Melapor Ke Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen BPSK.

Berdasarkan ketentuan Pasal 46 UUPerlindungan Konsumen gugatan sengketa konsumen tersebut dapat diajukan kepada pengadilan umum oleh beberapa pihak yaitu konsumen sebagai individu atau kuasaahli warisnya. Kelompok konsumen dengan kelompok sama melalui gugatan class action. Lembaga Swadaya Masyarakat LSM, atau pemerintah danatau instansi terkait bila produk pangan tanpa label halal tersebut mengakibatkan kerugian materi yang besar. Dalam hal ini, gugatan sengketa konsumen yang dapat diajukan oleh konsumen adalah gugatan oleh LSM dengan Class Action. Kelebihan kedua instrumen ini terletak pada dapat diwakilinya banyak konsumen yang menderita kerugian, memiliki kepentingan, serta menuntut pemulihan yang sama. Kerugian yang sama yaitu tidak memenuhi syarat keamanan produk pangan tersebut tidak berlabel halal. Kepentingan dan tuntutan pemulihan yang sama yaitu adanya tuntutan ganti rugi atas kerugian yang konsumen derita dan pemulihan baik terhadap jiwa maupun pemulihan kesehatan dan harta benda. Jika konsumen merasa berat menyelesaikan sengketa konsumen melalui pengadilan, maka upaya penyelesaian sengketa konsumen yang dapat dilakukan yaitu dengan mengajukan kepada BPSK.

D. Melapor Ke Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen BPSK.

Hubungan hukum antara pelaku usaha dengan konsumen tidak selamanya baik, pasti akan timbul perselisihan atau sengketa konsumen. Selama ini sengketa konsumen diselesaikan melalui gugatan di pengadilan, namun pada kenyataannya yang tidak dapat dipungkiri bahwa lembaga pengadilan pun tidak akomodatif untuk menampung sengketa konsumen karena proses perkara yang terlalu lama. Berdasarkan Pasal 45 UUPK setiap konsumen yang dirugikan dapat menggugat pelaku usaha melalui lembaga yang bertugas menyelesaikan sengketa antara konsumen dan pelaku usaha atau melalui pengadilan yang berada di lingkungan peradilan umum. Di luar peradilan umum, UUPerlindungan Konsumen membuat terobosan dengan memfasilitasi para konsumen yang merasa dirugikan dengan mengajukan gugatan ke pelaku usaha di luar pengadilan, yaitu Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen BPSK. Mekanisme gugatan dilakukan secara sukarela dari kedua belah pihak yang bersengketa. Hal ini berlaku untuk gugatan secara perorangan, sedangkan gugatan secara kelompok class action dilakukan melalui peradilan umum. 2 Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen BPSK adalah badan yang bertugas menangani dan menyelesaikan sengketa antara pelaku usaha dan konsumen.Tugas-tugas lain dan wewenang BPSK sesuai Pasal 25 UUPK yaitu: a. Melaksanakan penanganan dan penyelesaian sengketa konsumen, dengan cara melalui mediasi atau arbitrase atau konsiliasi. b. Memberikan konsultasi perlindungan konsumen. c. Melakukan pengawasan terhadap pencantuman klausula baku. d. Melaporkan kepada penyidik umum apabila terjadi pelanggaran ketentuan dalam undang-undang. 2 Marianus Gaharpung, Perlindungan Hukum bagi Konsumen Korban Atas Tindakan Pelaku Usaha, Jakarta: Jurnal Yustika, 2000 h. 43 e. Menerima pengaduan baik tertulis maupun tidak tertulis, dari konsumen tentang terjadinya pelanggaran terhadap perlindungan konsumen. f. Melakukan penelitian dan pemeriksaan sengketa perlindungan konsumen. g. Memanggil pelaku usaha yang diduga telah melakukan pelanggaran terhadap undang-undang ini. h. Memanggil dan menghadirkan saksi, saksi ahli, danatau setiap orang yang dianggap mengetahui pelanggaran terhadap undang-undang ini. i. Meminta bantuan penyidik untuk menghadirkan pelaku usaha, saksi, saksi ahli, atau setiap orang sebagaimana dimaksud huruf g dan huruf h, yang tidak bersedia memenuhi panggilan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen. j. Mendapatkan, meneliti, danatau meneliti surat, dokumen, atau alat bukti lain guna penyelidikan, danatau pemeriksaan. k. Memutuskan dan menetapkan atau tidak adanya kerugian pihak konsumen. l. Memberitahukan putusan kepada pelaku usaha yang melakukan pelanggaran terhadap perlindungan konsumen. m. Menjatuhkan saksi administratif kepada pelaku usaha yang melanggar ketentuan undang-undang. BPSK adalah pengadilan khusus konsumen small claim court yang sangat diharapkan dapat menjawab tuntutan masyarakat agar proses berperkara berjalan cepat, mudah, dan murah. Cepat karena penyelesaian sengketa melalui BPSK harus sudah diputus dalam tenggang waktu 21 hari kerja, dan tidak dimungkinkan banding yang dapat memperlama proses penyelesaian perkara. 3 Mudah karena prosedur administratif dan proses pengambilan putusan yang sangat sederhana, dan dapat dilakukan sendiri oleh para pihak tanpa diperlukan kuasa hukum. Murah karena biaya persidangan yang dibebankan sangat ringan dan dapat terjangkau oleh konsumen. 4 Dengan demikian, BPSK hanya menerima perkara yang nilai kerugiannya kecil. Pemeriksaan dilakukan oleh hakim tunggal dan kehadiran penuh pihak ketiga pengacara sebagai wakil pihak yang bersengketa tidak diperkenankan. Putusan dari BPSK tidak dapat dibanding kecuali bertentangan dengan hukum yang berlaku. 5 Adapun Tiga macam bentuk upaya penyelesaian sengketa yang dilakukan oleh BPSK yaitu : a. Konsiliasi, yaitu merupakan salah satu alternatif penyelesaian sengketa yang juga bisa ditempuh di luar pengadilan. Konsiliasi ini juga dimungkinkan sebagai alternatif penyelesaian sengketa konsumen berdasarkan UUPK. Penyelesaian sengketa konsumen di luar pengadilan melalui BPSK ini mempertemukan para pihak yang bersengketa, dan proses penyelesaiannya diserahkan kepada para pihak yang bersengketa, sedangkan Majelis BPSK bersifat pasif sebagai pengarah. 3 Nugroho, Susanti Adi, Proses Penyelesaian Sengketa Konsumen Ditinjau dari Hukum Acara Serta Kendala Implementasinya, Jakarta: Media Grafika, 2008 cet. Ke-1., h. 75 4 Yusuf Sofie dan Somi Awan, Sosok Peradilan Konsumen Mengungkap Berbagai Persoalan Mendasar Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen BPSK, Jakarta: Piramedia, 2004 h. 17 5 Kristiyanti, Celina Tri Siwi, Hukum Perlindungan Konsumen, Jakarta: Sinar Grafika, 2008 cet. Ke-1., h. 126 b. Mediasi, yaitu proses penyelesaian sengketa konsumen di luar pengadilan dengan perantara BPSK, untuk mempertemukan para pihak yang bersengketa dan proses penyelesaiannya diserahkan kepada para pihak, namun Majelis BPSK bertindak sebagai mediator atau penasehat agar proses persidangan berjalan sesuai ketentuan. c. Arbitrase, yaitu proses penyelesaian sengketa konsumen di luar pengadilan dengan perantara BPSK, untuk mempertemukan para pihak bersengketa, namun proses penyelesaiannya secara penuh diserahkan kepada Majelis BPSK melalui penunjukan arbiter masing-masing. Kemudian BPSK akan memberikan kebebasan kepada para pihak yang bersangkutan untuk memilih salah satu dari ketiga cara tersebut. Keberadaan BPSK dapat menjadi bagian dari pemerataan keadilan, terutama bagi konsumen yang merasa diragukan oleh pelaku usaha, karena sengketa diantara konsumen dan pelaku usaha, biasanya nominalnya kecil sehingga tidak bisa mengajukan sengketanya di pengadilan karena tidak sebanding antara biaya perkara dengan besarnya kerugian yang akan dituntut. Jika putusan BPSK dapat diterima oleh kedua belah pihak, maka putusan BPSK bersifat final dan mengikat, sehingga tidak perlu diajukan ke pengadilan. Keberadaan BPSK juga diharapkan akan mengurangi beban tumpukan perkara di pengadilan.

E. Penyelesaian Melalui Peradilan Umum.

Dokumen yang terkait

Eksistensi Presidential Threshold Paska Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 14/Puu-Xi/2013

6 131 94

Analisis Putusan Mahkamah Agung Nomor 101/K.Pdt.Sus/Bpsk/2013 Tentang Penolakan Klaim Asuransi Kendaraan Bermotor

22 248 119

Hak dan Kewajiban Kurator Pasca Putusan Pembatalan Pailit Pada Tingkat Kasasi Oleh Mahkamah Agung (Studi Kasus Kepailitan PT. Telkomsel vs PT. Prima Jaya Informatika)

1 38 128

Efektivitas Penerapan Yurisprudensi Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 179/K/SIP/1961 Di Dalam Persamaan Hak Mewaris Anak Laki-Laki Dan Anak Perempuan Pada Masyarakat Suku Batak Toba Perkotaan (Studi Di Kecamatan Medan Baru)

2 68 122

Analisis Yuridis Terhadap Pengurusan Piutang Perusahaan Negara Dikaitkan dengan Non Performing Loan Pada Bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN):(Studi Pada PT Bank Mandiri Tbk (Persero) Wilayah I Medan)

2 63 130

Analisis Kebijakan Privatisasi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pada Era Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (2004-2010)

9 152 128

Analisis Hukum Privatisasi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Melalui Pasar Modal: Studi Mengenai Go Public Pt. Krakatau Steel (Persero) Tbk

17 131 163

Analisis Hukum Terhadap Putusan Mahkamah Konstitusi Tentang Calon Independen Di Dalam Undang-Undang No.32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah

0 68 130

Sikap Masyarakat Batak-Karo Terhadap Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia (MA-RI) No.179/K/SIP/1961 Dalam Persamaan Kedudukan Anak Laki-Laki Dan Anak Perempuan Mengenai Hukum Waris (Studi Pada Masyarakat Batak Karo Desa Lingga Kecamatan Simpang...

1 34 150

Efektifitas Penyelesaian Perselisihan Hasil Pemilukada oleh Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi

3 55 122