pada usia produktif (15-64 tahun). Data dari Riskesdas pada tahun 2010 menunjukkan bahwa sebanyak 37% perokok berusia 35-44 tahun. Global Adult Tobacco Survey (GATS) tahun 2011 menunjukan bahwa sebanyak 73,3% perokok berada pada usia 25-44 tahun. Sementara itu, Riskesdas tahun 2013 memperlihatkan bahwa sebanyak 33,4% perokok berusia 30-34 tahun. Data yang diolah Tobacco Control Support Center (2012) menemukan bahwa usia awal perokok mengonsumsi rokok terbanyak yakni usia ≥15 tahun sebesar 50,7% di tahun 2007 dan 43,3% di tahun 2010. Berdasarkan jenis kelamin, prevalensi perokok pada laki-laki meningkat dari tahun ketahun. Pada tahun 2007 prevalensi perokok laki-laki sebesar 65,6% kemudian tahun 2010 naik menjadi 65,8% dan pada tahun 2013 menjadi 66% (Riskesdas, 2013).

Berdasarkan karakteristik wilayah tempat tinggal, prevalensi perokok dari tahun ke tahun semakin meningkat. Pada wilayah rural atau pedesaan prevalensi perokok tahun 2007 yaitu 36,6% dan meningkat pada tahun 2010 sebesar 37,4%. Sedangkan, pada wilayah urban atau perkotaan prevalensi perokok sebesar 31,2% di tahun 2007 dan 32,3% di tahun 2010 (Tobacco Control Support Center, 2012). Dari data tersebut juga menunjukkan bahwa perokok di wilayah rural lebih banyak dibandingkan dengan perokok di


(19)

wilayah urban. Data GATS (2011) juga menunjukkan hasil yang sama yakni 72,5% prevalensi perokok di wilayah rural dan 61,6% prevalensi perokok di wilayah urban.

Penelitian yang telah dilakukkan oleh Hodge (1996) menunjukkan bahwa perokok di wilayah urban lebih banyak dibandingkan dengan perokok di wilayah rural. Penelitian Duelberg (1992) menunjukkan hasil yang sama yaitu perokok di wilayah urban lebih tinggi dibandingkan dengan wilayah rural. Sedangkan, penelitian yang dilakukkan oleh Sarvela menunjukkan hasil yang berbeda. Penelitian Sarvela (1997) menunjukkan bahwa perokok rural lebih besar dibandingkan perokok dengan urban.

Data BPS tahun 2010 menunjukkan bahwa Jawa Barat merupakan salah satu provinsi yang memiliki wilayah pedesaan terbanyak yakni sebanyak 3221 desa. Sedangkan, DKI Jakarta merupakan provinsi yang seluruh wilayahnya merupakan wilayah perkotaan yakni sebanyak 267 kota. Provinsi Jawa Barat memiliki proporsi perokok 27,1 % untuk perokok saat ini dan 5,6% untuk perokok kadang-kadang (Riskesdas, 2013). Bogor merupakan salah satu wilayah kabupaten yang memiliki proporsi 28,6% dan perokok kadang-kadang 5,9% (Riskesdas Jawa Barat, 2013). Sedangkan, Provinsi DKI Jakarta memiliki proporsi merokok terbanyak dengan proporsi perokok sehari-hari 23,2% dan proporsi perokok kadang-kadang 6% (Riskesdas, 2013).

Jakarta Selatan merupakan salah satu wilayah di DKI Jakarta yang memiliki proporsi perokok setiap hari terbanyak ketiga yakni 23,7%


(20)

perokok setiap hari dan 4,6% perokok kadang-kadang. Selain itu, Jakarta Selatan merupakan salah satu wilayah di DKI Jakarta yang memiliki jumlah perokok dengan usia <15 tahun terbanyak yakni 13,3% (Riskesdas Jakarta, 2013).

Masalah rokok harus segera ditangani karena rokok dapat menimbulkan gangguan pada sistem kardiovaskular, sistem pernafasan dan juga sistem reproduksi. Data yang berasal dari Surgeon General (2014) menunjukkan bahwa sebesar 235 dari 100.000 penduduk meninggal dengan gangguan sistem kardiovaskular yang diakibatkan oleh rokok. Berdasarkan hasil studi yang telah dilakukan oleh Shinton dan Beevers (1989) dalam CDC (2010) menunjukkan bahwa orang yang merokok berisiko terkena stroke. Hasil studi yang sama juga ditemukan oleh Framingham Heart Study yang menunjukkan bahwa risiko stroke meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah konsumsi rokok (Wolf, 1988).

Selain itu, rokok dapat menyebabkan gangguan pada sitem pernafasan diantaranya kanker paru, PPOK dan juga asma. Surgeon general (2014) menyebutkan kematian akibat kanker paru yakni sebanyak 90% pria dan 80% wanita yang disebabkan oleh rokok. National Review of Astma Death (2012) dalam Action on Smoking and Health (2015b) menunjukkan bahwa 28% kematian penderita asma disebabkan oleh rokok. Sedangkan, PPOK sekitar 80% dari kematian akibat PPOK disebabkan oleh rokok (Surgeon General, 2014).


(21)

Dampak pada sistem reproduksi yakni sekitar 10-20% kehamilan berakhir dengan keguguran dan 10% pasangan yang ingin memiliki anak memiliki tingkat kesuburan yang kurang (CDC, 2010). Data yang berasal dari Pregnancy Risk Assessment and Monitoring System (PRAMS) tahun 2011 menemukan bahwa 10% wanita dengan usia kehamilan 3 bulan merokok selama kehamilan (CDC, 2014a).

Kecamatan Pancoran merupakan salah satu kecamatan di wilayah Jakarta Selatan. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan Dara Puspita Dewi (2010) menemukan bahwa Kecamatan Pancoran memiliki presentase satu orang perokok di rumah tangga yaitu sebanyak 72,9%. Kelurahan Kalibata merupakan salah satu kelurahan di Kecamatan Pancoran yang memiliki jumlah rumah tangga terbanyak yakni sebesar 14329 (BPS, 2010). Sedangkan, Desa Cilebut Barat merupakan salah satu Desa di Kabupaten Bogor. Penelitian yang dilakukan oleh Yusnabeti (2009) menemukan bahwa presentase perokok di Desa Cilebut Barat yakni sebesar 89,8%. Desa Cilebut Barat juga memiliki memiliki jumlah rumah tangga terbanyak yaitu sebanyak 6092 rumah tangga.

Berdasarkan penjabaran masalah dan juga dampak yang terjadi pada perokok, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai proporsi dan distribusi perokok menurut orang, tempat dan waktu serta kondisi kesehatan yang dialami perokok di Desa Cilebut Barat Kabupaten Bogor dan Kelurahan Kalibata Kota Administratif Jakarta Selatan karena


(22)

selain masalah yang telah dipaparkan sebelumnya juga belum ada penelitian terkait mengenai hal ini.

B. Rumusan Masalah

Rokok dapat menimbulkan efek bagi kesehatan diantaranya gangguan pada sistem kardiovaskular, sistem pernafasan dan juga sistem reproduksi. Tidak hanya penyakit saja yang ditimbulkan melainkan juga kematian. Di dunia, kematian akibat rokok mencapai 6 juta orang tiap tahunnya. Angka ini bisa bertambah mencapai 7 juta orang pada tahun 2020.

Survei yang dilakukan oleh Riskesdas (2013) menunjukkan bahwa wilayah rural memiliki proporsi yang lebih tinggi dibandingkan dengan wilayah urban yakni 36,6% wilayah rural dan 32,3% di wilayah urban. Adanya fasilitas yang memadai di wilayah urban ini memungkinkan terjadinya migrasi penduduk dari wilayah rural ke wilayah urban. Swastika (2014) menyebutkan bahwa proporsi penduduk di rural menurun sebesar 1,42% dalam satu tahun. Sedangkan, penduduk di urban meningkat sebesar 3,14% dalam satu tahun. Hal ini memungkinkan meningkatnya jumlah perokok di wilayah urban.

Desa Cilebut Barat Kabupaten Bogor merupakan salah satu wilayah rural. Diantara desa lainnya, Desa Cilebut Barat memiliki jumlah rumah tangga terbanyak yaitu sebanyak 6092 rumah tangga. Sedangkan, Kelurahan Kalibata Kota Administratif Jakarta Selatan merupakan salah satu wilayah urban. Kelurahan Kalibata memiliki jumlah rumah tangga terbanyak yakni sebesar 14329 (BPS, 2010).


(23)

Oleh karena itu, maka peneliti tertarik melakukan penelitian mengenai proporsi dan distribusi perokok menurut orang, tempat dan waktu serta kondisi kesehatan yang dialami perokok di Desa Cilebut Barat Kabupaten Bogor dan Kelurahan Kalibata Kota Administratif Jakarta Selatan karena selain masalah yang telah dipaparkan sebelumnya juga belum ada penelitian terkait mengenai hal ini di Kelurahan Kalibata Kota Administratif Jakarta Selatan dan Desa Cilebut Barat Kabupaten Bogor.

C. Pertanyaan Penelitian

Adapun pertanyaan penelitian yaitu:

1. Bagaimana proporsi perokok di wilayah rural dan urban tahun 2015? 2. Bagaimana distribusi perokok di wilayah rural dan urban tahun 2015? 3. Bagaimana distribusi perokok menurut orang (jenis kelamin, umur,

pendidikan, pekerjaan, jumlah rokok, metode berhenti merokok, anggaran pembelian rokok dan age initiation) di wilayah rural dan urban tahun 2015?

4. Bagaimana distribusi perokok menurut tempat (pajanan asap rokok dan pajanan iklan rokok) di wilayah rural dan urban tahun 2015?

5. Bagaimana distribusi perokok menurut waktu (durasi merokok) di wilayah rural dan urban tahun 2015?

6. Bagaimana distribusi kondisi kesehatan yang dialami perokok (hipertensi, penyakit jantung koroner, stroke, asma, PPOK, komplikasi kehamilan) di wilayah rural dan urban tahun 2015?


(24)

D. Tujuan

Adapun tujuan penelitian ini terbagi menjadi dua yakni tujuan umum dan tujuan khusus. Berikut adalah penjelasan dari masing-masing tujuan:

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk melihat proporsi dan distribusi perokok menurut orang, tempat dan waktu serta kondisi kesehatan yang dialami oleh perokok di wilayah rural dan urban tahun 2015.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya proporsi perokok di wilayah rural dan urban tahun 2015.

b. Diketahuinya distribusi perokok di wilayah rural dan urban tahun 2015.

c. Diketahuinya distribusi perokok menurut orang (jenis kelamin, umur, pendidikan, pekerjaan, jumlah rokok, metode berhenti merokok, anggaran pembelian rokok dan age initiation) di wilayah rural dan urban tahun 2015.

d. Diketahuinya distribusi perokok menurut tempat (pajanan asap rokok dan pajanan iklan rokok) di wilayah rural dan urban tahun 2015.

e. Diketahuinya distribusi perokok menurut waktu (durasi merokok) di wilayah rural dan urban tahun 2015.


(25)

f. Diketahuinya distribusi kondisi kesehatan yang dialami perokok (hipertensi, penyakit jantung koroner, stroke, asma, PPOK, dan komplikasi kehamilan) di wilayah rural dan urban tahun 2015. E. Manfaat

1. Bagi Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas)

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan dan saran kepada Puskesmas di wilayah tempat penelitian berlangsung, Kelurahan Kalibata dan Desa Cilebut Barat, dalam menurunkan jumlah perokok di wilayah kerjanya.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini diharapkan bisa memberi masukan dan informasi kepada peneliti selanjutnya untuk bisa melakukan penelitian yang berkaitan dengan menggunakan pendekatan mix methode untuk melihat proporsi serta pola pemikiran atau persepsi masyarakat di wilayah rural dan urban.

F. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian epidemiologi deskriptif dengan desain studi Cross Sectional. Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui proporsi dan distribusi perokok menurut orang (jenis kelamin, umur, pendidikan, pekerjaan, jumlah rokok, metode berhenti merokok, anggaran pembelian rokok dan age initiation), tempat (pajanan asap rokok dan pajanan iklan rokok) dan waktu (durasi merokok) serta


(26)

kondisi kesehatan yang dialami perokok (hipertensi, penyakit jantung koroner, stroke, asma, PPOK, dan komplikasi kehamilan).

Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus-Oktober 2015 di Desa Cilebut Barat Kabupaten Bogor dan Kelurahan Kalibata Kota Administratif Jakarta Selatan oleh mahasiswi Peminatan Epidemiologi UIN Jakarta. Penelitian ini menggunakan desain studi Cross Sectional dengan analisis deskriptif dari variabel penyerta yang menggunakan data primer. Instrumen penelitian ini adalah kuesioner. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 575 responden.


(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Rokok

1. Definisi Rokok

Rokok menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2015) adalah gulungan tembakau kira-kira sebesar kelingking yang dibungkus daun nipah atau kertas. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 109 tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan yang Mengandung Zat Adiktif berupa Produk Tembakau mendefinisikan rokok adalah salah satu produk tembakau yang dibakar, dihisap, dan dihirup asapnya termasuk rokok kretek, rokok putih, cerutu, atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana rustica, Nicotiana tabacum, dan spesies lainnya.

2. Kandungan Rokok

Rokok mengandung 4000 jenis zat kimia diantaranya adalah karbon monoksida (CO), Nikotin dan Tar (Surgon General, 2014). Berikut adalah penjelasan bahan-bahan rokok:

a. Tar

Tar adalah salah satu bahan kimia yang terdapat didalam rokok. Dalam bentuk kondesat tar merupakan zat yang lengket berwarna cokelat yang dapat menyebabkan gigi kuning pada perokok (ASH Fact Sheet, 2014). Kandungan tar pada setiap jenis


(28)

rokok berbeda tergantung pada klasifikasi rokok. Klasifikasi rokokdibagi menjadi tiga yakni rendah (<22 mg/ batang rokok), medium (22-28 mg/ batang rokok), dan tinggi (≥29 mg/ batang rokok) (Kaufman. Et al, 1989). Semakin tinggi tingkatan rokok maka semakin banyak kandungan zat kimia yang ada didalamnya. b. Karbon Monoksida

Karbon monoksida (CO) merupakan gas beracun yang terdapat dalam knalpot baik itu motor dan mobil serta terdapat dalam rokok (Action on Smoking and Health, 2014). Karbon monoksida merupakan gas yang lebih mudah terikat dengan hemoglobin di bandingkan dengan oksigen (Fauzani, 2005). Dalam hal ini perokok aktif mengalami keracunan dikarenakan terjadinya persaingan antara oksigen dengan karbon monoksida untuk dapat melekat pada hemoglobin (Husaini, 2006). Adanya persaingan ini dapat menimbulkan gangguan pernafasan dan gangguan kardiovaskular (Action on Smoking and Health, 2014).

c. Nikotin

Nikotin merupakan salah satu zat kimia yang terdapat didalam rokok. Nikotin dapat diserap tubuh dalam waktu 10-19 detik. Nikotin menyebabkan seseorang perokok merasa kecanduan. Hal ini terjadi dikarenakan nikotin dapat merangsang sistem saraf pusat. Selain merangsang sistem saraf pusat nikotin dapat


(29)

meningkatkan detak jantung dan tekanan darah. (Action on Smoking and Health, 2014)

Akibat nikotin ini banyak remaja yang menjadi perokok. Setiap harinya terdapat 400 remaja merokok untuk pertama kalinya. Selain itu, setiap hari terdapat 1000 perokok remaja yang menjadi perokok harian (Surgeon General, 2014).

3. Dampak Rokok

Rokok dapat menyebabkan masalah kesehatan seperti gangguan pada sistem kardiovaskular, gangguan pernafasan, gangguan pencernaan dan gangguan reproduksi. Berikut adalah penjelasannya: a. Gangguan Kardiovaskular

Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab utama kematian di Australia yakni sebanyak 43.603 kematian pada tahun 2013 (Heart Foundation, 2014). Di Amerika, sekitar 610.000 orang menderita penyakit jantung dimana 1 dari 4 penderita meninggal akibat penyakit jantung (CDC, 2013). Sedangkan, di Indonesia menurut data Kementerian Kesehatan RI (2013) menunjukkan bahwa sebanyak 883.447 orang didiagnosis menderita penyakit kardiovaskular.

Rokok merupakan salah satu penyebab dari penyakit kardiovaskular. Di Australia rokok menjadi salah satu penyebab kardiovaskular. Heart Foundation(2014) menunjukkan bahwa sebanyak 2,7 juta penduduk Australia merokok dengan jumlah


(30)

perokok tiap hari sebesar 300.000 orang. Berikut akan dijelaskan penyakit kardiovaskular yang salah satu penyebabnya adalah rokok:

1. Hipertensi

Hipertensi merupakan keadaan dimana tekanan darah menjadi tinggi yakni sistol ≥ 140 mmHg dan diastol ≥ 90 mmHg. Di Australia sebesar 4,6 juta penduduk memiliki tekanan darah tinggi pada tahun 2011-2012 (Heart Foundation, 2014). Sedangkan, Di Indonesia prevalensi hipertensi yakni sebesar 25,8% di tahun 2013 (Riskesdas, 2013).

Jika seseorang merokok, kandungan rokok seperti nikotin dapat meningkatkan tekanan darah. Hal ini dikarenakan nikotin merangsang pelepasan epinefrin dan norepinefrin dari medula adrenal dan ujung saraf terminal yang mengakibatkan peningkatan denyut jantung dan kontraktilitas lebih besar melalui stimulasi reseptor β1 miokard. Resistensi pembuluh darah perifer meningkat melalui α-reseptor yang akhirnya dapat meningkatkan tekanan darah (CDC, 2010).

2. Jantung Koroner

Data yang berasal dari Surgeon General menunjukkan bahwa 71,7% laki-laki dan 80,8% wanita yang meninggal akibat jantung koroner disebabkan oleh rokok. 1 dari 10 kematian di


(31)

dunia disebabkan oleh jantung koroner karena rokok (Ezzati, 2005).

Penelitian yang dilakukan oleh Walter (1987) menunjukkan bahwa perokok yang mengonsumsi 1-4 rokok perbatang memiliki risiko terkena jantung koroner sebanyak dua kali dibanding non perokok. Hasil yang sama juga ditemukan oleh David (1999). Dalam penelitian David perokok yang mengonsumsi rokok 1-9 batang memiliki risiko terkena jantung koroner sebesar 2 kali lipat dibanding non-perokok.

Dalam hal ini bahan kimia yang terkandung dalam rokok dapat mempengaruhi proses pemecahan kolestrol dalam tubuh. Lemak yang memiliki densitas yang rendah akan menempel pada permukaan dinding pembuluh darah. Penempelan lemak pada dinding pembuluh darah ini akan menumpuk seiring berjalannya waktu dan menyebabkan penyempitan (Aterosklerosis). Aterosklerosis ini dapat menyebabkan jantung koroner. Hal ini dikarenakan terjadinya gangguan pada suplay darah ke jantung akibat penyumbatan dalam darah sehingga terjadinya nyeri dada (angina) (CDC, 2010).

3. Stroke

Hasil meta-analisis dari 32 studi yang telah dilakukan oleh Shinton dan Beevers (1989) dalam CDC (2010) menunjukkan bahwa orang yang merokok berisiko stroke sebesar 1,5 kali


(32)

dibanding dengan orang yang tidak merokok. Studi lain yang dilakukan oleh Framingham Heart Study dengan menggunakan disain studi cohort menunjukkan bahwa risiko stroke meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah konsumsi rokok (Wolf, 1988).

Rokok yang mengandung banyak bahan berbahaya dalam tubuh termasuk didalamnya karbon monoksida, formaldehid dan hidrogen sianida masuk melalui pernafasan dan ditransfer kedalam aliran darah. Bahan kimia yang terdapat didalam rokok akan meningkatkan kadar kolestrol jahat dan menurunkan kadar kolestrol baik. Hal ini dapat mengakibatkan penumpukan di dalam tubuh sehingga terjadi aterosklerosis. Terjadinya aterosklerosis seperti yang telah disebutkan diatas dapat menyebabkan berkurangnya suplai darah ke otak sehingga aliran darah ke otak terganggu. Hal ini mengakibatkan rusaknya sel-sel otak sehingga terjadinya stroke (Stroke Association, 2012). b. Gangguan Pernafasan

Merokok dapat menyebabkan gangguan pada pernafasan. Hal ini dikarenakan asap yang masuk kedalam pernafasan masuk kedalam saluran pernafasan kemudian diserap dan disimpan dalam alveolus. Semakin seringnya perokok mengonsumsi rokok maka semakin berisiko memiliki gangguan pernafasan yang berbahaya.


(33)

Hal ini dikarenakan dosis yang berbahaya tersebut akan mengendap dan menyebabkan terjadinya cedera paru-paru (CDC, 2010).

Penyakit pada saluran pernafasan ini merupakan salah satu penyakit yang menjadi perhatian masyarakat dunia. Salah satu penyakit salurah pernafasan, PPOK, menginfeksi sekitar 200 juta orang di dunia (Action on Smoking and Health, 2015a). Survei yang dilakukan di Australia tahun 2004-2005 menunjukkan bahwa sekitar 15% kematian akibat infeksi saluran pernafasan disebabkan oleh rokok (Tobacco in Australia, 2015). Berikut akan dijelaskan penyakit gangguan pernafasan yang salah satu penyebabnya adalah rokok:

1. Asma

Asma merupakan suatu kondisi dimana terhambatnya pernafasan seseorang yang ditandai dengan adanya bunyi pada pernafasan atau mengi, sesak nafas, sesak dada dan batuk dari waktu ke waktu (Acton on Smoking and Health a, 2015). Ada beberapa pemicu atau faktor risiko asma. Salah satunya adalah rokok.

Data CDC menunjukkan bahwa 21% orang di Amerika yang menderita asma merupakan perokok. National Review of Astma Death (2012) dalam Acton on Smoking and Health (2015b) menunjukkan bahwa 28% kematian penderita asma disebabkan oleh rokok. Studi yang dilakukan di daerah


(34)

Finlandia tahun 1997 menunjukkan bahwa pajanan asap rokok di tempat kerja berisiko menderita penyakit asma sebesar 2 kali daripada yang tidak terpapar dan pajanan rokok di rumah berisiko menderita penyakit asma sebesar 5 kali dibandingkan yang tidak terpapar (Jaakkola, 1997). Salah satu penelitian tahun 2006 menemukan bahwa dibanding dengan non-perokok dengan asma, perokok dengan asma memiliki jumlah yang lebih tinggi yang menunjukkan gejala PPOK (Boulet, 2006).

2. Penyakit Paru Obsetrik Kronik (PPOK)

PPOK merupakan penyakit paru yang bersifat kronis yang ditandai dengan hambatan aliran udara baik itu bersifat progresif nonreversibel maupun propresif yang reversibel. PPOK ini terdiri dari emfisema dan bronkitis kronik (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2003).

PPOK merupakan penyebab nomor 3 kematian di Amerika Serikat (National Heart, Lung and Blood Institute, 2013). Di Inggris sekitar 900.000 orang telah terdiagnosis menderita PPOK (Action on Smoking and Health, 2015a). Merokok merupakan salah satu faktor risiko munculnya penyakit paru obsetrik kronik (PPOK). Diperkirakan 80% dari kematian akibat PPOK disebabkan oleh rokok (Surgeon General, 2014). Penelitian yang telah dilakukan oleh Patel (2004) menunjukkan bahwa merokok berhubungan secara


(35)

signifikan terhadap PPOK. Risiko perokok menderita PPOK menurut Patel yakni sebesar 1,54 kali dibanding dengan yang tidak merokok.

Asap rokok yang dihirup oleh perokok baik aktif maupun pasif masuk kedalam paru-paru. Ukuran partikel atau massa dari komponen asap rokok yakni 0,3-0,4 mikrometer yang menembus dan disimpan dalam paru-paru yang mendalam. Gas seperti karbon monoksida yang tidak dapat larut akan disebar ke alveolus dan mencapai kapiler alveolus yang dapat menyebabkan cedera paru (CDC, 2010).

c. Gangguan Reproduksi

Selain berdampak pada gangguan kardiovasular, pencernaan dan pernafasan, Asap rokok yang mengadung berbagai bahan kimia juga berdampak pada gangguan reproduksi. Di Amerika sekitar 10-20% kehamilan berakhir dengan keguguran dan 10% pasangan yang ingin memiliki anak memiliki tingkat kesuburan yang kurang (CDC, 2010). Data yang berasal dari Pregnancy Risk Assessment and Monitoring System (PRAMS) tahun 2011 menemukan bahwa 10% wanita dengan usia kehamilan 3 bulan merokok selama kehamilan (CDC, 2014a).

Dampak reproduksi lainnya yakni terjadi pada ibu dan bayi. Di Amerika terdapat 400.000 bayi yang lahir terpapar asap rokok yang disebabkan oleh ibu yang merokok setiap tahunnya. selain itu,


(36)

terdapat 100.000 bayi yang meninggal akibat prematur, berat badan lahir rendah dan komplikasi lainnya yang disebabkan oleh pajanan asap rokok (CDC, 2014b). Berikut adalah beberapa gangguan reproduksi yang salah satu penyebabnya adalah rokok:

1. Komplikasi Kehamilan

Merokok dapat menyebabkan terjadinya komplikasi kehamilan seperti aborsi spontan, kehamilan ektopik, pre eklampsia, plasenta previa dan plasenta abrupsi. Hasil Meta analisis yang dilakukkan oleh Waylen (2008) menemukan bahwa merokok memiliki risiko yang tinggi terhadap kehamilan ektopik dan keguguran. Hasil penelitian lainnya menemukkan adanya hubungan antara merokok sebelum hamil dengan terjadinya aborsi (Nielsen,2006).

4. Tipe-tipe Perokok

Tipe perokok secara umum dibagi menjadi dua jenis, yaitu perokok pasif dan perokok aktif. Berikut adalah penjelasan tentang tipe-tipe perokok.

a. Perokok Aktif

Perokok aktif adalah indivdu yang benar-benar memiliki kebiasaan merokok. Merokok merupakan kebiasaan didalam hidupnya. Oleh karena itu, perokok aktif ini akan berupaya mendapatkan rokok. Perokok aktif terancam bahaya dengan rokok yang dikonsumsinya (Badriyah, 2007).


(37)

b. Perokok Pasif

Perokok pasif adalah individu yang tidak biasa merokok, tetapi harus menghirup asap rokok yang dihembuskan oleh orang disekitarnya. Individu ini tidak punya niat untuk merokok, sehingga jika sehari tidak merokok aktivitas yang dilakukan tidak terganggu (Badriyah, 2007).

B. Epidemiologi Deskriptif

Menurut CDC tahun 2012, Epidemiologi merupakan disiplin ilmu dengan menggunakan pendekatan yang sistematis yaitu pengumpulan data, analisis dan interpretasi data. Menurut Rajab (2009) epidemiologi merupakan ilmu yang mempelajari distribusi, determinan dan frekuensi terjadinya suatu penyakit yang mempengaruhi status kesehatan individu.

Dalam distribusi ini epidemiologi menitikberatkan pada frekuensi dan pola dari suatu penyakit. Frekuensi ini tidak hanya untuk jumlah kasus saja melainkan juga hubungan antara jumlah dari kasus tersebut dengan populasi penduduk. Sedangkan, pola yakni berhubungan dengan orang, tempat dan waktu. Pola ini berkaitan dengan epidemiologi deskriptif. Epidemiologi deskriptif menggambarkan karakteristik berdasarkan orang, tempat dan waktu (CDC, 2012).

1. Orang

Karakteristik dari orang ini sangat diperlukan karena dapat berpengaruh kepada kejadian penyakit. Karakteristik orang ini sangat melekat pada karakteristik orang, karakteristik biologi, perubahan


(38)

karakteristik, aktivitas seseorang, dan kondisi selama hidup (CDC, 2012). Dalam faktor risiko menurut orang akan dijelaskan mengenai jenis kelamin, umur, pendidikan, pekerjaan, jumlah rokok, metode berhenti merokok, anggaran pembelian rokok dan age initiation.

a. Umur

Umur adalah lamanya masa hidup seseorang mulai dari orang tersebut lahir sampai orang tersebut menutup umur (KBBI, 2015). Umur juga bisa diartikan dengan lamanya masa hidup seseorang diukur menggunakan satuan waktu (Popy, 1998).

Survei yang telah dilakukan oleh American Lung Association(2011) menujukan bahwa prevalensi perokok terbesar berada pada umur 25-44 tahun. Hasil survei tersebut tidak jauh berbeda dengan survei yang dilakukan oleh GATS (2011). Berdasarkan survei yang telah dilakukan oleh GATS (2011) di Indonesia menunjukkan bahwa prevalensi perokok laki-laki terbesar berada pada umur 25-44 tahun. Sedangkan, prevalensi perokok perempuan yakni berada pada golongan umur >65 tahun. Walaupun prevalensi perokok dewasa lebih besar di bandingkan dengan golongan umur lainnya namun, prevalensi remaja juga tidak kalah besar. Prevalensi perokok remaja tahun 2007 sebesar 8,4% dan tahun 2010 sebesar 8,1% (Tobacco Control Support Center, 2012).

Menurut penelitian yang dilakukan Mousawi (2005) menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang siginfikan antara umur


(39)

dengan kebiasaan merokok di Iraq. Penelitian lainnya juga dilakukan oleh Rodriguez (2011) pada remaja di 10 sekolah yang ada di Barcelona. Pada penelitian Rodriguez tersebut menemukan terdapat hubungan yang signifikan antara umur dengan kebiasaan merokok pada remaja. Hal ini dikarenakan pengaruh dari teman-teman remaja.

Menurut Mu‘tadin (2002) dalam Hasanah (2011) mengatakan bahwa hal tersebut dikarenakan terjadinya peer sosialization antar remaja yang artinya remaja dituntut berperilaku sama dengan kelompoknya sehingga remaja cenderung mengikuti perilaku teman-temannya seperti cara berpakaian sampai kepada perilaku merokok. b. Jenis Kelamin

Jenis kelamin merupakan perbedaan biologis pada fisik manusia. Jenis kelamin ini terdiri dari pria dan wanita dimana pria memiliki penis sebagai alat reproduksi dan wanita memiliki rahim serta payudara (Sudarman, 2008).

Survei yang dilakukan oleh American Lung Association(2011) menunjukkan bahwa perokok perempuan tidak berbeda jauh dengan perokok laki-laki. Dalam survei tersebut presentasi perokok laki-laki sebanyak 23,5% sementara perokok perempuan sebanyak 17,9%. Survei lainnya juga dilakukan oleh Gilani dan Leon (2012) terhadap orang dewasa di Pakistan. Survei tersebut menunjukkan bahwa prevalensi perokok laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan


(40)

perokok perempuan dengan prevalensi 51,2% pada laki-laki dan 48,8% pada perempuan.

Di Indonesia, prevalensi perokok laki-laki semakin meningkat yakni 53,4% di tahun 1995, 62,2% di tahun 2001, 63,1% di tahun 2004, 65,6% di tahun 2007 dan 65,9 di tahun 2009 (Tobacco Control Support Center, 2012). Penelitian yang dilakukan oleh Barus (2012) di Universitas Indonesia memperlihatkan bahwa laki-laki memiliki presentase perokok tertinggi yaitu 77,1%. Dari beberapa penelitian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa walaupun prevalensi perokok laki-laki lebih banyak pada laki-laki tapi tidak dapat dipungkiri bahwa prevalensi perokok pada perempuan juga tinggi. c. Pendidikan

Menurut Notoatmodjo (2003) pendidikan merupakan usaha untuk membuat seseorang menjadi seperti yang pendidik ajarkan. Sedangkan, pendidikan kesehatan merupakan proses untuk membuat seseorang menjadi sadar dan bisa mengambil sebuah keputusan untuk kesejahteraannya (Maulana, 2009). Pendidikan memungkinkan individu untuk dapat memberdayakan dirinya dalam mendapatkan akses kesehatan.

Di Indonesia prevalensi perokok ≥ 15 tahun lebih besar terjadi pada perokok dengan pendidikan rendah. Prevalensi penduduk yang tidak sekolah atau tidak tamat sekolah dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yakni 29,3% di tahun 1995, 31,1% di tahun 2001, 31,2%


(41)

di tahun 2004 35,4% di tahun 2007 dan 35,8% di tahun 2010 (Tobacco Control Support Center, 2012). Data dari Riskesdas (2013) di DKI Jakarta menunjukkan bahwa proporsi perokok dengan pendidikan tamat SMA lebih besar yakni 29,3% diikuti oleh proporsi perokok tamat SMP sebesar 23,3%.

d. Pekerjaan

Menurut Suroto (1992) dalam Udin (2010) pekerjaan merupakan suatu kegiatan yang dapat menghasilkan barang baik untuk diri sendiri maupun orang lain. Sedangkan, bekerja menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja no 1 tahun 2014 bekerja merupakan kegiatan ekonomi yang dilakukan seseorang dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan atau keuntungan. Ada beberapa jenis pekerjaan dalam bekerja, yaitu:

1) Tenaga profesional, teknisi dan yang sejenis 2) Tenaga kepemimpinan dan ketatalaksanaan 3) Tenaga tata usaha dan yang sejenis.

4) Tenaga usaha penjualan. 5) Tenaga usaha jasa.

6) Tenaga usaha pertanian, kehutanan, perburuan dan perikanan. 7) Tenaga produksi, operator alat-alat angkutan.

Di Indonesia proporsi perokok dengan status pekerjaan tidak bekerja yakni 7,9% tahun 2007 dan 7,3% tahun 2010. Data GATS (2011) menunjukkan bahwa presentase terbesar perokok berada pada


(42)

jenis pekerjaan wirausaha dengan presentase sebesar 60,1% (GATS, 2011). Sementara itu, Di DKI Jakarta proporsi perokok paling tinggi berada pada jenis pekerjaan petani/nelayan/buruh yakni sebesar 47%.

Besarnya proporsi pekerja dengan status merokok kemungkinan disebabkan oleh adanya stress dalam bekerja. Penelitian yang dilakukan oleh Kouvonen (2005) menemukan bahwa stres dalam bekerja mempengaruhi seseorang untuk merokok. Menurut Mental Health Foundation di dalam Arniati (2014) menjelaskan bahwa merokok merupakan cara untuk menghilangkan stress.

e. Jumlah Rokok

Perokok dapat dibagi menjadi beberapa golongan tergantung pada jumlah rokok yang dikonsumsi. Berikut adalah golongan atau klasifikasi perokok menurut Nangko (1997) yang dikutip dalam Rosmawati tahun 2010, yaitu:

1) Tidak merokok

2) Merokok ringan (tidak setiap hari).

3) Merokok sedang (merokok setiap hari dalam jangka kecil). 4) Merokok berat (merokok lebih dari satu bungkus tiap hari). 5) Berhenti merokok.

Jenis perokok menurut Nangko (1997) dalam (Rosmawati, 2010), yaitu:

1) Perokok ringan (1-10 batang perhari). 2) Perokok sedang (11-20 batang perhari).


(43)

3) Perokok berat (lebih dari 20 batang perhari).

Untuk melihat berat atau tidaknya konsumsi rokok seseorang digunakan Indeks Brinkman (IB). Pengukuran Indeks Brinkman ini yaitu perkalian jumlah rata-rata batang rokok yang dihisap dikalikan rama merokok dalam tahun (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2003).

1) Jika hasil ukur tersebut diperoleh nilai 0-200 maka perokok termasuk ke dalam perokok ringan.

2) Jika hasil ukur tersebut diperoleh nilai 200-600 maka perokok termasuk ke dalam perokok sedang.

3) Jika hasil ukur tersebut diperoleh nilai >600 maka perokok termasuk ke dalam perokok berat.

Menurut survei yang telah dilakukan GATS (2011) jumlah rokok dibagi menjadi 1-4 batang rokok perhari, 5-9 batang rokok perhari, 10-14 batang rokok perhari, 15-24 batang rokok perhari dan ≥ 25 batang rokok perhari.

Penduduk Indonesia rata-rata menghabiskan 12,8 atau sekitar 13 batang rokok perharinya (GATS, 2011). Dalam Riskesdas tahun 2013 juga menunjukkan bahwa penduduk Indonesia rata-rata mengonsumsi rokok sekitar 12,3 atau 13 batang rokok perharinya. Penelitian yang telah dilakukan oleh Pradipta tahun 2010 di RSUD Dr.Moewardi Surakarta menunjukkan bahwa sekitar 82,78% responden merokok 1-16 batang perharinya.


(44)

f. Metode Berhenti Merokok

Perokok melakukan berbagai upaya dalam mengurangi efek kesehatan akibat rokok. Metode yang dilakukan untuk berhenti merokok adalah terapi pengganti nikotin, terapi konsumsi obat, mencoba obat tradisional, konseling, berhenti tanpa bantuan dan mengganti konsumsi rokok tembakau dengan tembakau kunyah (GATS, 2011). Metode untuk berhenti merokok yang efektif menurut penelitian Fiore (2008) yakni terapi mengganti nikotin (seperti memakan permen karet) dan terapi dengan obat (seperti bupropion).

Survei yang dilakukan di Kanada (2012) menunjukkan bahwa upaya yang dilakukan untuk berhenti merokok adalah dengan mengurangi jumlah rokok yaitu sebesar 63,8%. Sedangkan, Di Indonesia tahun 2011 sekitar 70,7% perokok berhenti merokok dengan kemauan sendiri tanpa bantuan orang lain (GATS, 2011). Dalam hal ini peneliti ingin mengetahui metode berhenti merokok pada perokok di Jakarta Selatan.

g. Anggaran Pembelian Rokok

Dalam survei yang dilakukan di Kanada tahun 2012 didapatkan bahwa persentase terbanyak perokok membeli rokoknya yaitu di toko grosir yakni sebesar 52,3%. Di Cina, sekitar 6,4% penduduk di daerah urban menganggarkan untuk membeli rokok sementara di daerah rural sekitar 1,9% penduduk menganggarkan untuk membeli rokok (Liu, 2006).


(45)

h. Pengetahuan, Sikap dan Perilaku

Pengetahuan memegang peranan penting untuk membentuk tindakan seseorang. Pengetahuan merupakan hasil tahu yang terjadi setelah seseorang melakukan pengindraan (penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba) (Notoatmodjo, 2003).

Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau obyek, baik yang bersifat intern maupun ekstern, sehingga manifestasinya tidak dapat langsung dapat dilihat, tetapi hanya dapat langsung ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Suatu sikap pada diri individu belum tentu terwujud dalam suatu tindakan nyata, diperlukan faktor pendukung dan fasilitas (Efendi, 2009).

Perilaku merupakan suatu kegiatan atau aktivitas manusia, baik dapat diamati secara langsung maupun tidak dapat diamati oleh pihak luar. Dimana perilaku terdiri dari persepsi (perception), respon terpimpin (Guided Respons), mekanisme (mekanisme), adaptasi (adaptation) (Notoatmodjo, 2003).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Sumarna (2009) menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara pengetahuan, sikap dan perilaku pada perokok. Hasil penelitian tersebut juga didukung oleh Pradana. Dalam penelitian yang dilakukan oleh


(46)

Pradana (2014) menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan, sikap dan perilaku pada perokok.

Penelitian yang dilakukan oleh Xialong Xu (2012) juga menunjukkan hasil yang sama hal ini dikarenakan perokok tidak memiliki ketekunan dan kesabaran dalam menempatkan pengetahuan dan sikap ke dalam tindakan mereka (Xu, 2012). Selain itu, adanya faktor lain seperti stress dapat menyebabkan seseorang tidak menempatkan pengetahuan dan sikap ke dalam tindakan mereka (Graor, 2012).

i. Age Initiation

Age initiation merupakan usia dimana seseorang memulai mengonsumsi rokok. Penelitian yang dilakukan oleh Breslau dan Peterson (1989) dengan sampel sebanyak 1200 di Wayne, Oakland dan Macomb menunjukkan bahwa sebanyak 64% perokok remaja memulai merokok pada usia ≤13 tahun, 67% merokok pada usia 14-18 tahun dan 59% merokok pada usia ≥18 tahun. Guo (2006) membagi usia awal perokok ini ke dalam golongan umur ≤18 tahun, 19-24 tahun dan ≥25 tahun. Berdasarkan data yang diolah Tobacco Control Support Center(2012) usia awal perokok mengonsumsi rokok terbanyak yakni usia ≥15 tahun sebesar 50,7% di tahun 2007 dan 43,3% di tahun 2010.

Sebuah studi yang dilakukan oleh Reidpath (2012) di Latvia, Slovenia dan Montenegro menunjukkan bahwa terdapat hubungan


(47)

antara age initiations dengan status merokok pada pria dengan p value<0,05. Studi yang lain juga dilakukan oleh Morabia (1998) di Geneva. Hasil studi tersebut memperlihatkan bahwa terdapat hubungan antara umur memulai merokok dengan umur berhenti merokok. Usia pertama kali merokok pada wanita berdasarkan studi yang dilakukan oleh Morabia (1998) yakni <20 tahun.

2. Tempat

Karakteristik menurut tempat ini tidak hanya digunakan untuk tempat tinggal melainkan juga digunakan dalam area geografi yang relevan dengan kejadian penyakit (CDC, 2012). Berikut adalah penjelasan mengenai distribusi menurut tempat:

a. Secondhand Smoke (Pajanan Asap Rokok)

Secondhand smoke merupakan pajanan asap rokok yang dihirup oleh perokok maupun non-perokok. Asap rokok mengandung sekitar 4000 bahan kimia (Surgeon General, 2014). Bahan kimia yang terdapat didalam asap rokok tersebut dapat diasobsopsi oleh saluran pernafasan tubuh, tergantung dari karakteristik kimia dan fisiknya. Misalnya saja karbon monoksida yang berasal dari asap rokok akan masuk di saluran pernafasan dan secara otomatis akan diabsorbsi oleh alveolus (Jonathan, 2005 dalam Saraswati, 2008).

Penelitian yang telah dilakukan Homa tahun 1999-2012 menunjukkan bahwa prevalensi pajanan asap rokok pada perokok pasif menurun yakni dari 52,5% pada tahun 1999 menjadi 25,3% pada


(48)

tahun 2012. Survei yang dilakukan di Indonesia tahun 2011 didapatkan bahwa sekitar 78,4% penduduk yang berusia diatas 15 tahun terpapar asap rokok di lingkungan rumah, 51,3% terpapar pada area kantor, 63,4% kantor pemerintah, 17,9% fasilitas pelayanan kesehatanm 85,4% restauran, 70% di tranpotasi umum (GATS, 2011). b. Pajanan Iklan Rokok

Iklan merupakan pesan gambar dengan ragam tulisan maupun suara di surat kabar, majalah, bus kota, papan reklame, slide dan film di Bioskop Pudjianto (1995) dalam Gumelar (2011). Menurut Gumelar dan Sareb (2011) iklan merupakan media komunikasi persuasif yang bertujuan untuk mempromosikan suatu produk dengan komunikasi lisan mupun tulisan. Sedangkan, Menurut Muhammad Arifin Badri (2012) iklan adalah aktivitas yang dilakukan oleh produsen baik secara lisan maupun tulisan untuk memperkenalkan produk yang dijualnya.

Dari kedua pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa iklan merupakan suatu alat komunikasi yang memiliki tujuan untuk memperkenalkan produk masyarakat. Iklan rokok merupakan salah satu iklan yang menjual produk rokok. Dalam Peraturan Pemerintah No 109 tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan yang Mengadung Zat Adiktif berupa Produk Tembakau bagi Kesehatan dijelasan mengenai pengendalian iklan produk rokok. Berikut adalah penjelasan pengendalian iklan rokok dalam peraturan pemerintah tersebut:


(49)

1) Mencantumkan peringatan kesehatan dalam bentuk gambar dan tulisan sebesar 10% dari total duarasi iklan atau 15% dari total luas iklan.

2) Mencantumkan tulisan 18+ dalam iklan produk rokok.

3) Tidak memperagakan, menggunakan, dan/atau menampilkan wujud atau bentuk rokok atau sebutan lain yang dapat diasosiasikan dengan merk produk rokok.

4) Tidak mencantumkan nama produk yang bersangkutan adalah rokok.

5) Tidak menggambarkan atau menyarankan bahwa merokok memberikan manfaat bagi kesehatan.

6) Tidak menggunakan kata atau kalimat yang menyesatkan. 7) Tidak merangsang atau menyarankan orang untuk merokok. 8) Tidak menampilkan anak, remaja, dan/atau wanita hamil dalam

bentuk gambar dan/atau tulisan.

9) Tidak ditunjukan terhadap anak, remaja, dan/atau wanita hamil. 10) Tidak menggunakan tokoh kartun sebagai model iklan.

11) Tidak bertentangan dengan norma yang berlaku di masyarakat. Berdasarkan survei yang telah dilakukan oleh GATS di Indonesia menunjukkan bahwa sekitar 66,3% penduduk melihat iklan rokok di televisi, 47,7% di banner, 45,6% di pusat perbelanjaan, 42,3% di poster, 39,6% di billboard, 13,5% di transportasi umum dan 10,1% di koran atau majalah.


(50)

3. Waktu

Karakteristik menurut waktu bisa di analisis dari berbagai sudut pandang seperti menunjukkan tren suatu penyakit ataupun pola penyakit (sporadis, endemik, dll) (Gerstman, 2003). Karakteristik menurut waktu digunakan untuk melakukan pengawasan pada kejadian penyakit sehingga bisa dilakukan intervensi (CDC, 2012).

Proporsi perokok tidak bergantung pada musim ataupun iklim. Namun, proporsi perokok ini bisa dilihat berdasarkan tren dari waktu ke waktu. Survei yang dilakukan oleh Riskesdas pada tahun 2007-2013 menunjukkan bahwa proporsi perokok di DKI Jakarta terbesar yakni pada tahun 2013 sebesar 37%.

a. Durasi Merokok

Durasi merokok didefinisikan yaitu lamanya merokok dimulai dari usia awal merokok sampai saat berhenti merokok (Guo, 2006). Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Chen et al (1995) di Amerika menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signfikan antara durasi merokok dengan kejadian Parkinson. Dalam penelitiannya Chen membagi durasi merokok yakni 1-9 tahun, 10-19 tahun, 20-29 tahun dan ≥ 30 tahun. Penelitian yang dilakukan oleh Guo (2006) mengenai durasi merokok pada penduduk laki-laki Cina yang pernah merokok menunjukkan bahwa perokok yang merokok pada usia 18 tahun memiliki durasi merokok 58 tahun.


(51)

C. Rural dan Urban

Rural atau daerah pedesaan merupakan suatu wilayah administratif yang belum memenuhi persyaratan dalam hal kepadatan penduduk, persentase rumah tangga pertanian dan sejumlah fasilitas perkotaan seperti sarana pendidikan formal, sarana kesehatan, dll. Sedangkan, urban atau daerah perkotaan merupakan suatu wilayah administratif yang telah memenuhi persyaratan tertentu dalam hal kepadatan penduduk, persentase rumah tangga pertanian dan sejumlah fasilitas perkotaan seperti sarana pendidikan formal, sarana kesehatan, dll. Kriteria desa yang ditetapkan untuk menjadi kota yakni jika nilai total skor ≥ 10 (BPS, 2010).

Survei yang dilakukkan di Polandia menunjukkan bahwa perokok di wilayah urban lebih tinggi dibandingkan dengan wilayah rural yakni 30,3% di wilayah urban dan 25,4% di wilayah rural (Wlodarczyk,2013). Penelitian oleh Gupta (2010) juga menunjukkan hasil yang sama yakni tingginya prevalensi perokok di wilayah rural 52,6% di wilayah rural dan 35,2% di wilayah urban. Sementara itu, Laporan dari Tobacco Control Support Center (2012) menunjukkan bahwa terjadinya pada wilayah rural atau pedesaan prevalensi perokok lebih tinggi dibandingkan dengan wilayah urban yaitu 36,6% di wilayah rural dan 31,2% di wilayah urban (Tobacco Control Support Center, 2012).

D. Rokok Menurut Islam

Dalam islam rokok haram hukumnya. Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa‘di seorang ulama menyebutkan bahwa


(52)

Segala sesuatu yang mengandung bahaya pada manusia, baik dari segi agama, fisik atau hartanya tanpa ada manfaatnya, maka hukumnya adalah haram”.

Penjelasan ini juga didukung oleh firman Allah S.W.T

كي ع كبر ح لتأ ل عت ل ن كدا أ ت ت ا ًن سحإ ني ل ل ب ًيش هب ك شت اأ

نل ت ت ا نطب ن ظ شح ل ب ت ا ه يإ ك ن نحن ا إ تل َ

ل ب اإ ه ل ح ن عت ك عل هب ك ص كل ح

yang artinya:

“Janganlah kamu mendekati perbuatan yang keji maupun perbuatan yang tersembunyi”. (Al-An‘am [6]6:151)

Dari firman tersebut menjelaskan bahwa kita harus menjauhi perbuatan yang keji. Dalam hal ini rokok merupakan sesuatu yang buruk atau keji karena bahan yang terkandung di dalam rokok merupakan bahan berbahaya dalam tubuh manusia yang akan menimbulkan datangnya penyakit. Selain berbahaya pada tubuh manusia rokok juga berbahaya pada orang lain yang menghirup asap rokok (perokok pasif). Bahaya bagi perokok pasif yakni gejala pernafasan jangka pendek dan jangka panjang (Liputan 6, 2013).

E. Kerangka Teori

Adapun kerangka teori dalam penelitian ini adalah modifikasi dari penelitian CDC (2012), GATS (2011), Surgeon General (2014). Dalam hal


(53)

ini CDC menerangkan mengenai teori epidemiologi deskriptif yang terbagi menjadi orang, tempat dan waktu. Dimana orang merupakan karakteristik dari individu yang berpengaruh pada kejadian penyakit. Sementara tempat merupakan karakteristik geografis yang relevan dengan kejadian penyakit dan waktu merupakan karakteristik yang menunjukkan tren dan pola penyakit.

Teori dalam GATS (2011) menunjukkan mengenai jenis kelamin, umur, pendidikan, pekerjaan jumlah rokok, metode berhenti merokok, anggaran pembelian rokok, pengetahuan, sikap dan perilaku, pajanan iklan rokok, pajanan asap rokok dan durasi merokok.

Surgeon general (2014) menunjukkan TB, hipertensi, penyakit jantung koroner, stroke, asma, PPOK, gangguan menstruasi/impotensi, komplikasi kehamilan yang merupakan kondisi kesehatan yang dialami perokok. Sedangkan, Badriyah (2007) menerangkan perokok terbagi menjadi perokok aktif dan perokok pasif. Berikut adalah bagan kerangka teori dalam penelitian ini


(54)

Sumber: 1. GATS (2011),2. Surgeon General (2014), 3. Badriyah (2007), 4. CDC (2012), 5. Tobacco Free Kids (2005)

Bagan 2.1 Kerangka Teori

Waktu

1. Durasi merokok 1 Orang

1. Jenis kelamin 1 2. Umur 1 3. Pendidikan 1 4. Pekerjaan 1 5. Jumlah rokok 1 6. Metode berhenti

merokok 1

7. Anggaran pembelian rokok 1

8. Pengetahuan, sikap dan perilaku 1 9. Age Initiation (usia

awal merokok) 1

Tempat

1. Pajanan asap rokok1 2. Pajanan iklan rokok1

Perokok

1. Perokok Aktif3 2. Perokok Pasif3

Kondisi Kesehatan yang Dialami Perokok

1. Hipetensi2 2. Jantung Koroner 2 3. Stroke 2

4. Asma2 5. PPOK2


(55)

37 BAB III

Kerangka Konsep dan Definisi Operasional

A. Kerangka Konsep

Variabel yang diteliti adalah status perokok, umur, pendidikan, pekerjaan jumlah rokok, pajanan iklan rokok, metode berhenti merokok, anggaran pembelian rokok, pajanan asap rokok dan durasi merokok. Selain itu, variabel lain yang akan diteliti yakni kondisi kesehatan yang dialami perokok (hipertensi, penyakit jantung koroner, stroke, asma, PPOK, dan komplikasi kehamilan).

Pengetahuan, sikap dan perilaku merupakan variabel yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Hal ini dikarenakan pada penelitian yang telah dilakukan oleh Xialong Xu (2012) juga menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan, sikap dan perilaku dalam merokok. Hal ini dikarenakan perokok tidak memiliki ketekunan dan kesabaran dalam menempatkan pengetahuan dan sikap kedalam tindakan mereka (Xu, 2012). Selain itu, adanya faktor lain seperti stress dapat menyebabkan seseorang tidak menempatkan pengetahuan dan sikap ke dalam tindakan mereka (Graor, 2012). Dari keterangan diatas didapatkan kerangka konsep sebagai berikut:


(56)

Bagan 3.1 Kerangka Konsep Pajanan Iklan Rokok

Status Perokok Jumlah rokok

Pajanan asap rokok

Age initiation

Durasi Merokok

Anggaran pembelian rokok

Metode Berhenti Merokok

Pekerjaan

Kondisi Kesehatan yang Dialami Perokok Pendidikan

Jenis kelamin Umur


(57)

B. Definisi Operasional

Adapun definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala

Ukur

1 Status Perokok Perilaku mengonsumsi rokok responden dalam 1 bulan terakhir.

Kuesioner Wawancara 0. Perokok tiap hari

1. Perokok kadang-kadang 2. Pernah menjadi perokok 3. Tidak pernah menjadi perokok

(Riskesdas, 2013)

Ordinal

2 Jenis Kelamin Perbedaan biologis pada fisik manusia.

Kuesioner Wawancara 0. Laki-laki 1. Perempuan

Nominal

3 Umur Lamanya masa hidup

seseorang mulai dari orang tersebut lahir sampai pada ulang tahun terakhir saat penelitian berlangsung.

Kuesioner Wawancara 0. 15-24 tahun 1. 25-44 tahun 2. 45-64 tahun 3. ≥65 tahun (GATS, 2011)


(58)

No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala Ukur 4 Pendidikan Jenjang pendidikan terakhir

yang telah ditempuh responden.

Kuesioner Wawancara 0. Tidak sekolah 1. Tidak tamat SD

2. Tamat SD 3. Tamat SMP 4. Tamat SMA 5. Tamat D1/D2/D3 6. S1/S2/S3

(Riskesdas, 2013)

Ordinal

5 Pekerjaan Usaha yang dilakukan oleh individu untuk memenuhi kebutuhan.

Kuesioner Wawancara 0. PNS/BUMN?BUMD/TNI/Polri 1. Pegawai swasta

2. Wiraswata 3. Petani/nelayan 4. Buruh

5. Tidak bekerja 6. Lainnya...

(Riskesdas, 2013)


(59)

No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala Ukur 6 Jumlah rokok Jumlah batang rokok yang

dikonsumsi oleh responden dalam sehari.

Kuesioner Wawancara 0. ≥ 25 batang rokok perhari 1. 15-24 batang rokok perhari 2. 10-14 batang rokok perhari 3. 5-9 batang rokok perhari 4. 1-4 batang rokok perhari (GATS, 2011)

Ordinal

7 Metode berhenti merokok

Usaha yang dilakukan oleh responden untuk mengakhiri konsumsi rokok.

Kuesioner Wawancara 0. Berhenti tanpa bantuan 1. Terapi pengganti nikotin 2. Terapi konsumsi obat 3. Obat tradisional 4. Konseling

(GATS, 2011)

Nominal

8 Pajanan iklan rokok

Keadaan dimana responden melihat atau medengar promosi rokok dalam 30 hari terakhir di media cetak, media elektronik maupun di tempat umum.

Kuesioner Wawancara 0. Toko yang menjual rokok 1. Televisi

2. Radio 3. Billboard 4. Poster

5. Koran atau majalah 6. Bioskop

7. Internet

8. Angkutan umum 9. Lainnya...

(GATS, 2011)


(60)

No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala Ukur 9 Anggaran

pembelian rokok

Rata-rata anggaran yang dikeluarkan responden untuk membeli rokok perhari yang dinyatakan dalam rupiah.

Kuesioner Wawancara Rata-rata anggaran yang dikeluarkan perhari dalam rupiah.

Rasio

10 Pajanan asap rokok.

Keadaan dimana responden terkena asap rokok dalam 30 hari terakhir di beberapa tempat seperti rumah, kantor dan tempat umum (restauran, pusat perbelanjaan, kawasan pemerintahan dll)

Kuesioner Wawancara 0. Terpapar, jika responden terkena pajanan rokok pada 30 hari terakhir di lingkungan rumah.

1. Tidak terpapar, jika responden tidak terkena pajanan rokok pada 30 hari terakhir di lingkungan rumah.

Ordinal

11 Age initiation (usia awal merokok)

Usia awal perokok mengonsumsi rokok.

Kuesioner Wawancara 0. 5-9 tahun 1. 10-14 tahun 2. 15-19 tahun 3. 20-24 tahun 4. 25-29 tahun

(Tobacco Control Support Center, 2012)

Ordinal

12 Durasi merokok Lamanya seseorang menjadi perokok aktif dihitung dari usia awal merokok sampai pada saat penelitian dilakukan atau perokok aktif berhenti merokok.

Kuesioner Wawancara 0. ≥ 30 tahun 1. 20-29 tahun 2. 10-19 tahun 3. 1-9 tahun

(Chen, 1995)


(1)

Hasanah, Arina Uswatun. 2011 Hubungan Antara Dukungan Orang Tua, Teman dan Iklan Rokok dengan Perilaku Merokok pada Laki-laki Madrasah Aliyah Negeri 2 Boyolali. Gaster Vol. 8 No 1

Hasnida dan Indri Kemala. 2005. Hubungan Antara Stre dan Perilaku Merokok pada Remaja Laki-laki. Psikologia Vol 1 no 2 Desember 2005

Heart Foundation. 2014. Data and Statistik. Diakses pada tanggal 22 Juli 2015 pada http://www.heartfoundation.org.au/information-for-professionals/data-and-statistics/Pages/default.aspx

Hesami, Zahra. Et all. 2010. Severity of Nicotine Eithdrawal Symptoms after Smoking Cessation. National Research Institute of Tuberculosis and Lung Disease, Iran.

Hidayah, Nurul. 2011. Kesiapan Psikologis Masyarakat Pedesaan Menghadapi Diversifikasi Pangan Pokok. Humanitas Vol. VIII No.1

Husaini, Aiman. 2006. Tobat Merokok. Depok: Puska Ilman.

Hodge, Felicia Schanche. 1996. Patient and Smoking Patterns in Northern California American Indian Clinics Urban and Rural Contrast. Cancer Suplement Vol 78

Homa, David, et.all. 2012. Vital Signs: Disparities in Nonsmokers Exposure to Secondhand Smoke –United States, 1999-2012. CDC. 2015

Indrizal, Edi. 2006. Memahami Konsep Pedesaan dan Tipologi Desa Di Indonesia. FISIP UNAND

Ismaeel, Adnan Ali Ehsan. 2010. Cigarette Smoking and Hypertension: Any Causal Relation. Iraq Academic Scientific Journal Vol 24: 1-6

Jaakkola. 1997. Enviromental Tobacco Smoke and Adult-Onset Asthma: A Population-Based Incident Case-Control Study. American Journal Public Health. Volume 93 2003

Kaufman. Et all. 1989. Tar Content of Cigarettes in Relation to Lung Cancer. Am J Epidemiol. 1989 Apr;129(4):703-11.

KBBI. Diakses tanggal 19 Mei 2015 pada http://kbbi.web.id/umur

Kementerian Kesehatan RI. 2013a. Pentingnya Aksesi Kerangka Kerja Pengendalian Tembakau (FCTC) Bagi Indonesia. Policy Brief

Kementerian Kesehatan RI. 2013b. Situasi Kesehatan Jantung. Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI

Kouvonen, Anne. Et all. 2005. Work Stress, Smoking Status and Smoking Intensity: An Observasional Study of 46190 Employees. Journal Epidemiology Community Health. 2005;59:63-69

Liputan 6. 2013. Kesehatan Perokok Pasif Lebih Buruk dari pada Perokok Aktif.


(2)

http://health.liputan6.com/read/600607/kesehatan-perokok-pasif-lebih-buruk-dari-pada-perokok-aktif

Liu, Yuanli et all. 2006. Cigarette Smoking and Poverty in China. Social Sicience and Medicine 63 (2006): 2784-2790

Lu, Rushan et all. 1997. Tobacco: The Growing Epidemic: Proceedings of the Tenth World Conference on Tobacco or Health. Springer

Lovato, Lin Stead and Best. 2003. Impact of Tobacco Advertising and Promotion on Increasing Adolecent Smoking Behaviours. The Cochrane Library Maulana, Heri D.J. 2009. Promosi Kesehatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran

EGC

Merchen, Liesbeth. Et all. 2009. Smoking-based Selection and Influence in Gender-Segrated Frienship Networks: A Social Network Analysis of Adolescent Smoking. Journal Compilation Society for the Study of Addiction Morabia, Alfredo, et all. 1998. Ages at Initiation of Cigarette Smoking and Quit Attempts Among Women: A General Effect. Am J Public Health. 2002 January; 92(1): 71–74.

Mousawi, Ali Al. 2005. The Prevalence of Smoking Among Karbala/Iraq University Students in Iraq in 2005. Journal Tobacco Use Insight 2014:7 9-14

National Cancer Institute. 2008. The Role of the Media in Promoting and Reducing Tobacco Use. Monograph 19

National Heart, Lung and Blood Institute. 2013. COP: The More You Know, The Better For You and Your Loved Ones. NIH Publication No. 13-5840 September 2013

Nichter et all. 2009. Reading Culture From Tobacco Advertisements in Indonesia. Tobacco Control Vol 19:98-107

Nielsen et al. 2006. Maternal Smoking Predicts the Risk of Spontaneous Abortion. Acta Obstetricia et Gynecologica Scandinavica. 2006; 85 (9)

Notoatmodjo, Soekidjo. (2003). Prinsip-prinsipDasarIlmuKesehatanMasyarakat. Jakarta: RinekaCipta

Nurwidayanti, Lina. 2013. Analisis Pengaruh Pajanan Asap Rokok Di Rumah pada Wanita terhadap Kejadian Hipertensi. Jurnal Berkala Epidemiologi. Vol 1 (20, 244-253

Patel. 2004. Chilhood Smoking is an Independent Risk Factor for Obstructive Airways Disease in Women. Thorax 2004; 59:682-686


(3)

Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2014 tentang Klasifikasi dan Kerekteristik Data dari Jenis Informasi Ketenagakerjaan

Peraturan Pemerintah No 109 tahun 2012 tentang Pengamaan Bahan yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Tembakau bagi Kesehatan

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2003. Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia. Diakses pada tanggal 21 Juli 2015 pada http://www.klikpdpi.com/konsensus/konsensus-PPOK/PPOK.pdf

Pierce, John P. 1998. Tobacco Industry Promotion of Cigarettes and Adolescent Smoking. JAMA 29 (7): 511-515

Plant. Et all. 2002. Predictors of Tuberculin Reactivity Among Prospective Vietnamese Migrants: The Effect of Smoking. Epidemiol Infect (2002), 128, 3-45

POM. 2014. Remaja Tembakau dan Rokok. Diakses pada tanggal 1 November 2015 pada http://ik.pom.go.id/v2014/artikel/REMAJA-ROKOK-Infopom.pdf.

Popy, Kumala, dkk. 1998. Kamus Kedokteran Dorland, Copy Editor Edisi Bahasa: Dyah Nuswantari. Jakarta: EGC

Pradana, Tri Harsa. 2014. Hubungan antara Pengetahuan, Sikap Dan Perilaku Remaja Tentang Merokok Di Program Studi Ilmu Keperawatan Semester 4 Dan 6 Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Tesis. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Pradipta, Tito. 2010. Hubungan antara Kebiasaan Merokok dengan Stroke Hemoragik Berdasarkan Pemeriksaan CT-Scan Kepala. Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret

Raitakari, Olli et al. 2003. Cardiovascular Risk Factors i Chilhood and Carotid Artery Intima-Media Thickness in Adulthood The Cardiovascular Risk in Young Finns Study. The Journal of the American Medical Association 2003; 290 (17):2277-2283

Reidpath, Daniel. 2012. The RelationShip Between Age of Smoking Initiation and Current Smoking: An Analysis of School Surveis in Three European Countries. Oxford Journal.

Riskesdas. 2010. Riset Kesehatan Dasar: Riskesdas 2010. Jakarta: Kementerian Kesehatan Indonesia

Riskesdas. 2013. Riset Kesehatan Dasar: Riskesdas 2013. Jakarta: Kementerian Kesehatan Indonesia

Riskesdas DKI Jakarta. 2013. Riskesdas dalam Angka Provinsi DKI Jakarta 2013: Jakarta: Kementerian Kesehatan Indonesia

Riskesdas Jawa Barat. 2013. Riskesdas dalam Angka Provinsi Jawa Barat 2013: Jakarta: Kementerian Kesehatan Indonesia


(4)

Rodriguez. 2011. Psychosocial Risk Factors for Adolecescent Smoking: A School-Based Study. Internasional Journal of Clinical and Health Psycology. Vol. 11

Rosmawati. 2010. Analisa Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Merokok pada Remaja STM Triguna Utama Ciputat Tanggerang Selatan. Skripsi. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesahatan Universitas Islam Syarif Hidayatullah Jakarta

Sakai, Hiroko dan Kazutomo Ohashi. 2010. Association of Menstrual Phase with Smoking Behavior, Mood and Menstrual Phase-Associated Symptoms

Among Young Japanese Women Smokers. BioMed Central Women‘s Healt

2013

Saraswati, Judhi. 2008. Pajanan Asap Rokok Di Rumah Terhadap Ispa dan Gangguan Fungsi Paru Pada Anak Sekolah Dasar Di Kelurahan Grogol Jakarta Barat. Tesis. Universitas Indonesia

Sarvela, Paul D. 1997. A Secondary Analysis of Smoking Among Rural and Urban Youth Using the MTF Data Set. Journal of School Helath Vol 67 Siagian, ferdinand. 2009. Faktor-faktor yang mempengaruhi remaja 10-24 tahun

menjadi perokok di jakarta dan sukabumi (analisis data studi prevalensi penggunaan tembakau di indonesia 2001). Tesis. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

Sihombing, Marice. 2010. Hubungan Perilaku Merokok, Konsumsi Makanan/Minuman, dan Aktivitas Fisik dengan Penyakit Hipertensi pada Responden Obes Usia Dewasa di Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembangan Biomedis dan Farmasi Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

Slama et all. 2007. Tobacco and Tuberculosis: A qualitative Systematic Review and Meta-Analysis. INT Journal Tuberculosis Lung Disease 11(10):1049-1061

Stroke Association. 2012. Smoking and the Risk of Stroke. Diakses tanggal 22

Juli 2015 dari

https://www.stroke.org.uk/sites/default/files/smoking_and_the_risk_of_stro ke.pdf

Sudarman, M. 2008. Sosiologi untuk Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika

Suharmiati, Lestari Hadajani, Adianti Handajani. 2008. Hubungan Pola Penggunaan Rokok dengan Tingkat Kejadian Penyakit Asma. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan Vol 13 No. 4 Oktober 2010

Sumarna, Riny. 2009. Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Merokok Mahasiswa Ekstensi 2007 di FISIP UI Tahun 2009. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia


(5)

Suparto. 2010. Faktor Risiko yang paling Berperan Terhadap Hipertensi pada Masyarakat Di Kecamatan Jatipuro Kabupaten Karanganyar Tahun 2010. Tesis. Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Universitas Sebelas Maret

Surgeon General. 2014. How Tobacco Smoke Causes Disease. Diakses pada tanggal 1 Mei 205 pada www.surgeongeneral.gov

Swastika, Dewa Ketut Sadra. 2014. Reformasi Paradigma Urbanisasi: Strategi Percepatan Pengentasan Kemiskinan di Pedesaan. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

Tobacco Control Support Center. 2012.Fakta Tembakau. Jakarta: TCSC IAKMI Tobacco in Australia. 2015. Respiratory Disease. Diakses tanggal 22 Juli 2015

dari http://www.tobaccoinaustralia.org.au/3-4-respiratory-diseases

Tobacco Control Laws. 2015. Diakses pada tanggal 5 November 2015 pada http://www.tobaccocontrollaws.org/legislation/country/indonesia/summary Tobacco free kids. 2005. Smoking Immediate Effects on the Body. Diakses pada

tanggal 1 Agustus 2015 pada www.tobaccofreekids.org

Tobacco Free Kids. 2015. The Path To Tobacco Addiction Strats at Very Young Ages. Diakses pada tanggal 1 November 2015 pada www.tobaccofreekids.org U.S. Department of Health and Human Services. 2012. Preventing Tobacco Use Among Youth and Young Adults: A Report of the Surgeon General. Atlanta: U.S. Department of Health and Human Services, Centers for Disease Control and Prevention, Office on Smoking and Health

Udin, Khoiril Anwar. 2010. Hubungan antara Tingkat Pendidikan dan Jenis Pekerjaan dengan Partisipasi Masyarakat dalam pembangunan di Desa Jetis, Kecamatan Jaten Kabupaten Karanganyar. Skripsi. Universitas Sebelas Maret

Volzke, Henry. Et all. 2006. Urban-rural Disparities in Smoking Behaviour in Germany. BioMed 2006, 6:146

Wahyono, Sugeng Bayu. 2012. Studi Etnografi Pendidikan Perkotaan dan Pedesaan. Skripsi. Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta Walter et all. 1987. Relative and Absolute Excess Risks of Coronary Heart

Disease among Women Who Smoke Cigarettes. New England Journal Medecine 1987; 317:1303-1309

Waylen. Et al. 2008. Effects of Cigarette Smoking Upon Clnical Outcomes of Assisted Reproduction: A Meta-Analysis. Human Reproductive Update Vol 15

Wlodarczyk, Andrzej et al. 2013. Daily Tobacco Smoking Patterns in Rural and Urban Areas of Poland- The Result of The GATS Study. Annals of Agricultural and Enviromental Medicine in 2013 Vol 20


(6)

WHO. Tt. Fact Sheet about Health Benefits of Smoking Cessation. Diakses pada

tanggal 5 November 2015 dari

http://www.who.int/tobacco/quitting/en_tfi_quitting_fact_sheet.pdf.

WHO. 2005. WHO Framew ork Convention on Tobacco Control. Geneva: WHO Document Production Service

Wolf, PA, et all. 1988. Cigarette Smoking as a Risk Factor for Stroke. The Farmingham Study. JAMA. 1988 Feb 19;259(7):1025-9

Xu, Xialong et all. 2012. Smoking-Related Knowledge, Attitudes, Behaviors, Smoking Cessation Idea and Education Level among Young Adult Male Smokers in Chongqing, China. International Journal of Enviromental Reseach and Public Health. Vol 12. 2015

Yunindyawati. 2008. Perilaku Merokok Anak Putus Sekolah di Wilayah Perkotaan dan Perdesaan (Studi Komparasi di Kecamatan Kayuaagung dan Lempuing Kabupaten OKI). Diakses Tanggal 20 November 2015 dari www.fisip.unsri.ac.id/userfiles/file/yunin4.pdf

Yusnabeti, Dewi. 2009. Pajanan Debu Kayu (PM10) dan Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut pada Pekerja Industri Mebel di Desa Cilebut Barat Kabupaten Bogor dan Cilebut Timur Kabupaten Bogor Tahun 2009. Skripsi. FKM Universitas Indonesia

Zhu, Bao-Ping, et all. 1996. The Relationshiop between Cigarette Smoking and Education Revisited: Implications for Categorizing Persons Educational Status. American Journal of Public Health