kacang, jagung, bawang, padi dan ubi. Sebagian besar masyarakat yang tidak memiliki tanah namun bertani adalah mereka yang diupah untuk mengelola tanah pertanian pemilik
tanah dari masa pembibitan hingga masa panen.
3. Kondisi Sosial Budaya
Mayoritas penduduk di Desa Martoba adalah etnis Batak Toba, dimana merupakan penduduk asli dengan budaya Toba. Bahasa sehari-hari yang digunakan adalah bahasa
Batak, dan penduduk desa masih kesulitan untuk menggunakan Bahasa. Berikut beberapa etnis yang ada di Desa Martoba :
Tabel 2.4
NO ETNIS
JENIS KELAMIN JUMLAH
LK Pr
1 Batak Toba
452 478
933 2
Nias 1
2 3
3 Jawa
9 6
15
TOTAL JUMLAH 948
Sumber : Profil Desa Martoba Tahun 2012 Demikian juga dengan agama, bahwa agama mayoritas di Desa Martoba adalah
Kristen Protestan. Agama Kristen Protestan menjadi identitas kedua penduduk Desa Martoba setelah etnisnya. Berikut data jumlah pemeluk agama yang ada di Desa Martoba :
Tabel. 2.5
Jumlah Pemeluk Agama di Desa Martoba :
NO AGAMA
JENIS KELAMIN JUMLAH
LK Pr
1 Kristen Protestan
453 454
852 2
Khatolik 8
10 18
3 Islam
10 13
23
TOTAL JUMLAH 948
Sumber : Profil Desa Martoba Tahun 2012
Berdasarkan data yang disajikan diatas, menunjukkan bahwa Desa Martoba memang masih di dominasi oleh penduduk yang beragama Kristen Protestan. Oleh karenanya, di
Desa Martoba dan demikian juga dengan etnik Batak Toba yang sangat dikenal dengan penganut Kristen Protestan yang besar, dan tentunya agama dan budaya terlihat
berdampingan, saling membangun kehiudupan di Desa Martoba yang mengarahkan kepada kehidupan yang lebih baik.
Penyelenggaraan pemerintahan desa dilakukan oleh pemerintahan desa bersama Badan Permusyawaratan Desa BPD. BPD berkedudukan sebagai unsur penyelenggaraan
pemerintahan desa. Sehingga dalam penyelenggaraannya terdapat dua lembaga yakni:
pemerintahan desa dan BPD. Dalam pelaksanaanya BPD berfungsi dalam menetapkan peraturan desa bersama kepala desa, manampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat.
34
Adapun wewenang yang dimiliki oleh BPD adalah sebagai berikut:
a. Membahas rancangan peraturan desa bersama kepala desa;
b. Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan desa dan peraturan kepala
desa; c.
Mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian kepala desa; d.
Membentuk panitia pemilihan kepala desa; e.
Menggali, menampung, menghimpun, merumuskan dan menyalurkan aspirasi masyarakat; dan
f. Menyusun tata tertib BPD.
Anggota BPD adalah wakil dari penduduk desa yang bersangkutan berdasarkan keterwakilan wilayah yang ditetapkan dengan sistem musyawarah dan mufakat. Anggota
BPD terdiri dari katua rukun warga, pemangku adat, golongan profesi, pemuka agama dan tokoh atau pemuka masyarakat lainnya. Masa jabatan anggota BPD adalah selama 6 enam
tahun dan dapat diangkatdiusulkan kembali untuk 1 satu kali masa jabatan berikutnya. Jumlah anggota BPD ditetapkan dengan jumlah ganjil, paling sedikit 5 lima orang dan
paling banyak 11 sebelas orang, dengan memperhatikan luas wilayah, jumlah penduduk, dan kemampuan keuangan desa.
35
34
Hanif Nurcholis. 2011. Pertumbuhan dan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa. Jakarta: Penerbit Erlangga. Hal. 77.
35
Ibid. Hal. 78.
Demikian pada Desa Martoba, terdapat 5 lima orang sebagai anggota BPD. Jumlah ganjil paling sedikit seperti yang telah ditetapkan untuk jumlah anggota BPD. Kelima orang
tersebut adalah Bapak Sopar Rumahorbo, Bapak Aron Silalahi, Bapak Renson Samosir, Bapak Rijen Silalahi dan Bapak Horas Sihaloho.
Pimpinan BPD terdiri dari 1 satu orang ketua, 1 satu orang wakil ketua dan 1 satu orang sekretaris. Pimpinan BPD dipilih dari dan oleh anggota BPD secara langsung
dalam rapat BPD uang diadakan secara khusus. Rapat pemilihan pimpinan BPD untuk pertama kali dipimpin oleh anggota tertua dan dibantu oleh anggota termuda. Dibawa ini
merupakan struktur Badan Permusyawaratan Desa BPD Pemerintahan Desa Martoba :
Selain memiliki wewenang, tentunya BPD memiliki hak, dan hak anggota yang menjabat sebagai anggota BPD, diantaranya adalah sebagai berikut :
BPD mempunyai hak :
a. Meminta keterangan kepada pemerintahan desa; dan
b. Menyatakan pendapat.
Anggota BPD mempunyai hak : a.
Mengajukan rancangan peraturan desa; b.
Mengajukan pertanyaan; c.
Menyampaikan usul dan pendapat; d.
Memilih dan dipilih; dan e.
Memperoleh tunjangan.
Berikut yang merupakan kewajiban yang dimiliki oleh setiap anggota BPD dalam
menjalankan tugas, adalah sebagai berikut :
a. Mengamalkan Pancasila, melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 dan menaati segala peraturan perundang-undangan; b.
Melaksanakan kehidupan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan desa; c.
Mempertahankan dan memelihara hukum nasional serta keutuhan Negara Kesatua Republik Indonesia;
d. Menyerap, menampung, menghimpun dan menindaklanjuti aspirasi masyarakat;
e. Memproses pemilihan kepala desa;
f. Mendahulukan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi, kelompok dan golongan;
g. Menghormati nilai-nilai sosial budaya dan adat istiadat masyarakat setempat; dan
h. Menjaga norma dan etika dalam hubungan kerja dengan lembaga kemasyarakatan.
36
Keberadaan BPD tentunya merupakan parlemen bagi desa dan diharapkan menjadi wadah bagi masyarakat desa dalam kegiatan-kegiatan publik dan proses pemuatan
kebijakan-kebijakan Pemerintahan Desa. Dalam perjalanannya, BPD dan Pemerintahan Desa tidak lepas dari konflik. Pertama, keberadaan BPD menjadi pembatas kekuasaan
sentral kepala desa dimana pada masa Orde Baru, kepala desa memiliki kekuasaan yang sentral, sehingga ketika adanya BPD sebagai pengawas memiliki posisi yang saling
berhadapan secara antagonis atau bertentangan. Kedua, karena BPD sebagai pengawas sehingga kepala desa yang dahulu memiliki kekuasaan yang sentral dan tidak dapat semena-
mena, maka tidak jarang ditemui adanya kolusi atau kolaborasi yang melahirkan konsentrasi
36
Ibid. Hal 78-79.
kekuasaan politik. Ketiga, BPD dan kepala desa menjadi kekuasaan yang saling berkompromi, sehingga melahirkan perdamaian atas konflik dilapisan masyarakat.
37
Struktur Organisasi Pemerintahan Desa Martoba
37
Heru Cahyono, dkk. 2005. Konflik Elit Politik di Pedesaan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal. 345-347.
Struktur Organisasi Pemerintahan Desa Badan Permusyawaratan
Desa
BAB III
POLITIK ANGGARAN DESA MARTOBA
Semenjak berdirinya Pemerintahan Desa Martoba, yakni pada Tahun 1994, dimana pertama kali diselenggarakannya Pemilu Kepala Desa. Secara adminstatif sebelum
disahkannya desa ini menjadi Desa Martoba, dikenal dengan nama Desa Tolping. Berdasarkan usulan Bapak Jaoloan Silalahi, agar Desa Tolping digabungkan dengan Desa
yang berada dekat atau bertetangga dengan Desa Tolping, yakni desa tersebut adalah Desa Martahan dan Desa Batu-batu.
Penggabungan desa-desa inilah yang menjadi cikal bakal nama Desa Martoba. Martahan, Tolping dan Batu-batu, desa-nya digabung, dengan penamaan desa baru yang
digabung pula dari nama-nama desa sebelumnya. Oleh karena itu pula, pada Tahun 1994 dimulai anggaran desa yang baru.
Desa sebagai satuan pemerintah terendah yang kekuasaannya bersumber dari rakyat, untuk menjalankan dan menciptakan pemerintahan desa yang efisien, dimana diberikan
tugas-tugas pembangunan yang merupakan prioritas dalam melaksanakan pemerintahan desa. Menjadi sorotan adalah, dalam pembangunan tentu kegiatan perencanaan menjadi
angenda yang harus dikerjakan. Salah satunya yaitu perencanaan dalam hal keuangan, dimana anggaran merupakan salah satu tahap yang harus dilalui dalam perencanaan
keuangan terutama sebagai pedoman dalam mengelola keuanggannya. Anggran dipahami sebagai rencana keuangan yang mencerminkan pilihan kebijakan suatu institusi atau
lembaga tertentu untuk masa periode di waktu yang akan datang. Dalam pengertian
anggaran secara umum terdapat beberapa pengertian, salah satunya adalah anggaran negara. Anggaran negara adalah suatu pernyataan tentang perkiraan pengeluaran dan pendapatan
yang diharapkan akan terjadi dalam suatu periode di masa akan datang, serta data dari pengeluaran dan pendapatan yang sesungguhnya sudah terjadi. Dalam hal yang sama untuk
menjelaskan anggaran daerah dan desa, dimana daerah memuat ruang lingkup yang lebih kecil, begitu pula dengan desa tentunya ruang lingkupnya jauh lebih kecil dari negara dan
daerah.
Oleh karena itu, pembagunan dapat kita lihat dari, bagaimana perencanaan anggaran di buat. Dalam hal ini, memahami kemampuan keuangan dan Sumber Daya Manusia dalam
mengerjakan pembangunan tentunya menjadi aspek yang penting untuk melihat output daripada perencanaan yang sudah direncakan. Keseimbangan antara perencanaan anggaran
dengan apa-apa saja yang akan menjadi perencanaan pembangunan.
Anggaran menjadi perihal yang penting dalam menjalankan pemerintahan, dimana anggaran digunakan untuk mengatur alokasi belanja pengadaan barang dan jasa publik.
Berdasarkan skala priorita, pemerintah bisa mengalokasikan nilai-nilai tertentu untuk belanja tertentu. Kemudian dalam hal distribusi, melalui anggaran pemerintah dapat
menciptakan kebijakan yang bertujuan untuk menciptakan pemerataan atau mengurangi kesenjangan antar wilayah, kelas sosial maupun sektoral. Anggaran juga berfungsi dalam
menciptakan stabilitas, jika terjadi ketidakseimbangan yang ekstrem, misalnya harga pokok yang tinggi atau sangat rendah sehingga berpotensi merugikan satu lapisan masyarakat,
pemerintah bisa melakukan intervensi melalui anggaran.
A. Politik Anggaran sebagai Pembangunan Pemerintahan Desa.