Adapun bentuk dari struktur pemerintahan Desa adalah sebagai berikut:
Sumber: diolah dari berbagai sumber
B. Rumusan Masalah
Penyelenggaraan Pemerintahan Desa tentu harus difasilitasi dengan perangkat- perangkat yang mendukung pelaksanaan pembangunan di desa, dengan ketidakadaannya
Kantor Kepala Desa yang permanen, tentu menjadi masalah dalam pembangunan di desa.
Maka yang menjadi rumusan masalahnya adalah bagaimana Politik Anggaran di Desa Martoba dalam Pembangunan Desa terkait dalam ketidakpemilikan Kantor Kepala Desa
yang tetap di Desa Martoba Kecamatan Simanindo?
C. Batasan Masalah
Penelitian ini membatasi masalah yakni dimana peneliti melihat indikator ketiadaan Kantor Kepala Desa yang tetappermanen menjadi sebuah masalah pembangunan politik di
Desa Martoba, dimana akan melihat bagaimana Politik Anggaran yang ada di Desa Martoba tersebut terkait Pembangunan di Desa, terkhususnya pada upaya dalam pengadaan
Kantor Kepala Desa.
D. Tujuan Penelitian
Tujuan daripada penelitian ini adalah melihat bagaimana mekanisme politik dalam menentukan anggaran di Desa Martoba.
E. Manfaat Penelitian
1. Secara Akademis, penelitian ini dapat memperkaya ilmu pengetahuan di Bidang Ilmu
Politik khususnya dalam kajian mengenai Pemerintahan di Desa. 2.
Secara Praktis, dapat menjadi bahan kajian dan literatur daftar kepustakaan yang hendak meneliti mengenai Pemerintahan di Desa, danatau sekedar menjadikan bahan bacaan
dalam melaksanakan kegiatan di Pemerintahan di Desa . 3.
Bagi Penulis, sarana pengalaman dalam pelaksanaan kegiatan penelitian dan melatih untuk menulis sebuah karya ilmiah yang penting bagi akademisi terkhususnya dalam
bidang Ilmu politik.
F. Kerangka Teori
Teori dapat kita pahami sebagai generalisasi sebuah fenomena dari interaksi- interaksi yang muncul yang menarik untuk dipahami secara konsep yang terstruktur,
menjadi sebuah alat kajian terhadap suatu peristiwa guna membantu kita dalam meliihat dan menganalisa sebuah fenomena, dimana akan dipahami sebagai sebuah sebab-akibat terhadap
fenomena tersebut. Teori selalu memakai konsep-konsep, konsep lahir dari dalam pikiran manusia dan karena itu bersifat abstrak, sekalipun fakta-fakta dapat dipakai sebagai batu
loncatan.
15
F.1 Good Governance Pemerintahan Yang Baik
Tentunya teori sangat membantu peneliti dalam menganalisis masalah yang menjadi penelitiannya. Sehingga penelitian ini, teori-teori yang digunakan untuk mengkaji
permasalahan yang diteliti oleh peneliti adalah:
Good governance atau tata pemerintahan yang baik adalah sebuah perspektif yang relevan digunakan untuk menciptakan sebuah pembaharuan pemerintahan, termasuk juga
pemerintahan desa. Governance merupakan cara pandang baru untuk menggantikan paradigma lama Goverment. Cara pandang Goverment secara konvensional memandang
bahwa sebuah negara adalah segala-galanya atau lembaga yang sangat kuat, sentral dan superior. Sementara, Governance memandang bahwa negara pemerintah dan masyarakat
berada dalam posisi sejajar yang secara bersama-sama dan belajar mengelola pemerintahan. Dimana perubahan peran pemerintah dalam masyarakat dan kemampuannya mewujudkan
kepentingan bersama di bawah batasan internal maupun eksternal yang merupakan jantung
15
Miriam Budiardjo. 2009. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Hal. 43.
Governance. Dapat dipahami bahwa good governance adalah melibatkan masyarakat dalam proses pemerintah.
16
Perhatian good governance adalah pengelolaan negara yang bersandar pada empat dimensi ganda:
1. Kekuasaan-kewenangan.
2. Pertukaran-resiprositas.
3. Akuntabilitas-inovasi.
4. Kepercayaan-kerelaan.
Keempat dimensi ini tidak saja dimainkan sendiri oleh tangan-tangan negara, melainkan melibatkan elemen-elemen masyarakat sipil, masyarakat politik dan masyarakat ekonomi.
17
Pandangan good governance itu juga mengedepankan beberapa argumen yang meninjau ulang peran negara dalam mengelola masyarakat dan ekonomi. Pertama, negara
tetap menjadi pemain kunci bukan dalam pengertian dominasi dan hegemoni, tetapi negara adalah aktor setara yang mempunyai kapasitas-kapasitas memadai untuk memoblisasi aktor-
aktor masyarakat untuk mencapai tujuan besar. Kedua, negara bukan lagi sentrum kekuasaan formal tetapi sebagai sentrum
kapasitas politik. Kekuasaan negara harus ditransformasikan dari “kekuasaan atas” power over menuju “kekuasaan untuk” power to. Ketiga, negara harus berbagi kekuasaan dan
16
Sutoro Eko, dkk. Pembaharuan Pemerintahan Desa, op. Cit. Hal. 7-8.
17
Sutoro Eko, dkk. Pembaharuan Pemerintahan Desa, op. Cit. Hal. 8.
peran pada tiga level : “keatas” pada organisasi internasional; “kesamping” pada NGO dan swasta; “kebawah” pada dan masyarakat lokal.
Keempat, negara harus melonggarkan kontrol politik dan kesatuan organisasinya agar mendorong segmen-segmen di luar negara mampu mengembangkan pertukaran dan
kemitraan secara kokoh, otonom, dan dinamis. Kelima, negara harus melibatkan unsur- unsur masyarakat dan swasta dalam agenda pembuatan keputusan dan pemberian pelayanan
publik. Keenam, penyelenggara negara harus mempunyai kemampuan responsif, adaptasi dan akuntabilitas publik.
18
Pandangan baru tentang peran dan kapasitas negara itu merupakan basis untuk memahami good governance. George Heyden 1992
19
1. Partisipasi warga negara dalam proses politik partisipasi politik, agregasi politik
dan akuntabilitas publik. , mengidentifikasikan tiga dimensi
empirik good governance:
2. Kepemimpinan yang responibel dan responsif penghormatan terhadap warga,
keterbukaan pembuatan keputusan dan menjunjung tinggi rule of law. 3.
Responsitas sosial masyarakat kesetaraan politik, toleransi antar kelompok dan inklusivitas keanggotaan asosiasional.
18
Sutoro Eko, dkk. Pembaharuan Pemerintahan Desa, op. Cit.
19
Sutoro Eko, dkk. Pembaharuan Pemerintahan Desa, op. Cit.
Good governance lebih populer dipahami sebagai pengelolaan pemerintahan yang menjunjung tinggi transparansi, akuntabilitas dan responsivitas, rule of law, serta berbasis
pada partisipasi masyarakat.
F. 2 Pembangunan Politik