Penyelesaian Melalui Badan Pengawas Obat dan Makanan BPOM.

tergantung pada jenis dan sifat pengaduannya. Beberapa cara yang ditempuh YLKI yaitu: 1. Melalui mediasi. Pada forum ini YLKI menghadirkan konsumen dan pelaku usaha, kemudian YLKI sebagai mediator memberikan kesempatan kepada masing-masing pihak untuk menjelaskan duduk perkara yang sebenarnya dan mengajukan tuntutan yang diinginkan, kemudian para pihak melakukan negosiasi atas tuntutan yang tersebut untuk mencapai kesepakatan. Jika telah dicapai kata sepakat, maka YLKI akan menuangkannya dalam Berita Acara Kesepakatan. Tahap akhir dari proses mediasi yaitu pelaksanaan hasil kesepakatan. 2. Penyelesaian dengan cara ke lembaga atau instansi tertentu, baik lembaga peradilan maupun diluar pengadilan.

C. Penyelesaian Melalui Badan Pengawas Obat dan Makanan BPOM.

BPOM adalah singkatan dari Badan Pengawas Obat dan Makanan. BPOM ini dibentuk oleh pemerintah untuk turut berperan aktif dalam mewujudkan perlindungan konsumen. Sama halnya dengan lembaga atau instansi lainnya BPOM ini memiliki tugas dan fungsi sebagai berikut: 1. Memberikan pelayanan informasi. 2. Menerima pengaduan. 3. Mengolah dan meneruskan informasi. 4. Memantau proses pemecahan masalah dan menyampaikan hasilnya. BPOM telah menyediakan ULPK, yaitu Unit Layanan Pengaduan Konsumen. Yang mana tugasnya melayani pengaduan konsumen atau masyarakat tentang obat, makanan dan minuman, obat tradisional, kosmetik, alat kesehatan, dan bahan-bahan yang berbahaya. Unit Layanan Pengaduan Konsumen ULPK ini dikoordinatori oleh sekertaris utama BPOM. 1 BPOM merupakan badan yang independen yang artinya tidak memihak kepada produsen sebagai pihak pemberi barang dan jasa, pihak pemerintah dan juga pihak masyarakat sebagai konsumen yang menggunakan barang dan jasa. Adapun sarana pengaduan yang disediakan oleh BPOM sama dengan sarana yang disediakan oleh YLKI. Bentuk-bentuk penyelesaian sengketa konsumen di atas termasuk ke dalam bentuk penyelesaian sengketa konsumen secara damai. UUPerlindungan Konsumen mengaturnya dalam Pasal 45 ayat 2 jo. Pasal 47 UUPerlindungan Konsumen. Inti dari Pasal 45 ayat 2 UUPerlindungan Konsumen yaitu, UUPerlindungan Konsumen tidak menutup kemungkinan dilakukannya penyelesaian secara damai oleh para pihak yang bersengketa, dan sebaiknya dilakukan sebagai upaya pertama sebelum diselesaikan melalui pengadilan. Kemudian Pasal 47 UUPerlindungan Konsumen menegaskan bahwa penyelesaian sengketa konsumen secara damai tersebut dilakukan untuk mencapai kesepakatan antara konsumen dan pelaku usaha. Atas pengaduan yang disampaikan dan upaya penyelesaian kepada pihak-pihak di atas, Jika tidak mendapat tanggapan dari para pelaku usaha 1 Astih Sistem Pengawasan BPOM Dalam Mengawasi Makanan yang Beredar Artikel ini diakses pada tanggal 18 Agustus 2013, Pukul 14.30, dari http:www.opini.blogspot.com maka UUPerlindungan Konsumen mengatur bahwa konsumen yang merasa dirugikan dapat mengajukan gugatan terhadap pelaku usaha. Pasal 23 UUPerlindungan Konsumen merupakan Pasal yang khusus mengatur hak konsumen untuk menggugat pelaku usaha yang menolak danatau tidak memenuhi ganti rugi atas tuntutan konsumen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 UUPerlindungan Konsumen, baik melalui BPSK maupun dengan mengajukannya ke badan peradilan di tempat kedudukan konsumen. Pasal 4 UUPerlindungan Konsumen tentang hak-hak konsumen menguatkan gugatan konsumen bahwa terdapat hak-haknya yang dilanggar oleh pelaku usaha, yaitu hak atas kenyamanan, keamanan, keselamatan, serta mendapat informasi yang benar atas penggunaan produk pangan berlabel halal yang dihasilkan oleh produsen selaku pelaku usaha. Kemudian Pasal 4 huruf e UUPerlindungan Konsumen menyatakan bahwa konsumen mempunyai hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut. Artinya pasal ini menegaskan bahwa pelaku usaha dan konsumen mempunyai kedudukan yang sama di mata hukum dan peradilan. Hak mendapatkan ganti rugi yang diajukan oleh konsumen ditegaskan bahwa konsumen berhak mendapatkan ganti rugi dan penggantian bila produk pangan yang dikonsumsi tidak sesuai dengan ketentuan berproduksi secara halal. Hak konsumen untuk mendapatkan ganti rugi merupakan kewajiban pelaku usaha yang harus dipenuhi. Berdasarkan ketentuan Pasal 46 UUPerlindungan Konsumen gugatan sengketa konsumen tersebut dapat diajukan kepada pengadilan umum oleh beberapa pihak yaitu konsumen sebagai individu atau kuasaahli warisnya. Kelompok konsumen dengan kelompok sama melalui gugatan class action. Lembaga Swadaya Masyarakat LSM, atau pemerintah danatau instansi terkait bila produk pangan tanpa label halal tersebut mengakibatkan kerugian materi yang besar. Dalam hal ini, gugatan sengketa konsumen yang dapat diajukan oleh konsumen adalah gugatan oleh LSM dengan Class Action. Kelebihan kedua instrumen ini terletak pada dapat diwakilinya banyak konsumen yang menderita kerugian, memiliki kepentingan, serta menuntut pemulihan yang sama. Kerugian yang sama yaitu tidak memenuhi syarat keamanan produk pangan tersebut tidak berlabel halal. Kepentingan dan tuntutan pemulihan yang sama yaitu adanya tuntutan ganti rugi atas kerugian yang konsumen derita dan pemulihan baik terhadap jiwa maupun pemulihan kesehatan dan harta benda. Jika konsumen merasa berat menyelesaikan sengketa konsumen melalui pengadilan, maka upaya penyelesaian sengketa konsumen yang dapat dilakukan yaitu dengan mengajukan kepada BPSK.

D. Melapor Ke Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen BPSK.

Dokumen yang terkait

Eksistensi Presidential Threshold Paska Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 14/Puu-Xi/2013

6 131 94

Analisis Putusan Mahkamah Agung Nomor 101/K.Pdt.Sus/Bpsk/2013 Tentang Penolakan Klaim Asuransi Kendaraan Bermotor

22 248 119

Hak dan Kewajiban Kurator Pasca Putusan Pembatalan Pailit Pada Tingkat Kasasi Oleh Mahkamah Agung (Studi Kasus Kepailitan PT. Telkomsel vs PT. Prima Jaya Informatika)

1 38 128

Efektivitas Penerapan Yurisprudensi Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 179/K/SIP/1961 Di Dalam Persamaan Hak Mewaris Anak Laki-Laki Dan Anak Perempuan Pada Masyarakat Suku Batak Toba Perkotaan (Studi Di Kecamatan Medan Baru)

2 68 122

Analisis Yuridis Terhadap Pengurusan Piutang Perusahaan Negara Dikaitkan dengan Non Performing Loan Pada Bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN):(Studi Pada PT Bank Mandiri Tbk (Persero) Wilayah I Medan)

2 63 130

Analisis Kebijakan Privatisasi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pada Era Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (2004-2010)

9 152 128

Analisis Hukum Privatisasi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Melalui Pasar Modal: Studi Mengenai Go Public Pt. Krakatau Steel (Persero) Tbk

17 131 163

Analisis Hukum Terhadap Putusan Mahkamah Konstitusi Tentang Calon Independen Di Dalam Undang-Undang No.32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah

0 68 130

Sikap Masyarakat Batak-Karo Terhadap Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia (MA-RI) No.179/K/SIP/1961 Dalam Persamaan Kedudukan Anak Laki-Laki Dan Anak Perempuan Mengenai Hukum Waris (Studi Pada Masyarakat Batak Karo Desa Lingga Kecamatan Simpang...

1 34 150

Efektifitas Penyelesaian Perselisihan Hasil Pemilukada oleh Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi

3 55 122