Pertanggungjawaban Nasabah Terhadap Bank Dalam Pembayaran Kartu Kredit yang Over Limit (Studi di Bank Danamon Cabang Sutomo Medan)

(1)

PERTANGGUNGJAWABAN NASABAH TERHADAP BANK DALAM PEMBAYARAN KARTU KREDIT YANG OVER LIMIT

(Studi di Bank Danamon Cabang Sutomo Medan)

S K R I P S I

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Akhir dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

Oleh :

AMELIA SIREGAR NIM : 110200479

DEPARTERMEN HUKUM KEPERDATAAN PROGRAM KEKHUSUSAN HUKUM PERDATA BW

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

PERTANGGUNGJAWABAN NASABAH TERHADAP BANK DALAM PEMBAYARAN KARTU KREDIT YANG OVER LIMIT

(Studi di Bank Danamon Cabang Sutomo Medan) SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

OLEH : AMELIA SIREGAR

NIM: 110200479

Departemen Hukum Keperdataan Program Kekhususan Hukum Perdata BW

Disetujui Oleh :

Ketua Departemen Hukum Keperdataan

Dr.H.Hasim Purba, SH.M.Hum NIP.196603031985081001

Dosen Pembimbing I, DosenPembimbing II,

Dr. H.Hasim Purba, SH.M.Hum Puspa Melati, SH.M.Hum NIP. 196603031985081001 NIP.196801281994032001

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

NAMA : AMELIA SIREGAR

NIM : 110200479

JUDUL SKRIPSI : PERTANGGUNGJAWABAN NASABAH

TERHADAP BANK DALAM PEMBAYARAN KARTU KREDIT YANG OVER LIMIT (STUDI DI BANK DANAMON CABANG SUTOMO MEDAN) Dengan ini menyatakan :

1. Bahwa isi skripsi yang saya tulis tersebut di atas adalah benar tidak merupakan ciplakan dari skripsi atau karya ilmiah orang lain.

2. Apabila terbukti dikemudian hari skripsi tersebut adalah ciplakan, maka segala akibat hukum yang timbul menjadi tanggung jawab saya.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya tanpa ada paksaan atau tekanan dari pihak manapun.

Medan, 3 Agustus 2015

AMELIA SIREGAR NIM: 110200479


(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat, kasih dan karunia-Nya maka penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “PERTANGGUNGJAWABAN NASABAH TERHADAP BANK DALAM PEMBAYARAN KARTU KREDIT YANG OVER LIMIT (STUDI DI BANK

DANAMON CABANG SUTOMO MEDAN).” Skripsi ini disusun sebagai salah

satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Penulis juga berterimakasih kepada kedua orangtua, Momos Siregar dan Hennidar Harahap beserta adik saya Khosy Siregar, karena selalu memberikan semangat dan doanya.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah banyak mendapatkan bimbingan, bantuan, dukungan dan doa dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Runtung, SH.M.Hum , selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Hukum Sumatera Utara atas semua dukungan yang besar terhadap seluruh mahasiswa / i demi kemajuan dan perkembangan pendidikan hukum di lingkungan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

2. Prof.Dr. Budiman Ginting, SH.M.Hum, selaku Wakil Dekan I Fakultas


(5)

M.H., DFM, selaku Wakil Dekan II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

3. OK. Saidin, SH.M.Hum, selaku Wakil Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

4. Dr. H. Hasim Purba, SH. M.Hum, selaku Ketua Departemen Hukum

Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara sekaligus beliau merupakan Dosen Pembimbing I. Penulis mengucapkan terimakasih karena yang berkenaan meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan dalam proses penulisan skripsi ini.

5. Puspa Melati Hasibuan, SH.M.Hum, selaku Dosen Pembimbing II yang

banyak menuntun dan mengarahkan penulis dari awal hingga akhir penulisan skripsi dengan kesabaran.

6. Erita Damanik, selaku Suvervisor Sentra Kartu Kredit Bank Danamon

Cabang Sutomo Medan yang sudah bersedia meluangkan waktunya untuk diwawancarai.

7. Seluruh pegawai bagian pendidikan, pegawai perpustakaan Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini.

8. Teristimewa dan paling spesial buat sahabat-sahabat penulis yang sangat banyak membantu memberikan semangat luar biasa dan rela meluangkan waktunya dalam penulisan skripsi ini, si kembar Marintan Sitorus dan Maria Sitorus, Ribka Siregar, dan teman-teman stambuk 2011 yang


(6)

sedang berjuang juga dalam skipsi, Adriza, Inda, Imam, Faisal, Rendy, semoga kita menjadi manusia sukses untuk kedepannya.

Akhir kata, sesuai dengan kata-kata bahwa tidak ada di dunia ini yang sempurna, demikianlah dengan skripsi ini sangat jauh dari kata sempurna. Oleh karenanya, penulis dengan kerendahan hati mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun demi perbaikan menuju yang lebih baik dan bermanfaat bagi kita semua, terutama para mahasiswa/I dan kalangan praktisi di bidang hukum.

Medan, Juli 2015

Penulis,

Amelia Siregar 110200479


(7)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR... i

DAFTAR ISI ... iv

ABSTRAK ... vi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penulisan... 10

D. Manfaat Penulisan ... 10

E. Metode Penulisan ... 11

F. Keaslian Penulisan ... 13

G. Sistematika Penulisan ... 14

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI BANK ... 16

A. Pengertian dan Pengaturan Bank ... 16

B. Fungsi Bank ... 20

C. Jenis Bank ... 27

D. Jasa-jasa Bank... 33

BAB III TINJAUAN MENGENAI JASA BANK YAITU KARTU KREDIT ... 42

A. Kartu Kredit ... 42

1. Pengertian Kartu Kredit ... 42

2. Dasar Hukum Kartu Kredit ... 43

3. Jenis Kartu Kredit ... 45


(8)

5. Keuntungan Bagi Si Penjual atau Penerima

Kartu Kredit ... 51

B. Hak dan Kewajiban Para Pihak Yang Terlibat Dalam Kartu Kredit... 53

C. Mekanisme Penerbitan, Pelayanan dan Penagihan Kartu Kredit ... 57

D. Sistem Kerja Kartu Kredit Mulai Dari Permohonan Sampai Dengan Melakukan Transaksi ... 59

BAB IV PERTANGGUNGJAWABAN NASABAH TERHADAP BANK DALAM PEMBAYARAN KARTU KREDIT YANG OVER LIMIT (STUDI DI BANK DANAMON CABANG SUTOMO MEDAN) ... 62

A. Akibat Hukum Dari Kartu Kredit Yang Over Limit ... 62

B. Faktor-faktor Yang Menyebabkan Terjadinya Kartu Kredit Yang Over Limit Pada Nasabah Bank Danamon Cabang Sutomo Medan ... 83

C. Upaya Penyelesaian dan Tanggung Jawab Nasabah Pemegang Kartu Kredit Pada Bank Danamon Cabang Sutomo Medan ... 84

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 96

A. Kesimpulan... 96

B. Saran ... 98

DAFTAR PUSTAKA ... 100 LAMPIRAN


(9)

ABSTRAK Amelia Siregar*)

Hasim Purba**) Puspa Melati Hasibuan***)

Berdasarkan ketentuan dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor

11/11/PBI/2009 tentang Penyelengaraan Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu, yang dimaksud dengan kartu kredit (credit card) adalah alat pembayaran dengan menggunakan kartu yang dapat digunakan untuk melakukan pembayaran atas kewajiban yang timbul dari suatu kegiatan ekonomi, termasuk transaksi pembelanjaan dan/ atau melakukan penarikan tunai dimana kewajiban pembayaran pemegang kartu dipenuhi terlebih dahulu oleh penerbit, dan pemegang kartu berkewajiban melakukan pelunasan kewajiban pembayaran tersebut pada waktu yang disepakati baik secara sekaligus ataupun secara angsuran. Kartu kredit adalah salah satu sarana dalam mengelola keuangan yang memberi pemegang kartu kredit kemudahan jika dikelola dengan baik, namun jika nasabah pemegang kartu kredit tidak dapat mengontrol keuangan dengan baik, maka nasabah kartu kredit akan mengalami over limit dan bertanggungjawab pada bank, berupa pertanggungjawaban apakah itu, untuk itulah penulis mengangkat permasalahan mengenai bagaimanakah akibat hukum dari kartu kredit yang over limit, faktor-faktor apakah yang menyebabkan terjadinya kartu kredit yang over limit pada nasabah Bank Danamon cabang Sutomo Medan, bagaimanakah upaya penyelesaian dan tanggung jawab nasabah pemegang kartu kredit pada Bank Danamon cabang Sutomo Medan.

Penelitian yang dilakukan adalah penelitian normatif dan penelitian empiris. Penelitian normatif dilakukan dengan melakukan studi kepustakaan terhadap data sekunder. Sedangkan penelitian empiris, yaitu dengan melakukan penelitian langsung terhadap PT. Bank Danamon Cabang Sutomo Medan. Pencarian dilakukan dengan menggunakan alat pengumpulan data berupa studi dokumen dan wawancara kepada supervisor sentra kartu kredit Bank Danamon Cabang Sutomo Medan.

Hasil penelitan ini menunjukkan bahwa nasabah yang memiliki kartu kredit yang over limit tidak menimbulkan akibat hukum, dan ada 2 (dua) faktor yang menyebabkan terjadinya kartu kredit yang over limit, faktor dari Bank dan yang kedua faktor dari nasabah itu sendiri. Pertanggungjawaban nasabah terhadap Bank dalam pembayaran kartu kredit yang over limit adalah nasabah membayar kepada Bank yang bersangkutan sejumlah biaya, yang dinamakan biaya over limit. Biasanya biaya over limit pada Bank berbeda-berbeda sesuai dengan Bank yang bersangkutan. Kata Kunci: Kartu Kredit, Nasabah, Over Limit

*) Mahasiswa Departemen Hukum Keperdataan Fakultas Hukum USU

**) Dosen Pembimbing I, Departemen Hukum Keperdataan Fakultas Hukum USU ***) Dosen Pemimbing II, Departemen Hukum Keperdataan Fakultas Hukum USU


(10)

ABSTRAK Amelia Siregar*)

Hasim Purba**) Puspa Melati Hasibuan***)

Berdasarkan ketentuan dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor

11/11/PBI/2009 tentang Penyelengaraan Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu, yang dimaksud dengan kartu kredit (credit card) adalah alat pembayaran dengan menggunakan kartu yang dapat digunakan untuk melakukan pembayaran atas kewajiban yang timbul dari suatu kegiatan ekonomi, termasuk transaksi pembelanjaan dan/ atau melakukan penarikan tunai dimana kewajiban pembayaran pemegang kartu dipenuhi terlebih dahulu oleh penerbit, dan pemegang kartu berkewajiban melakukan pelunasan kewajiban pembayaran tersebut pada waktu yang disepakati baik secara sekaligus ataupun secara angsuran. Kartu kredit adalah salah satu sarana dalam mengelola keuangan yang memberi pemegang kartu kredit kemudahan jika dikelola dengan baik, namun jika nasabah pemegang kartu kredit tidak dapat mengontrol keuangan dengan baik, maka nasabah kartu kredit akan mengalami over limit dan bertanggungjawab pada bank, berupa pertanggungjawaban apakah itu, untuk itulah penulis mengangkat permasalahan mengenai bagaimanakah akibat hukum dari kartu kredit yang over limit, faktor-faktor apakah yang menyebabkan terjadinya kartu kredit yang over limit pada nasabah Bank Danamon cabang Sutomo Medan, bagaimanakah upaya penyelesaian dan tanggung jawab nasabah pemegang kartu kredit pada Bank Danamon cabang Sutomo Medan.

Penelitian yang dilakukan adalah penelitian normatif dan penelitian empiris. Penelitian normatif dilakukan dengan melakukan studi kepustakaan terhadap data sekunder. Sedangkan penelitian empiris, yaitu dengan melakukan penelitian langsung terhadap PT. Bank Danamon Cabang Sutomo Medan. Pencarian dilakukan dengan menggunakan alat pengumpulan data berupa studi dokumen dan wawancara kepada supervisor sentra kartu kredit Bank Danamon Cabang Sutomo Medan.

Hasil penelitan ini menunjukkan bahwa nasabah yang memiliki kartu kredit yang over limit tidak menimbulkan akibat hukum, dan ada 2 (dua) faktor yang menyebabkan terjadinya kartu kredit yang over limit, faktor dari Bank dan yang kedua faktor dari nasabah itu sendiri. Pertanggungjawaban nasabah terhadap Bank dalam pembayaran kartu kredit yang over limit adalah nasabah membayar kepada Bank yang bersangkutan sejumlah biaya, yang dinamakan biaya over limit. Biasanya biaya over limit pada Bank berbeda-berbeda sesuai dengan Bank yang bersangkutan. Kata Kunci: Kartu Kredit, Nasabah, Over Limit

*) Mahasiswa Departemen Hukum Keperdataan Fakultas Hukum USU

**) Dosen Pembimbing I, Departemen Hukum Keperdataan Fakultas Hukum USU ***) Dosen Pemimbing II, Departemen Hukum Keperdataan Fakultas Hukum USU


(11)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejak empat dasawarsa yang lalu manusia mulai disibukkan dengan kegiatan untuk memikirkan cara yang lebih efektif dan lebih muda dalam rangka mengembangkan bisnis yang terutama berkaitan dengan pembayaran suatu transaksi. Pada awal tahun 1950, business card merupakan salah satu pemecahan yang dianggap paling baik dalam rangka menanggulangi pembayaran suatu transaksi, dengan tanpa harus membawa sejumlah alat pembayaran sah, yang kadang tidak disadari bahwa hal itu mengurangi kebebasan bergerak individu.

Pada awal tahun 1950-an sebagai modifikasi atas penggunaan dan kemudahan

dari alat pembayaran cek perjalanan (traveller’s cheque), para pakar keuangan dan

innovator di Amerika Serikat berupaya melakukan penggabungan unsur-unsur kemudahan yang dimiliki cek perjalanan dan teknologi, menjadikan kartu kredit, suatu alat pembayarn yang unik pengganti uang tunai yang dapat diterima oleh masyarakat internasional. Dari Amerika Serikat pula berkembanglah perusahaan-perusahaan raksasa yang sampai saat ini menjadi induk organisasi penyelenggara kartu kredit, kelima perusahaan yang melakukan bisnis kartu kredit tersebut adalah Diners Club Inc., America n Express Compa ny, Visa Interna tiona l, Ma ster Interna tiona l, da n Discover.

Kartu Kredit semula merupakan alat pembayaran yang berkembang di negara-negara maju, baru kemudian merambah ke negara-negara-negara-negara berkembang, termasuk


(12)

Indonesia. Penerbit kartu kredit pertama adalah The Diners Club Inc. di Amerika Serikat pada tahun 1950-an, kemudian diikuti oleh American Express Company pada tahun 1958. Sedangkan bank pertama yang menerbitkan kartu kredit adalah The First

Na tiona l Ba nk Long Isla nd pada tahun 1951.1

Kartu kredit dapat dipergunakan untuk transaksi di mana saja pada pedagang-pedagang, yakni pedagang yang memiliki toko, usaha jasa, mulai kelas department store, superma rket, hotel, tra vel, a irlines, resta ura nt, dan a rt shop. Akhir-akhir ini bahkan sudah makin meluas hingga ke sektor usaha tukang jahit, salon, studio foto, rumah sakit, klinik, laboraturium, apotek, dokter gigi, fitness, and sport centre, business centre, bengkel, variasi mobil, advertising, car rental, dan lain-lain. Hal ini merupakan salah satu indikasi bahwa para wisatawan di Indonesia telah merasakan manfaat menerima pelayanan dengan kartu kredit dan nampak terlihat sudah mulai membudayakannya. Salah satu keunggulan kartu kredit adalah jangkauan penggunaan yang luas, hampir 5,7 juta merchant di 160 negara telah mengikatkan diri untuk selalu melayani para pemegang kartu kredit mendapatkan uang tunai selama 24 jam pelayanan setiap hari. Kartu khusus yang diakui sebagai alat pembayaran pengganti uang tunai ditempat-tempat yang sudah ditentukan (merchant) sesuai dengan ketentuan/batasan yang ditetapkan oleh bank atau institusi pengelola credit ca rd. Secara umum orang mengenal kartu kredit meliputi plastic card, pengganti

uang tunai, alat pembayaran universal, dan simbol status/prestige2.

1

Gustav Fawa Raharja, Buku Pintar Kartu Kredit, (Jakarta : Flash Books, 2013), hal 72

2

Julius R. Latumaerissa, Bank dan Lembaga Keuangan Lain, (Jakarta : PT. Salemba Empat, 2011), hal. 272


(13)

Berdasarkan ketentuan dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/11/PBI/2009 tentang Penyelengaraan Alat Pembayaran dengan menggunakan kartu, yang dimaksud dengan kartu kredit (credit card) adalah alat pembayaran dengan menggunakan kartu yang dapat digunakan untuk melakukan pembayaran atas kewajiban yang timbul dari suatu kegiatan ekonomi, termasuk transaksi pembelanjaan dan/atau untuk melakukan penarikan tunai dimana kewajiban pembayaran pemegang kartu dipenuhi terlebih dahulu oleh acquirer atau penerbit, dan pemegang kartu berkewajiban melakukan pelunasan kewajiban pembayaran tersebut pada waktu yang disepakati baik secara sekaligus (charge card) ataupun

secara angsuran3.

Perkataan “kredit” telah lazim digunakan pada praktik perbankan dalam pemberian berbagai fasilitas yang berkaitan dengan pinjaman. Kata yang sama dijumpai pula dalam penerbitan kartu yang dikeluarkan oleh lembaga keuangan, baik Bank atau Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB), secara mandiri ataupun bekerjasama. Pengertian “kredit” dalam penggunaan yang semakin meluas perlu untuk ditelusuri, sejauhmana relevansi penggunaannya dalam praktik bisnis umumnya dan perbankan khususnya. Kata” kredit” berasal dari bahasa Romawi “credere” yang berarti percaya atau “credo” atau “creditumyang berarti saya percaya.

Black’s Law Dictionary memberi pengertian bahwa kredit adalah :

3

Republik Indonesia, Peraturan Bank Indonesia No. 11/11/PBI/2009 tentang Penyelenggaraan Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu, Pasal 1 angka (4)


(14)

The a bility of a businessman to borrow money, or obta in goods on time, in consequence of the fa vourable opinion held by the pa rticula r lender, a s to his

solvency and relia bility”

Artinya:

“Kemampuan seorang pelaku usaha untuk meminjamkan uang, atau memperoleh barang-barang secara tepat waktu, sebagai akibat dari argumentasi yang tepat dari pemberi pinjaman, seperti halnya keandalan dan kemampuan membayarnya”.4

Sedangkan Dictionary of economics menguraikan pengertian “credit ca rd”

sebagai berikut:

“Pla stic ca rd or token used to fina nce the purcha se of product by ga ining point of sa le credit. Credit ca rd a re issued by commercia l Ba nks, hotel cha ins, a nd la rger reta iler.”

Terjermahan bebas:

‘’Kartu plastik atau sejenis kartu pembiayaan yang digunakan pembelian produk secara kredit. Kartu kredit dikeluarkan oleh Bank komersial, jaringan hotel, dan pedagang”.5

John Marti dan Anthony Zeilinger mengemukakan pendapatnya tentang kartu kredit sebagai berikut :

“Over quite a long period there ha ve been predictions of the imminent a rriva l

of the ‘cashless society’. First, it was suggested that cash (coins and Banknotes) would be repla ced a s a mea ns of pa yment by cheques, bilyet giro tra nsfers a nd other

4

Johannes Ibrahim, Kartu Kredit Dilematis Antara Kontrak dan Kejahatan (Bandung : PT. Refika Aditama, 2004), hal.7

5


(15)

from of ‘paper money’; later, that it would be replaced by credit cards, charge cards and other forms of ‘plastic money’; and most recently, that it would be replaced by

va rious kinds of electronics payments systems.”

Terjemahan bebas:

“Dalam periode yang panjang telah diramalkan akan terjadi suatu ‘komunitas tanpa menggunakan uang.’ Pertama, telah diusulkan cara pembayaran secara tunai (koin dan banknotes) akan digantikan dengan alat pembayaran berupa cek, bilyet giro

sebagai pengganti dari uang kertas’; kemudian, alat pembayaran ini akan digantikan

oleh kartu kredit, dalam format uang plastik’; dan terakhir akan digantikan oleh berbagai macam sistem pembayaran elektronika”.6

A.F. Elly Erawaty dan J.S.Badudu menjelaskan pengertian kartu kredit sebagai :

“Kartu yang dikeluarkan oleh Bank atau lembaga lain yang diterbitkan dengan tujuan untuk mendapatkan uang, barang atau jasa secara kredit”.7

Di samping penjelasan tentang “credit ca rd” dalam konteks yang sama

dijelaskan pula tentang “credit ca rd crime” yaitu:

“ A person commits a n offense if he uses a credit ca rd for the purpose of obta ining property of services with knowledge tha t: (1) the ca rd is stolen or forged; or (2) the ca rd ha s been revoked or ca ncelled; or (3) for a ny other rea son his use of the card is unauthorized.”

Terjemahan bebas:

6

John Marti dan Anthony Zeilinger, Micro Sand Money : New Technology in Banking and Shopping, Policy Studies Institute, London, 1982, hal.5

7


(16)

“Seseorang melakukan sesuatu yang bersalah jika dirinya menggunakan suatu kartu kredit untuk kepentingan memperoleh properti/kebendaan, atau jasa dengan cara (1) kartu yang dicuri atau ditempa; atau (2) kartu yang telah ditarik kembali atau dibatalkan; atau (3) apapun alasannya penggunaan kartu adalah tidak sah’.8

Dari definisi di atas, disimpulkan bahwa kartu kredit atau credit card adalah uang plastik yang diterbitkan oleh suatu institusi yang memungkinkan pemegang kartu untuk memperoleh kredit atas transaksi yang dilakukannya dan pembayarannya dapat dilakukan secara angsuran dengan membayar sejumlah bunga (finance charge) atau sekaligus pada waktu yang telah ditentukan. Sejauhmana unsur-unsur kredit dapat diterapkan dalam prosedur penerbitan kartu kredit :

Unsur kepercayaan. Merupakan hal yang prinsip dalam penerbitan kartu kredit Bank dalam menilai kelayakan dari pemohon mempertimbangkan berdasarkan kelengkapan data yang diserahkan oleh pemohon bersama dengan aplikasi atau formulir yang telah ditandatanganinya. Unsur waktu. Penerbitan kartu kredit baik untuk pemegang kartu utama maupun kartu tambahan dalam tenggang waktu yang diperjanjikan, umumnya 12 (dua belas) bulan.

Unsur prestasi. Baik pihak Bank ataupun pemegang kartu secara timbal balik memberikan prestasi. Bank akan merekomendasikan setiap penggunaan ataupun penarikan tunai yang dilakukan oleh pemegang kartu harus membayar biaya-biaya; terdiri dari biaya tahunan untuk pemegang kartu utama dan kartu tambahan disesuaikan dengan jenis kartu yang diterbitkan, biaya penarikan uang tunai (cash a dvance) akan dikenakan biaya administrasi sebesar 4% (empat prosen ) dari jumlah

8


(17)

penarikan dan bunga penarikan uang tunai (cash advance) sebesar 3,5 % (tiga lima per sepuluh prosen), biaya keterlambatan pembayaran minimal payment dari batas waktu yang ditentukan sebesar 5% (lima prosen) dan bunga untuk sisa pembayaran dikenakan sebesar 2,5% (dua lima persepuluh prosen), biaya penggunaan melewati batas kredit, biaya permintaan salinan tagihan dan biaya-biaya lainnya yang diperjanjikan.

Unsur risiko. Penerbitan kartu kredit memiliki risiko tinggi, dikarenakan dalam pemberian fasilitas kredit umumnya tidak disyaratkan adanya agunan. Bank sangat berisiko, jika tidak dikaitkan secara cross collateral dengan fasilitas kredit yang dimiliki pada Bank tersebut.

Sejauhmana prinsip-prinsip kelayakan dalam penilaian kredit menjadi acuan dalam penerbitan kartu kredit. Bank dalam menilai kelayakan dapat menelusuri data yang diserahkan pada sumber-sumber yang diyakini dapat dipercaya. Tindakan yang dilakukan oleh Bank secara hukum dapat dibenarkan dengan merujuk atas persetujuan yang tercantum dalam aplikasi atau formulir yang telah ditanda-tangani oleh pemohon, berbunyi :

“Semua informasi dalam formulir ini adalah lengkap dan benar. Dengan menanda-tangani formulir ini saya/kami memberi kuasa kepada Bank untuk memeriksa semua kebenaran data adanya dengan cara bagaimanapun dan menghubungi sumber manapun yang layak menurut Bank. Saya/kami mengerti bahwa Bank berhak menolak permohonan ini tanpa harus memberikan alasan apapun pada saya/kami dan semua dokumen yang telah diserahkan tidak akan dikembalikan.


(18)

Bila kartu saya/kami disetujui akan terikat oleh syarat-syarat dan ketentuan dari perjanjian pemegang kartu yang akan dikirim bersama dengan kartunya”.9

Kartu kredit merupakan salah satu kartu yang diterbitkan oleh Bank atau

dikenal sebagai Bank Card. Yang dimaksud dengan Bank Card merupakan “uang

plastik” yang dikeluarkan oleh Bank. Kegunaannya sebagai alat pembayaran di tempat-tempat tertentu seperti pasar swalayan, hotel, restoran, tempat hiburan dan tempat lainnya. Penggunaan berbagai jenis kartu plastik disebabkan beberapa faktor

untuk keamanan, kenyamanan, kemudahan dan unsur prestise bagi pemegangnya.10

Dalam perkembangan penggunaan kartu plastik ini, sekilas dibahas oleh Dury bahwa Edward Bellamy, seorang pengacara Amerika yang beralih profesi menjadi wartawan, menulis sebuah buku pada tahun 1887 dan diterbitkan setahun kemudian dengan judul Looking Backward yang menjadi salah satu buku terlaris pada masanya. Dalam buku tersebut Bellamy mengambil lokasi di Boston, Amerika Serikat untuk tahun 2000. Dalam percakapan disebutkan bahwa pada tahun 2000, yaitu seratus tiga belas tahun setelah penulisan buku dimaksud, uang sebagai alat pembayaran saat itu akan tergeser oleh kartu kredit, di mana pemegangnya dapat memenuhi seluruh kebutuhannya dengan menggunakan kartu yang dimaksud. Prediksi dari Bellamy membuktikan kebenarannya dan dimulai pada tahun 1950 atau sekitar 63 tahun kemudian terdapat suatu kejadian di New York, di mana seorang wiraswastawan terkenal mengundang mitra bisnisnya untuk bersantap bersama dalam melakukan

9

A.F.Elly Erawaty.Op. Cit, hal. 32

10

Lakstanto Utomo, Aspek Hukum Kartu Kredit dan Perlindungan Konsumen, (Jakarta : Alumni, 2011), hal.25


(19)

negosiasi bisnis. Setelah selesai dan akan melakukan pembayaran, wiraswastawan tersebut terkejut karena dompetnya tertinggal.

Dengan perasaan malu ia memberikan kartu identitas kepada restoran yang kemudian dikenal dengan nama Frank Mc Namara, mengilhaminya untuk menciptakan mekanisme pembayaran dengan menggunakan instrument kartu. Metode pembayaran tersebut dinilai lebih praktis dibandingkan dengan menggunakan uang

tunai. Kartu plastik pertama yang dikeluarkan olehnya adalah Dinners Club.11

Keberhasilannya diikuti oleh berbagai industri penerbit lainnya, terutama dalam dekade tahun 1970-an dengan berbagai merk yang sangat popular, di antaranya Visa ca rd yang dikeluarkan oleh Visa International dan Mastercard oleh Mastercard Interna tiona l.

B. Rumusan Masalah

Berangkat dari latar belakang permasalahan tersebut, maka penelitian ini akan difokuskan pada beberapa masalah yang akan dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimanakah akibat hukum dari kartu kredit yang over limit?

2. Faktor-faktor apakah yang menyebabkan terjadinya kartu kredit yang over limit pada nasabah bank Danamon cabang Sutomo Medan?

3. Bagaimanakah upaya penyelesaian dan tanggung jawab nasabah pemegang kartu kredit pada bank Danamon cabang Sutomo Medan

11


(20)

C. Tujuan Penulisan

Dari tiga rumusan permasalahan tersebut, penelitian ini bertujuan : 1. Untuk mengetahui akibat hukum dari kartu kredit yang over limit.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kartu kredit yang over limit pada nasabah bank Danamon cabang Sutomo Medan.

3. Untuk mengetahui upaya penyelesaian dan tanggung jawab nasabah pemegang kartu kredit pada bank Danamon cabang Sutomo Medan.

D. Manfaat Penulisan

Selanjutnya, penulisan skripsi ini juga diharapkan bermanfaat untuk : 1. Manfaat secara teoritis.

Penulis berharap kiranya penulisan skripsi ini dapat bermanfaat untuk dapat memberikan manfaat bagi kepentingan akademis, kepentingan praktis, maupun untuk berbagai kalangan yang membutuhkan, khususnya tentang hal-hal yang berhubungan dengan upaya penyelesaian dan tanggung jawab nasabah bank pemegang kartu kredit yang over limit.

2. Manfaat secara praktis.

Secara praktis penulis berharap agar penulisan skripsi ini dapat memberi masukan pengetahuan tentang kartu kredit khususnya tentang kartu kredit yang over limit. Seperti yang diketahui kartu kredit (credit card) merupakan sarana pengganti alat pembayaran dalam lalu lintas bisnis dan kehidupan sehari-hari. Penggunaan kartu kredit telah berkembang sedemikian pesat dalam memenuhi tuntutan dan gaya hidup masyarakat modern saat ini. Tuntutan sebagai manusia modern untuk menyikapi


(21)

penggunaan dan kemanfaatan kartu kredit serta memproteksi dari kartu kredit yang over limit.

E. Metode Penelitian

1. Jenis, sifat, dan bentuk penelitian

Penelitian yang dilakukan adalah penelitian normatif dan penelitian empiris. Penelitian normatif dilakukan dengan melakukan studi kepustakaan terhadap data sekunder. Sedangkan penelitian empiris, yaitu dengan melakukan penelitian langsung terhadap PT. Bank Danamon Cab. Sutomo Medan. Pencarian keterangan tersebut dilakukan dengan menggunakan alat pengumpulan data berupa studi dokumen dan wawancara kepada supervisor kartu kredit Bank Danamon Cabang Sutomo Medan. 2. Sumber data

Pengumpulan data yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah melalui penelitian kepustakaan ( Library Research) untuk mendapatkan konsep-konsep, teori-teori dan informasi-informasi serta pemikiran konseptual dari peneliti pendahulu baik yang berupa perundangan-undangan dan karya ilmiah lainnya. Serta dengan dilakukan penelitian langsung terhadap PT. Bank Danamon Cab. Sutomo Medan. Sumber data kepustakaan diperoleh dari :

a. Bahan Hukum Primer, terdiri dari : norma, kaedah, peraturan dasar, peraturan perundang-undangan yang terkait dengan pengertian kartu kredit, perkembangan dan penggunaan kartu kredit, pihak-pihak yang terlibat dalam penerbitan kartu kredit, dasar hukum kartu kredit, manfaat kartu kredit serta tanggung jawab nasabah pemegang kartu kredit yang over limit.


(22)

b. Bahan Hukum Sekunder, seperti : hasil-hasil penelitian, laporan-laporan, artikel, majalah, dan jurnal ilmiah, hasil-hasil seminar atau pertemuan ilmiah lainnya yang relevan dengan penelitian ini.

c. Bahan hukum Tersier atau bahan hukum penunjang yang mencakup bahan yang memberi petunjuk-petunjuk dan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder, seperti kamus umum, kamus hukum serta bahan-bahan primer, sekunder, tersier di luar bidang hukum yang relevan dan dapat dipergunakan untuk melengkapi data yang diperlukan dalam penelitian ini. Selanjutnya Situs Web juga menjadi bahan bagi penulisan skripsi ini sepanjang memuat informasi yang relevan dengan penelitian ini.12

3. Teknik pengumpulan data

Untuk memperoleh suatu kebenaran ilmiah dalam penulisan skripsi, maka penulis menggunakan metode pengumpulan data dengan cara studi kepustakaan (Libra ry Resea rch), yaitu mempelajari dan menganalisa secara sistematis buku-buku, majalah, surat kabar, peraturan peraturan perundang-undangan dan bahan-bahan lain yang berhubungan dengan materi yang dibahas dalam skripsi ini. Metode yang digunakan untuk menganalisis data adalah analisis kualitatif, yaitu data yang diperoleh kemudian disusun secara sistematis dan selanjutnya dianalisis secara kualitatif untuk mencapai kejelasan masalah yang akan dibahas serta penulis melakukan wawancara langsung pada Bank Danamon Cabang Sutomo Medan.

12

Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, Ghalia Indonesia, Jakarta 1998, hal. 195, sebagaimana dikutip dari Soerjono Sokerta dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, (Jakarta : Rajawali Pers, 1990), hal. 41


(23)

F. Keaslian Penulisan

Skripsi ini berjudul “Pertanggungjawaban Nasabah Terhadap Bank Dalam Pembayaran Kartu Kredit yang Over Limit (Studi di Bank Danamon Cabang Sutomo Medan.” Hal ini telah disetujui oleh Ketua Departemen Hukum Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dan telah melalui tahap pengujian kepustakaan. Berdasarkan penelusuran kepustakaan oleh pihak Perpustakaan Universitas Cabang Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara atau Pusat Dokumentasi dan Informasi Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara maka judul skripsi, yang telah ada di Perpustakaan Universitas Cabang Fakultas Hukum USU atau Pusat Dokumentasi dan Informasi FH USU adalah :

1. Bambang Feriyadi dengan judul “Peranan YLKI Dalam Perlindungan Konsumen

Terhadap Pengguna Jasa Kartu Kredit Di Kota Medan (Riset YLKI Kota Medan).”

Tahun 2008 dengan rumusan masalah yaitu :

a. Peranan Yayasan Perlindungan Konsumen Indonesia (YLKI) dalam

memberikan perlindungan hukum terhadap konsumen kartu kredit

b. Bagaimana peraturan mengenai perjanjian baku dalam penerbitan kartu kredit c. Upaya apa yang dilakukan oleh Yayasan Perlindungan Konsumen Indonesia

(YLKI) dalam menyelesaikan sengketa konsumen.

2. Syifilla Farahdiba dengan judul “ Perlindungan Nasabah Kartu Kredit Ditinjau Dari UU Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.” Tahun 2011 dengan rumusan masalah yaitu :

a. Hubungan hukum antara bank sebagai penerbit kartu kredit dengan nasabah


(24)

b. Hak dan kewajiban pihak bank dan nasabah pemegang kartu kredit

c. Perlindungan nasabah pemegang kartu kredit ditinjau dari UU Nomor 8

Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen

3. Sri Kartika Putri dengan judul “ Penyelesaian Sengketa Penggunaan Kartu Kredit

(Credit Ca rd) oleh Nasabah Pada PT. Bank Mandiri (Persero).” Tahun 2008

dengan rumusan masalah yaitu :

Bagaimanakah penggunaan kartu kredit oleh nasabah dan tata cara penyelesaian sengketanya apabila terjadi permasalahan dalam penggunaan kartu kredit tersebut.

G. Sistematika Penulisan

Untuk lebih mempertegas penguraian dari skripsi ini, serta untuk lebih mengarahkan pembaca, maka berikut di bawah ini penulis membuat sistematika penulisan/gambaran isi skripsi ini sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini merupakan bab pendahuluan yang menguraikan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Penulisan, Manfaat Penulisan, Metode Penelitian, Keaslian Penulisan dan Sistematika Penulisan.

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI BANK

Pada bab ini dibahas hal-hal yang berkaitan dengan Pengertian dan Pengaturan Bank, Fungsi Bank, Jenis Bank, Jasa-Jasa Bank.


(25)

BAB III TINJAUAN UMUM MENGENAI KARTU KREDIT

Pada bab ini dibahas hal-hal yang berkaitan dengan Pengertian Kartu Kredit, Dasar Hukum Kartu Kredit, Jenis Kartu Kredit, Manfaat Kartu Kredit, Keuntungan Bagi Si Penjual atau Penerima Kartu Kredit, Hak dan Kewajiban Pihak yang Terlibat Dalam Kartu Kredit, Sistem Kerja Kartu Kredit Mulai Dari Permohonan Sampai Dengan Melakukan Transaksi.

BAB IV PERTANGGUNGJAWABAN NASABAH TERHADAP BANK

DALAM PEMBAYARAN KARTU KREDIT YANG OVER LIMIT

Pada bab ini dibahas hal-hal yang berkaitan dengan Akibat Hukum Bagi Kartu Kredit Yang Over Limit, Faktor-faktor Yang Menyebabkan Terjadinya Kartu Kredit Yang Over Limit, Upaya Penyelesaian dan Tanggung jawab Nasabah Pemegang Kartu Kredit Yang Over Limit.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Pada Bab ini dibahas mengenai kesimpulan dan saran sebagai hasil dari pembahasan dan penguraian skripsi ini secara keseluruhan.


(26)

BAB II

TINJAUAN UMUM MENGENAI BANK

A. Pengertian dan Pengaturan Bank

Kita menelusuri sejarah dari terminologi “bank” maka kita ketemukan bahwa

kata bank berasal dari bahasa Italy “ba nca” yang berarti bence yaitu suatu bangku tempat duduk. Sebab, pada zaman pertengahan, pihak bankir Italy yang memberikan pinjaman-pinjaman melakukan usahanya tersebut dengan duduk di bangku-bangku di halaman pasar.

Dalam perkembangan dewasa ini, maka istilah bank dimaksudkan sebagai suatu jenis pranata financial yang melaksanakan jasa-jasa keuangan yang cukup beraneka ragam, seperti pinjaman, memberi pinjaman, mengedarkan mata uang, mengadakan pengawasan terhadap mata uang, bertindak sebagai tempat penyimpanan

untuk benda-benda berharga, membiayai usaha-usaha perusahaan.13

Bank bukanlah suatu hal yang asing bagi masyarakat di negara maju. Masyarakat di negara maju sangat membutuhkan keberadaan bank. Bank dianggap sebagai suatu lembaga keuangan yang aman dalam melakukan berbagai macam aktivitas keuangan. Aktifitas keuangan yang sering dilakukan masyarakat di negara maju antara lain aktivitas penyimpanan dana, investasi, pengiriman uang dari satu tempat ke tempat lain atau dari satu daerah ke daerah lain dengan cepat dan aman, serta aktivitas keuangan lainnya. Bank juga merupakan salah satu lembaga yang

13

Abdurrachman, A, Ensiklopedia, Ekonomi, Perdagangan dan Keuangan, Jakarta : PT. Pradnya Paramita, 1991, hal 80.


(27)

mempunyai peran sangat penting dalam mendorong pertumbuhan perekonomian suatu negara, bahkan pertumbuhan bank di suatu negara dipakai sebagai ukuran pertumbuhan perekonomian negara tersebut.

Di negara berkembang, seperti Indonesia dan negara di Asia lainnya, pemahaman sebagian masyarakat tentang bank masih sedikit, masih pada masyarakat perkotaan. Masyarakat pedesaan masih menganggap keberadaan bank hanya untuk kalangan tertentu. Pada umumnya, masyarakat hanya menganggap bank sebagai tempat menyimpan dan meminjam uang. Bagi masyarakat di pedesaan, pemahaman tentang bank sangat minim bahkan ada yang tidak tahu sama sekali tentang bank. Masyarakat desa, bahkan merasa takut berhubungan dengan bank, sehingga tidak banyak yang melakukan transaksi keuangan di bank. Keterbatasan akan pengetahuan masyarakat terhadap bank tersebut berdampak pada terhambatnya pertumbuhan bank di pedesaan, sehingga menyebabkan lambatnya laju pertumbuhan ekonomi di

pedesaan.14

Masyarakat kota, melihat bahwa peran bank sangat penting. Masyarakat kota mengetahui bahwa keberadaan bank tidak hanya sebagai tempat untuk meminjam dan menyimpan uang, akan tetapi banyak aktivitas keuangan yang diperlukan untuk mendukung kelancaran dalam melakukan transaksi. Masyarakat kota, baik pengusaha, maupun bukan pengusaha memerlukan keberadaan bank untuk melaksanakan berbagai aktivitasnya. Masyarakat kota, membutuhkan bank sebagai mitra dalam melakukan berbagai macam aktivitas keuangan. Aktifitas keuangan yang bisa ditawarkan oleh bank tidak terbatas pada aktivitas usaha, akan tetapi banyak

14


(28)

aktivitas layanan jasa lain yang dapat diberikan oleh bank dalam melayani keperluan nasabah.

Di dunia modern, peran bank sangat besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi suatu negara. Hampir semua sektor usaha, yang meliputi sektor industri, perdagangan, pertanian, perkebunan, jasa, dan perumahan sangat membutuhkan bank sebagai mitra dalam melakukan transaksi keuangan. Semua sektor usaha maupun individu saat ini dan masa yang akan datang tidak akan lepas dari sektor perbankan bahkan menjadi kebutuhan dalam menjalankan aktivitas keuangan dalam mendukung kelancaran usaha. Peran bank bagi masyarakat individu, maupun masyarakat bisnis sangat penting bahkan bagi suatu negara, karena bank sebagai suatu lembaga yang

sangat berperan dan berpengaruh dalam perekonomian suatu negara.15

Bank mempunyai peran dalam menghimpun dana masyarakat, karena merupakan lembaga yang dipercaya oleh masyarakat dari berbagai macam kalangan dalam menempatkan dananya secara aman. Masyarakat percaya bahwa dana yang ditempatkan di bank keamanannya lebih terjamin dibanding ditempatkan di lembaga lain. Di sisi lain bank berperan dalam menyalurkan dana kepada masyarakat. Bank merupakan lembaga yang dapat memberikan pinjaman kepada masyarakat yang membutuhkan dana. Masyarakat dapat secara langsung mendapat pinjaman dari bank, sepanjang masyarakat pengguna dana tersebut dapat memenuhi persyaratan yang diberikan oleh bank.

Dengan demikian, pada dasarnya bank mempunyai peran dalam dua sisi, yaitu menghimpun dana yang berasal dari masyarakat yang sedang kelebihan dana,

15


(29)

dan menyalurkan dana kepada masyarakat yang membutuhkan dana untuk memenuhi kebutuhannya. Dengan kedua fungsi tersebut, yaitu menghimpun dana dari masyarakat dan sekaligus menyalurkannya, sehingga bank merupakan lembaga perantara keuangan bagi masyarakat yang kelebihan dana , kemudian

menyalurkannya kepada masyarakat yang membutuhkan dana.16

Dengan demikian, kata “bank” hanya digunakan bagi badan atau perseorangan yang melakukan usaha bank dan harus mendapat izin usaha sebagai bank dari Menteri Keuangan berhubung larangan seperti ini tidak dicantumkan di dalam Undang-Undang Perbankan No 10 Tahun 1998, maka kita tidak memiliki alasan untuk melarang suatu badan usaha atau seseorang menggunakan nama dirinya “Bank.” 17

Dalam suatu kamus, kata “bank” diartikan sebagai :

1. Menerima deposito uang, custody, menerbitkan uang, untuk memberikan pinjaman dan diskonto, memudahkan penukaran fund-fund tertentu dengan cek, notes, dan lain-lain, dan juga bank memperoleh keuntungan dengan meminjamkan uangnya dengan memungut bunga.

2. Perusahaan yang melaksanakan bisnis bank tersebut.

3. Gedung atau kantor tempat dilakukannya transaksi bank atau tempat

beroperasinya perusahaan perbankan.18

16

Ismail, Mana jemen Per bankan : Dari Teori Menuju Aplikasi, Jakarta : PT. Kencana Prenanda Media Group, 2014, hal 1-3.

17

Ibid; hal.15

18


(30)

Di samping itu, ada juga yang memberi arti kepada bank sebagai suatu institusi yang mempunyai peran yang besar dalam dunia komersil, yang mempunyai wewenang untuk disebut dengan bank bills atau bank notes. Namun demikian, fungsi bank yang orisinil adalah hanya menerima deposito berupa uang logam, plate, emas dan lain-lain.19

B. Fungsi Bank

Bank merupakan lembaga keuangan yang fungsi utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat, menyalurkan dana kepada masyarakat, dan juga memberikan pelayanan dalam bentuk jasa perbankan.

1. Menghimpun Dana dari Masyarakat

Fungsi bank yang pertama adalah menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan. Masyarakat memercayai bank sebagai tempat yang aman untuk melakukan investasi, dan menyimpan dana (uang). Masyarakat yang kelebihan dana sangat membutuhkan keberadaan bank untuk menyimpan dananya yang aman. Keamanan atas dana (uang) yang disimpannya di bank oleh masyarakat merupakan faktor yang sangat penting bagi masyarakat. Selain rasa aman, tujuan lainnya adalah sebagai tempat untuk melakukan investasi. Masyarakat akan merasa lebih aman apabila uangnya diinvestasikan di bank. Dengan menyimpan uangnya di bank, nasabah juga akan mendapat keuntungan berupa return atas simpanannya yang besarnya tergantung kebijakan masing-masing bank.

19


(31)

Return merupakan imbalan yang diperoleh nasabah atas sejumlah dana yang disimpan di bank. Imbalan yang diberikan oleh bank bisa dalam bentuk bunga simpanan untuk bank konvensional atau bagi hasil yang diberikan oleh bank syariah. Dalam menghimpun dana pihak ketiga, bank menawarkan produk simpanan antara lain dalam bentuk simpanan giro, tabungan, deposito, dan simpanan lainnya yang diperkenankan.

2. Menyalurkan Dana Kepada Masyarakat

Fungsi bank yang kedua adalah menyalurkan dana kepada masyarakat yang membutuhkan dana. Kebutuhan dana oleh masyarakat, akan lebih mudah diberikan oleh bank apabila, masyarakat yang membutuhkan dana dapat memenuhi semua persyaratan yang diberikan oleh pihak bank. Menyalurkan dana merupakan aktivitas yang sangat penting bagi bank, karena bank akan memperoleh pendapatan atas dana yang disalurkan. Pendapatan tersebut dapat berupa pendapatan bunga untuk bank konvensional, dan bagi hasil atau lainnya untuk bank syariah. Pendapatan yang diperoleh dari aktivitas penyaluran dana kepada nasabah merupakan pendapatan yang terbesar di setiap bank, sehingga penyaluran dana kepada masyarakat menjadi sangat penting bagi bank.

Kegiatan penyaluran dana kepada masyarakat, di samping merupakan aktivitas yang dapat menghasilkan keuntungan, juga untuk memanfaatkan dana yang idle (Idle Fund) karena bank telah membayar sejumlah tertentu atas dana yang telah dihimpunnya. Pada akhir bulan atau pada saat tertentu bank akan mengeluarkan biaya atas dana yang telah dihimpun dari masyarakat yang telah menyimpan dananya di bank. Dengan demikian, bank tidak boleh membiarkan dana masyarakat tersebut


(32)

mengendap, dan harus segera menyalurkannya kepada masyarakat yang membutuhkan agar memperoleh pendapatan atas dana yang disalurkannya. Penyaluran dana kepada masyarakat sebagian besar berupa untuk bank konvensional dan/atau pembiayaan untuk bank syariah. Kredit yang diberikan dan/atau pembiayaan yang diberikan kepada masyarakat menempati porsi aset yang terbesar di setiap bank. 3. Pelayanan Jasa Perbankan

Dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat dalam menjalankan aktivitasnya, bank juga dapat memberikan beberapa pelayanan jasa. Pelayanan jasa kepada nasabah merupakan fungsi bank yang ketiga. Berbagai jenis produk pelayanan jasa yang dapat diberikan oleh bank antara lain jasa pengiriman uang (transfer), pemindahbukuan, penagihan surat-surat berharga, kliring, Letter of Credit, inkaso, garansi bank, dan pelayanan jasa lainnya. Produk pelayanan jasa bank yang ditawarkan kepada masyarakat merupakan aktivitas pendukung yang dapat diberikan oleh Bank.

Aktifitas pelayanan jasa, akhir-akhir ini merupakan aktivitas yang diharapkan oleh bank untuk dapat meningkatkan pendapatan bank yang berasal dari fee atas pelayanan tersebut. Beberapa bank berusaha untuk meningkatkan teknologi dan sistem informasi agar dapat memberikan pelayanan jasa yang dapat memberikan kepuasan kepada nasabah. Pelayanan yang dapat memuaskan nasabah adalah pelayanan jasa yang cepat dan akurat. Saat ini harapan nasabah dalam pelayanan jasa


(33)

bank adalah kecepatan dan keakuratannya, sehingga bank berlomba-lomba untuk

selalu berinovasi dalam memberikan produk layanan jasanya.20

Bank mempunyai tiga fungsi utama, yaitu sebagai penghimpun dana dari masyarakat, penyalur dana kepada masyarakat, dan juga memberikan pelayanan jasa perbankan kepada pihak-pihak yang membutuhkan layanan jasa bank.

Dalam menghimpun dana masyarakat, bank akan membayar bunga (bank konvensional) dan/atau bagi hasil (bank syariah) atas simpanan dana dari masyarakat. Besarnya bunga dan/atau bagi hasil tergantung dari jenis simpanannya dan kebijakan masing-masing bank. Simpanan yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat tentunya akan diberikan imbalan yang lebih rendah dibanding dengan jenis simpanan yang sifatnya hanya dapat ditarik sesuai dengan jangka waktu tertentu sesuai perjanjian antara bank dan nasabah.

Dalam menyalurkan dana kepada masyarakat, bank akan memperoleh balas jasa berupa bunga (bank konvensional) atau bagi hasil (bank syariah). Pendapatan bunga yang diperoleh bank dari nasabah yang memperoleh kredit akan dibandingkan dengan bunga yang dibayar oleh bank kepada nasabah yang menyimpan dananya di bank. Perbedaan antara bunga yang diterima dari nasabah dan bunga yang dibayar kepada nasabah disebut dengan Spread. Dalam hal, pendapatan bunga yang diterima dari nasabah peminjam lebih rendah daripada biaya bunga yang dibayar oleh bank kepada nasabah, maka disebut dengan negative Spread. Contoh, suku bunga kredit rata-rata 20% dan suku bunga dana masyarakat rata-rata 30%, maka terjadi negative sprea d 10%. Negatif Spread pada umumnya terjadi pada saat perekonomian negara

20


(34)

tidak stabil dana untuk memelihara tingkat likuiditasnya. Setiap bank akan bersaing dalam memperoleh dana pihak ketiga. Untuk mendapatkan dana pihak ketiga salah satu cara yang ditempuh adalah dengan memberikan bunga yang tinggi. Di sisi lain, bank tidak akan mampu menaikkan suku bunga kredit karena usaha debitur sedang mengalami lesu, sehingga bank tidak mampu menjual kredit dengan suku bunga kredit di atas suku bunga simpanan. Kondisi ini yang menyebabkan munculnya nega tive sprea d. Sebaliknya, apabila bunga yang diterima dari nasabah yang memperoleh pinjaman dari bank kepada nasabah disebut dengan positif Spread.

Positif Sprea d biasanya terjadi pada kondisi perekonomian yang normal. Pada

perekonomian negara stabil, maka suku bunga kredit akan selalu tinggi dibanding dengan suku bunga simpanan.

Dalam kondisi perekonomian suatu negara stabil, biasanya negative spread tidak terjadi. Setiap bank akan mampu menjual dananya dengan bunga lebih tinggi dibanding dengan bunga yang dibayarkan kepada nasabah yang menempatkan dananya. Sebaliknya, dalam kondisi perekonomian suatu negara tidak stabil, atau sedang terjadi krisis, maka negative spread bisa terjadi. Hal ini dialami di Indonesia pada akhir tahun 1997 sampai dengan awal tahun 1998. Negatif spread terjadi karena pada saat itu tingkat kepercayaan masyarakat terhadap nilai rupiah sangat merosot, sehingga masyarakat lebih memilih menyimpan dananya dalam bentuk mata uang asing. Bank sebagai penghimpun dana masyarakat, termasuk penghimpun dana dalam mata uang rupiah, perlu dana cukup banyak, sehingga perlu meningkatkan suku bunga untuk menghimpun dana masyarakat. Bank tidak mungkin meningkatkan suku


(35)

bunga kredit, karena sector real tidak mampu membayar bunga lebih tinggi. Akibatnya, suku bunga kredit lebih rendah dibanding suku bunga simpanan.

Di samping bunga yang diperoleh dari dana yang disalurkan kepada nasabah, bank juga bisa meningkatkan pendapatannya melalui fungsi yang ketiga yaitu pelayanan jasa. Pelayanan jasa yang diberikan kepada nasabah tersebut dapat meningkatkan pendapatan bank dari fee atas jasa yang diperoleh dari masyarakat yang membutuhkannya. Pendapatan fee atas jasa pelayanan bank kepada nasabah disebut dengan fee based income. Meskipun, secara total fee based income belum mampu menyaingi total pendapatan bunga kredit, akan tetapi beberapa bank sudah mengarah pada peningkatan pelayanan dengan meningkatkan teknomologi dan sistem informasi. Salah satu pelayanan jasa yang dikembangkan antara lain ATM bersama, RTGS, intercity kliring, SKN (sistem kliring nasional), Internet banking, sms

ba nking, dan produk pelayanan jasa lainnya.21

Dari ketiga fungsi utama tersebut, dapat disimpulkan bahwa bank akan memperoleh pendapatan bunga dari fungsi penyaluran dana, membayar bunga kepada nasabah pada penghimpunan dana, dan mendapat pendapatan fee atas jasa pada

fungsi pelayanan jasa bank.22

Selain itu, perbankan nasional kita mempunyai fungsi dan tujuan dalam kehidupan ekonomi nasional bangsa Indonesia :

1. Bank berfungsi sebagai “financial intermediary” dengan kegiatan usaha pokok

menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat atau pemindahan dana

21

Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2009), hal. 25

22


(36)

masyarakat dari unit surplus kepada unit defisit atau pemindahan uang dari penabung kepada peminjam.

2. Penghimpunan dan penyaluran dana masyarakat tersebut bertujuan menunjang sebagian tugas penyelenggaraan negara yakni :

a. menunjang pembangunan nasional, termasuk pembangunan daerah; bukan

melaksanakan misi pembangunan suatu golongan apalagi perseorangan; jadi perbankan Indonesia diarahkan untuk menjadi agen pembangunan (agent of development).

b. dalam rangka mewujudkan trilogi pembangunan nasional, yakni:

1) meningkatkan pemerataan kesejahteraan rakyat banyak, bukan kesejahteraan

segolongan orang atau perseorangan saja; melainkan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia tanpa kecuali;

2) meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional, bukan pertumbuhan ekonomi

segolongan orang atau perseorangan; melainkan pertumbuhan ekonomi seluruh rakyat Indonesia, termasuk pertumbuhan ekonomi yang diserasikan;

3) meningkatkan stabilitas nasional yang sehat dan dinamis;

4) meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan rakyat banyak, artinya tujuan

yang hendak dicapai oleh perbankan nasional adalah meningkatkan pemerataan taraf hidup dan kesejahteraan rakyat Indonesia, bukan segolongan orang atau perseorangan saja;

3. Dalam menjalankan fungsi tersebut, perbankan Indonesia harus mampu melindungi secara baik apa yang dititipkan masyarakat kepadanya dengan menerapkan prinsip kehati-hatian (prudential banking), dengan cara:


(37)

a. efisien, sehat, wajar dalam persaingan yang sehat yang semakin mengglobal atau medunia; dan

b. menyalurkan dana masyarakat tersebut ke bidang-bidang yang produktif; bukan konsumtif;

4. Peningkatan perlindungan dana masyarakat yang dipercayakan pada bank, selain melalui penerapan prinsip kehati-hatian, juga pemenuhan ketentuan persyaratan kesehatan bank, serta sekaligus berfungsi untuk mencegah terjadinya praktik-praktik yang merugikan kepentingan masyarakat luas.

Undang-undang yang lama mengatur tentang asas, fungsi, dan tujuan perbankan, sedangkan dalam peraturan perbankan yang baru masalah tersebut diatur dalam bab II Pasal 2, Pasal 3 dan Pasal 4. Dengan diaturnya dalam Undang-Undang Perbankan 1998, maka menjadi jelas apa landasan perbankan, bagaimana kegiatannya

dan ke mana arahnya.23

C. Jenis Bank

Bank di Indonesia dibagi menjadi beberapa jenis. Jenis bank dapat dibedakan sesuai dengan fungsi, kepemilikan, status, penetapan harga, dan tingkatannya.

1. Jenis-jenis Bank Ditinjau dari Segi Fungsinya

Bank sesuai dengan fungsinya dibedakan menjadi bank sentral, umum, dan perkreditan rakyat.

23


(38)

A. Bank Sentral

Bank sentral merupakan bank yang berfungsi sebagai pengatur bank -bank yang ada dalam suatu negara. Bank sentral hanya ada satu di setiap negara dan mempunyai kantor yang hampir di setiap provinsi. Bank sentral yang ada di Indonesia adalah Bank Indonesia.

Tujuan Bank Indonesia, sesuai dengan Undang-Undang No. 23 tahun 1999 adalah untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Stabilitas nilai rupiah ini sangat penting untuk mendukung perekonomian negara dan kesejahteraan masyarakat.

Dalam menjaga stabilitas nilai rupiah, maka tugas bank Indonesia secara terperinci antara lain:

1. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter:

a. Menetapkan sasaran moneter untuk menahan laju inflasi. b. Menetapkan besarnya giro wajib minimum.

c. Mengatur kredit dan pembiayaan. d. Mengelola cadangan devisa. e. Menetapkan tingkat diskonto.

f. Menetapkan bunga SBI (Sertifikat Bank Indonesia).

g. Melakukan operasi terbuka pasar uang, rupiah, maupun mata uang asing.

h. Dan lain-lain yang terkait dengan kebijakan moneter.

2. Mengatur dan memelihara kelancaran sistem pembayaran:


(39)

b. Mewajibkan semua penyelenggara jasa sistem pembayaran untuk menyampaikan laporan atas semua kegiatannya.

c. Memberikan izin penyelenggaraan sistem pembayaran. d. Mengatur lalu lintas giral serta mengelola peredaran uang.

3. Mengatur, mengoordinasi dan melakukan pengawasan kepada semua bank:

a. Menentukan prinsip kehati-hatian yang harus dijalankan oleh setiap bank. b. Memberikan izin yang diperlukan oleh bank dan lembaga keuangan lainnya

serta mencabut izin usaha bank.

c. Memerintahkan agar bank menghentikan sementara kegiatannya.

d. Melakukan pengawasan kepada Bank secara periodik atas sewaktu-waktu tergantung kebutuhan.

e. Mewajibkan bank dalam menyampaikan laporan sesuai ketentuan BI. B. Bank Umum

Bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan/atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

Kegiatan bank umum secara garis besar dapat dibagi menjadi tiga fungsi utama yaitu:

a. Penghimpunan dana dari masyarakat

Bank umum menghimpun dana dari masyarakat dengan cara menawarkan berbagai jenis produk pendanaan antara lain giro, tabungan, deposito, dan produk -produk pendanaan lainnya yang diperbolehkan. Dengan menghimpun dana dari


(40)

masyarakat, maka bank akan membayar bunga atau imbalan tertentu sesuai dengan ketentuan masing-masing bank.

b. Penyaluran dana kepada masyarakat

Bank umum perlu menyalurkan dananya kepada pihak yang membutuhkan dana, agar tidak terjadi idle fund. Bank dapat menyalurkan dananya dalam bentuk kredit dan/atau pembiayaan serta dalam bentuk penempatan dana lainnya. Dengan aktivitas penyaluran dana ini, bank akan memperoleh pendapatan bunga atau pendapatan lainnya sesuai dengan jenis banknya.

c. Pelayanan jasa dan lalu lintas pembayaran

Bank umum juga menawarkan produk pelayanan jasa untuk membantu transaksi yang dibutuhkan oleh pengguna jasa bank. Hasil yang diperoleh bank atas pelayanan jasa bank ialah berupa pendapatan fee dan komisi.

C. Bank Perkreditan Rakyat

Bank perkreditan rakyat adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. BPR tidak dapat memberikan pelayanan dalam lalu lintas pembayaran atau giral. Fungsi BPR pada umumnya terbatas pada hanya memberikan pelayanan jasa dalam menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kepada masyarakat.

2. Jenis Bank ditinjau dari Segi Kepemilikannya

Bank dilihat dari segi kepemilikannya, artinya siapa yang dapat memiliki bank tersebut, hal ini dapat dilihat dari akta pendiriannya. Dari segi kepemilikan, bank dapat dibagi menjadi beberapa jenis, antara lain :


(41)

a. Bank milik pemerintah, b. Bank milik swasta nasional, c. Bank milik koperasi,

d. Bank milik asing, dan e. Bank campuran.

3. Jenis Bank Ditinjau dari Segi Statusnya

a. Bank Devisa

Bank devisa merupakan bank yang dapat melakukan aktivitas transaksi ke luar negeri dan/atau transaksi yang berhubungan dengan mata uang asing secara keseluruhan. Produk yang ditawarkan oleh bank devisa lebih lengkap dibanding dengan produk yang ditawarkan oleh bank nondevisa.

Contoh Bank Devisa antara lain;

1) Bank Mandiri,

2) BNI,

3) BRI,

4) BCA,

5) Bank Permata,

6) BTN, dan

7) BII.

b. Bank Nondevisa

Bank nondevisa merupakan bank yang belum mempunyai izin untuk melaksanakan kegiatan seperti bank devisa. Transaksi yang dilakukan oleh bank nondevisa masih terbatas pada transaksi dalam negeri dan/atau mata uang rupiah


(42)

saja. Bank nondevisa dapat mengubah statusnya menjadi bank devisa apabila sudah memenuhi persyaratan menjadi bank devisa. Salah satu persyaratan menjadi bank devisa adalah telah memperoleh keuntungan dua tahun terakhir secara berturut-turut.

4. Jenis Bank ditinjau dari Segi Cara Penentuan Harga a. Bank Konvensional

Bank konvensional merupakan bank yang dalam penentuan harga menggunakan bunga sebagai balas jasa. Balas jasa yang diterima oleh bank atas penyaluran dana kepada masyarakat, maupun balas jasa yang dibayar oleh bank kepada masyarakat atas penghimpunan dana. Di samping itu, untuk mendapatkan keuntungan dari pelayanan jasanya, bank konvensional akan membebankan fee kepada nasabahnya.

Dalam memberikan balas jasa kepada pihak yang menempatkan dananya, bank konvensional memberikan balas jasa berupa bunga untuk tabungan, maupun deposito, serta memberikan jasa giro kepada nasabah yang mempunyai simpanan giro. Di sisi lain, bank akan mendapat bunga atas pinjaman (kredit) yang diberikan kepada nasabah dan fee atas transaksi jasa perbankan yang diberikan kepada nasabah yang membutuhkan pelayanan jasa bank. Besarnya fee atas pelayanan jasa perbankan tergantung pada bank masing-masing, dan dipengaruhi oleh kondisi persaingan antarbank. Contoh Bank Konversional antara lain Bank BRI, BNI, Mandiri, dan Permata.


(43)

b. Bank Syariah

Bank syariah merupakan bank yang kegiatannya mengacu pada hukum islam, dan dalam kegiatannya tidak membebankan bunga, maupun tidak membayar bunga kepada nasabah. Imbalan yang diterima oleh bank syariah, maupun yang dibayarkan kepada nasabah tergantung dari akad dan perjanjian antara nasabah dan bank. Perjanjian tersebut didasarkan pada hukum syariah baik perjanjian yang dilakukan bank dengan nasabah dalam penghimpunan dana, maupun penyalurannya. Perjanjian (akad) yang terdapat di perbankan syariah harus tunduk pada syarat dan rukun akad tersebut.

5. Jenis Bank ditinjau dari Segi Tingkatannya (Kantor)

Dalam mengelola usahanya, bank akan membedakan jenis bank berdasarkan tingkatannya. Perbedaan jenis tingkatan tersebut dilihat dari tujuan dan volume aktivitasnya, kelengkapan produk, dan jasa bank yang diberikan, kewenangan dalam

pengambilan keputusan, serta wilayah operasinya.24

D. Jasa-jasa Bank

Selain menjalankan fungsi dan perannya sebagai lembaga intermediasi yang menjembatani kepentingan peminjam (borrower) dan penitip dana (saver), bank juga menjalankan pelayanan jasa-jasa bank lainnya. Tujuan dari bentuk pelayanan jasa bank lainnya ini dimaksudkan untuk memberikan kemudahan bagi masyarakat dalam melakukan aktivitas ekonomi. Masyarakat berkedudukan sebagai pelaku-pelaku

24

Totok Budisantoso, Sigit Triandaru, Bank dan Lembaga Keuangan Lain, (Jakarta : PT. Salemba Empat, 2006), hal. 96


(44)

ekonomi yang secara aktif melakukan transaksi ekonomi dengan sistem pembayaran melalui sistem banking, untuk itulah bank memberikan berbagai kemudahan untuk transaksi dengan berbagai bentuk produk bank yang didukung dengan teknologi perbankan yang makin mutakhir. Berikut ini beberapa bentuk jasa perbankan.

1. Electronic Banking (E-Banking)

Istilah layanan elektronik perbankan alias e-banking tentu tak asing lagi. Hampir semua bank papan atas memiliki layanan ini. Gerak dan gaya hidup manusia, terutama di kota besar, makin cepat. Ini salah satu asumsi para pengelola bank menyediakan layanan electronic banking (e-banking). Layanan yang serba cepat dan praktis ini memang pas dengan gaya hidup yang makin mobile. Di era teknologi dan informasi ini, industri perbankan cenderung ketinggalan jika tidak menyediakan layanan elektronik. Banyak bank memfasilitasi nasabahnya dengan kemudahan dalam bertransaksi lewat e-banking.

Menyadari hal tersebut maka layanan perbankan seperti ini kini menjadi rebutan. Daftar menu layanan elektronik perbankan kian panjang. Belasan tahun lalu, kebanyakan bank di Indonesia hanya mencantumkan ATM saja dalam daftar layanan electronic ba nking (e-ba nking). menjadi beraneka ragam bentuk layanan, mulai dari Phone Ba nking, Internet Ba nking, hingga Mobile Banking, termasuk SMS Banking.

Perbankan ingin memenuhi layanan kepada nasabah mulai dari kebutuhan tradisional seperti mentransfer uang, mengecek saldo, hingga melakukan transaksi jual-beli tanpa harus mendatangi kantor cabang bank. Jika harus pergi ke bank untuk melakukan berbagai transaksi tersebut, nasabah harus merelakan waktu, tenaga, dan ongkos. Tujuan utama bank menyediakan berbagai kemudahan bertransaksi dengan


(45)

layanan e-banking sejatinya untuk menghimpun dana nasabah agar menghadap di bank.

Bagi bank, memberikan layanan yang mudah, cepat, dan murah kepada nasabah merupakan celah atau peluang bisnis. Mereka tetap bisa memperoleh fee dari berbagai layanan ini. Selain itu, nasabah menjadi lebih loyal karena tidak perlu repot-repot mencari bank lain untuk transaksi yang mereka inginkan. Itulah alasan utama mengapa perbankan berlomba-lomba memberi layanan e-banking yang serba cepat dan meringankan nasabah. Seperti PT Bank Panin Tbk yang menawarkan layanan Pa nin One Access untuk nasabahnya. Nasabah dapat mengakses layanan ini selama 24 jam. Bagi nasabah yang suka berbisnis di luar negeri, layanan ini sangat membantu karena mereka tetap bisa mengontrol bisnisnya dari mana saja.

Untuk mengakses layanan ini, diperlukan biaya (bank charge). Namun dalam perhitungan perbankan, layanan ini tetap lebih murah dibandingkan waktu dan ongkos yang harus dikeluarkan nasabah jika mereka harus datang ke kantor bank. Besar kecilnya fee tergantung transaksinya, tetapi kisaran nilai antara Rp. 3.000- Rp.5.000 per transaksi. Biaya menggunakan mesin ATM lebih bervariasi lagi. Kebanyakan bank tidak mengenakan biaya untuk transaksi penarikan tunai yang dilakukan oleh nasabahnya sendiri. Sedang biaya transaksi transfer atau pembayaran terkena fee berkisar Rp.5.000- Rp.7.500 per transaksi.

Sedangkan biaya transaksi melalui SMS banking malah lebih murah. Ada bank yang mengutip sekitar Rp. 1.000- Rp. 1.500 untuk transaksi ke bank lain melalui layanan SMS banking. Salah satu contohnya adalah PT Bank Permata Tbk yang mengaku tidak mengutip ongkos sama sekali dalam layanan e-banking. Hanya


(46)

SMS dan internet banking yang ada biayanya. Besar biaya mengikuti aturan masing-masing provider. Biaya yang ditetapkan provider antara Rp.100-Rp.900 per SMS untuk mobile banking.

Memenuhi kebutuhan nasabah jelas merupakan alasan pertama mengapa bank harus menyediakan e-banking. Tapi untuk menyediakan layanan ini, bank harus siap melakukan investasi teknologi yang tidak sedikit. Apalagi teknologi informasi terus berkembang, sehingga bank harus siap melakukan belanja modal lebih dari sekali, jika tidak ingin layanan e-banking nya ketinggalan. Belanja modal ini tidak menghalangi para bankir serius dalam menggarap e-banking. Dapat dipahami bahwa, layanan ini tidak hanya meningkatkan kepuasan nasabah. E-banking juga dapat menjadi sumber pendapatan bagi bank. Ada pendapat yang mengatakan bahwa jika nasabah puas dengan layanan e-banking sebuah bank, ia akan terus menggunakan layanan tersebut. Otomatis, volume transaksi e-banking di bank tersebut akan tinggi.25

2. Transfer (Payment Order)

Perkembangan dunia perbankan saat ini menunjukkan betapa pentingnya industri perbankan untuk menunjang kegiatan ekonomi masyarakat terutama kegiatan para pelaku bisnis. Untuk kepentingan ini dibutuhkan jasa perbankan guna melancarkan proses pemindahan uang dalam lalu lintas pembayaran. Di sini bank mempunyai salah satu jasa layanan yang dikenal dengan istilah transfer (payment order). Yang dimaksudkan dengan transfer adalah suatu proses pemindahan uang

25

Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada Rajawali Press, 2012), hal. 83


(47)

dalam jumlah tertentu yang dilakukan oleh sebuah bank atas perintah pihak ketiga, kepada bank lain agar membayarkan uang tersebut kepada pihak yang ditunjuk oleh pihak ketiga itu. Atau suatu perintah nasabah kepada bank untuk mengirimkan sejumlah uang baik dalam mata uang rupiah atau luar negeri. Transfer memiliki beberapa manfaat yang sangat penting bagi nasabah antara lain sebagai salah satu bentuk pelayanan dari produk bank untuk melakukan pemindahan uang baik bank devisa maupun nondevisa, mempercepat proses pengiriman uang baik dalam negeri maupun luar negeri dalam waktu yang singkat, dan mempererat hubungan kerja sama

dengan bank lain di dalam negeri maupun di luar negeri.26

3. Tabungan (Saving Deposit)

Dengan dikeluarkannya paket kebijaksanaan pemerintah dalam hal ini oleh Bank Indonesia dalam SE BI No. 22/63/KEP/DIR tanggal 1 Desember 1989 perihal Penyelenggaraan Tabungan, di mana pada intinya mencabut surat keputusan Direksi BI sebelumnya tentang penyelenggaraan Tabungan Pembangunan Nasional/ TABANAS dan Tabungan Asuransi Berjangka/ TASKA. Mengacu pada ketentuan di atas, bermunculanlah berbagai bentuk produk tabungan dari berbagai bank seperti : tahapan, kesra, simaskot, simpedes, jumbo, primadana, bunghari, tom aspac, di jempol, kencana, danamas, prestis, anda berhadiah, dan sebagainya. Sehubungan dengan dikeluarkannya Surat Keputusan tersebut, perlu dikemukakan penjelasan dan ketentuan pelaksanaan sebagai berikut. Dalam surat keputusan tersebut antara lain

26


(48)

ditetapkan sebagai berikut tabungan adalah simpanan pihak ketiga pada bank yang

penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu.27

4. Simpanan (Deposito)

Secara garis besar deposito itu dapat dibagi ke dalam tiga jenis sebagai berikut yaitu deposito berjangka (time deposit atau fixed deposit), deposit harian (deposit on ca ll), dan sertifikat deposito. Deposito ini termasuk ke dalam golongan dana mahal dan boleh dikatakan merupakan dana yang paling mahal karena bunga yang harus dibayar bank kepada para deposan relatif tinggi dibandingkan dengan produk-produk lainnya seperti rekening giro dan tabungan. Walaupun demikian ternyata bank paling menyukai dana deposito tersebut dan umumnya dalam bank sumber dana ini menduduki persentase yang paling tinggi jika dibandingkan dengan sumber dana lain. Hal ini terjadi karena dana tersebut memiliki mobilitas yang makin kecil sehingga bank lebih muda memperkirakan kebutuhan likuiditasnya. Deposan tidak mencairkannya sebelum deposito itu jatuh tempo dan dana tersebut dapat digunakan

oleh bank untuk memperoleh pendapatan.28

5. Bilyet Giro

Bilyet giro (BG) demikian singkatan atas warkat bilyet giro adalah suatu surat perintah pemindahbukuan (overbooking) dari rekening tertarik kepada rekening tertarik kepada rekening penarik yang ada di suatu bank maupun antarbank yang berbeda. Dalam bilyet giro harus tercantum: nama bilyet giro dan nomor seri, nama dan tempat bank tertarik, nama pihak yang menerima dana pemindahbukuan tersebut,

27

Ibid; hal. 85

28


(49)

jumlah dana yang dipindahbukukan, tanda tangan penarik, tempat dan tanggal penarikan, tanggal efektif berlakunya pemindahbukuan, dan nama bank pihak

penerima pemindahbukuan.29

6. Bank Garansi

Bank garansi (guarantee bank) adalah jaminan tanpa syarat dalam bentuk warkat yang diterbitkan oleh bank (garantor) yang mengakibatkan kewajiban bank untuk membayar kepada penerima jaminan apabila pihak yang dijamin oleh bank cidera janji atau wanprestasi atau dapat dikatakan bahwa bank garansi adalah jaminan pembayaran yang diberikan kepada pihak penerima jaminan, apabila pihak yang

dijamin tidak memenuhi kewajibannya.30

7. Inkaso

Suatu kuasa untuk melakukan penagihan, untuk dan atas risiko yang meminta melakukan penagihan (perintah menagih) dengan menggunakan jasa pihak ketiga agar membantu menagih dengan meneruskan perintah menagih itu kepada pihak yang harus membayar (drawee) tagihan yang bersangkutan. Atau inkaso sering juga diartikan suatu pemberian kuasa kepada bank untuk melakukan penagihan kepada bank terkait di tempat lain (dalam atau luar negeri) atas surat berharga dalam (rupiah atau valas), seperti cek, bank draft, giro, surat aksep, money order, dan lain

sebagainya.31

29

Ibid; hal. 88

30

Ibid; hal. 89

31


(50)

8. Cek Perjalanan (Traveller’s Cheque)

Traveller’s cheque atau cek perjalanan adalah jenis surat berharga yang dikenal dan dipergunakan oleh masyarakat internasional sebagai alat tukar atau alat pembayaran yang sah seperti uang kertas tunai, dan kepemilikannya tidak dapat dipindahtanganan kepada pihak lain. Cek perjalanan ini memiliki banyak manfaat seperti antara lain : memberikan kemudahan dan keamanan bagi yang membawa cek perjalanan dari kerugian, dapat dicairkan di seluruh dunia jika pembawa cek perjalanan tersebut datang di suatu bank devisa, dan dapat digunakan sebagai alat

pembayaran.32

9. Kredit Dokumenter (Documentary Letter Of Credit)

1. Sebuah instrument yang dikeluarkan oleh bank atas nama salah satu nasabah, yang menguasakan seseorang atau sebuah perusahaan penerima instrumen tersebut menarik wesel atas bank yang bersangkutan atau salah satu bank korespondennya bagi kepentingannya, berdasarkan kondisi, persyaratan yang tercantum pada instrumen tersebut (An introduction to Internasional Banking Services, Marine Midland Bank, 1983).

2. Dalam arti sempit adalah jaminan pembayaran oleh bank secara bersyarat. Dalam arti luas adalah jaminan tertulis dari sebuah bank kepada seller (beneficiary) atas permintaan buyer ( applicant) untuk melakukan pembayaran, yaitu membayar, mengaksep, atau menegosiasikan wesel sampai dengan sejumlah uang tertentu yang

32


(51)

telah ditetapkan sebelumnya atas dokumen-dokumen yang disyaratkan dalam suatu

jangka waktu tertentu (ICC, Guide to Documentary Credit,1979).33

10. Kartu Kredit

Dalam perkembangan abad modern ini, masyarakat akan lebih mengharapkan adanya kemudahan dalam melakukan segala macam transaksi. Bank sebagai salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang pelayanan jasa, juga harus meningkatkan produk pelayanan jasanya. Salah satu produk yang harus ada pada setiap bank adalah kartu kredit.

Pada mulanya, kartu kredit diberikan kepada nasabah pemegang rekening Giro. Akan tetapi, dengan ketatnya persaingan antarbank, maka bank berupaya memberikan pelayanan jasa yang tidak terbatas pada kalangan pengusaha, akan tetapi juga ditawarkan kepada pihak yang memenuhi persyaratan yang ditentukan oleh bank. Saat ini, kartu kredit dapat ditawarkan kepada semua orang dengan persyaratan tertentu sesuai dengan kebijakan bank masing-masing. Kartu kredit tersebut diberikan untuk memberikan kemudahan kepada nasabah dalam melakukan transaksi pembelian. Fee atas kartu kredit tersebut diperoleh dari annual fee dan bunga atas transaksi pembelian yang telah melebihi jangka waktu penagihan. Berbagai contoh kartu antara lain, Master Card, Visa Card, Citibank Visa, dan Dinner Club. Masing-masing kartu kredit memiliki keunggulan Masing-masing-Masing-masing, namun pada dasarnya

fungsi kartu kredit sama.34

33

Ibid; hal. 101

34

Julius R. Latumaerissa, Bank dan Lembaga Keuangan Lain, Jakarta : PT. Salemba Empat,2011, hal. 240-273.


(52)

BAB III

TINJAUAN UMUM MENGENAI KARTU KREDIT

A. Kartu Kredit

1. Pengertian Kartu Kredit

Kartu kredit (credit card) adalah alat pembayaran pengganti uang tunai atau cek. Menurut Suryohadibroto dan Prakoso, kartu kredit adalah alat pembayaran sebagai pengganti uang tunai yang sewaktu-waktu dapat digunakan konsumen untuk ditukarkan dengan produk barang dan jasa yang diinginkannya pada tempat-tempat yang menerima kartu kredit (merchant) atau bisa digunakan konsumen untuk

menguangkan kepada bank penerbit atau jaringannya (cash advance).35

Kartu kredit (credit card) diterbitkan oleh bank atau lembaga pengelola kartu kredit untuk kepentingan nasabahnya, dan dapat digunakan oleh pemegangnya sebagai alat pembayaran yang sah secara kredit. Pedagang (merchant) menerima pembayaran dengan kartu kredit, kemudian ia menagih pembayarannya kepada bank atau pengelola kartu kredit tersebut. Selanjutnya bank atau lembaga pengelola kartu kredit tersebut akan menagih pembayaran dari pemegang kartu kredit atau mendebet secara langsung dari rekening nasabah yang bersangkutan.

Berdasarkan apa yang telah dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa pihak-pihak dalam penggunaan kartu kredit adalah pemegang kartu kredit (card

35

Johannes Ibrahim, Hukum Bisnis dalam Persepsi Manusia Modern, (Bandung : PT. Refika Adita, 2006), hal. 70


(53)

holder), penerima pembayaran dengan kartu kredit (merchant), dan penerbit kartu kredit (issuer).

Pemegang kartu kredit adalah pihak yang telah memenuhi seluruh persyaratan yang ditetapkan oleh penerbit sehingga berhak memegang dan menggunakan kartu kredit tersebut. Penerima pembayaran dengan kartu kredit, biasanya pemilik tempat perbelanjaan dan hiburan, seperti pasar swalayan, hotel, restoran, dan perusahaan jasa lainnya. Sedangkan, pihak penerbit kartu kredit adalah

bank atau perusahaan khusus.36

2. Dasar Hukum Kartu Kredit

Perkembangan kartu kredit masih terbilang relatif baru dibandingkan dengan alat bayar lainnya, seperti uang cash, cek, dan sebagainya maka tentang berlakunya kartu kredit tidak diketemukan dasar hukum yang tegas dalam kitab undang-undang, yang menjadi dasar hukum atas legalisasi pelaksanaan kegiatan kartu kredit di Indonesia adalah sebagai berikut :

1. Perjanjian Antara Para Pihak Sebagai Dasar Hukum

Sebagaimana diketahui sistem hukum kita menganut asas kebebasan berkontrak (vide Pasal 1338 ayat 1 KUH Perdata). Pasal 1338 ayat 1 tersebut menyatakan bahwa setiap perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi yang membuatnya. Dengan berlandaskan kepada Pasal 1338 ayat 1 ini, maka asal tidak bertentangan dengan hukum atau kebiasaan yang berlaku, maka setiap perjanjian (lisan maupun tertulis) yang dibuat oleh para pihak yang terlibat

36

Hermansyah, Hukum Per bankan Nasional Indonesia, Jakarta : PT. Fajar Interpratama Offset, 2005, hal. 84-85


(54)

dalam kegiatan kartu kredit, akan berlaku sebagai undang-undang bagi para pihak tersebut.

2. Perundang-undangan Sebagai Dasar Hukum

Ada berbagai perundang-undangan lain yang tegas menyebut dan memberi landasan hukum terhadap penerbitan dan pengoperasian kartu kredit yaitu sebagai berikut :

a. Peraturan Presiden No.9 Tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan Pasal 3

huruf c antara lain menyebutkan bahwa salah satu kegiatan dari Lembaga Pembiayaan adalah melakukan usaha kartu kredit sementara dalam Pasal 1 ayat 8 disebutkan bahwa yang dimaksudkan dengan usaha kartu kredit (credit ca rd) adalah kegiatan pembiayaan untuk pembelian barang atau jasa dengan menggunakan kartu kredit, menurut Pasal 3 dari Kepres No.61 ini yang dapat melakukan kegiatan lembaga pembiayaan tersebut termasuk kegiatan kartu kredit adalah :

1. Bank

2. Lembaga Keuangan Bukan Bank (sekarang sudah tidak ada lagi dalam sistem keuangan kita ).

3. Perusahaan Pembiayaan

b. Keputusan Menteri Keuangan No.1251/KMK.013/1998 tentang Ketentuan

dan Tata Cara Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan sebagaimana telah

berkali-kali diubah, terakhir dengan Keputusan Menteri Keuangan RI

No.448/KMK.017/2000 tentang Perusahaan Pembiayaan Pasal 2 dari Keputusan Menkeu No.1251 ini kembali menegaskan bahwa salah satu dari


(1)

syarat dan ketentuan perjanjian kartun yang akan dikirim bersama dengan kartunya.”

b. Bank menganalisis permohonan nasabah berdasarkan data yang diterima. Analisis yang dilakukan oleh Bank penerbit seperti halnya permohonan yang diajukan bagi fasilitas kredit pada umumnya. Bank harus bersikap hati-hati dengan prinsip-prinsip penilaian kredit yang benar sesuai prosedur perkreditan.

c. Permohonan yang dinilai “layak” akan ditindak-lanjuti oleh pihak Bank dengan menerbitkan “kartu kredit” atas nama pemohon beserta kartu tambahan yang diminta.

3. Apakah perbedaan kartu kredit dengan kartu debit ? Kartu debit

a. Kartu debit diterbitkan oleh bank kepada nasabah yang membuka rekening tabungan.

Biasanya kartu debit memiliki logo bank dan jaringan yang bekerjasama seperti Visa, Mastercard, Cirrus dan lain sebagainya. Dengan logo tersebut, kartu debit dapat digunakan di seluruh merchant yang bekerjasama.

b. Kartu debit dapat dimiliki oleh seluruh nasabah yang memiliki tabungan tanpa kecuali.

c. Untuk menggunakan kartu debit, nasabah perlu memiliki dana pada rekening tabungannya. Batas transaksi adalah berdasarkan jumlah tabungan pemiliknya.


(2)

d. Pada umumnya, transaksi dengan kartu debit membutuhkan pin. Meski begitu, transaksi juga bisa dilakukan dengan tanda tangan layaknya kartu kredit pada merchant-merchant tertentu.

e. Kartu debit bebas iuran. Biaya transaksi dan lain sebagainya menurut sepenuhnya kepada rekening tabungan yang digunakan.

f. Pada keadaan yang umum, kartu debit tidak dapat digunakan untuk berbelanja online. Beberapa bank belakangan mengeluarkan fitur transaksi online dengan kartu debit, seperti bank Mandiri atau BNI, dengan jumlah merchant yang terbatas dan tidak seleluasa kartu kredit.

Kartu Kredit

a. Diterbitkan oleh bank kepada nasabah yang memenuhi persyaratan. Nasabah tidak memerlukan rekening tabungan di bank yang bersangkutan. Kartu kredit juga biasanya disebut sebagai kartu hutang.

b. Kartu kredit memiliki pagu limit kredit, yaitu sejumlah nilai yang dapat digunakan oleh nasabah untuk melakukan transaksi. Nasabah tidak perlu memiliki dana terlebih dahulu untuk melakukan sebuah transaksi.

c. Transaksi biasanya dilakukan dengan membubuhkan tanda tangan. Pin hanya dibutuhkan untuk tarik tunai di mesin ATM. Sementara itu, transaksi online dengan kartu kredit akan membutuhkan CVV (3 angka terakhir yang tertera di balik kartu).

d. Transaksi kartu kredit dapat dilakukan di hampir seluruh merchant yang menerima pembayaran dengan mesin EDC (Visa/Mastercard), baik offline


(3)

e. Tagihan akan dikirimkan kepada nasabah setiap bulan dengan opsi pembayaran penuh, sebagian atau minimum. Jika dibayarkan tidak penuh, maka bunga akan dikenakan pada ketentuan masing-masing bank.

f. Pada umumnya kartu kredit membebankan iuran tahunan, bea materai dan bea pembayaran.

4. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat dalam menggunakan kartu kredit?

Jawab :

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi nasabah dalam penggunaan kartu kredit, diantaranya adalah faktor gaya hidup, faktor budaya dan faktor kelompok referensi.

5. Apakah benar perjanjian sebagai landasan penerbitan kartu kredit ? Jawab :

Ya benar, penerbitan kartu kredit antara pihak Bank dan nasabah tidak dapat dilepaskan dari perikatan yang dibuat di antara kedua belahpihak, yaitu bersumber dari perjanjian.

6. Apakah ada akibat hukum dari perjanjian penerbitan kartu kredit ? Jawab :

Ya ada, sesuai dengan ketentuan perjanjian pada Pasal 1338 KUHPerdata yang tertera pada aplikasi pengisian formulir penerbitan kartu kredit.


(4)

7. Apa yang dimaksud dari over limit kartu kredit ? Jawab :

Overlimit maksudnya apabila limit kartu kredit yang dibelanjakan pemegang kartu sudah maksimum. Apabila pengguna kartu kredit mengalami overlimit akan dikenakan biaya tambahan.

8. Apa sajakah pertimbangan suatu bank untuk dapat menaikkan limit kartu kredit seorang nasabah?

Jawab :

a. Pendapatan bulanan

Bank akan melihat berapa besar pendapatan nasabah dalam setiap bulannya. Dengan demikian, mereka bisa memperkirakan kemampuan membayar nasabah, bank tidak akan mengambil resiko dengan menaikkan limit kartu kredit nasabah

Setelah mempertimbangkan pendapatan nasabah, maka bank akan melihat pinjaman nasabah. Bank akan menilai apakah jika limit kartu kredit nasabah dinaikkan, hal itu tidak akan memberatkan nasabah. Jika sampai memberatkan nasabah, maka kemungkinan limitnya tidak akan dinaikkan. Sebab ditakutkan jika nanti sampai terjadi kredit macet yang merugikan bank.

b. Domisili dan lama tinggal

Hal yang menjadi pertimbangan bank dalam menentukan limit kartu kredit adalah domisili dan lama tinggal. Nasabah dari luar kota akan sulit untuk mengajukan kenaikan, karena mereka tidak mau sibuk mencari nasabah jika


(5)

tinggal di suatu tempat cenderung lebih gampang mendapatkan kenaikkan dibandingkan yang belum lama.

c. Status kepemilikan rumah

Dalam menentukan limit kartu kredit nasabah, status kepemilikan rumah menjadi faktor yang penting. Bank cenderung lebih memprioritaskan nasabah pemilik rumah dibanding nasabah yang menghuni rumah sewaan.

d. Jumlah kredit yang diajukan

Faktor terakhir yang dipertimbangkan dalam menentukan limit kartu kredit nasabah adalah jumlah kredit yang diajukan. Bank akan melihat apakah permohonan nasabah layak untuk dikabulkan atau tidak.

9. Apa faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kartu kredit yang over limit? Jawab :

Jadi ada 2 faktor yang menyebabkan terjadinya kartu kredit yang over limit:

a. Faktor dari Bank penerbit sendiri

Bank mendapat fee base incame, maksudnya mendapat biaya tambahan jika pemegang kartu kredit mengalami over limit.

b. Faktor dari pemegang kartu kredit sendiri

1. Kartu kredit sebagai gaya hidup (konsumtif)

Dengan semakin mudahnya pemilik kartu bertransaksi tanpa menggunakan uang tunai, serta semakin banyaknya iming-iming yang ditawarkan, membuat pemegang kartu kredit menggunakan kartu kredit


(6)

hanya sebagai pemuas keinginan akan suatu barang semata untuk gaya hidup

2. Ketidakdisplinan pemegang kartu mengontrol penggunaan kartu kredit

Pemegang kartu tidak dapat mengontrol batas maksimum yang boleh digesek setiap bulannya. Ketika jumlah pemakaian sudah mendekati batas maksimum yang telah ditentukan namun tidak dapat menahan godaan untuk menggunakan kartu kredit, sehingga menyebabkan over limit.

3. Kurangnya pengetahuan pemegang kartu dalam menaikkan limit kartu kredit yang tepat. Jumlah limit kartu kredit yang ideal adalah sebesar lima kali dari pengeluaran rutin bulanan nasabah. Jadi jika kurang faham dalam menaikkan limit kartu kredit dapat menyebabkan kartu kredit over limit.

10. Bagaimana upaya penyelesaian nasabah yang memiliki kartu kredit over limit? Jawab :

Penyelesaian nya dengan cara nasabah membayar biaya over limit kepada Bank yang bersangkutan dan besarnya biaya over limit tiap-tiap bank memiliki ketentuan yang berbeda-beda.

Pewawancara Narasumber

Amelia Regina Siregar Erita Damanik


Dokumen yang terkait

Perbandingan Pendapatan Kartu Kredit dengan Kartu Kredit Syariah (Studi Kasus Pada Bank Danamon Cabang Syariah Jakarta

0 6 103

KARTU KREDIT DAN NASABAH ( Studi Tentang Hubungan Hukum Antara Bank dan Pemegang Kartu Kartu Kredit Dan Nasabah ( Studi Tentang Hubungan Hukum Antara Bank Dan Pemegang Kartu Kredit Di Kantor Cabang Utama Bank Bca Surakarta ).

0 3 19

SKRIPSI Kartu Kredit Dan Nasabah ( Studi Tentang Hubungan Hukum Antara Bank Dan Pemegang Kartu Kredit Di Kantor Cabang Utama Bank Bca Surakarta ).

0 3 12

PENDAHULUAN Kartu Kredit Dan Nasabah ( Studi Tentang Hubungan Hukum Antara Bank Dan Pemegang Kartu Kredit Di Kantor Cabang Utama Bank Bca Surakarta ).

0 4 16

Pertanggungjawaban Nasabah Terhadap Bank Dalam Pembayaran Kartu Kredit yang Over Limit (Studi di Bank Danamon Cabang Sutomo Medan)

0 0 2

Pertanggungjawaban Nasabah Terhadap Bank Dalam Pembayaran Kartu Kredit yang Over Limit (Studi di Bank Danamon Cabang Sutomo Medan)

0 0 9

Pertanggungjawaban Nasabah Terhadap Bank Dalam Pembayaran Kartu Kredit yang Over Limit (Studi di Bank Danamon Cabang Sutomo Medan)

0 0 9

Pertanggungjawaban Nasabah Terhadap Bank Dalam Pembayaran Kartu Kredit yang Over Limit (Studi di Bank Danamon Cabang Sutomo Medan)

0 0 1

Pertanggungjawaban Nasabah Terhadap Bank Dalam Pembayaran Kartu Kredit yang Over Limit (Studi di Bank Danamon Cabang Sutomo Medan)

0 0 15

Pertanggungjawaban Nasabah Terhadap Bank Dalam Pembayaran Kartu Kredit yang Over Limit (Studi di Bank Danamon Cabang Sutomo Medan)

0 0 26