14
b. Hak dan kewajiban pihak bank dan nasabah pemegang kartu kredit c.
Perlindungan nasabah pemegang kartu kredit ditinjau dari UU Nomor 8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen
3. Sri Kartika Putri dengan judul “ Penyelesaian Sengketa Penggunaan Kartu Kredit
Credit Ca rd oleh Nasabah Pada PT. Bank Mandiri Persero.” Tahun 2008
dengan rumusan masalah yaitu : Bagaimanakah penggunaan kartu kredit oleh nasabah dan tata cara penyelesaian
sengketanya apabila terjadi permasalahan dalam penggunaan kartu kredit tersebut.
G. Sistematika Penulisan
Untuk lebih mempertegas penguraian dari skripsi ini, serta untuk lebih mengarahkan pembaca, maka berikut di bawah ini penulis membuat sistematika
penulisangambaran isi skripsi ini sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini merupakan bab pendahuluan yang menguraikan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan Latar Belakang, Rumusan
Masalah, Tujuan Penulisan, Manfaat Penulisan, Metode Penelitian, Keaslian Penulisan dan Sistematika Penulisan.
BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI BANK
Pada bab ini dibahas hal-hal yang berkaitan dengan Pengertian dan Pengaturan Bank, Fungsi Bank, Jenis Bank, Jasa-Jasa Bank.
Universitas Sumatera Utara
15
BAB III TINJAUAN UMUM MENGENAI KARTU KREDIT
Pada bab ini dibahas hal-hal yang berkaitan dengan Pengertian Kartu Kredit, Dasar Hukum Kartu Kredit, Jenis Kartu Kredit, Manfaat Kartu
Kredit, Keuntungan Bagi Si Penjual atau Penerima Kartu Kredit, Hak dan Kewajiban Pihak yang Terlibat Dalam Kartu Kredit, Sistem Kerja
Kartu Kredit Mulai Dari Permohonan Sampai Dengan Melakukan
Transaksi. BAB IV
PERTANGGUNGJAWABAN NASABAH TERHADAP BANK DALAM PEMBAYARAN KARTU KREDIT YANG OVER
LIMIT
Pada bab ini dibahas hal-hal yang berkaitan dengan Akibat Hukum Bagi Kartu Kredit Yang Over Limit, Faktor-faktor Yang
Menyebabkan Terjadinya Kartu Kredit Yang Over Limit, Upaya Penyelesaian dan Tanggung jawab Nasabah Pemegang Kartu Kredit
Yang Over Limit.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Pada Bab ini dibahas mengenai kesimpulan dan saran sebagai hasil dari pembahasan dan penguraian skripsi ini secara keseluruhan.
Universitas Sumatera Utara
16
BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI BANK
A. Pengertian dan Pengaturan Bank
Kita menelusuri sejarah dari terminologi “bank” maka kita ketemukan bahwa
kata bank berasal dari bahasa Italy “banca” yang berarti bence yaitu suatu bangku tempat duduk. Sebab, pada zaman pertengahan, pihak bankir Italy yang memberikan
pinjaman-pinjaman melakukan usahanya tersebut dengan duduk di bangku-bangku di halaman pasar.
Dalam perkembangan dewasa ini, maka istilah bank dimaksudkan sebagai suatu jenis pranata financial yang melaksanakan jasa-jasa keuangan yang cukup
beraneka ragam, seperti pinjaman, memberi pinjaman, mengedarkan mata uang, mengadakan pengawasan terhadap mata uang, bertindak sebagai tempat penyimpanan
untuk benda-benda berharga, membiayai usaha-usaha perusahaan.
13
Bank bukanlah suatu hal yang asing bagi masyarakat di negara maju. Masyarakat di negara maju sangat membutuhkan keberadaan bank. Bank dianggap
sebagai suatu lembaga keuangan yang aman dalam melakukan berbagai macam aktivitas keuangan. Aktifitas keuangan yang sering dilakukan masyarakat di negara
maju antara lain aktivitas penyimpanan dana, investasi, pengiriman uang dari satu tempat ke tempat lain atau dari satu daerah ke daerah lain dengan cepat dan aman,
serta aktivitas keuangan lainnya. Bank juga merupakan salah satu lembaga yang
13
Abdurrachman, A,
Ensiklopedia, Ekonomi, Perdagangan dan Keuangan,
Jakarta : PT. Pradnya Paramita, 1991, hal 80.
16
Universitas Sumatera Utara
17
mempunyai peran sangat penting dalam mendorong pertumbuhan perekonomian suatu negara, bahkan pertumbuhan bank di suatu negara dipakai sebagai ukuran
pertumbuhan perekonomian negara tersebut. Di negara berkembang, seperti Indonesia dan negara di Asia lainnya,
pemahaman sebagian masyarakat tentang bank masih sedikit, masih pada masyarakat perkotaan. Masyarakat pedesaan masih menganggap keberadaan bank hanya untuk
kalangan tertentu. Pada umumnya, masyarakat hanya menganggap bank sebagai tempat menyimpan dan meminjam uang. Bagi masyarakat di pedesaan, pemahaman
tentang bank sangat minim bahkan ada yang tidak tahu sama sekali tentang bank. Masyarakat desa, bahkan merasa takut berhubungan dengan bank, sehingga tidak
banyak yang melakukan transaksi keuangan di bank. Keterbatasan akan pengetahuan masyarakat terhadap bank tersebut berdampak pada terhambatnya pertumbuhan bank
di pedesaan, sehingga menyebabkan lambatnya laju pertumbuhan ekonomi di pedesaan.
14
Masyarakat kota, melihat bahwa peran bank sangat penting. Masyarakat kota mengetahui bahwa keberadaan bank tidak hanya sebagai tempat untuk meminjam dan
menyimpan uang, akan tetapi banyak aktivitas keuangan yang diperlukan untuk mendukung kelancaran dalam melakukan transaksi. Masyarakat kota, baik
pengusaha, maupun bukan pengusaha memerlukan keberadaan bank untuk melaksanakan berbagai aktivitasnya. Masyarakat kota, membutuhkan bank sebagai
mitra dalam melakukan berbagai macam aktivitas keuangan. Aktifitas keuangan yang bisa ditawarkan oleh bank tidak terbatas pada aktivitas usaha, akan tetapi banyak
14
Ibid; hal.85
Universitas Sumatera Utara
18
aktivitas layanan jasa lain yang dapat diberikan oleh bank dalam melayani keperluan nasabah.
Di dunia modern, peran bank sangat besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi suatu negara. Hampir semua sektor usaha, yang meliputi sektor industri,
perdagangan, pertanian, perkebunan, jasa, dan perumahan sangat membutuhkan bank sebagai mitra dalam melakukan transaksi keuangan. Semua sektor usaha maupun
individu saat ini dan masa yang akan datang tidak akan lepas dari sektor perbankan bahkan menjadi kebutuhan dalam menjalankan aktivitas keuangan dalam mendukung
kelancaran usaha. Peran bank bagi masyarakat individu, maupun masyarakat bisnis sangat penting bahkan bagi suatu negara, karena bank sebagai suatu lembaga yang
sangat berperan dan berpengaruh dalam perekonomian suatu negara.
15
Bank mempunyai peran dalam menghimpun dana masyarakat, karena merupakan lembaga yang dipercaya oleh masyarakat dari berbagai macam kalangan
dalam menempatkan dananya secara aman. Masyarakat percaya bahwa dana yang ditempatkan di bank keamanannya lebih terjamin dibanding ditempatkan di lembaga
lain. Di sisi lain bank berperan dalam menyalurkan dana kepada masyarakat. Bank merupakan lembaga yang dapat memberikan pinjaman kepada masyarakat yang
membutuhkan dana. Masyarakat dapat secara langsung mendapat pinjaman dari bank, sepanjang masyarakat pengguna dana tersebut dapat memenuhi persyaratan yang
diberikan oleh bank. Dengan demikian, pada dasarnya bank mempunyai peran dalam dua sisi,
yaitu menghimpun dana yang berasal dari masyarakat yang sedang kelebihan dana,
15
Roy Shakti,
Credit Card Revolution
, Jakarta : PT. Media Pressindo, 2011, hal 52
Universitas Sumatera Utara
19
dan menyalurkan dana kepada masyarakat yang membutuhkan dana untuk memenuhi kebutuhannya. Dengan kedua fungsi tersebut, yaitu menghimpun dana dari
masyarakat dan sekaligus menyalurkannya, sehingga bank merupakan lembaga perantara keuangan bagi masyarakat yang kelebihan dana , kemudian
menyalurkannya kepada masyarakat yang membutuhkan dana.
16
Dengan demikian, kata “bank” hanya digunakan bagi badan atau perseorangan yang melakukan usaha bank dan harus mendapat izin usaha sebagai
bank dari Menteri Keuangan berhubung larangan seperti ini tidak dicantumkan di dalam Undang-Undang Perbankan No 10 Tahun 1998, maka kita tidak memiliki
alasan untuk melarang suatu badan usaha atau seseorang menggunakan nama dirinya “Bank.”
17
Dalam suatu kamus, kata “bank” diartikan sebagai : 1. Menerima deposito uang, custody, menerbitkan uang, untuk memberikan
pinjaman dan diskonto, memudahkan penukaran fund-fund tertentu dengan cek, notes, dan lain-lain, dan juga bank memperoleh keuntungan dengan
meminjamkan uangnya dengan memungut bunga. 2. Perusahaan yang melaksanakan bisnis bank tersebut.
3. Gedung atau kantor tempat dilakukannya transaksi bank atau tempat beroperasinya perusahaan perbankan.
18
16
Ismail,
Mana jemen Per bankan : Dari Teori Menuju Aplikasi
, Jakarta : PT. Kencana Prenanda Media Group, 2014, hal 1-3.
17
Ibid; hal.15
18
Abdurrachman. A, Op. Cit, hal. 84
Universitas Sumatera Utara
20
Di samping itu, ada juga yang memberi arti kepada bank sebagai suatu institusi yang mempunyai peran yang besar dalam dunia komersil, yang mempunyai
wewenang untuk disebut dengan bank bills atau bank notes. Namun demikian, fungsi bank yang orisinil adalah hanya menerima deposito berupa uang logam, plate, emas
dan lain-lain.
19
B. Fungsi Bank
Bank merupakan lembaga keuangan yang fungsi utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat, menyalurkan dana kepada masyarakat, dan juga
memberikan pelayanan dalam bentuk jasa perbankan. 1. Menghimpun Dana dari Masyarakat
Fungsi bank yang pertama adalah menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan. Masyarakat memercayai bank sebagai tempat yang aman untuk
melakukan investasi, dan menyimpan dana uang. Masyarakat yang kelebihan dana sangat membutuhkan keberadaan bank untuk menyimpan dananya yang aman.
Keamanan atas dana uang yang disimpannya di bank oleh masyarakat merupakan faktor yang sangat penting bagi masyarakat. Selain rasa aman, tujuan lainnya adalah
sebagai tempat untuk melakukan investasi. Masyarakat akan merasa lebih aman apabila uangnya diinvestasikan di bank. Dengan menyimpan uangnya di bank,
nasabah juga akan mendapat keuntungan berupa return atas simpanannya yang besarnya tergantung kebijakan masing-masing bank.
19
Ismail. Op. Cit, hal. 17
Universitas Sumatera Utara
21
Return merupakan imbalan yang diperoleh nasabah atas sejumlah dana yang
disimpan di bank. Imbalan yang diberikan oleh bank bisa dalam bentuk bunga simpanan untuk bank konvensional atau bagi hasil yang diberikan oleh bank syariah.
Dalam menghimpun dana pihak ketiga, bank menawarkan produk simpanan antara lain dalam bentuk simpanan giro, tabungan, deposito, dan simpanan lainnya yang
diperkenankan. 2. Menyalurkan Dana Kepada Masyarakat
Fungsi bank yang kedua adalah menyalurkan dana kepada masyarakat yang membutuhkan dana. Kebutuhan dana oleh masyarakat, akan lebih mudah diberikan
oleh bank apabila, masyarakat yang membutuhkan dana dapat memenuhi semua persyaratan yang diberikan oleh pihak bank. Menyalurkan dana merupakan aktivitas
yang sangat penting bagi bank, karena bank akan memperoleh pendapatan atas dana yang disalurkan. Pendapatan tersebut dapat berupa pendapatan bunga untuk bank
konvensional, dan bagi hasil atau lainnya untuk bank syariah. Pendapatan yang diperoleh dari aktivitas penyaluran dana kepada nasabah merupakan pendapatan yang
terbesar di setiap bank, sehingga penyaluran dana kepada masyarakat menjadi sangat penting bagi bank.
Kegiatan penyaluran dana kepada masyarakat, di samping merupakan aktivitas yang dapat menghasilkan keuntungan, juga untuk memanfaatkan dana yang
idle Idle Fund karena bank telah membayar sejumlah tertentu atas dana yang telah
dihimpunnya. Pada akhir bulan atau pada saat tertentu bank akan mengeluarkan biaya atas dana yang telah dihimpun dari masyarakat yang telah menyimpan dananya di
bank. Dengan demikian, bank tidak boleh membiarkan dana masyarakat tersebut
Universitas Sumatera Utara
22
mengendap, dan harus segera menyalurkannya kepada masyarakat yang membutuhkan agar memperoleh pendapatan atas dana yang disalurkannya.
Penyaluran dana kepada masyarakat sebagian besar berupa untuk bank konvensional danatau pembiayaan untuk bank syariah. Kredit yang diberikan danatau pembiayaan
yang diberikan kepada masyarakat menempati porsi aset yang terbesar di setiap bank. 3. Pelayanan Jasa Perbankan
Dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat dalam menjalankan aktivitasnya, bank juga dapat memberikan beberapa pelayanan jasa. Pelayanan jasa
kepada nasabah merupakan fungsi bank yang ketiga. Berbagai jenis produk pelayanan jasa yang dapat diberikan oleh bank antara lain jasa pengiriman uang
transfer, pemindahbukuan, penagihan surat-surat berharga, kliring, Letter of Credit, inkaso, garansi bank, dan pelayanan jasa lainnya. Produk pelayanan jasa bank yang
ditawarkan kepada masyarakat merupakan aktivitas pendukung yang dapat diberikan oleh Bank.
Aktifitas pelayanan jasa, akhir-akhir ini merupakan aktivitas yang diharapkan oleh bank untuk dapat meningkatkan pendapatan bank yang berasal dari fee atas
pelayanan tersebut. Beberapa bank berusaha untuk meningkatkan teknologi dan sistem informasi agar dapat memberikan pelayanan jasa yang dapat memberikan
kepuasan kepada nasabah. Pelayanan yang dapat memuaskan nasabah adalah pelayanan jasa yang cepat dan akurat. Saat ini harapan nasabah dalam pelayanan jasa
Universitas Sumatera Utara
23
bank adalah kecepatan dan keakuratannya, sehingga bank berlomba-lomba untuk selalu berinovasi dalam memberikan produk layanan jasanya.
20
Bank mempunyai tiga fungsi utama, yaitu sebagai penghimpun dana dari masyarakat, penyalur dana kepada masyarakat, dan juga memberikan pelayanan jasa
perbankan kepada pihak-pihak yang membutuhkan layanan jasa bank. Dalam menghimpun dana masyarakat, bank akan membayar bunga bank
konvensional danatau bagi hasil bank syariah atas simpanan dana dari masyarakat. Besarnya bunga danatau bagi hasil tergantung dari jenis simpanannya dan kebijakan
masing-masing bank. Simpanan yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat tentunya akan diberikan imbalan yang lebih rendah dibanding dengan jenis simpanan
yang sifatnya hanya dapat ditarik sesuai dengan jangka waktu tertentu sesuai perjanjian antara bank dan nasabah.
Dalam menyalurkan dana kepada masyarakat, bank akan memperoleh balas jasa berupa bunga bank konvensional atau bagi hasil bank syariah. Pendapatan
bunga yang diperoleh bank dari nasabah yang memperoleh kredit akan dibandingkan dengan bunga yang dibayar oleh bank kepada nasabah yang menyimpan dananya di
bank. Perbedaan antara bunga yang diterima dari nasabah dan bunga yang dibayar kepada nasabah disebut dengan Spread. Dalam hal, pendapatan bunga yang diterima
dari nasabah peminjam lebih rendah daripada biaya bunga yang dibayar oleh bank kepada nasabah, maka disebut dengan negative Spread. Contoh, suku bunga kredit
rata-rata 20 dan suku bunga dana masyarakat rata-rata 30, maka terjadi negative sprea d
10. Negatif Spread pada umumnya terjadi pada saat perekonomian negara
20
Maryanto Supriyono,
Buku Pintar Perbankan
, Jakarta : PT. Andi Pubkisher, 2011, hal.40
Universitas Sumatera Utara
24
tidak stabil dana untuk memelihara tingkat likuiditasnya. Setiap bank akan bersaing dalam memperoleh dana pihak ketiga. Untuk mendapatkan dana pihak ketiga salah
satu cara yang ditempuh adalah dengan memberikan bunga yang tinggi. Di sisi lain, bank tidak akan mampu menaikkan suku bunga kredit karena usaha debitur sedang
mengalami lesu, sehingga bank tidak mampu menjual kredit dengan suku bunga kredit di atas suku bunga simpanan. Kondisi ini yang menyebabkan munculnya
nega tive sprea d. Sebaliknya, apabila bunga yang diterima dari nasabah yang
memperoleh pinjaman dari bank kepada nasabah disebut dengan positif Spread. Positif Sprea d
biasanya terjadi pada kondisi perekonomian yang normal. Pada perekonomian negara stabil, maka suku bunga kredit akan selalu tinggi dibanding
dengan suku bunga simpanan. Dalam kondisi perekonomian suatu negara stabil, biasanya negative spread
tidak terjadi. Setiap bank akan mampu menjual dananya dengan bunga lebih tinggi dibanding dengan bunga yang dibayarkan kepada nasabah yang menempatkan
dananya. Sebaliknya, dalam kondisi perekonomian suatu negara tidak stabil, atau sedang terjadi krisis, maka negative spread bisa terjadi. Hal ini dialami di Indonesia
pada akhir tahun 1997 sampai dengan awal tahun 1998. Negatif spread terjadi karena pada saat itu tingkat kepercayaan masyarakat terhadap nilai rupiah sangat merosot,
sehingga masyarakat lebih memilih menyimpan dananya dalam bentuk mata uang asing. Bank sebagai penghimpun dana masyarakat, termasuk penghimpun dana dalam
mata uang rupiah, perlu dana cukup banyak, sehingga perlu meningkatkan suku bunga untuk menghimpun dana masyarakat. Bank tidak mungkin meningkatkan suku
Universitas Sumatera Utara
25
bunga kredit, karena sector real tidak mampu membayar bunga lebih tinggi. Akibatnya, suku bunga kredit lebih rendah dibanding suku bunga simpanan.
Di samping bunga yang diperoleh dari dana yang disalurkan kepada nasabah, bank juga bisa meningkatkan pendapatannya melalui fungsi yang ketiga yaitu
pelayanan jasa. Pelayanan jasa yang diberikan kepada nasabah tersebut dapat meningkatkan pendapatan bank dari fee atas jasa yang diperoleh dari masyarakat
yang membutuhkannya. Pendapatan fee atas jasa pelayanan bank kepada nasabah disebut dengan fee based income. Meskipun, secara total fee based income belum
mampu menyaingi total pendapatan bunga kredit, akan tetapi beberapa bank sudah mengarah pada peningkatan pelayanan dengan meningkatkan teknomologi dan sistem
informasi. Salah satu pelayanan jasa yang dikembangkan antara lain ATM bersama, RTGS, intercity kliring, SKN sistem kliring nasional, Internet banking, sms
ba nking , dan produk pelayanan jasa lainnya.
21
Dari ketiga fungsi utama tersebut, dapat disimpulkan bahwa bank akan memperoleh pendapatan bunga dari fungsi penyaluran dana, membayar bunga kepada
nasabah pada penghimpunan dana, dan mendapat pendapatan fee atas jasa pada fungsi pelayanan jasa bank.
22
Selain itu, perbankan nasional kita mempunyai fungsi dan tujuan dalam kehidupan ekonomi nasional bangsa Indonesia :
1. Bank berfungsi sebagai “financial intermediary” dengan kegiatan usaha pokok
menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat atau pemindahan dana
21
Kasmir,
Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya
, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2009, hal. 25
22
Ismail. Op.Cit, hal. 19.
Universitas Sumatera Utara
26
masyarakat dari unit surplus kepada unit defisit atau pemindahan uang dari penabung kepada peminjam.
2. Penghimpunan dan penyaluran dana masyarakat tersebut bertujuan menunjang sebagian tugas penyelenggaraan negara yakni :
a. menunjang pembangunan nasional, termasuk pembangunan daerah; bukan
melaksanakan misi pembangunan suatu golongan apalagi perseorangan; jadi perbankan Indonesia diarahkan untuk menjadi agen pembangunan agent of
development .
b. dalam rangka mewujudkan trilogi pembangunan nasional, yakni:
1 meningkatkan pemerataan kesejahteraan rakyat banyak, bukan kesejahteraan
segolongan orang atau perseorangan saja; melainkan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia tanpa kecuali;
2 meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional, bukan pertumbuhan ekonomi
segolongan orang atau perseorangan; melainkan pertumbuhan ekonomi seluruh rakyat Indonesia, termasuk pertumbuhan ekonomi yang diserasikan;
3 meningkatkan stabilitas nasional yang sehat dan dinamis;
4 meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan rakyat banyak, artinya tujuan
yang hendak dicapai oleh perbankan nasional adalah meningkatkan pemerataan taraf hidup dan kesejahteraan rakyat Indonesia, bukan segolongan
orang atau perseorangan saja; 3. Dalam menjalankan fungsi tersebut, perbankan Indonesia harus mampu
melindungi secara baik apa yang dititipkan masyarakat kepadanya dengan menerapkan prinsip kehati-hatian prudential banking, dengan cara:
Universitas Sumatera Utara
27
a. efisien, sehat, wajar dalam persaingan yang sehat yang semakin mengglobal atau medunia; dan
b. menyalurkan dana masyarakat tersebut ke bidang-bidang yang produktif; bukan konsumtif;
4. Peningkatan perlindungan dana masyarakat yang dipercayakan pada bank, selain melalui penerapan prinsip kehati-hatian, juga pemenuhan ketentuan persyaratan
kesehatan bank, serta sekaligus berfungsi untuk mencegah terjadinya praktik- praktik yang merugikan kepentingan masyarakat luas.
Undang-undang yang lama mengatur tentang asas, fungsi, dan tujuan perbankan, sedangkan dalam peraturan perbankan yang baru masalah tersebut diatur
dalam bab II Pasal 2, Pasal 3 dan Pasal 4. Dengan diaturnya dalam Undang-Undang Perbankan 1998, maka menjadi jelas apa landasan perbankan, bagaimana kegiatannya
dan ke mana arahnya.
23
C. Jenis Bank
Bank di Indonesia dibagi menjadi beberapa jenis. Jenis bank dapat dibedakan sesuai dengan fungsi, kepemilikan, status, penetapan harga, dan tingkatannya.
1. Jenis-jenis Bank Ditinjau dari Segi Fungsinya
Bank sesuai dengan fungsinya dibedakan menjadi bank sentral, umum, dan perkreditan rakyat.
23
Roy Shakti. Op. Cit, hal. 59
Universitas Sumatera Utara
28
A. Bank Sentral
Bank sentral merupakan bank yang berfungsi sebagai pengatur bank -bank yang ada dalam suatu negara. Bank sentral hanya ada satu di setiap negara dan
mempunyai kantor yang hampir di setiap provinsi. Bank sentral yang ada di Indonesia adalah Bank Indonesia.
Tujuan Bank Indonesia, sesuai dengan Undang-Undang No. 23 tahun 1999 adalah untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Stabilitas nilai rupiah
ini sangat penting untuk mendukung perekonomian negara dan kesejahteraan masyarakat.
Dalam menjaga stabilitas nilai rupiah, maka tugas bank Indonesia secara terperinci antara lain:
1. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter:
a. Menetapkan sasaran moneter untuk menahan laju inflasi. b. Menetapkan besarnya giro wajib minimum.
c. Mengatur kredit dan pembiayaan. d. Mengelola cadangan devisa.
e. Menetapkan tingkat diskonto. f. Menetapkan bunga SBI Sertifikat Bank Indonesia.
g. Melakukan operasi terbuka pasar uang, rupiah, maupun mata uang asing.
h. Dan lain-lain yang terkait dengan kebijakan moneter. 2.
Mengatur dan memelihara kelancaran sistem pembayaran: a. Mengatur sistem kliring antarbank secara nasional.
Universitas Sumatera Utara
29
b. Mewajibkan semua penyelenggara jasa sistem pembayaran untuk menyampaikan laporan atas semua kegiatannya.
c. Memberikan izin penyelenggaraan sistem pembayaran. d. Mengatur lalu lintas giral serta mengelola peredaran uang.
3. Mengatur, mengoordinasi dan melakukan pengawasan kepada semua bank:
a. Menentukan prinsip kehati-hatian yang harus dijalankan oleh setiap bank. b. Memberikan izin yang diperlukan oleh bank dan lembaga keuangan lainnya
serta mencabut izin usaha bank. c. Memerintahkan agar bank menghentikan sementara kegiatannya.
d. Melakukan pengawasan kepada Bank secara periodik atas sewaktu-waktu tergantung kebutuhan.
e. Mewajibkan bank dalam menyampaikan laporan sesuai ketentuan BI. B. Bank Umum
Bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional danatau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Kegiatan bank umum secara garis besar dapat dibagi menjadi tiga fungsi
utama yaitu: a. Penghimpunan dana dari masyarakat
Bank umum menghimpun dana dari masyarakat dengan cara menawarkan berbagai jenis produk pendanaan antara lain giro, tabungan, deposito, dan produk -
produk pendanaan lainnya yang diperbolehkan. Dengan menghimpun dana dari
Universitas Sumatera Utara
30
masyarakat, maka bank akan membayar bunga atau imbalan tertentu sesuai dengan ketentuan masing-masing bank.
b. Penyaluran dana kepada masyarakat Bank umum perlu menyalurkan dananya kepada pihak yang membutuhkan
dana, agar tidak terjadi idle fund. Bank dapat menyalurkan dananya dalam bentuk kredit danatau pembiayaan serta dalam bentuk penempatan dana lainnya. Dengan
aktivitas penyaluran dana ini, bank akan memperoleh pendapatan bunga atau pendapatan lainnya sesuai dengan jenis banknya.
c. Pelayanan jasa dan lalu lintas pembayaran Bank umum juga menawarkan produk pelayanan jasa untuk membantu
transaksi yang dibutuhkan oleh pengguna jasa bank. Hasil yang diperoleh bank atas pelayanan jasa bank ialah berupa pendapatan fee dan komisi.
C. Bank Perkreditan Rakyat Bank perkreditan rakyat adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha
secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. BPR tidak dapat memberikan
pelayanan dalam lalu lintas pembayaran atau giral. Fungsi BPR pada umumnya terbatas pada hanya memberikan pelayanan jasa dalam menghimpun dana dari
masyarakat dan menyalurkannya kepada masyarakat. 2.
Jenis Bank ditinjau dari Segi Kepemilikannya Bank dilihat dari segi kepemilikannya, artinya siapa yang dapat memiliki
bank tersebut, hal ini dapat dilihat dari akta pendiriannya. Dari segi kepemilikan, bank dapat dibagi menjadi beberapa jenis, antara lain :
Universitas Sumatera Utara
31
a. Bank milik pemerintah, b. Bank milik swasta nasional,
c. Bank milik koperasi, d. Bank milik asing, dan
e. Bank campuran. 3.
Jenis Bank Ditinjau dari Segi Statusnya a. Bank Devisa
Bank devisa merupakan bank yang dapat melakukan aktivitas transaksi ke luar negeri danatau transaksi yang berhubungan dengan mata uang asing secara
keseluruhan. Produk yang ditawarkan oleh bank devisa lebih lengkap dibanding dengan produk yang ditawarkan oleh bank nondevisa.
Contoh Bank Devisa antara lain; 1
Bank Mandiri, 2
BNI, 3
BRI, 4
BCA, 5
Bank Permata, 6
BTN, dan 7
BII. b. Bank Nondevisa
Bank nondevisa merupakan bank yang belum mempunyai izin untuk melaksanakan kegiatan seperti bank devisa. Transaksi yang dilakukan oleh bank
nondevisa masih terbatas pada transaksi dalam negeri danatau mata uang rupiah
Universitas Sumatera Utara
32
saja. Bank nondevisa dapat mengubah statusnya menjadi bank devisa apabila sudah memenuhi persyaratan menjadi bank devisa. Salah satu persyaratan
menjadi bank devisa adalah telah memperoleh keuntungan dua tahun terakhir secara berturut-turut.
4. Jenis Bank ditinjau dari Segi Cara Penentuan Harga a. Bank Konvensional
Bank konvensional merupakan bank yang dalam penentuan harga menggunakan bunga sebagai balas jasa. Balas jasa yang diterima oleh bank atas
penyaluran dana kepada masyarakat, maupun balas jasa yang dibayar oleh bank kepada masyarakat atas penghimpunan dana. Di samping itu, untuk mendapatkan
keuntungan dari pelayanan jasanya, bank konvensional akan membebankan fee kepada nasabahnya.
Dalam memberikan balas jasa kepada pihak yang menempatkan dananya, bank konvensional memberikan balas jasa berupa bunga untuk tabungan, maupun
deposito, serta memberikan jasa giro kepada nasabah yang mempunyai simpanan giro. Di sisi lain, bank akan mendapat bunga atas pinjaman kredit yang diberikan
kepada nasabah dan fee atas transaksi jasa perbankan yang diberikan kepada nasabah yang membutuhkan pelayanan jasa bank. Besarnya fee atas pelayanan jasa perbankan
tergantung pada bank masing-masing, dan dipengaruhi oleh kondisi persaingan antarbank. Contoh Bank Konversional antara lain Bank BRI, BNI, Mandiri, dan
Permata.
Universitas Sumatera Utara
33
b. Bank Syariah Bank syariah merupakan bank yang kegiatannya mengacu pada hukum islam,
dan dalam kegiatannya tidak membebankan bunga, maupun tidak membayar bunga kepada nasabah. Imbalan yang diterima oleh bank syariah, maupun yang dibayarkan
kepada nasabah tergantung dari akad dan perjanjian antara nasabah dan bank. Perjanjian tersebut didasarkan pada hukum syariah baik perjanjian yang dilakukan
bank dengan nasabah dalam penghimpunan dana, maupun penyalurannya. Perjanjian akad yang terdapat di perbankan syariah harus tunduk pada syarat dan rukun akad
tersebut. 5.
Jenis Bank ditinjau dari Segi Tingkatannya Kantor Dalam mengelola usahanya, bank akan membedakan jenis bank berdasarkan
tingkatannya. Perbedaan jenis tingkatan tersebut dilihat dari tujuan dan volume aktivitasnya, kelengkapan produk, dan jasa bank yang diberikan, kewenangan dalam
pengambilan keputusan, serta wilayah operasinya.
24
D. Jasa-jasa Bank
Selain menjalankan fungsi dan perannya sebagai lembaga intermediasi yang menjembatani kepentingan peminjam borrower dan penitip dana saver, bank juga
menjalankan pelayanan jasa-jasa bank lainnya. Tujuan dari bentuk pelayanan jasa bank lainnya ini dimaksudkan untuk memberikan kemudahan bagi masyarakat dalam
melakukan aktivitas ekonomi. Masyarakat berkedudukan sebagai pelaku-pelaku
24
Totok Budisantoso, Sigit Triandaru,
Bank dan Lembaga Keuangan Lain
, Jakarta : PT. Salemba Empat, 2006, hal. 96
Universitas Sumatera Utara
34
ekonomi yang secara aktif melakukan transaksi ekonomi dengan sistem pembayaran melalui sistem banking, untuk itulah bank memberikan berbagai kemudahan untuk
transaksi dengan berbagai bentuk produk bank yang didukung dengan teknologi perbankan yang makin mutakhir. Berikut ini beberapa bentuk jasa perbankan.
1. Electronic Banking E-Banking
Istilah layanan elektronik perbankan alias e-banking tentu tak asing lagi. Hampir semua bank papan atas memiliki layanan ini. Gerak dan gaya hidup manusia,
terutama di kota besar, makin cepat. Ini salah satu asumsi para pengelola bank menyediakan layanan electronic banking e-banking. Layanan yang serba cepat dan
praktis ini memang pas dengan gaya hidup yang makin mobile. Di era teknologi dan informasi ini, industri perbankan cenderung ketinggalan jika tidak menyediakan
layanan elektronik. Banyak bank memfasilitasi nasabahnya dengan kemudahan dalam bertransaksi lewat e-banking.
Menyadari hal tersebut maka layanan perbankan seperti ini kini menjadi rebutan. Daftar menu layanan elektronik perbankan kian panjang. Belasan tahun lalu,
kebanyakan bank di Indonesia hanya mencantumkan ATM saja dalam daftar layanan electronic ba nking e-ba nking.
menjadi beraneka ragam bentuk layanan, mulai dari Phone Ba nking, Internet Ba nking
, hingga Mobile Banking, termasuk SMS Banking. Perbankan ingin memenuhi layanan kepada nasabah mulai dari kebutuhan
tradisional seperti mentransfer uang, mengecek saldo, hingga melakukan transaksi jual-beli tanpa harus mendatangi kantor cabang bank. Jika harus pergi ke bank untuk
melakukan berbagai transaksi tersebut, nasabah harus merelakan waktu, tenaga, dan ongkos. Tujuan utama bank menyediakan berbagai kemudahan bertransaksi dengan
Universitas Sumatera Utara
35
layanan e-banking sejatinya untuk menghimpun dana nasabah agar menghadap di bank.
Bagi bank, memberikan layanan yang mudah, cepat, dan murah kepada nasabah merupakan celah atau peluang bisnis. Mereka tetap bisa memperoleh fee dari
berbagai layanan ini. Selain itu, nasabah menjadi lebih loyal karena tidak perlu repot- repot mencari bank lain untuk transaksi yang mereka inginkan. Itulah alasan utama
mengapa perbankan berlomba-lomba memberi layanan e-banking yang serba cepat dan meringankan nasabah. Seperti PT Bank Panin Tbk yang menawarkan layanan
Pa nin One Access untuk nasabahnya. Nasabah dapat mengakses layanan ini selama
24 jam. Bagi nasabah yang suka berbisnis di luar negeri, layanan ini sangat membantu karena mereka tetap bisa mengontrol bisnisnya dari mana saja.
Untuk mengakses layanan ini, diperlukan biaya bank charge. Namun dalam perhitungan perbankan, layanan ini tetap lebih murah dibandingkan waktu dan
ongkos yang harus dikeluarkan nasabah jika mereka harus datang ke kantor bank. Besar kecilnya fee tergantung transaksinya, tetapi kisaran nilai antara Rp. 3.000-
Rp.5.000 per transaksi. Biaya menggunakan mesin ATM lebih bervariasi lagi. Kebanyakan bank tidak mengenakan biaya untuk transaksi penarikan tunai yang
dilakukan oleh nasabahnya sendiri. Sedang biaya transaksi transfer atau pembayaran terkena fee berkisar Rp.5.000- Rp.7.500 per transaksi.
Sedangkan biaya transaksi melalui SMS banking malah lebih murah. Ada bank yang mengutip sekitar Rp. 1.000- Rp. 1.500 untuk transaksi ke bank lain
melalui layanan SMS banking. Salah satu contohnya adalah PT Bank Permata Tbk yang mengaku tidak mengutip ongkos sama sekali dalam layanan e-banking. Hanya
Universitas Sumatera Utara
36
SMS dan internet banking yang ada biayanya. Besar biaya mengikuti aturan masing- masing provider. Biaya yang ditetapkan provider antara Rp.100-Rp.900 per SMS
untuk mobile banking. Memenuhi kebutuhan nasabah jelas merupakan alasan pertama mengapa bank
harus menyediakan e-banking. Tapi untuk menyediakan layanan ini, bank harus siap melakukan investasi teknologi yang tidak sedikit. Apalagi teknologi informasi terus
berkembang, sehingga bank harus siap melakukan belanja modal lebih dari sekali, jika tidak ingin layanan e-banking nya ketinggalan. Belanja modal ini tidak
menghalangi para bankir serius dalam menggarap e-banking. Dapat dipahami bahwa, layanan ini tidak hanya meningkatkan kepuasan nasabah. E-banking juga dapat
menjadi sumber pendapatan bagi bank. Ada pendapat yang mengatakan bahwa jika nasabah puas dengan layanan e-banking sebuah bank, ia akan terus menggunakan
layanan tersebut. Otomatis, volume transaksi e-banking di bank tersebut akan tinggi.
25
2. Transfer Payment Order
Perkembangan dunia perbankan saat ini menunjukkan betapa pentingnya industri perbankan untuk menunjang kegiatan ekonomi masyarakat terutama kegiatan
para pelaku bisnis. Untuk kepentingan ini dibutuhkan jasa perbankan guna melancarkan proses pemindahan uang dalam lalu lintas pembayaran. Di sini bank
mempunyai salah satu jasa layanan yang dikenal dengan istilah transfer payment order
. Yang dimaksudkan dengan transfer adalah suatu proses pemindahan uang
25
Kasmir,
Dasar-Dasar Perbankan
, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada Rajawali Press, 2012, hal. 83
Universitas Sumatera Utara
37
dalam jumlah tertentu yang dilakukan oleh sebuah bank atas perintah pihak ketiga, kepada bank lain agar membayarkan uang tersebut kepada pihak yang ditunjuk oleh
pihak ketiga itu. Atau suatu perintah nasabah kepada bank untuk mengirimkan sejumlah uang baik dalam mata uang rupiah atau luar negeri. Transfer memiliki
beberapa manfaat yang sangat penting bagi nasabah antara lain sebagai salah satu bentuk pelayanan dari produk bank untuk melakukan pemindahan uang baik bank
devisa maupun nondevisa, mempercepat proses pengiriman uang baik dalam negeri maupun luar negeri dalam waktu yang singkat, dan mempererat hubungan kerja sama
dengan bank lain di dalam negeri maupun di luar negeri.
26
3. Tabungan Saving Deposit
Dengan dikeluarkannya paket kebijaksanaan pemerintah dalam hal ini oleh Bank Indonesia dalam SE BI No. 2263KEPDIR tanggal 1 Desember 1989 perihal
Penyelenggaraan Tabungan, di mana pada intinya mencabut surat keputusan Direksi BI sebelumnya tentang penyelenggaraan Tabungan Pembangunan Nasional
TABANAS dan Tabungan Asuransi Berjangka TASKA. Mengacu pada ketentuan di atas, bermunculanlah berbagai bentuk produk tabungan dari berbagai bank seperti :
tahapan, kesra, simaskot, simpedes, jumbo, primadana, bunghari, tom aspac, di jempol, kencana, danamas, prestis, anda berhadiah, dan sebagainya. Sehubungan
dengan dikeluarkannya Surat Keputusan tersebut, perlu dikemukakan penjelasan dan ketentuan pelaksanaan sebagai berikut. Dalam surat keputusan tersebut antara lain
26
Ibid; hal. 84
Universitas Sumatera Utara
38
ditetapkan sebagai berikut tabungan adalah simpanan pihak ketiga pada bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu.
27
4. Simpanan Deposito
Secara garis besar deposito itu dapat dibagi ke dalam tiga jenis sebagai berikut yaitu deposito berjangka time deposit atau fixed deposit, deposit harian deposit on
ca ll , dan sertifikat deposito. Deposito ini termasuk ke dalam golongan dana mahal
dan boleh dikatakan merupakan dana yang paling mahal karena bunga yang harus dibayar bank kepada para deposan relatif tinggi dibandingkan dengan produk-produk
lainnya seperti rekening giro dan tabungan. Walaupun demikian ternyata bank paling menyukai dana deposito tersebut dan umumnya dalam bank sumber dana ini
menduduki persentase yang paling tinggi jika dibandingkan dengan sumber dana lain. Hal ini terjadi karena dana tersebut memiliki mobilitas yang makin kecil sehingga
bank lebih muda memperkirakan kebutuhan likuiditasnya. Deposan tidak mencairkannya sebelum deposito itu jatuh tempo dan dana tersebut dapat digunakan
oleh bank untuk memperoleh pendapatan.
28
5. Bilyet Giro
Bilyet giro BG demikian singkatan atas warkat bilyet giro adalah suatu surat perintah pemindahbukuan overbooking dari rekening tertarik kepada rekening
tertarik kepada rekening penarik yang ada di suatu bank maupun antarbank yang berbeda. Dalam bilyet giro harus tercantum: nama bilyet giro dan nomor seri, nama
dan tempat bank tertarik, nama pihak yang menerima dana pemindahbukuan tersebut,
27
Ibid; hal. 85
28
Ibid; hal. 86
Universitas Sumatera Utara
39
jumlah dana yang dipindahbukukan, tanda tangan penarik, tempat dan tanggal penarikan, tanggal efektif berlakunya pemindahbukuan, dan nama bank pihak
penerima pemindahbukuan.
29
6. Bank Garansi
Bank garansi guarantee bank adalah jaminan tanpa syarat dalam bentuk warkat yang diterbitkan oleh bank garantor yang mengakibatkan kewajiban bank
untuk membayar kepada penerima jaminan apabila pihak yang dijamin oleh bank cidera janji atau wanprestasi atau dapat dikatakan bahwa bank garansi adalah jaminan
pembayaran yang diberikan kepada pihak penerima jaminan, apabila pihak yang dijamin tidak memenuhi kewajibannya.
30
7. Inkaso
Suatu kuasa untuk melakukan penagihan, untuk dan atas risiko yang meminta melakukan penagihan perintah menagih dengan menggunakan jasa pihak ketiga
agar membantu menagih dengan meneruskan perintah menagih itu kepada pihak yang harus membayar drawee tagihan yang bersangkutan. Atau inkaso sering juga
diartikan suatu pemberian kuasa kepada bank untuk melakukan penagihan kepada bank terkait di tempat lain dalam atau luar negeri atas surat berharga dalam rupiah
atau valas, seperti cek, bank draft, giro, surat aksep, money order, dan lain sebagainya.
31
29
Ibid; hal. 88
30
Ibid; hal. 89
31
Ibid; hal. 90
Universitas Sumatera Utara
40
8. Cek Perjalanan
Traveller’s Cheque Traveller’s cheque atau cek perjalanan adalah jenis surat berharga yang
dikenal dan dipergunakan oleh masyarakat internasional sebagai alat tukar atau alat pembayaran yang sah seperti uang kertas tunai, dan kepemilikannya tidak dapat
dipindahtanganan kepada pihak lain. Cek perjalanan ini memiliki banyak manfaat seperti antara lain : memberikan kemudahan dan keamanan bagi yang membawa cek
perjalanan dari kerugian, dapat dicairkan di seluruh dunia jika pembawa cek perjalanan tersebut datang di suatu bank devisa, dan dapat digunakan sebagai alat
pembayaran.
32
9. Kredit Dokumenter Documentary Letter Of Credit
1. Sebuah instrument yang dikeluarkan oleh bank atas nama salah satu nasabah, yang menguasakan seseorang atau sebuah perusahaan penerima instrumen
tersebut menarik wesel atas bank yang bersangkutan atau salah satu bank korespondennya bagi kepentingannya, berdasarkan kondisi, persyaratan yang
tercantum pada instrumen tersebut An introduction to Internasional Banking Services,
Marine Midland Bank, 1983. 2. Dalam arti sempit adalah jaminan pembayaran oleh bank secara bersyarat.
Dalam arti luas adalah jaminan tertulis dari sebuah bank kepada seller beneficiary atas permintaan buyer applicant untuk melakukan pembayaran, yaitu membayar,
mengaksep, atau menegosiasikan wesel sampai dengan sejumlah uang tertentu yang
32
Ibid; hal. 100
Universitas Sumatera Utara
41
telah ditetapkan sebelumnya atas dokumen-dokumen yang disyaratkan dalam suatu jangka waktu tertentu ICC, Guide to Documentary Credit,1979.
33
10. Kartu Kredit
Dalam perkembangan abad modern ini, masyarakat akan lebih mengharapkan adanya kemudahan dalam melakukan segala macam transaksi. Bank sebagai salah
satu perusahaan yang bergerak dalam bidang pelayanan jasa, juga harus meningkatkan produk pelayanan jasanya. Salah satu produk yang harus ada pada
setiap bank adalah kartu kredit. Pada mulanya, kartu kredit diberikan kepada nasabah pemegang rekening
Giro. Akan tetapi, dengan ketatnya persaingan antarbank, maka bank berupaya memberikan pelayanan jasa yang tidak terbatas pada kalangan pengusaha, akan tetapi
juga ditawarkan kepada pihak yang memenuhi persyaratan yang ditentukan oleh bank. Saat ini, kartu kredit dapat ditawarkan kepada semua orang dengan persyaratan
tertentu sesuai dengan kebijakan bank masing-masing. Kartu kredit tersebut diberikan untuk memberikan kemudahan kepada nasabah dalam melakukan transaksi
pembelian. Fee atas kartu kredit tersebut diperoleh dari annual fee dan bunga atas transaksi pembelian yang telah melebihi jangka waktu penagihan. Berbagai contoh
kartu antara lain, Master Card, Visa Card, Citibank Visa, dan Dinner Club. Masing- masing kartu kredit memiliki keunggulan masing-masing, namun pada dasarnya
fungsi kartu kredit sama.
34
33
Ibid; hal. 101
34
Julius R. Latumaerissa,
Bank dan Lembaga Keuangan Lain
, Jakarta : PT. Salemba Empat,2011, hal. 240-273.
Universitas Sumatera Utara
42
BAB III TINJAUAN UMUM MENGENAI KARTU KREDIT
A. Kartu Kredit
1. Pengertian Kartu Kredit Kartu kredit credit card adalah alat pembayaran pengganti uang tunai atau
cek. Menurut Suryohadibroto dan Prakoso, kartu kredit adalah alat pembayaran sebagai pengganti uang tunai yang sewaktu-waktu dapat digunakan konsumen untuk
ditukarkan dengan produk barang dan jasa yang diinginkannya pada tempat-tempat yang menerima kartu kredit merchant atau bisa digunakan konsumen untuk
menguangkan kepada bank penerbit atau jaringannya cash advance.
35
Kartu kredit credit card diterbitkan oleh bank atau lembaga pengelola kartu kredit untuk kepentingan nasabahnya, dan dapat digunakan oleh pemegangnya
sebagai alat pembayaran yang sah secara kredit. Pedagang merchant menerima pembayaran dengan kartu kredit, kemudian ia menagih pembayarannya kepada bank
atau pengelola kartu kredit tersebut. Selanjutnya bank atau lembaga pengelola kartu kredit tersebut akan menagih pembayaran dari pemegang kartu kredit atau mendebet
secara langsung dari rekening nasabah yang bersangkutan. Berdasarkan apa yang telah dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa
pihak-pihak dalam penggunaan kartu kredit adalah pemegang kartu kredit card
35
Johannes Ibrahim,
Hukum Bisnis dalam Persepsi Manusia Modern,
Bandung : PT. Refika Adita, 2006, hal. 70
42
Universitas Sumatera Utara
43
holder , penerima pembayaran dengan kartu kredit merchant, dan penerbit kartu
kredit issuer. Pemegang kartu kredit adalah pihak yang telah memenuhi seluruh
persyaratan yang ditetapkan oleh penerbit sehingga berhak memegang dan menggunakan kartu kredit tersebut. Penerima pembayaran dengan kartu kredit,
biasanya pemilik tempat perbelanjaan dan hiburan, seperti pasar swalayan, hotel, restoran, dan perusahaan jasa lainnya. Sedangkan, pihak penerbit kartu kredit adalah
bank atau perusahaan khusus.
36
2. Dasar Hukum Kartu Kredit Perkembangan kartu kredit masih terbilang relatif baru dibandingkan dengan
alat bayar lainnya, seperti uang cash, cek, dan sebagainya maka tentang berlakunya kartu kredit tidak diketemukan dasar hukum yang tegas dalam kitab undang-undang,
yang menjadi dasar hukum atas legalisasi pelaksanaan kegiatan kartu kredit di Indonesia adalah sebagai berikut :
1. Perjanjian Antara Para Pihak Sebagai Dasar Hukum Sebagaimana diketahui sistem hukum kita menganut asas kebebasan
berkontrak vide Pasal 1338 ayat 1 KUH Perdata. Pasal 1338 ayat 1 tersebut menyatakan bahwa setiap perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-
undang bagi yang membuatnya. Dengan berlandaskan kepada Pasal 1338 ayat 1 ini, maka asal tidak bertentangan dengan hukum atau kebiasaan yang berlaku, maka
setiap perjanjian lisan maupun tertulis yang dibuat oleh para pihak yang terlibat
36
Hermansyah,
Hukum Per bankan Nasional Indonesia
, Jakarta : PT. Fajar Interpratama Offset, 2005, hal. 84-85
Universitas Sumatera Utara
44
dalam kegiatan kartu kredit, akan berlaku sebagai undang-undang bagi para pihak tersebut.
2. Perundang-undangan Sebagai Dasar Hukum Ada berbagai perundang-undangan lain yang tegas menyebut dan memberi
landasan hukum terhadap penerbitan dan pengoperasian kartu kredit yaitu sebagai berikut :
a. Peraturan Presiden No.9 Tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan Pasal 3
huruf c antara lain menyebutkan bahwa salah satu kegiatan dari Lembaga Pembiayaan adalah melakukan usaha kartu kredit sementara dalam Pasal 1
ayat 8 disebutkan bahwa yang dimaksudkan dengan usaha kartu kredit credit ca rd
adalah kegiatan pembiayaan untuk pembelian barang atau jasa dengan menggunakan kartu kredit, menurut Pasal 3 dari Kepres No.61 ini yang dapat
melakukan kegiatan lembaga pembiayaan tersebut termasuk kegiatan kartu kredit adalah :
1. Bank 2. Lembaga Keuangan Bukan Bank sekarang sudah tidak ada lagi dalam
sistem keuangan kita . 3. Perusahaan Pembiayaan
b. Keputusan Menteri Keuangan No.1251KMK.0131998 tentang Ketentuan
dan Tata Cara Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan sebagaimana telah berkali- kali
diubah, terakhir
dengan Keputusan
Menteri Keuangan
RI No.448KMK.0172000 tentang Perusahaan Pembiayaan Pasal 2 dari
Keputusan Menkeu No.1251 ini kembali menegaskan bahwa salah satu dari
Universitas Sumatera Utara
45
kegiatan Lembaga Pembiayaan adalah usaha kartu kredit. Selanjutnya dalam pasal 7 ditentukan bahwa pelaksanaan kartu kredit dilakukan dengan cara
penerbitan kartu kredit yang dapat dipergunakan oleh pemegangnya untuk pembayaran pengadaan barang atau jasa
c. Undang-undang No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan seperti yang telah
diubah dengan Undang-undang No.10 Tahun 1998. Sehubungan dengan perbankan, kartu kredit mendapatkan legitimasinya dalam Undang-undang
No.7 Tahun 1992 seperti yang telah diubah dengan Undang-undang No.10 Tahun 1998, Pasal 6 huruf 1 nya dengan tegas menyatakan bahwa salah satu
kegiatan bank adalah melakukan usaha kartu kredit d.
Berbagai Peraturan Perbankan lainnya terdapat berbagai peraturan perbankan lainnya yang mengatur lebih lanjut atau menyinggung tentang kartu kredit ini
yang dikeluarkan dari waktu ke waktu.
37
3. Jenis Kartu Kredit Kartu plastik pada prinsipnya dapat digolongkan berdasarkan fungsinya yaitu:
a. Credit Card Kartu kredit atau credit card adalah jenis kartu yang dapat digunakan sebagai
alat pembayaran transaksi jual beli barang atau jasa di mana pelunasan atau pembayarannya kembali dapat dilakukan dengan sekaligus atau dengan cara
mencicil sejumlah minimum tertentu. Jumlah cicilan tersebut dihitung dari nilai saldo tagihan ditambah bunga bulanan. Tagihan pada bulan yang lalu termasuk
37
Darko,”
Dasar Hukum
Penggunaan Kartu
Kredit
, “http:filedarko.blogspot.com201306dasar-hukum-penggunaan-kartu-kredit.htmldiakses
pada tanggal 1 Mei 2015 pukul 18.38 WIB
Universitas Sumatera Utara
46
bunga retail interest merupakan pokok pinjaman pada bulan berikutnya. Misalnya tagihan bulan sebelumnya adalah Rp. 1.000.000. Pembayaran minimum
ditetapkan misalnya 10 dari total tagihan dengan pembayaran minimum sebesar Rp. 50.000. Dari angka tersebut maka pemegang kartu harus membayar cicilan
sebesar 10 x Rp. 1.000.000 = Rp. 100.000. Sekiranya hasil perkalian dari tagihan tersebut kurang dari Rp. 50.000, maka jumlah cicilan bulan yang
bersangkutan minimum Rp. 50.000. Misalnya jumlah tagihan Rp.200.000, maka jumlah cicilan adalah 10 x Rp. 200.000 = Rp.20.000. Karena jumlah tersebut
kurang dari Rp.50.000, maka pemegang kartu harus mencicil minimal Rp.50.000. Apabila card holder melakukan transaksi melampaui kredit limit, maka
pembayaran minimum adalah sebanyak kelebihan dari kredit limit ditambah 10 dari total kredit limit. Pembayaran tersebut sudah harus dilakukan paling lambat
pada tanggal jatuh tempo setiap bulan yang ditetapkan oleh issuer untuk setiap pemegang kartu. Keterlambatan pembayaran akan mengakibatkan kena denda
keterlambatan atau late charge. Kartu kredit dapat digunakan pula untuk melakukan penarikan uang tunai baik langsung melalui teller pada kantor bank
yang bersangkutan maupun ATM Automated Teller Machine di mana ada tertera logo atau nama kartu yang dimiliki, baik di dalam maupun luar negeri.
Kartu kredit yang umum digunakan dalam transaksi ini adalah Visa dan Master Ca rd.
38
38
Erry Kurniawati,
Hemat Dengan Kartu Kredit
, Yogyakarta : PT. Bentang Pustaka, 2011, hal. 40
Universitas Sumatera Utara
47
b. Charge Card Cha rge card
adalah kartu yang dapat digunakan sebagai alat pembayaran suatu transaksi jual beli barang atau jasa di mana nasabah membayar kembali
seluruh tagihan secara penuh pada akhir bulan atau bulan berikutnya dengan atau tanpa biaya tambahan. Misalnya, total nilai transaksi pada bulan sebelumnya Rp.
1.000.000, maka pada saat tagihan diterima dari perusahaan kartu maka jumlah tagihan tersebut atau ditambah biaya lainnya bila ada harus dibayar seluruhnya
paling lambat pada tanggal jatuh tempo pembayaran setiap bulan yang sebelumnya telah ditetapkan oleh issuer.
39
c. Debit Card Debit ca rd
berbeda dengan kedua kartu plastk yang telah disebutkan di atas. Pembayaran atas transaksi jual beli barang atau jasa dengan menggunakan kartu
debit ini pada prinsipnya merupakan transaksi tunai dengan tidak menggunakan uang tunai akan tetapi pelunasannya atau pembayarannya dilakukan dengan cara
mendebit mengurangi secara langsung saldo rekening simpanan pemegang kartu yang bersangkutan dan dalam waktu yang sama mengkredit rekening penjual
merchant sebesar jumlah nilai transaksi pada bank penerbit pengelola. Mekanisme pembayaran dengan debit card yang sedang dikembangkan saat
ini adalah pemegang kartu menyerahkan kartu debitnya pada kasir di counter penjualan at the point of sales. Kemudian dengan menggunakan alat elektronik
yang online dengan bank, saldo rekening pemegang kartu akan langsung terlihat pada monitor yang selanjutnya akan didebit sebesar jumlah nilai transaksinya
39
Ibid; hal. 42
Universitas Sumatera Utara
48
dengan mengkredit rekening merchant. Seperti halnya dengan credit card, jenis kartu debit ini dapat digunakan pula untuk menarik uang tunai baik melalui
counter bank maupun melalui mesin kas otomatis atau ATM dan berfungsi
sebagai cash card.
40
d. Cash Card Cash card pada dasarnya adalah kartu yang memungkinkan pemegang kartu
untuk menarik uang tunai baik langsung pada kasir bank maupun melalui ATM bank tertentu yang biasanya tersebar di tempat-tempat strategis, misalnya dihotel,
pusat-pusat perbelanjaan dan wilayah perkantoran. Dengan melakukan perjanjian kerja sama terlebih dahulu, pemegang cash card salah satu bank dapat pula
menggunakannya pada bank lainnya.
41
e. Check Guarantee Card Kartu ini pada prinsipnya dapat digunakan sebagai jaminan dalam penarikan
cek oleh pemegang kartu. Kartu jenis ini sangat populer di Eropa terutama Inggris. Di samping itu, kartu tersebut dapat juga digunakan dalam melakukan
penarikan uang melalui ATM.
42
4. Manfaat Kartu Kredit Secara umum, penggunaan kartu kredit sangat bermanfaat bagi peningkatan
efisiensi dan keamanan transaksi jual beli. Apabila ditinjau dari sisi pihak -pihak yang
40
Ibid; hal. 44
41
Ibid; hal. 46
42
Dahlan Siamat,
Manajemen Lembaga Keuangan
, Jakarta : PT. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2004, hal. 401-403
Universitas Sumatera Utara
49
terkait dalam penggunaan kartu kredit, maka manfaat dapat dikelompokkan sebagai berikut :
1. Bagi pemilik kartu a.
Risiko kehilangan dan pencurian uang lebih rendah, karena kalaupun kartu hilang pemilik kartu dapat segera menghubungi issuer atau acquirer untuk
memblokir kartu. Kartu yang telah diblokir tidak dapat digunakan lagi sebagai alat pembayaran pada merchant.
b. Lebih praktis, karena tidak perlu membawa uang tunai dalam jumlah besar.
c. Mengatasi kebutuhan dana mendesak dalam jangka pendek tanpa harus
mengajukan permohonan kredit kepada bank atau lembaga keuangan lain. d.
Fasilitas lain yang ditawarkan oleh issuer pada kartu kredit yang diterbitkan seperti asuransi, informasi dokter, kemudahan pembelian barang dan jasa
pada merchant tertentu, dan lain-lain. 2. Bagi issuer
Manfaat utama yang dapat diterima oleh issuer adanya penerimaan yang berasal dari :
a. Uang pangkal b. Iuran tahunan
c. Diskon terhadap pembayaran kepada merchant. Contoh: Merchant A melakukan penagihan atas transaksi penjualan sebesar Rp. 1.000.000 kepada
issuer B. Apabila diskon ditetapkan sebesar 3, maka jumlah yang harus
dibayarkan oleh issuer adalah sebesar Rp. 1.000.000 dikurangi 3 kali Rp. 1.000.000 atau sama dengan Rp. 970.000. Sedangkan jumlah yang dapat
Universitas Sumatera Utara
50
ditagih oleh issuer kepada pemilik kartu adalah tetap sejumlah Rp. 1.000.000 sehingga selisihnya Rp.30.000= 3 merupakan penerimaan bagi issuer.
d. Bagi atas sisa tagihan yang belum dibayar. e. Bunga atas pelanggaran batas maksimum kredit.
f. Denda atas keterlambatan pembayaran. 3. Bagi merchant
a. Risiko kehilangan dan pencurian uang lebih rendah, karena pembayaran oleh
pembeli tidak dengan uang tunai. b.
Lebih praktis, karena tidak perlu menyimpan uang tunai di kasir dalam jumlah besar
c. Peningkatan penjualan karena pembeli dapat membeli secara kredit melalui
issuer. 4. Bagi acquirer
a. Penerimaan berupa interchange fee
Contoh : Mercha nt
A melakukan penagihan atas transaksi penjualan sebesar Rp. 1.000.000 kepada acquirer C. Apabila diskon ditetapkan sebesar 3, maka
jumlah yang harus dibayarkan oleh acquirer kepada merchant adalah sebesar Rp. 1.000.000 dikurangi 3 kali Rp.1.000.000 atau sama dengan Rp.
970.000. Sedangkan jumlah yang dapat ditagih oleh acquirer kepada issuer adalah sejumlah Rp.970.000 ditambah dengan interchange fee. Apabila
intercha nge fee sebelumnya telah ditetapkan sebesar 1 dari nilai transaksi,
maka pembayaran issuer kepada acquirer adalah sebesar Rp.970.000 ditambah
Universitas Sumatera Utara
51
Rp.10.000 atau sama dengan Rp.980.000. Uang sejumlah Rp.10.000 tersebut adalah interchange fee atau penerimaan bagi acquirer. Selanjutnya issuer
menagih pemilik kartu sebesar Rp.1.000.000 dikurangi Rp.980.000 atau sebesar Rp.20.000.
b. Pemilik kartu dapat disyaratkan untuk memiliki rekening simpanan pada
a cquirer yang berupa bank.
c. Acquirer yang berupa bank berkesempatan untuk menawarkan produk-
produknya yang lain pada pemilik kartu.
43
5. Keuntungan Bagi Si Penjual atau Penerima Kartu Kredit Bagi nasabah pemegang kartu dengan memiliki kartu kredit, baik yang
dikeluarkan oleh bank maupun lembaga pembiayaan diharapkan akan memberikan berbagai keuntungan. Demikian pula bagi lembaga penerbit kartu kredit tersebut.
Oleh karena itu, penggunaan kartu kredit dalam setiap kartu kredit dalam setiap transaksi akan memberikan berbagai keuntungan kepada berbagai pihak walaupun
praktiknya terdapat juga kerugiannya. Adapun keuntungan yang diperolehnya antara lain sebagai berikut :
1. Keuntungan bagi bank atau lembaga pembiayaan a.
Iuran tahunan yang dikenakan kepada setiap pemegang kartu. Perolehan iuran ini sangat besar setiap tahunnya. Bayangkan jika sebuah bank memiliki
1.000.000 pemegang kartu kredit dengan iuran Rp.150.000,- per tahun, maka uang yang diperoleh dari iuran itu saja berjumlah Rp.150.000.000.000,- 150
43
Sigit Triandaru dan Tatok Budisantoso, Op.Cit. hal. 260-261
Universitas Sumatera Utara
52
miliar per tahun. Dengan demikian, semakin banyak pemegang kartu maka semakin banyak pula iuran yang akan diperolehnya.
b. Bunga yang dikenakan pada saat berbelanja. Masih dengan contoh di atas jika
nasabah berbelanja atau mengambil uang tunai sebesar Rp.100 miliar per bulan dan dianggap 60 saja berarti Rp.60 miliar terkena bunga dari
nasabah tersebut terlambat melakukan pembayaran, maka akan dikenakan bunga sekitar 2,5 sampai 5 per bulan. Dan kita anggap nasabah dikenakan
bunga 3 saja, maka penghasilan dari bunga adalah 3 x Rp.60 miliar sama dengan Rp.1,8 miliar per bulan atau Rp.21,6 miliar per tahun dan semakin
besar yang menunggak berarti semakin besar perolehan bunganya. c.
Biaya adminsitrasi yaitu biaya yang dibebankan kepada setiap pemegang kartu yang akan menarik uang tunai di ATM.
d. Biaya denda terhadap keterlambatan pembayaran di samping bunga.
e. Kemudahan berbelanja dengan cara kredit, jadi nasabah tidak perlu membawa
uang tunai untuk melakukan transaksi. f.
Kemudahan memperoleh uang tunai selama 24 jam dan 7 hari dalam seminggu di berbagai tempat-tempat strategis sehingga memudahkan untuk
memenuhi keperluan uang tunai yang mendadak. g.
Bagi sebagian kalangan memegang kartu kredit memberikan kesan bonafiditas sehingga memberikan kebanggaan tersendiri.
2. Keuntungan bagi pedagang merchant a.
Dapat meningkatkan omset penjualan, hal ini disebabkan adanya minimal pembelanjaan serta akibat pemegang kartu merasa tidak membayar tunai
Universitas Sumatera Utara
53
sehingga menggunakan sekehendaknya, maka biasanya pemegang kartu boros melakukan transaksi.
b. Sebagai bentuk pelayanan yang diberikan kepada para pelanggannya sehingga
pelanggan selalu kembali untuk melakukan hal yang sama secara berulang- ulang.
c. Dan lain-lain
44
B. Hak dan Kewajiban Para Pihak Yang Terlibat Dalam Kartu Kredit
Pihak-pihak yang terlibat dengan penggunaan kartu kredit meliputi : A.
Penerbit issuer Issuer
adalah pihak atau lembaga yang menerbitkan dan mengelola kartu kredit. Lembaga penerbit ini dapat berupa lembaga keuangan bukan bank
yang secara khusus bergerak dalam bidang kartu kredit, lembaga keuangan bukan bank lain, bank, atau perusahaan nonlembaga keuangan.
Kepada para pihak penerbit ini oleh hukum dibebankan kewajiban sebagai berikut :
1. Memberikan kartu kredit kepada pemegangnya
2. Melakukan pelunasan pembayaran harga atau jasa atas bill yang
disodorkan oleh penjual 3.
Memberitahukan kepada pemegang kartu kredit terhadap setiap tagihannya dalam suatu periode tertentu, biasanya tiap satu bulan
44
Kasmir, Op. Cit. hal. 334-346
Universitas Sumatera Utara
54
4. Memberitahukan kepada pemegang kartu kredit berita-berita lainnya
yang menyangkut dengan hak, kewajiban dan kemudahan bagi pemegang tersebut.
Selanjutnya pihak penerbit kartu kredit oleh hukum juga diberikan hak- hak berikut :
a Menagih dan menerima dari pemegang kartu kredit pembayaran
kembali uang harga pembelian barang atau jasa b
Menagih dan menerima dari pemegang kartu kredit pembayaran lainnya, seperti bunga, uang pangkal, uang tahunan, denda, dan
sebagainya c
Menerima komisi dari pembayaran tagihan kepada perantara penagihan atau kepada penjual.
B. Pengelola acquirer
Acquirer adalah pihak yang mewakili kepentingan penerbit kartu untuk menyalurkan kartu kredit, melakukan penagihan pada pemilik kartu,
melakukan pembayaran kepada pihak merchant. Mengingat jangkauan dari penggunaan kartu kredit biasanya sangat luas dan penerbit kartu kredit tidak
mungkin untuk memiliki kantor cabang di semua tempat, maka penerbit selalu memerlukan jasa acquirer dalam pengelolaan kartu kreditnya. Penerbit ada
yang secara khusus menerbitkan kartu saja, sedangkan kegiatan operasional, penyaluran, penagihan, dan pembayaran diserahkan sepenuhnya kepada
a cquirer . Penerbit tertentu juga bertindak sebagai acquirer dari kartu kredit
yang diterbitkan. Sebelum suatu perusahaan atau bank bertindak sebagai
Universitas Sumatera Utara
55
acquirer atas suatu kartu kredit tertentu, terlebih dahulu yang bersangkutan mengadakan perjanjian kerja sama dengan issuer.
C. Pemilik kartu card holder
Pemilik kartu adalah pihak yang menggunakan kartu kredit untuk kegiatan disetujui apabila mengajukan permohonan kartu kredit kepada acquirer atau
issuer. Untuk meminimalkan risiko, issuer dan acquirer melakukan seleksi
atau analisis terlebih dahulu sebelum memutuskan seseorang layak memegang kartu kredit yang mereka terbitkan. Persyaratan yang seharusnya
dipenuhi pada dasarnya adalah : Demi kepentingan pemasaran kartu, penerbit kartu kredit sering kali
memberikan kartu tambahan kepada pemilik kartu, sehingga dikenal istilah kartu utama basic card dan kartu tambahan supplementary card. Kartu tambahan
diharapkan digunakan oleh saudara atau relasi dari pemegang kartu utama sehingga intensitas penggunaan kartu lebih tinggi dan fasilitas kredit yang diberikan cenderung
lebih maksimal dimanfaatkan oleh pemilik kartu. Hal ini menguntungkan bagi issuer karena semakin sering fasilitas kredit digunakan berarti harapan penghasilan melalui
bunga juga semakin besar. Pemegang kartu utama bertanggung jawab atas semua pemenuhan kewajiban pemegang kartu tambahan kepada issuer dan acquirer.
Secara hukum, pihak pemegang kartu kredit mempunyai kewajiban sebagai berikut :
a. Tidak melakukan pembelian dengan kartu kredit yang melebihi batas
maksimum
Universitas Sumatera Utara
56
b. Menandatangani slip pembelian yang disodorkan oleh pihak penjual barang
atau jasa c.
Melakukan pembayaran-pembayaran lainnya, seperti uang pangkal, uang tahunan, denda, dan sebagainya.
Selanjutnya pihak pemegang kartu kredit mempunyai hak-hak sebagai berikut : a.
Hak untuk membeli barang atau jasa dengan memakai kartu kredit, sedang atau tanpa batas maksimum
b. Kebanyakan kartu kredit juga memberi hak kepada pemegangnya u
c. ntuk mengambil uang cash baik pada mesin teller tertentu dengan memakai
nomor kode tertentu ataupun via bank-bank lain atau bank penerbit d.
Hak untuk mendapatkan informasi dari penerbit tentang perkembangan kreditnya dan tentang kemudahan-kemudahan lainnya.
D. Penjual merchant
Mercha nt adalah pihak penjual barang dan jasa dibeli oleh pemilik kartu
dengan menggunakan kartu kreditnya. Sebelum merchant menerima pembayaran dengan kartu kredit tertentu, merchant tersebut terlebih dahulu
mengadakan perjanjian kerja sama dengan issuer dan acquirer. Pihak penjual barang atau jasa terhadap kartu kredit akan atau telah
dipergunakan, secara hukum mempunyai kewajiban-kewajiban sebagai berikut :
a. Memperkenalkan pihak pemegang kartu kredit untuk membeli barang
atau jasa dengan memakai kartu kredit
Universitas Sumatera Utara
57
b. Bila perlu melakukan pengecekan atau otorisasi tentang penggunaan
dan keabsahan kartu kredit yang bersangkutan c.
Menginformasikan kepada pemegang atau pembeli barang atau jasa tentang charge tambahan selain harga jika ada
d. Menyodorkan slip pembelian untuk ditandatangani oleh pihak pembeli
atau pemegang kartu kredit e.
Membayar komisi ketika melakukan penagihan kepada perantara jika dipakai perantara atau kepada penerbit jika dilakukan langsung
kepada penerbit. Sedangkan yang menjadi hak dari penjual barang atau jasa adalah sebagai
berikut : a.
Meminta pelunasan harga barang atau jasa yang dibeli oleh pembelinya dengan memakai kartu kredit
b. Meminta pembeli atau pemegang kartu kredit untuk
menandatangani slip pembelian c.
Menolak untuk menjual barang atau jasa jika tidak terdapat otoriosasi dari penerbit kartu kredit.
45
C. Mekanisme Penerbitan, Pelayanan dan Penagihan Kartu Kredit
Kartu kredit sudah menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat. Jika digunakan dengan tepat, kartu kredit akan memberikan banyak manfaat bagi
45
Try Widiyono,
Aspek Operasional Transaksi Produk Perbankan di Indonesia
, Bogor : PT. Ghalia Indonesia, 2006, hal. 204
Universitas Sumatera Utara
58
pemegangnya. Namun, bagi orang awam, sayangnya masih banyak yang masih bingung bagaimana cara untuk mendapatkan kartu kredit serta syarat-syaratnya.
Persyaratan untuk memperoleh kartu plastik tergantung bank atau lembaga yang mengeluarkannya. Namun, secara umum persyaratan yang dipersyaratkan
hampir tidak jauh berbeda antar satu dengan lembaga lainnya. Adapun persyaratan yang dipersyaratkan untuk memperoleh kartu kredit
secara umum adalah sebagai berikut. 1.
Nasabah mengajukan permohonan dengan mengisi formulir permohonan yang sudah disiapkan oleh lembaga penerbit.
2. Nasabah melengkapi persyaratan yang dipersyaratkan seperti :
a. menyerahkan foto kopi bukti diri seperti KTP b. menyerahkan slip gaji atau surat keterangan penghasilan
3. Pihak bank atau lembaga pembiayaan akan melakukan penelitian langsung ke
alamat calon pemegang kartu dan lewat telepon. Tujuan penelitian ini untuk melihat kebenaran data yang dibuat serta kredibilitas dan kapabilitas nasabah
tersebut. Penelitian juga ditujukan ke lembaga lain untuk melihat daftar black list
nasabah. 4.
Pihak bank atau lembaga pembiayaan akan menyetujui penerbitan kartu jika dari hasil penelitian dianggap layak dan mengirimkan kartu tersebut kepada
nasabah. Salah satu sarana yang memegang peranan penting dalam penggunaan kartu
kredit adalah Automated Teller Machine ATM. ATM ini merupakan mesin yang dapat melayani kebutuhan nasabah secara otomatis secara setiap saat selama 24 jam
Universitas Sumatera Utara
59
dan 7 hari dalam seminggu termasuk hari libur. Kemudian lokasI ATM tersebar di berbagai tempat-tempat strategis. Pengertian ATM dewasa ini sudah diterjemahkan
ke dalam bahasa Indonesia menjadi Anjungan Tunai Mandiri.
D. Sistem Kerja Kartu Kredit Mulai Dari Permohonan Sampai Dengan MelakukanTransaksi
Prosedur untuk memperoleh kartu kredit dari bank apapun umumnya hampir sama. Hal yang membedakan dari setiap bank mungkin dalam hal dokumen yang
dibutuhkann dan syarat umum pemegang kartu kredit tersebut. Syarat umum pemegang kartu kredit biasanya dilihat dari umur calon pemegang kartu kredit dan
jumlah penghasilan per bulannya. Berikut langkah-langkah yang harus dilakukan untuk penerbitan kartu kredit.
1. Mengisi Formulir Pengajuan Kartu Kredit Ada tiga cara untuk mendapatkan formulir pengajuan kartu kredit ini.
Pertama, kita bisa mendapatkan formulir pengajuan kartu kredit dengan mendatangi bank penerbit kartu kredit yang diinginkan. Kedua, mengisi formulir kartu kredit
secara online di situs bank penerbit kartu kredit. Ketiga, bertemu dengan marketing kartu kredit di tempat-tempat tertentu, seperti di gerai ATM atau di acara-acara
tertentu. Setelah memperoleh formulir, isi dengan lengkap informasi yang diminta,
terutama nomor telepon rumah, telepon pribadi, telepon kantor, dan nomor telepon saudara yang tidak tinggal serumah. Terakhir, tanda tangani formulir tersebut dan
kembalikan ke bank atau kepada agen marketing kartu kredit.
Universitas Sumatera Utara
60
2. Melengkapi Dokumen yang Diperlukan Setelah mengisi formulir, berikan juga dokumen-dokumen yang diminta.
Secara umum, dokumen yang diperlukan untuk membuat kartu kredit adalah fotokopi KTP, slip gaji atau keterangan surat penghasilan, dan fotokopi kartu kredit lain jika
sudah memiliki yang lain. 3. Verifikasi Melalui Telepon dari Bank
Setelah seluruh dokumen lengkap, pihak bank penerbit kartu kredit melalui analisnya akan mulai memproses pengajuan kartu kredit. Pihak bank akan
menghubungi kita melalui telepon untuk memverifikasi data-data yang telah diisikan di formulir.
Pertama-tama pihak bank akan memverifikasi dengan menelepon ke ponsel pribadi. Kemudian, pihak bank akan menelepon ke rumah untuk memverifikasi
apakah benar kita tinggal di alamat yang dimaksud. Lalu, pihak bank akan menelepon ke kantor anda untuk mengecek apa benar kita bekerja di kantor tersebut. Terakhir,
pihak bank akan menelepon ke saudara yang tidak tinggal serumah. 4. Survei ke Rumah
Bagi anda yang baru pertama kali mengajukan kartu kredit, pihak bank akan melakukan survey langsung ke rumah kita untuk memastikan kebenaran data -data
yang diisikan di dalam formulir. Sementara itu, bagi yang sudah pernah memiliki kartu kredit sebelumnya, pihak bank tidak akan melakukan survei ke rumah, tapi
cukup melihat catatan kredit kita di Bank Indonesia
Universitas Sumatera Utara
61
5. Konfirmasi Pengiriman Kartu Kredit Jika semua prosedur dari nomor satu hingga nomor empat telah dilakukan
dam kita dinyatakan dapat menerima kartu kredit yang diinginkan, pihak bank akan mengkonfirmasikan mengenai pengiriman kartu kredit kepada kita melalui telepon.
Jika sudah selesai, kita tinggal menunggu kartu kredit tersebut sampai di tangan kita. 6. Aktivasi Kartu Kredit
Setelah kartu kredit diterima, kita tidak bisa langsung begitu saja menggunakannya, kita harus menghubungi pihak bank penerbit kartu kredit terlebih
dahulu untuk mengaktifkan kartu kredit kita. Setelah, melakukan telepon singkat tersebut, barulah kartu kredit kita dapat digunakan.
46
46
Johannes Ibrahim,
Dilematis Antara Kontrak dan Kejahatan
, Bandung : PT. Refika Aditama, 2004, hal. 23
Universitas Sumatera Utara
62
BAB IV PERTANGGUNGJAWABAN NASABAH TERHADAP BANK DALAM
PEMBAYARAN KARTU KREDIT YANG OVER LIMIT STUDI DI BANK DANAMON CABANG SUTOMO MEDAN
A.
Akibat Hukum Dari Kartu Kredit Yang Over Limit
Selama kurang-lebih 32 tahun, kita baru menyadari bahwa pembangunan bidang ekonomi lebih diutamakan namun dengan mengabaikan pembangunan
hukumnya. Akibatnya, dalam pembangunan bidang ekonomi tersebut muncullah berbagai isu dan persoalan hukum berskala nasional. Isu dan persoalan hukum tadi
merupakan ekses dari kebijakan politik ekonomi yang tidak mempunyai esensi substansi karena lebih mengedepankan tata langkah dan cara kerja hukumnya. Oleh
karena itu, sewajarnya kita berbenah diri dalam menghadapi pertumbuhan dan perkembangan pembangunan ekonomi yang sedemikian pesatnya. Caranya dengan
mengadakan penyesuaian dan perubahan seperlunya terhadap berbagai perangkat hukum dan perundang-undangan nasional yang mengatur bidang ekonomi.
Sesungguhnya untuk mengantisipasi hal demikian, sejak tahun 1988 pemerintah telah mengeluarkan serangkaian kebijakan paket deregulasi di bidang
keuangan, moneter, dan perbankan. Sejak saat itu dunia perbankan semakin semarak, karena di mana-mana bank-bank baru muncul bagaikan jamur di musim hujan. Pada
sisi lain, dunia perbankan tertimpa tragedi yang membuatnya kelam, dengan timbulnya masalah-masalah baru yang belum pernah terjadi sebelumnya. Undang-
Undang No. 14 Tahun 1967 tentang Pokok-pokok Perbankan dan beberapa undang- undang di bidang perbankan lainnya yang berlaku sudah tidak memadai dan tidak
62
Universitas Sumatera Utara
63
dapat mengikuti perkembangan perekonomian nasional maupun internasional. Oleh sebab itu, tatanan hukumnya perlu diperbarui dengan menyusun suatu undang-undang
baru tentang perbankan. Dan undang-undang baru tersebut pada tanggal 25 Maret 1992 disahkan oleh Presiden menjadi Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang
Perbankan. Dengan demikian, maka sejak itu, hukum perbankan telah mengalami perubahan yang sangat mendasar.
47
Selanjutnya, setelah enam tahun mulai dari berlakunya, Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 mengalami perubahan untuk pertama kalinya. Perubahan
tersebut merupakan salah satu program pelaksanaan reformasi perbankan, yakni menyempurnakan perangkat hukum di bidang perbankan dan pendirian lembaga dana
penyangga simpanan, yang pada gilirannya akan memulihkan kepercayaan masyarakat domestik maupun internasional terhadap sistem perbankan kita.
Perubahan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tersebut dituangkan di dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan. Undang-undang ini disahkan oleh Presiden pada tanggal 10 Nopember 1998.
48
Di penghujung tahun 1998 telah diundangkan Undang-Undang No. 10 perbankan selanjutnya kedua-
duanya disebut saja “Undang-Undang Perbankan”. Undang-Undang No.10 Tahun 1998 mengubah mengganti menambah beberapa
pasal dari Undang-Undang Perbankan yang lama No.7 Tahun 1992. Sehingga yang sekarang berlaku adalah bahwa baik undang-undang lama yaitu Undang-Undang
47
Gatot Supramono,
Per bankan dan Masalah Kredit
, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2009, hal. 32
48
Rachmad Usman,
Aspek
–
Aspek Hukum Per bankann di Indonesia,
Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 2001, hal. 1-2
Universitas Sumatera Utara
64
No.7 Tahun 1992 yaitu terhadap pasal-pasalnya yang belum diubah, maupun undang-undang baru yaitu Undang-Undang No.10 Tahun 1998.
Undang-Undang Perbankan yang lama maupun yang baru tergolong singkat, hanya 61 pasal saja. Bandingkan misalnya dengan Undang-Undang tentang Perseroan
Terbatas No.1 Tahun 1995 yang terdiri dari 129 pasal. Atau Undang-Undang tentang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995 yang terdiri dari 116 pasal.
Selain daripada itu, adalah merupakan suatu fakta historis bahwa proses pembentukan Undang-Undang Perbankan dilakukan pada masa-masa tidak normal,
sehingga hal tersebut secara langsung atau tidak langsung berpengaruh terhadap materi dari undang-undang yang bersangkutan. Undang-undang yang lama Undang-
Undang No.7 Tahun 1992 dibuat pada saat bank-bank sedang berbulan madu dan berpesta pora dalam suasana alam liberalisasi moneter setelah deregulasi yang
bersumber dari Pakto 1988. Maka, tidak khayal lagi bahwa suasana seperti ini sangat dalam mempengaruhi dan mewarnai ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam
Undang-Undang Perbankan tersebut. Sayangnya, suasana liberalisasi moneter tersebut, yang ujung-ujungnya memacu bank seperti jamur di musim hujan, hanyalah
fenomena sesaat dan bukanlah merupakan keadaan yang representative terhadap dunia perbankan. Sebab, hakikat dari dunia perbankan adalah bahwa dunia tersebut
haruslah diatur dan diawasi secara ketat, karena di dunia perbankan tersebut menyangkut dengan sekian banyak dana masyarakat bahkan tersangkut hidup
matinya perekonomian negara. Sayangnya, pembentuk undang-undang kala itu tidak bisa berantisipasi jauh ke depan ke dunia perbankan yang sebenarnya, tetapi sangat
terpaku pada era liberalisasi moneter versi Pakto 1998 yang hanya sesaat itu. Karena
Universitas Sumatera Utara
65
itu, tidaklah terlalu mengherankan jika Undang-Undang Perbankan Tahun 1992 tersebut hanyalah sebagai kembang semusim saja, yang akan segera layu apabila
musim telah berganti.
49
Pada ujung ekstrem yang lain, Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 dibuat justru pada saat keadaan perbankan dalam keadaan benar-benar kacau balau, baik
akibat jor-joran pemberian kredit, akibat kesemrawutan pemerintah di bidang perbankan, dan juga akibat krisis moneter yang menerjang perekonomian Indonesia,
termasuk bisnis perbankan. Pada tanggal 1 Nopember 1997 pemerintah RI mengumumkan likuidasi 16
enam belas bank swasta, sebenarnya tindakan tersebut hanya merupakan tindakan “cuci piring” setelah pesta pora perbankan zaman pakto 1988 tersebut. Suatu pesta
dan cuci piring yang dicatat dengan tinta hitam dalam sejarah moneter Indonesia. Kewajiban cuci piring ini pula yang kemudian ramai-ramai bank masuk ke dalam
BPPN Badan Penyehatan Perbankan Nasional, untuk dirawat secara intensif. Semula salah satu pertimbangan mengapa orang berduyun-duyun mendirikan
bank adalah antara lain karena adanya kenyataan semakin mantapnya pertumbuhan kelas menengah masyarakat, yang umumnya terdiri dari para Yupies young urban
professiona l executive society atau para DINK double income no kids. Mereka ini
sangat banking oriented. Namun demikian, bagaimanapun juga, pola “pesta dan cuci piring” tersebut
bukanlah pola yang tepat bagi suatu pembinaan sistem perbankan. Yang dibutuhkan
49
Ibid; hal. 42
Universitas Sumatera Utara
66
adalah perkembangan sistem perbankan yang konstan, dengan pengawasan yang ketat, yang dikenal dengan sebutan sistem “prudent banking.”
50
Sekarang apa yang dimaksud dengan hukum perbankan itu? Secara sederhana hukum perbankan adalah hukum positif yang mengatur segala sesuatu yang
menyangkut tentang bank. Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang fungsi utamanya sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat. Ini berarti kita
akan membicarakan hukum yang berlaku saat ini yang mengatur segala sesuatu yang menyangkut tentang bank. Walaupun demikian, ketentuan perbankan yang lama tetap
dipelajari sebagai bahan sejarah perkembangan pembentukan hukum perbankan di negara kita. Dari sejarah pembentukan hukum perbankan itu, kita dapat
membandingkan ketentuan hukum perbankan yang pernah berlaku di Indonesia. Dapat disimpulkan bahwa pengertian hukum perbankan adalah serangkaian ketentuan
hukum positif yang mengatur segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses pelaksanaan kegiatan
usahanya.
51
Hukum yang mengatur masalah perbankan disebut dengan hukum perbankan ba nking la w
, yakni merupakan seperangkat kaidah hukum dalam bentuk peraturan perundang-undangan, yurisprudensi, doktrin, sumber hukum lainnya, yang mengatur
masalah-masalah perbankan sebagai lembaga, dan aspek kegiatannya sehari-hari, rambu-rambu yang harus dipenuhi oleh suatu bank, perilaku yang tersangkut dengan
50
Munir Fuady,
Hukum Per bankan Modern,
Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 2001, hal. 1-.3
51
Rachmad Usman. Op
.
Cit, hal. 2
Universitas Sumatera Utara
67
bisnis perbankan, apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh bank, eksistensi perbankan, dan lain-lain yang berkenaan dengan dunia perbankan tersebut.
Adapun yang merupakan ruang lingkup dari pengaturan hukum perbankan adalah sebagai berikut :
1. Asas-asas perbankan, seperti norma efisiensi, keefektifan, kesehatan bank, profesionalisme pelaku perbankan, maksud dan tujuan lembaga perbankan
hubungan, hak dan kewajiban bank. 2. Para pelaku bidang perbankan, seperti dewan komisaris, direksi, dan
karyawan, maupun pihak terafiliasi. Mengenai bentuk badan hukum pengelola, seperti PT Persero, Perusahaan Daerah, koperasi atau perseroan terbatas.
Mengenai bentuk kepemilikan, seperti milik pemerintah, swasta, patungan dengan asing, atau bank asing.
3. Kaidah-kaidah perbankan yang khusus diperuntukkan untuk mengatur perlindungan kepentingan umum dari tindakan perbankan, seperti pencegahan
persaingan yang tidak sehat, antitrust, perlindungan nasabah, dan lain-lain. 4. Yang menyangkut dengan struktur organisasi yang berhubungan dengan bidang
perbankan, seperti eksistensi dari Dewan Moneter, Bank Sentral, dan lain-lain. 5. Yang mengarah kepada pengamanan tujuan-tujuan yang hendak dicapai oleh
bisnisnya bank tersebut, seperti pengadilan, sanksi, insentif, pengawasan, prudent ba nking
, dan lain-lain.
52
Mengenai asasnya ketentuan Pasal 2 Undang-Undang Perbankan 1998 menyebutkan, perbankan Indonesia dalam melakukan usahanya berasaskan
52
Munir Fuady. Op.Cit, hal. 14
Universitas Sumatera Utara
68
demokrasi ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati-hatian. Yang dimaksud dengan “demokrasi ekonomi” adalah demokrasi ekonomi berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945. Sayang undang-undang tidak memberikan penjelasan tentang prinsip kehati-
hatian, padahal kejelasan prinsip ini penting untuk mengetahui sampai sejauhmana batas kehati-hatian perbankan, agar antara kesengajaan dengan kealpaan mempunyai
batas yang tegas. Kemudian fungsi utama perbankan Indonesia mempunyai fungsi utama sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat. Sejalan dengan fungsi
utama dimaksud, tujuan perbankan Indonesia sebagaimana Pasal 4 Undang-Undang Perbankan 1998 adalah menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka
meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional kearah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak.
53
Seperti pernah disinggung dalam uraian yang lalu, bahwa bank tidak cukup hanya menjalankan kegiatannya saja, yaitu menghimpun dan menyalurkan dana
masyarakat, tetapi kegiatan tersebut mempunyai tujuan yang jelas demi kepentingan pembangunan nasional. Meningkatkan pemerataan, meningkatkan pertumbuhan
ekonomi, dan meningkatkan stabilitas nasional merupakan sasaran perbankan dala m melakukan kegiatan sebagaimana fungsinya tersebut di atas. Keberhasilan perbankan
dalam memainkan peranannya dalam pembangunan nasional tentu akan dapat mewujudkan kehidupan rakyat yang lebih baik dari sebelumnya.
54
53
Gatot Supramono. Op.Cit, hal. 40
54
Gatot Supramono,
Per bankan dan Masalah Kredit Suatu Tinjauan Yuridis
, Jakarta : PT. Djambatan, 1995, hal. 2-3
Universitas Sumatera Utara
69
Ide penggunaan kartu kredit diawali pada tahun 1950-an secara kebetulan. Peristiwanya terjadi di Kota New York, Amerika Serikat pada sebuah restoran.
Seorang pengusaha bernama Frank McNamara mengadakan perjamuan makan bagi rekan usahanya di restoran tersebut. Pada saat akan membayar, ia kebingungan dan
malu karena ternyata lupa membawa uang tunai sama sekali. Satu-satu tindakan yang dapat dilakukannya hanyalah meninggalkan kartu identitas dengan maksud akan
membayar kepada restoran tersebut setelah ia pulang untuk mengambil uang tunai dalam jumlah yang cukup. Kartu identitas tersebut berlaku sebagai semacam jaminan
bahwa si pengusaha akan melunasi kewajibannya. Kejadian
yang sangat
berkesan bagi
Frank McNamara
tersebut mengilhaminya untuk terus memikirkan suatu sistem pembayaran tanpa penggunaan
uang tunai secara langsung. Sistem pembayaran yang baru tersebut menggunakan kartu yang sekerang dikenal dengan Diners Club. Sistem baru ini relatif lebih aman
dan praktis. Penggunaan kartu sebagai alat pembayaran kemudian semakin luas dan diikuti oleh penerbit kartu yang lain seperti Visa Card dan Master Card. Di negara -
negara yang telah maju dan telah lama menggunakan kartu plastik dalam perekonomian, kegiatan perusahaan kartu diatur secara khusus dalam Undang-
Undang. Pada tahun 1887 melalui buku yang berjudul Looking Backward, Edward Bellamy sebenarnya telah meramalkan adanya penggunaan kartu sebagai alat
pembayaran. Bellamy meramalkan kartu akan menggantikan penggunaan uang tunai sebagai alat pembayaran pada tahun 2000.
Penggunaan kartu untuk transaksi keuangan mulai berkembang di Indonesia pada tahun 1980-an. Sejalan dengan adanya perkembangan luar biasa dari dunia
Universitas Sumatera Utara
70
perbankan sebagai akibat adanya deregulasi ekonomi dan perbankan mulai awal tahun 1980-an, kartu plastik semakin luas digunakan sebagai alat untuk melakukan
transaksi keuangan. Perkenalan dan perkembangan kartu plastik di Indonesia tidak bisa lepas dari
perkembangan dunia perbankan karena penerbit dan terutama pengelola kartu plastik di Indonesia adalah bank. Sebelum adanya iklim deregulasi dalam dunia perbankan,
suasana persaingan antarbank tidak muncul di Indonesia. Tingkat bunga sudah ditentukan oleh bank sentral, bank-bank pemerintah memperoleh perlakuan khusus,
pasar perbankan di monopoli oleh bank-bank pemerintah dan bank swasta tidak dirangsang untuk tumbuh sehingga tidak ada suasana persaingan.
55
Keadaan ini tidak kondusif bagi inovasi dan pengenalan produk-produk baru yang berkaitan dengan dunia perbankan, termasuk adanya kartu plastik. Ketika
deregulasi mulai diterapkan, bank-bank mulai bersaing menghimpun dana dan menyalurkan dana sehingga mereka mulai memikirkan inovasi produk-produk baru di
dunia perbankan. Kartu plastik mulai diperkenalkan kepada masyarakat dan masyarakat sedikit
demi sedikit mulai terbiasa dengan penggunaan kartu kredit dan kartu ATM. Citibank dan Bank Duta adalah bank-bank yang termasuk pelopor penggunaan kartu plastik di
Indonesia melalui kerja samanya dengan Visa- International dan Mastercard International. Perkembangan kartu plastik semakin pesat dengan dibangunnya
jaringan perbankan di seluruh Indonesia, dan nama-nama kartu yang lain mulai
55
Rachmad Usman. Op.Cit, hal. 15
Universitas Sumatera Utara
71
diperkenalkan seperti Amex Card, BCA Card, Astra Card, Procard, Exim Smart, dan lain-lain sesuai dengan fungsi dan keunggulannya masing-masing.
56
Dewasa ini untuk melakukan transaksi dapat digunakan sebagai sarana pembayaran, mulai dari cara yang paling tradisionil sampai dengan yang paling
modern. Pada awal mula sebelum dikenalnya uang sebagai alat pembayaran setiap transaksi dilakukan dilakukan melalui cara pertukaran, baik antara barang dengan
barang atau barang dengan jasa atau jasa dengan jasa. Transaksi pada waktu ini dikenal dengan nama sistem barter.
Dalam perkembangan selanjutnya ditemukan cara yang paling efisien dan efektif untuk melakukan transaksi yaitu de
ngan menggunakan “uang”. Dewasa ini penggunaan uang sebagai alat untuk melakukan pembayaran sudah dikenal luas dan
penggunaan uang sebagai sarana pembayaran sudah merupakan kebutuhan pokok hampir di setiap kegiatan masyarakat.
Namun, dalam perjalanannya penggunaan uang mengalami berbagai hambatan tertentu. Jika penggunaan dalam jumlah besar hambatannya adalah risiko
membawa uang tunai sangat besar. Risiko yang timbul dan harus dihadapi adalah seperti risiko kehilangan, pemalsuan, atau terkena perampokan. Akibatnya kegiatan
uang tunai sebagai alat pembayaran mulai berkurang penggunaannya.
57
Kartu plastik atau yang lebih dikenal dengan nama kartu kredit atau uang plastik mampu menggantikan fungsi uang sebagai alat pembayaran. Di samping itu,
kartu plastik ini dapat pula digunakan untuk berbagai keperluan sehingga kegunaanya
56
Sigit Triandaru dan Totok Budisantoso,
Bank dan Lembaga Keuangan Lain
, Jakarta : PT. Salemba Empat, 2008 , hal. 256-257
57
Munir Fuady. Op.Cit, hal. 10
Universitas Sumatera Utara
72
menjadi multi fungsi. Risiko seperti di atas sedikit banyak dapat dieliminasi dengan penggunaan kartu plastik ini. Penggunaan kartu kredit dirasakan lebih aman dan
praktis untuk segala keperluan seperti untuk bepergian, apalagi kartu kredit dewasa ini sudah dapat dipergunakan untuk segala kegiatan secara internasional seperti visa
ca rd dan ma ster ca rd .
Kartu plastik merupakan kartu yang dikeluarkan oleh bank atau lembaga non bank. Kartu plastik diberikan kepada nasabah untuk dapat dipergunakan sebagai alat
pembayaran di berbagai tempat seperti supermarket, pasar swalayan, hotel, restoran, tempat hiburan, dan tempat lain-lainnya. Di samping itu dengan kartu ini juga dapat
diuangkan di berbagai tempat seperti di ATM Automated Teller Machine. ATM biasanya tersebar di berbagai tempat yang strategis seperti di pusat perbelanjaan
hiburan, dan perkantoran. Penggunaan kartu plastic di Indonesia masih relatif baru yaitu sekitar tahun
delapan puluhan.
Keluarnya Keputusan
Menteri Keuangan
Nomor 1251KMK.0131988 Tanggal 2 Desember telah mengubah peta penyebaran kartu
plastik semakin luas. Berdasarkan surat keputusan tersebut bisnis kartu kredit digolongkan sebagai kelompok usaha jasa pembiayaan.
Pelopor pengembangan usaha kartu kredit di Indonesia dilakukan oleh Citibank dan Bank Duta. Dewasa ini jenis kartu kredit yang beredar semakin luas
seperti Master Card, Visa BCA, Diners club, Kassa card, dan Amex card. Khusus untuk Diners dan Kassa card merupakan kartu kredit yang bukan dikeluarkan oleh
Universitas Sumatera Utara
73
bank, tetapi oleh perusahaan pembiayaan seperti Dinners Jaya Indonesia untuk kartu dinners dan PT Kassa Multi Finance untuk kartu kassa.
58
Akibat hukum dari penerbitan kartu kredit dengan merujuk ketentuan yang terdapat dalam KUHPerdata, dapat disimpulkan :
a. Ketentuan-ketentuan yang mengatur hubungan kontraktual dari penerbitan
kartu kredit diatur berdasarkan perjanjian antar bank sebagai penerbit dengan pemohon. Ketentuan-ketentuan ini mengikat kedua belah pihak layaknya seperti
undang-undang. b.
Isi perjanjian dalam penerbitan kartu kredit merupakan fasilitas kredit dengan batas tarikpagu atau plafond kredit dengan syarat tangguh atau condition of
precedent yang harus ditaati oleh pemegang kartu kredit dalam penggunaannya.
c. Pengakhiran penggunaan kartu kredit sesuai dengan yang diperjanjikan, tetapi
tidak menutup kemungkinan dengan kondisi-kondisi khusus event of default Bank dapat mengakhiri perjanjian ini.
59
Penggunaan kartu kredit yang direkomendasikan oleh Bank ditentukan tenggang waktunya. Untuk pemegang kartu yang baru umumnya diberikan jangka
waktu 12 dua belas bulan sedangkan bagi pemegang kartu lama yang telah diketahui kinerjanya dapat diberikan jangka waktu antara 36 tiga puluh enam
sampai dengan 60 enam puluh bulan. Dalam kartu kredit masa berlaku tertera dalam kolom “Good Thru”, menunjukkan masa berlaku kartu.
58
Kasmir,
Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya
, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2009, hal. 337-339
59
Johannes Ibrahim,
Dilematis Antara Kontrak dan Kejahatan
, Bandung : PT.Refika Aditama, 2004, hal. 44
Universitas Sumatera Utara
74
Persyaratan masa berlaku kartu dirumuskan dalam perjanjian penerbitan kartu kredit sebagai berikut :
1. Pemegang kartu dapat menggunakan kartu selama masa berlaku kartu baik di
dalam maupun di luar negeri. 2.
Masa berlaku kartu akan berakhir pada hari terakhir pada bulan dan tahun yang tercantum pada muka kartu, kecuali terjadi pembatalan oleh Bank atau atas
permintaan pemegang kartu sendiri atau sebab lainnya. 3.
Perpanjangan dilakukan secara otomatis, akan tetapi Bank berhak tidak memperpanjang kartu karena pertimbangan-pertimbangan tertentu.
4. Bila pemegang kartu tidak ingin memperpanjang kartu harus memberitahu
Bank paling lambat 1 satu bulan sebelum masa kartu berakhir dan harus menyelesaikan seluruh tagihan.
Penggunaan kartu kredit untuk setiap pemegang kartu ditentukan oleh pihak Bank berdasarkan analisi atas kelayakan dari data yang diserahkan oleh calon pemegang
kartu. Berdasarkan pertimbangan dari pihak Bank akan direkomendasikan jenis-jenis kartu, dapat berupa kartu classic reguler, kartu gold atau kartu platinum di mana
masing-masing kartu memiliki batas kredit atau pagu yang berbeda satu dan lainnya.
60
Persyaratan tentang batas kredit dirumuskan dalam perjanjian penerbitan kartu kredit sebagai berikut :
1. Bank akan memberikan batas kredit kepada pemegang kartu yang tidak boleh
digunakan melebihi batas kredit tanpa persetujuan bank terlebih dahulu.
60
Kasmir. Op.Cit, hal. 342
Universitas Sumatera Utara
75
2. Jika pemegang kartu menggunakan kartu melebihi batas kredit yang diberikan
tanpa persetujuan terlebih dahulu dari bank, maka pemegang kartu harus segera melunasi kelebihan tersebut, dan atas kelebihan jumlah pemakaian tersebut akan
dikenakan denda yang besarnya ditetapkan oleh bank. 3.
Bank berhak merubah besarnya batas kredit tanpa pemberitahuan terlebih dahulu kepada pemegang kartu.
Penggunaan kartu kredit untuk setiap pemegang kartu ditentukan oleh pihak bank berdasarkan analisis atas kelayakan dari data yang diserahkan oleh calon
pemegang kartu. Berdasarkan pertimbangan dari pihak bank akan direkomendasikan jenis-jenis kartu, dapat berupa kartu classic reguler, kartu gold atau kartu platinum
di mana masing-masing kartu memiliki batas kredit atau pagu yang berbeda satu dan lainnya.
Persyaratan tentang batas kredit dirumuskan dalam perjanjian penerbitan kartu kredit sebagai berikut :
1. Bank akan memberikan batas kredit kepada pemegang kartu yang tidak boleh
digunakan melebihi batas kredit tanpa persetujuan bank terlebih dahulu. 2.
Jika pemegang kartu menggunakan kartu melebihi batas kredit yang diberikan tanpa persetujuan terlebih dahulu dari bank, maka pemegang kartu harus
segera melunasi kelebihan tersebut, dan atas kelebihan jumlah pemakaian tersebut akan dikenakan denda yang besarnya ditetapkan oleh bank.
3. Bank berhak merubah besarnya batas kredit tanpa pemberitahuan terlebih
dahulu kepada pemegang kartu.
Universitas Sumatera Utara
76
Indonesia termasuk negara tertinggal dalam pengembangan dan pemanfaatan teknologi informasi dalam merumuskan suatu perundang-undangan yang mengatur
aktivitas di cyberspace. Di saat kesulitan dalam menyusun perundangan-undangan ini, penggunaan dan pemanfaatan dunia maya beserta pola kejahatan yang marak
dilakukan, memunculkan pemikiran untuk menggunakan hukum positif yang ada the existing law.
61
Penggunaan hukum positif yang ada untuk kejahatan atau perbuatan yang secara pragmatis memiliki perbedaan tentunya tidak membuat keberuntungan bagi
berbagai pihak. Hukum positif yang ada memiliki paradigma sendiri yang melandasi pembuatan perundangan-undangan sesuai dengan kondisi jamannya. Konsep ruang
dan waktu yang melandasi hukum positif telah didobrak dengan perkembangan internet. Pendobrakan terhadap konsep ruang dan waktu ini seharusnya diikuti
dengan pendobrakan terhadap sistem hukum yang mendasari pada konsep itu. Meskipun demikian, membuat perundang-undangan apalagi mengubah paradigma
pemikiran dari para pembuatnya tidaklah semudah membalik telapak tangan. Untuk hal itu membutuhkan proses dan proses itu tidak dapat dipastikan kapan berakhirnya,
sehingga harapan untuk memiliki perundangan-undangan yang mengatur kegiatan di cyberspa ce
masih membutuhkan waktu. Memberikan perlindungan kepada warga negara dengan harta bendanya merupakan kewajiban pemerintah. Meskipun undang-
undang yang mengatur kegiatan di cyberspace belum ada, sedangkan sebagian warga negara yang ada telah menggunakan internet untuk berbagai keperluan, maka secara
moril pemerintah memiliki kewajiban untuk melindungi warga negaranya tersebut.
61
Gatot Supramono. Op.Cit, hal. 44
Universitas Sumatera Utara
77
Perlindungan ini tentunya diberikan dengan memanfaatkan atau memberlakukan perundang-undangan yang ada dengan berbagai cara seperti penafsiran maupun
analogi.
62
Badan Pembinaan Hukum Nasional mencoba mengidentifikasikan bentuk- bentuk kejahatan yang berkaitan dengan aktivitas di cyberspace termasuk di
dalamnya kejahatan kartu kredit dengan perundang-undangan pidana yang ada. Hasil identifikasi itu berupa pengategorian perbuatan kejahatan cyber cybercrime ke
dalam delik-delik Kitab Undang-Undang Hukum Pidana KUHPidana sebagai berikut :
a. Joycomputing
, diartikan sebagai perbuatan seseorang yang menggunakan computer secara tidak sah atau tanpa izin dan menggunakannya melampaui
wewenang yang diberikan. Tindakan ini dapat dikategorikan sebagai tindak pidana Pencurian Pasal 362 KUPidana.
Pasal 362 KUPidana berbunyi : “Barangsiapa mengambil sesuatu barang, yang sama sekali atau sebagian
termasuk kepunyaan orang lain, dengan maksud akan memiliki barang itu dengan melawan hak, dihukum, karena pencurian, dengan hukuman penjara selama-lamanya
lima tahun atau denda sebanyak-banyaknya Rp.900.- K.U.H.P. 35, 364, 366, 486.”
b. Ha cking
, diartikan sebagai suatu perbuatan penyambungan dengan cara menambah terminal komputer baru pada sistem jaringan komputer tanpa izin dengan
melawan hukum dari pemilik sah jaringan komputer tersebut. Tindakan ini dapat dikategorikan sebagai tindak pidana perbuatan tanpa wewenang masuk dengan
62
Johannes Ibrahim. Op.Cit, hal. 47
Universitas Sumatera Utara
78
memaksa ke dalam rumah atau ruangan yang tertutup atau pekarangan atau tanpa haknya berjalan di atas tanah milik orang lain Pasal 167 dan Pasal 551 KUHPidana.
Pasal 167 KUHPidana berbunyi : 1
Barangsiapa dengan melawan hak orang lain masuk dengan memaksa ke dalam rumah atau ruangan yang tertutup atau pekarangan, yang dipakai oleh orang lain, atau
sedang ada di situ dengan tidak ada haknya, tidak dengan segera pindah dari tempat itu atas permintaan orang yang berhak atau atas nama orang yang berhak, dihukum
penjara selama-lamanya sembilan bulan atau denda sebanyak-banyaknya Rp.4.500,-.
2 Barangsiapa masuk dengan memecah atau memanjat, memakai kunci palsu, perintah
palsu atau pakaian dinas palsu, atau barang siapa dengan tidak setahu yang berhak dan lain daripada lantaran keliru, masuk ke tempat yang tersebut tadi dan kedapatan
di sana pada waktu malam, dianggap sebagai sudah masuk dengan memaksa K.U.H.P. 98.
3 Jika ia mengeluarkan ancaman atau memakai daya upaya yang dapat menakutkan,
maka dihukum penjara selama-lamanya satu tahun empat bulan. 4
Hukuman yang ditentukan dalam ayat 1 dan 3 dapat ditambah dengan sepertiganya, kalau kejahatan itu dilakukan, oleh dua orang bersama-sama atau lebih.
K.U.H. P. 88, 168, 235, 363, 365, 429.”
Pasal 551 KUHPidana berbunyi : “Barangsiapa dengan tidak berhak berjalan atau berkendaraan di atas tanah
kepunyaan orang lain, yang oleh yang berhak dilarang dimasuki dengan sudah diberi tanda larangan yang nyata bagi sipelanggar, dihukum denda sebanyak-banyaknya
Rp.225,- .”
c. The Troja n Horse
, diartikan sebagai suatu prosedur untuk menambah, mengurangi atau mengubah instruksi pada sebuah program tersebut selain
menjalankan tugas yang sebenarnya juga akan melaksanakan tugas lain yang tidak sah. Tindakan ini dapat dikategorikan sebagai tindak pidana Penggelapan Pasal 372
dan Pasal 374 KUPidana. Apabila kerugian yang ditimbulkan menyangkut keuangan negara, tindakan ini dapat dikategorikan tindak pidana Korupsi.
Pasal 372 KUHPidana berbunyi : “Barangsiapa dengan sengaja memiliki dengan melawan hak sesuatu barang yang
sama sekali atau sebagiannya termasuk kepunyaan orang lain dan barang itu ada
Universitas Sumatera Utara
79
dalam tangannya bukan karena kejahatan, dihukum karena penggelapan, dengan hukuman penjara selama-lamanya empat tahun atau denda sebanyak-banyaknya
Rp.900,- K.U.H.P.35, 43, 373, 376 s, 486.”
Pasal 374 KUHPidana berbunyi : “Penggelapan yang dilakukan oleh orang yang memegang barang itu berhubung
dengan pekerjaannya atau jabatannya atau karena ia mendapat upah uang, dihukum penjara selama-
lamanya lima tahun K.U.H.P. 35, 43, 376 s, 415, 432, 486,513.” d.
Data leakage, diartikan sebagai pembocoran data rahasia yang dilakukan dengan cara menulis data-data rahasia tersebut ke dalam kode-kode tertentu sehingga
data dapat dibawa ke luar tanpa diketahui oleh pihak yang bertanggungjawab. Tindakan ini dapat dikategorikan sebagai tindak pidana terhadap keamanan negara
Pasal 112, Pasal 113 dan Pasal 114 KUHPidana dan tindak pidana membuka rahasia perusahaan atau kewajiban menyimpan rahasia profesi atau jabatan Pasal 322
dan Pasal 323 KUHPidana. Pasal 112 KUHPidana berbunyi :
“Barangsiapa dengan sengaja mengumumkan, atau mengabarkan atau menyampaikan surat, kabar dan keterangan tentang sesuatu hal kepada negara asing, sedang
diketahuinya, bahwa surat, kabar atau keterangan itu harus dirahasiakan karena kepentingan negara, maka ia dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya
tujuh tahun.” Pasal 113 KUHPidana berbunyi :
“1 Barangsiapa dengan sengaja mengumumkan, memberitahukan atau menyampaikan kepada orang yang tidak berhak mengetahui, segenapnya atau sebagian dari surat,
peta bumi, rencana gambar atau benda rahasia yang berhubungan dengan pertahanan atau keselamatan Indonesia terhadap serangan negara asing, yang disimpan olehnya
atau yang diketahui olehnya akan isi surat atau bentuk atau cara membuat benda - benda rahasia itu, dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya empat tahun.
2 Jika yang bersalah menyimpannya surat-surat atau benda-benda yang dimaksud di
atas atau mengetahuinya hal itu oleh karena jabatannya, maka hukumannya boleh ditambah dengan sepertiga.”
Universitas Sumatera Utara
80
Pasal 114 KUHPidana berbunyi : “Barangsiapa karena kesalahannya, menyebabkan surat atau benda rahasia, yang
dimaksudkan dalam Pasal 113, yang mana ia wajib menjaga atau menyimpan, atau bentuknya atau caranya membuat, segenapnya atau sebagian, menjadi diketahui oleh
orang banyak atau diperoleh atau diketahui oleh orang lain, yang tidak berhak mengetahui, maka ia dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya satu tahun
enam bulan atau hukuman kurungan selama-lamanya satu tahun atau denda sebanyak-banyaknya Rp.4.500,-
.” Pasal 322 KUHPidana berbunyi :
1 Barangsiapa dengan sengaja membuka sesuatu rahasia, yang menurut jabatannya atau
pekerjaannya, baik yang sekarang, maupun yang dahulu, ia diwajibkan menyimpannya, dihukum penjara selama-lamanya sembilan bulan atau denda
sebanyak-banyaknya Rp.9.000,-
2 Jika kejahatan itu dilakukan terhadap seorang yang ditentukan, maka perbuatan itu
hanya dituntut atas pengaduan orang itu. K.U.H.P. 72 s, 112 s, 323, 528 s.” Pasal 323 KUHPidana berbunyi :
“1 Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan hal ikhwal istimewa tentang sesuatu perusahaan perniagaan, kerajinan atau pertanian, tempat ia bekerja atau tempat
dahulu ia bekerja, sedang ia diwajibkan merahasiakan hal ikhwal itu, dihukum penjara selama-lamanya sembilan bulan atau denda sebanyak-banyaknya Rp.9.000,-.
2 Penuntutan hanya dilakukan atas pengaduan pengurus perusahaan itu. K.U.H.P. 72 s,
322.” e.
Data diddling, diartikan sebagai suatu perbuatan yang mengubah data valid atau sah dengan cara tidak sah, yaitu dengan mengubah input data atau output data.
Tindakan ini dapat dikategorikan sebagai tindak pidana pemalsuan surat Pasal 263 KUHPidana.
Pasal 263 KUHPidana berbunyi : “1 Barangsiapa membuat surat palsu atau memalsukan surat, yang dapat menerbitkan
sesuatu hak, sesuatu perjanjian kewajiban atau sesuatu pembebasan utang, atau yang boleh dipergunakan sebagai keterangan bagi sesuatu perbuatan, dengan maksud
akan mempergunakan atau menyuruh orang lain menggunakan surat-surat itu seolah- olah surat itu asli dan tidak dipalsukan, maka kalau mempergunakannya dapat
mendatangkan sesuatu kerugian dihukum karena pemalsuan surat, dengan hukuman penjara selama-lamanya enam tahun.
Universitas Sumatera Utara
81
2 Dengan hukuman serupa itu juga dihukum, barangsiapa dengan sengaja
menggunakan surat palsu atau yang dipalsukan itu seolah-olah surat itu asli dan tidak dipalsukan, kalau hal mempergunakan dapat mendatangkan sesuatu kerugian.
K.U.H.P. 35, 52, 64-2,276, 277 , 416, 417, 486.”
f. Penyia-nyian data komputer, diartikan sebagai suatu perbuatan yang
dilakukan dengan suatu kesengajaan untuk merusak atau menghancurkan media disket dan media penyimpanan sejenis lainnya yang berisikan data atau program
komputer, sehingga akibat perbuatan tersebut data atau program yang dimaksud menjadi tidak berfungsi lagi dan pekerjaan-pekerjaan yang melalui program
komputer tidak dapat dilaksanakan. Tindakan ini dapat dikategorikan sebagai perusakan barang Pasal 406 KUHPidana.
Pasal 406 KUHPidana berbunyi : “1 Barangsiapa dengan sengaja dan dengan melawan hak membinasakan, merusakkan,
membuat sehingga tidak dapat dipakai lagi atau menghilangkan sesuatu barang yang sama sekali atau sebagiannya kepunyaan orang lain, dihukum penjara selama -
lamanya dua tahun delapan bulan atau denda sebanyak-banyaknya Rp.4.500,- K.U.H.P. 231-235, 407, 411 s, 489.
2 Hukuman serupa itu dikenakan juga kepada orang yang dengan sengaja dan dengan
melawan hak membunuh, merusakkan membuat sehingga tidak dapat digunakan lagi atau menghilangkan binatang, yang sama sekali atau sebagiannya kepunyaan orang
lain K.U.H.P. 170, 179, 231 s, 302, 407- 2, 411 s, 472.”
g. Ca rder
, diartikan sebagai pengguna kartu kredit tanpa hak. Untuk menjerat carder digunakan ketentuan Pasal 378 dan Pasal 379a KUHPidana.
Pasal 378 KUHPidana berbunyi : “Barangsiapa dengan maksud hendak menguntungkan diri sendiri atau orang lain
dengan melawan hak, baik dengan memakai nama palsu atau keadaan palsu, baik dengan akal atau tipu muslihat, maupun dengan karangan perkataan-perkataan
bohong, membujuk orang supaya memberikan sesuatu barang, membuat utang atau menghapuskan piutang, dihukum karena penipuan, dengan hukuman penjara selama -
lamanya empat tahun K.U.H.P. 35, 43, 379s, 486.”
Universitas Sumatera Utara
82
Pasal 379a KUHPidana berbunyi : “Barangsiapa membuat pencahariannya atau kebiasaannya membeli barang-barang
dengan maksud supaya ia sendiri atau orang lain mendapatkan barang-barang itu dengan tidak melunaskan sama sekali pembayarannya, dihukum penjara selama -
lamanya
empat tahun K.U.H.P. 394 s.’’ Dengan penjelasan diatas dapat dikatakan bahwa kartu kredit yang over limit
tidak memiliki dan menimbulkan akibat hukum karena kartu kredit yang over limit tidak termasuk kepada kejahatan kartu kredit yang menimbulkan akibat hukum.
Hanya saja bagi pemegang kartu kredit yang ingin menambah limit kartu kredit baik untuk mengembangkan usaha maupun membeli barang yang sudah lama diinginkan,
harus mendapat izin bank yang bersangkutan. Jika pemegang kartu menggunakan kartu melebihi batas kredit yang
diberikan tanpa persetujuan terlebih dahulu dari Bank, maka pemegang kartu harus segera melunasi kelebihan tersebut, dan atas kelebihan jumlah pemakaian tersebut
akan dikenakan denda yang besarnya ditetapkan oleh Bank. Tiap- tiap Bank memiliki ketentuan yang berbeda-beda mengenai besarnya biaya over limit. Biaya over limit
tidak dialami semua pemilik kartu kredit. Biaya over limit hanya berlaku buat mereka-mereka yang menggunakan kartu kredit melebihi batas pagu kredit yang
diberikan kepada mereka.
63
63
Royshakti,
Credit Card Revolution
Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 2014, hal.65- 79
Universitas Sumatera Utara
83
B. Faktor-faktor yang Menyebabkan Terjadinya Kartu Kredit yang Over Limit Pada Nasabah Bank Danamon Cabang Sutomo Medan
Menurut hasil wawancara kepada supervisor kartu kredit Bank Danamon Cabang Sutomo Medan yang didapat bahwa faktor-faktor yang menyebabkan
nasabah yang memiliki kartu kredit mengalami over limit yakni : a.
Nasabah menggunakan kartu kredit yang dimilikinya untuk membayar hutang.
Kartu kredit termasuk ke dalam jenis hutang “ Unsecured Debt”, alias hutang tanpa agunan. Hutang semacam ini dikenakan bunga yang tinggi. Oleh karena itu,
hutang semacam ini tidak tepat dipakai untuk modal usaha atau bisnis karena akan sangat membebani kondisi keuangan usaha atau bisnis para nasabah.
b. Sifat ketidakdisplinan nasabah mengontrol penggunaan kartu kredit. Nasabah
tidak dapat mengontrol batas maksimum yang boleh digesek setiap bulannya. Ketika jumlah pemakaian sudah mendekati batas maksimum yang telah ditentukan namun
tidak dapat menahan godaan untuk menggunakan kartu kredit, sehingga menyebabkan over limit. Ketidakdisplinan ini juga sangat berpengaruh kepada gaya
hidup pemegang kartu kredit yang hanya semata-mata menggunakan kartu kredit hanya sebagai pemuas keinginan akan suatu barang semata.
c. Kurangnya pengetahuan nasabah dalam menaikkan limit kartu kredit. Kartu
kredit bahkan menjadi sebuah bisnis yang menjanjikan. Tak heran jika penerbit kartu kredit berbondong-bondong menawarkan berbagai penawaran menarik. Pengguna
kartu kredit tidak hanya tergiur dari pembuatan kartu kredit namun juga harus memikirkan dampak ke depannya dalam menggunakan kartu kredit. Nasabah harus
mengetahui tips dan trik untuk menaikkan limit kartu kredit. Jumlah limit kredit yang
Universitas Sumatera Utara
84
ideal adalah sebesar lima kali dari pengeluaran rutin bulanan nasabah. Jadi jika nasabah kurang memahami dalam membatasi penggunaan kartu kredit maka nasabah
akan menyebabkan kartu kredit over limit.
64
C. Upaya Penyelesaian dan Tanggung Jawab Nasabah Pemegang Kartu Kredit pada Bank Danamon Cabang Sutomo Medan
Penggunaan kartu kredit di Indonesia mulai marak setelah deregulasi perbankan dengan diterbitkannya Surat Keputusan Menteri Keuangan Nomor
1251KMK.0131988 tanggal 20 Desember 1988, di mana bisnis kartu kredit digolongkan sebagai kelompok usaha jasa pembiayaan. Penerbit kartu kredit
internasional yang mengembangkan jaringan di Indonesia, Visacard International dan Mastercard International bekerjasama dengan bank-bank nasional dalam
merebut pangsa pasar. Perkembangan yang pesat diikuti pula oleh penerbit lainnya, yaitu Amexcard, BCA Card, Procard, dan beberapa kartu lainnya yang diterbitkan
oleh bank-bank. Konsep dasar kartu kredit merupakan alat identifikasi pribadi yang digunakan
untuk menunda pembayaran atas transaksi jual-beli barang dan jasa. Di beberapa negara, perusahaan penerbit kartu kredit harus tunduk pada undang-undang yang
mengaturnya. Di Inggris, diatur dalam Consumer Credit Act 1974, di mana perusahaan kartu harus mengikuti aturan-aturan dalam undang-undang dimaksud, di
samping ketentuan perbankan dan perjanjian pada umumnya.
64
Hasil Wawancara dengan Ibu Erita Damanik, Suvervisor Sentra Kartu Kredit Bank Danamon Cabang Sutomo Medan pada bulan Mei 2015
Universitas Sumatera Utara
85
Secara umum tujuan dari perusahaan penerbit kartu kredit yaitu : 1. Menerima sebanyak-banyaknya nasabah yang memiliki kelayakan kredit.
2. Menerima merchant yang dapat dipercaya. 3. Merangsang penggunaan maksimum fasilitas credit line.
4. Membatasi dan mengurangi piutang bermasalah dan penyelewengan . 5. Memaksimalkan nilai rata-rata setiap transaksi kartu sehingga mengurangi jumlah
voucher yang nilainya kecil.
65
Adapun jenis-jenis Bank card yang ada saat ini adalah : 1. Charge card.
Kartu yang dapat digunakan sebagai alat pembayaran transaksi jual beli barang dan jasa di mana sistem pembayaran dilakukan oleh pemegang kartu untuk melunasi
semua tagihan secara sekaligus pada saat jatuh tempo. Contoh jenis kartu seperti ini adalah BCA Card, Hero Master, Dinners Club dan sebagainya.
2. Credit card. Kartu yang digunakan sebagai alat pembayaran transaksi jual beli barang dan jasa
dengan sistem pembayaran dilakukan oleh pemegang kartu untuk melunasi penagihan yang terjadi atas dirinya, baik secara sekaligus atau secara angsuran dengan minimal
pembayaran tertentu pada saat jatuh tempo. Tagihan pada bulan sebelumnya termasuk bunga retail interest merupakan pokok pinjaman pada bulan berikutnya.
Apabila pemegang kartu melakukan transaksi melampaui limit, maka pembayaran minimum adalah sebanyak kelebihan dari kredit limit ditambah 20 dua puluh
65
Dahlan Siamat,
Manajemen Lembaga Keuangan, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
, Jakarta, 1999, hal. 353
Universitas Sumatera Utara
86
persen dari total kredit limit. Pembayaran tersebut harus diselesaikan paling lambat pada tanggal jatuh tempo setiap bulan yang ditetapkan oleh penerbit untuk setiap
pemegang kartu. Keterlambatan pembayaran akan dikenakan denda atau late charge. Kartu kredit dapat digunakan pula untuk penarikan secara tunai melalui ATM
Anjung Tunai Mandiri atau Automated Teller Machine sesuai dengan logo yang terdapat pada kartu kredit, misalnya Visacard atau Masterca rd.
66
3. Debet card. Pembayaran atas penagihan nasabah melalui pendebetan atas rekening yang ada di
Bank di mana pada saat melakukan transaksi. Dikatakan sebagai Debet Card, karena langsung mengurangi mendebet dan pada saat yang sama akan mengkredit rekening
mercha nt sebesar nilai transaksi pada Bank penerbit atau pengelola. Mekanisme
pembayaran dengan Debet Card dilakukan dengan cara pemegang kartu menyerahkan kartu debetnya pada kasir di counter penjualan. Kemudian dengan
menggunakan alat elektronik yang online dengan Bank, saldo rekening pemegang kartu akan didebet sebesar nilai transaksi dan mengkredit rekening merchant. Seperti
halnya dengan kartu kredit, Debet Card dapat pula digunakan untuk menarik uang tunai melalui ATM Anjung Tunai Mandiri atau Automated Teller Machine dan
berfungsi sebagai debet card juga berfungsi sebagai cash card. Cash card pada prinsipnya adalah kartu yang memungkinkan pemegang kartu untuk memperoleh atau
menarik dana tunai, baik secara langsung pada kasir Bank atau melalui ATM Bank tertentu yang umumnya tersebar ditempat-tempat strategis, misalnya hotel, pusat
perbelanjaan, dan wilayah perkantoran. Penggunaan cash card dapat dilakukan pada
66
Ibid; hal. 356
Universitas Sumatera Utara
87
Bank-bank lainnya yang terdapat kerjasama antara Bank di mana pemegang kartu menjadi nasabah dengan Bank yang bersangkutan.
4. Smart Card. Merupakan kartu yang berfungsi sebagai rekening terpadu, kartu ini dapat
dihubungkan dengan rekening pribadi dan dapat menyimpan dan memperbaharui data dalam microchip, sehingga pemegang kartu dapat mengetahui keadaan semua
rekeningnya.
67
5. Private label card. Merupakan kartu yang bukan diterbitkan oleh Bank, melainkan oleh suatu badan
usaha seperti supermarket, hotel dan perusahaan lainnya. Pemakaian kartu ini hanya terbatas pada perusahaan yang mengeluarkannya.
Dari beberapa jenis Bank Card, masing-masing kartu memberikan kemanfaatan bagi pemegangnya. Hal yang sangat prinsipil dari dua jenis Bank Card
yang dibahas di atas adalah perbedaan antara kartu kredit credit card dengan charge ca rd
atau dikenal dengan kartu tagihan, di mana pada kartu tagihan tidak terdapat fasilitas kredit. Pemegang kartu tagihan diwajibkan untuk melunasi seluruh
penagihan secara sekaligus pada waktu yang telah ditentukan. Jika hal tersebut tidak dilakukan atau pembayaran dilakukan secara angsuran, maka dikenakan biaya
keterlambatan late charge dan biaya bunga finance charge. Selanjutnya, jika sampai batas waktu yang ditentukan pelunasan tagihan belum dilakukan, maka kartu
tagihan charge card akan ditarik dari pemegang kartu yang bersangkutan.
68
67
Ibid; hal. 359
68
Johannes Ibrahim , Op. Cit, hal. 55
Universitas Sumatera Utara
88
Mengkaji fungsi kartu kredit sebagai fasilitas yang diberikan oleh Bank dan merupakan bentuk pemberian kredit oleh suatu Bank, sebelumnya dilakukan
penilaian atas permohonan kredit tersebut. Maksud penilaian terhadap permohonan kredit itu, pertama untuk meletakkan kepercayaan dan kedua untuk menghindari hal-
hal yang tidak diinginkan di kemudian hari bila kredit ternyata disetujui untuk diberikan. Dengan penilaian kredit, diharapkan pemberian kredit tidak berdampak
bagi kegagalan usaha debitur atau kemacetan kreditnya. Jenis dari kartu kredit terbagi menjadi 2 yakni ;
A. Wilayah Berlaku
1. Domestik local card : yaitu kartu kredit yang hanya dapat dipergunakan pada suatu negara saja atau berlaku lokal, seperti BCA Card, GECC, TCC, dan Astra
Card. 2. International Card : yaitu kartu kredit yang dapat dipergunakan diseluruh
dunia berlaku secara internasional misalnya Visa Card, Master Card, Diners Card, Amex da n Discover.
B. Cara Pembayaran
1. Charge Card adalah jenis kartu yang mana pembayarannya dilakukan secara penuhsekaligus atas jumlah pengeluaran pemegang kartu yang ditagih oleh
bank penerbit melalui billing statement yang dikirim, seperti BCA Card, Amex Card, da n Diners Ca rd.
2. Credit Card adalah jenis kartu di mana cara pembayarannya dapat dibayarkan sebagian minimum balance atau seluruh kewajiban full payment,
seperti Visa Card, Master Card, atau Discover.
Universitas Sumatera Utara
89
Kesalahan yang umum bahwa kartu kredit adalah kartu kredit un sich uang plastik, kita tidak pernah membedakan antara Visa Card dan Diners Card.
Sebenarnya ada tiga jenis kartu antara lain charge card, credit card, dan debit card.
69
Dalam transaksi menggunakan kartu kredit, banyak pihak yang terlibat di dalamnya. Mereka yang terlibat dalam transaksi dengan kartu kredit adalah :
1. Penerbit issuer, yaitu perusahaan kartu kredit seperti Visa, Master, Diner, dan lain sebagainya.
2. Pemegang kartu kredit card holder, yaitu orang yang menjadi pelanggan atau pemegang kartu dan pemegang kartu berhak menggunakan kartu tersebut untuk
belanja. 3. Pedagang atau pengusaha merchant, yaitu perusahaan yang telah
mengadakan perjanjian dengan issuer untuk menerima pembayaran dengan kartu kredit. Yang termasuk kelompok pedagang adalah toko, hotel, airlines, restaurant,
dan lain- lain. 4. Agent agent, adalah perusahaan atau bank yang tidak bertindak atas nama
perusahaan kartu kredit atau penerbit. Pada umumnya adalah bank sehingga agent biasanya bertindak menjadi paying bank bagi pedagang dan menjadi collecting bank
bagi pemegang kartu.
70
Kartu kredit merupakan sarana pengganti alat pembayaran dalam lalu lintas bisnis dan kehidupan sehari-hari. Penggunaan kartu kredit telah berkembang
sedemikian pesat dalam memenuhi tuntutan dan gaya hidup masyarakat modern.
69
Julis R. Latumaerissa , Op. Cit, hal. 237
70
Ibid; hal. 274
Universitas Sumatera Utara
90
Kartu kredit termasuk dalam kategori produk dan jasa bank yang sangat bergantung pada kepercayaan bank kepada nasabah pemegang kartu kredit. Pemegang kartu
kredit berada dalam posisi yang lemah dibandingkan dengan pihak bank selaku penerbit kartu kredit. Posisi lemah disini dikarenakan pemegang kartu kredit harus
membayar tagihan serta menanggung semua akibat yang ditimbulkan apabila terjadi penyalahgunaan kartu kredit diluar penggunaan yang ia lakukan. Berdasarkan alasan
tersebut, permasalahan kartu kredit layak mendapatkan perhatian lebih, terkait dengan penyalahgunaan kartu kredit oleh pihak di luar pemegang kartu.
Maraknya tingkat kejahatan kartu kredit cardingcyberfraud menunjukan bahwa Indonesia berada dalam urutan kedua negara asal pelaku cyberfraud setelah
Ukraina, ditambahkan pula bahwa sekitar 20 dua puluh prosen dari total transaksi kartu kredit dari Indonesia di internet adalah cyberfraud. Riset tersebut mensurvey
1137 merchant, 6.000.000 transaksi, 40.000 customer, dimulai dari pertengahan tahun 2000 hingga akhir 2001.
71
Kejahatan kartu kredit di Indonesia, di antaranya terjadi di kota-kota Yogyakarta, Bali, Bandung, Jakarta, Semarang, Surabaya dan kota-kota besar
lainnya, dan pelakunya banyak dilakukan oleh mahasiswa. Suatu fenomena yang sangat menyedihkan. Kejahatan cyberfraud banyak dilakukan di warung internet
warnet yang menjadi semacam markas tempat para carder saling bertemu untuk bertukar informasi maupun melakukan jual-beli barang hasil cyberfraud.
71
Chatamarrasjid, Ais,
Hukum Per bankan Nasional Indonesia
, Jakarta ; PT. Fajar Interpratama Offset, 2005, hal. 57
Universitas Sumatera Utara
91
Modus dalam kejahatan kartu kredit merupakan salah satu bentuk kejahatan bisnis. Memahami makna dari kejahatan bisnis perlu kiranya untuk mencermati
perkembangan yang terjadi dalam praktik bisnis dengan berbagai modus di antaranya adalah dalam bidang kompertisi yang dikenal dengan unfair competion berupa
tindakan tying contract, exclusive dealing, price discrimination, price fixing, penggabungan perusahaan, false advertising penipuan iklan dan kejahatan
lingkungan hidup environmental crime. Pengertian “Kejahatan” dalam Konggres Kelima tentang Pencegahan
Kejahatan dan Pembinaan Pelanggar Hukum yang diselenggarakan oleh Bank dan PBB pada bulan September 1975 di Jenewa memberikan rekomendasi dengan
memperluas pengertian kejahatan terhadap “tindakan penyalahgunaan kekuasaan
ekonomi secara melawan hukum” illegal abuses of economic power, seperti pelanggaran terhadap peraturan perpajakan, perburuhan, pencemaran lingkungan,
penipuan terhadap konsumen, penyelewengan di bidang pemasaran dan perdagangan oleh perusahaan-perusahaan trans-nasional.
72
Banyak faktor yang harus dipertimbangkan dalam membahas tentang kejahatan, sehingga menimbulkan berbagai perspektif yang berbeda. Kejahatan tidak
dapat dibicarakan dengan memfokuskan pada 1 satu permasalahan saja yang menjadi sebabnya, karena kejahatan merupakan peristiwa yang mempunyai faktor
multidimensi yang menjadi penyebabnya dan mempunyai pengertian yang relatif. Hal
72
I.S. Susanto, “
Tinjauan Kriminologis Terhadap Kejahatan Ekonomi
,” Makalah pada Penataran Hukum Pidana dan Kriminologi 20-30 Nopember 1998, Fakultas Hukum Diponogoro,
Semarang, 1998, hal. 5-6
Universitas Sumatera Utara
92
yang menarik dikemukakan oleh J.E.Sahetapy dan B. Mardjono Reksodiputro dalam kaitannya antara kejahatan dengan perilaku masyarakat, ruang dan waktu, adalah :
“Berbicara mengenai kejahatan dan penjahat, beliau berkesimpulan bahwa kejahatan mengandung konotasi tertentu, merupakan suatu pengertian dan penamaan
yang relatif, mengandung variabilitas dan dinamika serta bertalian dengan perbuatan atau tingkah laku baik aktif maupun pasif, yang dinilai oleh sebagian mayoritas atau
minoritas masyarakat sebagai suatu perbuatan yang anti sosial, suatu perkosaan terhadap skala nilai sosial dan atau perasaan hukum yang hidup dalam masyarakat
sesuai dengan ruang dan waktu”.
73
Dilain kesempatan J. E. Sahetapy mengemukakan bahwa persepsi tentang apa yang dinamakan “kejahatan” merupakan suatu perdebatan yang kontroversial,
seperti apa yang dinamaka n “cantik” atau “kecantikan” dapat menimbulkan
perdebatan atau dikatakan beauty is in the eye of the beholder . Jalan yang paling aman untuk mengkaji permasalahan kejahatan dapat
ditempuh dengan menghindari diskusi tentang berbagai teori yang masing- masing mempunyai tolak ukur atau outlook-nya serta asumsi yang implikatif
sendiri-sendiri.
74
P.J.Fitzgerald mengemukakan hal yang senada, bahwa kejahatan itu adalah sesuatu yang relatif, tidak terlepas dari perbedaan waktu dan sudut pandang
masyarakat sebagaimana dikatakan dalam tulisannya:
73
J. E. Sahetapy dan B. Mardjono Reksodiputro,
Paradoks dalam Kriminologi
, Rajawali Press, Jakarta, 1983, hal. 167-168
74
J. E. Sahetapy dan B. Mardjono Reksodiputro,
Pisau Analisa Kriminologi
, Pidato Pengukuhan Guru Besar di Universitas Airlangga Surabaya, 30 Juli 1983, Armilo Bandung, 1984,
hal. 9
Universitas Sumatera Utara
93 “Admitted by different societies at different times take different views about
wha t conduct is right or wrong; a nd whether a crime is thought wrong in itself or only lega lly will depend on the mora l code current in society
”.
75
Selain membahas kejahatan terhadap kartu kredit, mengetahui limit kartu kredit wajib hukumnya. Karena limit kartu kredit adalah batas maksimum yang
diizinkan pihak penerbit kartu kredit bagi nasabahnya untuk bertransaksi. Tiap penerbit kartu kredit punya batasan sendiri seputar besaran limit kartu kredit. Secara
umum, penentuan limit kartu kredit ini didasari pada kapasitas keuangan nasabah. Kapasitas itu bisa dilihat dari besaran pendapatan bulanan, domisili, dan lama tinggal,
status kepemilikan rumah, kartu kredit lain jika punya, dan plafon yang diajukan. Di sisi lain, limit kartu kredit juga mudah diketahui dari jenis kartu kreditnya apakah itu
silver, gold, atau platinum. Kartu kredit silver biasanya punya limit terkecil dengan
nominal maksimum Rp. 3.000.000,00 tiga juta rupiah. Sedangkan kartu kredit jenis gold limitnya dalam rentang Rp.8-15 juta. Lain
halnya kartu kredit platinum yang limitnya mencapai puluhan sampai ratusan juta rupiah. Biasanya, bank menentukan limit kartu kredit dengan mempertimbangkan
beberapa faktor, antara lain: 1. Pendapatan bulanan
2. Pinjaman saat ini 3. Domisili dan lama tinggal
4. Status kepemilikan rumah 5. Jumlah pengajuan permohonan pembuatan kartu kredit
75
P. J. Fitzgerald,
Criminal Low and Punishment
, Clarendom Press, Oxford, 1962, hal. 6
Universitas Sumatera Utara
94
6. Jumlah kredit yang diajukan Jika pihak bank menemukan anda adalah nasabah potensial, loyal, maka anda
bisa berhasil dalam proses pengajuan kenaikan limit kartu kredit. Bahkan, terkadang tanpa diminta pihak bank akan menawarkan hal tersebut.
Limit kartu kredit sangatlah penting dikarenakan, kita membayar iuran tahunan yang sama, membayar biaya denda dan bunga yang sama, membayar biaya
keterlambatan yang sama. Semua biaya-biaya tersebut sama. Dengan demikian sudah pasti kita berharap mendapatkan limit yang lebih tinggi. Dengan memiliki limit yang
lebih tinggi memungkinkan kita untuk memanfaatkan kartu kredit tersebut dengan lebih baik. Apakah itu untuk kebutuhan rutin sehari-hari, keperluan mendadak setiap
saat, digunakan untuk modal usaha atau dipergunakan untuk memutar uang kartu kredit. Tentu kita juga harus menyadari bahwa pemberian kenaikan limit ada banyak
faktor penentunya. Kita tidak bisa selalu menyamakan limit kartu kredit kita dengan limit kartu kredit milik orang lain. Bank bisa kapan saja menurunkan limit kartu
kredit seseorang dengan berbagai pertimbangan. Selama penggunaan kartu kredit kita menguntungkan bank, maka limit kartu kredit kita akan terus dinaikkan.
76
Dalam penyelesaian dan tanggung jawab nasabah pemegang kartu kredit yang over limit
tidaklah serius, dikarenakan kartu kredit yang over limit tidak termasuk kejahatan kartu kredit cybercrime yang perlu ditindak lanjuti oleh hukum. Namun
jika nasabah melampaui batas kredit pemakaian, biasanya Bank akan mengenakan bia ya over limit
kepada nasabah. Besarnya biaya over limit bervariasi, tergantung
76
M. Husni Nanang dan Ahmad Muhjin, “Mengakali Pengakat Kartu Kredit”, http : www.
inilah. comberitaekonomi2008021512502mengakali-pengakal-kartu-kredit
Universitas Sumatera Utara
95
Bank penerbit kartu kredit nasabah. Pada Bank Danamon Cabang Sutomo Medan, selain mengenakan biaya over limit pada nasabah, selanjutnya pihak Bank akan
membuat suku bunga kartu kredit nasabah akan naik ke tingkat default. Artinya dengan adanya peningkatan suku bunga, nasabah akan dikenakan biaya yang lebih
mahal untuk membawa tagihan pemakaian kartu kredit melampaui masa tenggang. Dan nasabah pemegang kartu kredit over limit, berdampak juga terhadap poin skor
kredit nasabah.
77
77
Hasil Wawancara dengan Ibu Erita Damanik, Suvervisor Sentra Kartu Kredit Bank Danamon Cabang Sutomo Medan pada bulan Mei 2015
Universitas Sumatera Utara
96
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN