Analisis Pengaruh Penggunaan Hutang Terhadap Earning Per Share Pada Industri Properti dan Real Estate Terbuka di Indonesia

(1)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Gambar 1.1 Kerangka Konseptual 4

Gambar 4.1 Histogram 38


(2)

ABSTRAK

Alicia Uli Josephine Haurissa (2009). Analisis Pengaruh Penggunaan Hutang Terhadap Earning Per Share Pada Industri Properti dan Real Estate Terbuka di Indonesia. Ibu Dra. Bisrul Irawati, MBA, selaku Dosen Pembimbing. Ibu Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, SE, M.Si, selaku Ketua Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Bapak Syahyunan, SE, MSi dan Bapak Syafrizal Helmi Situmorang, MBA, selaku Dosen Penguji.

Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis pengaruh penggunaan hutang dengan menggunakan variabel Debt to Equity Ratio, Long Term Debt to Equity Ratio Long Term Debt to Capitalization Ratio terhadap Earning Per Share (EPS) pada industri sektor properti dan real estate terbuka di Indonesia. Penulis menarik hipotesis bahwa Debt to Equity Ratio (DER), Long Term Debt to Equity (LDER), dan Long Term Debt to Capitalization Ratio (LDCR) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Earning Per Share (EPS) pada industri properti dan real estate terbuka di Indonesia.

Metodologi penelitian yang digunakan adalah metode analisis deskriptif dan metode analisis statistik. Data yang digunakan adalah data sekunder. Penelitian ini menggunakan populasi sasaran dengan metode purposive sampling yang menghasilkan sampel yang terdiri dari 19 emiten sektor properti dan real estate. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji F dan uji t, dengan tingkat signifikansi (α) 5%. Penganalisaan data menggunakan software pengolahan data statistik yaitu SPSS 13.00 for windows.

Hasil uji F menunjukkan bahwa pada industri properti dan real estate variabel Debt To Equity Ratio (DER), Long Term Debt to Equity Ratio dan Long Term Debt to Capitalization Ratio (LDCR) dapat mengestimasi variabel Earning Per Share (EPS) dalam model analisis. Hasil uji t (secara individual) menunjukkan bahwa masing-masing variabel Debt to Equity Ratio (DER) dan Long Term Debt to Capitalization Ratio (LDCR) memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap Earning Per Share (EPS) sedangkan variabel Long Term Debt to Equity Ratio memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap Earning Per Share (EPS).

Kata Kunci: Debt to Equity Ratio (DER), Long Term Debt to Equity Ratio (LDER), Long Term Debt to Capitalization Ratio (LDCR) dan Earning Per Share (EPS).


(3)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kebutuhan akan sumber dana perusahaan diperoleh dari internal dan eksternal. Sumber internal adalah dana yang berasal dari dalam perusahaan, yakni laba ditahan, dan depresiasi. Laba ditahan ialah bagian dari laba bersih setelah pajak yang tidak dibagikan pada pemegang saham dan ditanamkan kembali ke perusahaan. Dana eksternal merupakan dana dari luar perusahaan yakni berupa hutang dari pihak eksternal perusahaan.

Dana eksternal merupakan suatu alternatif pilihan. Ketika perusahaan menggunakan dana eksternal, berarti perusahaan memutuskan untuk menggunakan leverage dalam struktur modalnya, di mana sumber dana eksternal itu bisa berasal dari pinjaman jangka pendek, seperti kredit rekening koran dan promes; pinjaman jangka menengah, seperti Kredit Modal Kerja Permanen (KMKP), Leasing; dan pinjaman jangka panjang seperti Kredit Hipotek dan Kredit Obligasi.

Earning Per Share (EPS) adalah ukuran untuk melihat tingkat kesejahteraan bagi pemegang saham/menggambarkan tingkat balas jasa bagi pemegang saham biasa. Penggunaan penggunaan hutang akan mempengaruhi besarnya EPS yang akan diterima pemegang saham, dimana semakin besar penggunaan hutang maka semakin besar tingkat EPS yang akan diterima (Brigham, 2001:19).


(4)

Penggunaan hutang mengakibatkan perusahaan harus membayar beban tetap berupa bunga. Semakin besar leverage yang digunakan, maka semakin besar biaya tetap keuangan yang harus dibebankan pada biaya operasional. Hal ini akan meningkatkan ketidakpastian hasil pengembalian bersih yang diterima pemegang saham. Untuk itu dalam menggunakan hutang maka perusahaan harus mengukur seberapa jauh kemampuan perusahaan untuk membiayai hutang yang hendak digunakan.

Modal pinjaman dapat berupa utang jangka panjang dan hutang jangka pendek, tetapi karena pada umumnya pinjaman jangka panjang jauh lebih besar dibandingkan dengan hutang jangka pendek maka perhatian analisis keuangan biasanya kebih menekankan pada jenis hutang jangka panjang. Selain itu hutang jangka pendek tidak terlalu diperhatikan karena dianggap sebagai ”spontaneous”, yaitu timbulnya hutang jangka pendek merupakan sesuatu yang wajar dalam perusahaan dan tidak mengakibatkan perusaahaan membayar kewajiban finansial yang tetap dalam jangka panjang (Syamsuddin, 2007:53, 54)

Penggunaan hutang dalam perusahaan dapat diestimasi dengan menggunakan rasio leverage yakni Debt to Equity Ratio (DER), Long Term Debt to Equity Ratio (LDER) dan Long Term Debt to Capitalization Ratio (LDCR). DER mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi hutangnya melalui modal sendiri. LDER merupakan rasio yang mencerminkan persentase penyediaan dana oleh pemegang saham terhadap kewajiban jangka panjang. LDCR merupakan rasio yang mengukur seberapa besar modal jangka panjang (total kapitalisasi) yang dibiayai oleh kreditur jangka panjang.


(5)

Industri properti dan real estate sangat digemari oleh masyarakat karena harganya yang cederung naik, hal ini disebabkan karena jumlah supply tanah tetap sedangkan permintaannya senantiasa meningkat oleh karena itu penentu harganya bukanlah pasar, melainkan pemilik dari tanah tersebut. Hal ini membuat para investor sangat tertarik untuk menanamkan modalnya di bidang properti dan real estate.

Investasi ialah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan saat ini dengan harapan memperoleh keuntungan di masa mendatang (Tandelilin 2001:1). Investasi pada bidang properti dan real estate merupakan investasi yang sifatnya jangka panjang dan tumbuh sejalan pertumbuhan ekonomi sehingga selalu menarik bagi investor untuk mengambil bagian di dalamnya.

Kinerja keuangan emiten properti dan real estate melalui rata-rata rasio DER, LDER, LDCR dan EPS tahun 2004-2007 dapat dilihat pada Tabel 1.1

Tabel 1.1

Data EPS, DER, LDER, dan LDCR rata-rata perusahaan properti dan real estate terbuka di BEI periode 2004-2007

Tahun EPS

(Rp)

DER (%)

LDER (%)

LDCR (%)

2004 31,85 85,5 19,2 2,097

2005 56,53 131,2 31,3 4,802

2006 30,58 119,4 32,4 3,749

2007 23,24 148,6 24,6 3,385

Tabel 1.1 : data EPS, DER, LDER dan LDCR rata-rata periode 2004-2007 Sumber

Pada Tabel dapat dilihat bahwa kenaikan penggunaan hutang selalu diikuti dengan kenaikan EPS dan penurunan hutangnya juga tidak selalu diikuti dengan penurunan EPS. Berdasarkan fenomena tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul ”Analisis Pengaruh Penggunaan Hutang terhadap Earning Per Share pada Industri Properti dan Real Estate Terbuka di Indonesia”.


(6)

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang dikemukakan sebelumnya, maka dirumuskan masalah: ”Apakah penggunaan hutang dengan menggunakan variabel Debt to Equity Ratio, Long Term Debt to Equity Ratio, dan Long Term Debt to Capitalization Ratio berpengaruh terhadap Earning Per Share pada perusahaan sektor properti dan real estate terbuka di Indonesia?”

C. Kerangka Konseptual

EPS merupakan indikator nilai perusahaan dan tingkat pendapatan per lembar saham adalah salah satu nilai statistik yang paling sering digunakan ketika sedang membahas kinerja suatu perusahaan atau nilai saham (Walsh, 2004:148) Penggunaan hutang yang berbeda-beda akan menghasilkan EPS yang berbeda pula dan perubahan EPS tersebut akan berlanjut mempengaruhi naik turunnya harga saham.

Debt to equity (DER) mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi hutangnya melalui modal sendiri. Perubahan dalam penggunaan hutang akan mengakibatkan perubahan dalam Earning Per Share (EPS) dan konsekuensi pada harga saham (Brigham dan Weston, 2001:613).

Long Term Debt to Equity Ratio (LDER) merupakan rasio yang mencerminkan persentase penyediaan dana oleh pemegang saham terhadap kewajiban jangka panjang. Semakin besar rasio ini mengidikasikan bahwa dengan stuktur modal tersebut, resiko yang ditanggung pemegang saham semakin tinggi (Warsono, 2003:239).


(7)

Long Term Debt to Capitalization Ratio (LDCR) merupakan rasio yang mencerminkan persentase besarnya modal jangka panjang dalam total permodalan jangka panjang perusahaan yang dibiayai oleh kreditur jangka panjang

(Syamsuddin,2007:55).

Gambar 1.1 Kerangka Konseptual

Sumber: Brigham (2001), Syamsuddin (2007) , Warsono (2003), diolah

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah dan kerangka pemikiran yang diuraikan sebelumnya maka peneliti mengajukan hipotesis bahwa: Penggunaan hutang dengan menggunakan variabel Debt to Equity Ratio, Long Term Debt to Equity Ratio dan Long Term Debt to Capitalization Ratio berpengaruh secara signifikan terhadap Earning Per Share perusahaan properti dan real estate terbuka di Indonesia.

E. Tujuan Dan Manfaat Penelitian

Tujuan dari penelitian ini ialah untuk melihat pengaruh penggunaan hutang yang diukur dengan Debt To Equity Ratio, Long Term Debt to Equity Ratio dan Long Term Debt to Capitalization Ratio terhadap Earning Per Share pada industri properti

DER (X1)

LDER (X2)

LDCR (X3)

EPS (Y)


(8)

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini ialah:

1) Bagi peneliti, untuk memperluas pengetahuan mengenai manajemen keuangan, terutama pengaruh penggunaan hutang terhadap EPS.

2) Bagi emiten, dapat digunakan sebagai tambahan informasi dalam penggunaan penggunaan hutang dan dampaknya pada tingkat EPS di masa krisis global ini. 3) Bagi pihak lain, diharapkan tulisan ini dapat bermanfaat dalam memperluas

pengetahuan mengenai manajemen keuangan terutama mengenai pengaruh penggunaan hutang terhadap EPS.

F. Metode Penelitian 1. Batasan Operasional

Adapun batasan operasional penelitian penulis, yaitu:

a) Perusahaan yang diteliti ialah perusahaan terbuka yang bergerak di sektor properti dan real estate yang menggunakan hutang dalam struktur modalnya. b) Variabel yang diteliti ialah DER, LDER, dan LDCR dari perusahaan sektor

properti dan real estate sebagai variabel bebas dan EPS sebagai variabel terikat.

c) Data laporan keuangan perusahaan yang diteliti ialah laporan keuangan dari masing-masing perusahaan sektor properti dan real estate dari periode 2004 – 2007

2. Definisi Operasional Variabel 1) Debt to Equity Ratio (X1)

DER merupakan rasio yang mengukur seberapa besar perusahaan menggunakan hutang dalam stuktur modalnya.


(9)

2) Long Term Debt to Equity Ratio (X2)

LDER merupakan rasio yang mengukur tingkat penggunaan hutang jangka panjang yang dibiayai oleh pemegang saham.

3) Long Term Debt to Capitalization Ratio (X3)

LDCR merupakan rasio yang mengukur berapa besar modal jangka panjang (total capitalization) yang dibiayai oleh kreditur jangka panjang.

4) Earning Per Share (Y)

EPS merupakan laba bersih per lembar saham yang menunjukkan besarnya kemampuan perusahaan untuk mendistribusikan pendapatannya kepada pemegang saham biasa.

3. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini ialah perusahaan yang bergerak pada sektor properti dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2004-2007, dimana perusahaan tersebut menggunakan hutang dalam struktur modalnya. Dari populasi tersebut diambil sampel yang sesuai dengan kritera yang ditentukan oleh penulis. Dari 39 emiten yang setelah melalui metode purposive sampling, diperoleh 19 perusahaan yang memenuhi syarat dan layak digunakan sebagai sampel dalam penelitian ini.


(10)

Kriteria perusahaan yang dijadikan sampel penelitian adalah sebagai berikut: 1. Perusahaan tersebut tidak pernah di-suspend selama periode 2004-2007.

2. Mempublikasikan laporan keuangan yang telah diaudit dengan menggunakan tahun buku yang terakhir tanggal 31 Desember.

3. Perusahaan tersebut mencantumkan jumlah hutang jangka panjang dalam pendanaannya.

Tabel 1.2

Jumlah sampel berdasarkan karakteristik sampel

No Karakteristik sampel Jumlah

1 Perusahaan properti dan real estate yang terdaftar di BEI tahun

2004-2007 39

2 Perusahaan yang pernah disuspend (13)

3 Perusahaan yang tidak mencantumkan jumlah hutang jangka

panjangnya (7)

Jumlah sampel 19

Sumber:

Berdasarkan karakteristik sampel yang diteliti maka dari 39 emiten diperoleh 19 emiten yang dianggap layak untuk dijadikan sampel penelitian yakni:


(11)

Tabel 1.3 Sampel Penelitian

Sumber:

No Kode Nama Perusahaan Tanggal Listing

1 BMSR PT Bintang Mitra Semesta Raya 29-Des-99

2 CTRA PT Ciputra Development Tbk. 28-Mar-94

3 CTSR PT Ciputra Surya Tbk. 15-Jan-99

4 DART PT Duta Anggada Realty, Tbk 08-Mei-90

5 DUTI PT Duta Pertiwi, Tbk 02-Nov-94

6 JIHD PT Jakarta International Hotel & Development

Tbk. 15-Mar-89

7 JRPT PT Jaya Real Property Tbk. 29-Jun-94

8 JSPT PT Jakarta Setiabudi Internasional Tbk. 11-Des-02

9 LAMI PT Lamicitra Nusantara Tbk. 18-Jul-01

10 LPCK PT Lippo Cikarang Tbk. 24-Jul-97

11 MAMI PT Mas Murni Indonesia Tbk. 09-Feb-94

12 MTSM PT Metro Supermarket Realty Tbk. 12-Aug-92

13 PJAA PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk. 02-Jul-04

14 PNSE PT Pudjiadi & Sons Estate Tbk. 19-Oct-94

15 PTRA PT Putra Surya Perkasa, Tbk. 28-Mar-94

16 PUDP PT Pudjiadi Prestige Limited Tbk. 18-Nov-94

17 PWON PT Pakuwon Jati Tbk. 09-Okt-89

18 RODA PT Roda Panggon Harapan Tbk. 22-Oct-01


(12)

4. Tempat dan waktu pengumpulan data

Penelitian ini dilakukan melalui media internet di BEI (Bursa Efek Indonesia) dengan situs Directory) mulai bulan Maret 2009 sampai dengan Juni 2009.

5. Jenis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang bersumber dari yakni data yang diperoleh dari hasil publikasi BEI mengenai data emiten, media internal, serta jurnal-jurnal pendukung dan buku referensi.

6. Teknik Pengumpulan data

Pengumpulan data dilakukan melalui studi dokumentasi dengan mengumpulkan data pendukung dari literatur, jurnal, skripsi, dan buku – buku referensi untuk mendapatkan gambaran mengenai masalah yang diteliti serta mengumpulkan data sekunder dari laporan keuangan yang dipublikasikan oleh BEI.

7. Metode Analisis Data

a. Metode analisis deskriptif

Metode yang digunakan ialah metode analisis deskriptif, dimana data – data yang dikumpulkan dan digolongkan kemudian dianalisis dan dipresentasikan secara objektif.

b. Metode analisis statistik

1. Metode regresi linear berganda

Metode yang digunakan ialah analisis regresi linear berganda untuk mengetahui pengaruh antara variabel bebas dengan variabel terikat.


(13)

Dimana:

Y = EPS a = konstanta X1 = DER

X2 = LDER

X3 = LDER

b1,2,3 = koefisien regresi X1,2,3

e = error

Sebelum data tersebut dianalisis dengan model regresi linear berganda, data ini harus memenuhi syarat uji normalitas dan uji asumsi klasik, yakni: 1. Uji normalitas

Uji normalitas atau distribusi normal dilakukan untuk mengetahui apakah dalam suatu model regresi, variabel dependen, variabel independen, atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah model yang berdistribusi normal atau mendekati normal. Uji ini dilakukan dengan analisis Kolmogorov Smirnov.

2. Uji Asumsi Klasik

a. Uji Multikolineritas

Uji multikolineritas digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan linear antar variabel bebas dalam suatu model. Hubungan linear antara variabel bebas ini disebut multikolinearitas. Suatu model yang baik ialah model yang antara veriabel bebasnya tidak mengalami multikolinearnitas.


(14)

tolerance value < 0,1 atau VIF > 5 = terdapat multikolinearitas. tolerance value > 0,1 atau VIF < 5 = tidak terdapat

multikolinearitas. b. Uji Heterokedastisitas

Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah dalam suatu model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari suatu pengamatan ke pengamaan lain (Ghozali, 2005:105). Model regresi yang baik ialah yang tidak terkena heteroskedastisitas. Alat analisis untuk menguji heterokedastisitas yakni dengan uji Glejser dengan melihat tingkat signifikansinya, jika berada di atas nilai tingkat kepercayaan (α = 5%) maka dalam model regresi tidak ada heterokedastisitas.

c. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi dalam suatu model bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya korelasi antara variabel pengganggu pada periode tertentu dengan variabel periode sebelumnya. Jika terjadi autokorelasi maka dikatakan ada masalah autokorelasi. Model yang baik ialah model yang tidak terkena autokorelasi. Uji ini menggunakan Durbin Waston (DW) dengan ketentuan:

Tabel 1.4

KriteriaPengambilan Keputusan Autokorelasi

Hipotesis nol Keputusan Jika

Tidak ada autokorelasi

positif Tolak 0<DW<dl

Tidak ada autokorelasi

positif No decision dl≤DW≤du

Tidak ada korelasi

negatif Tolak 4-dl<DW<4

Tidak korelasi negatif No decision 4-DU≤DW≤4-dl Tidak ada autokorelasi,

positif, atau negatif. Tidak ditolak du<DW<4-du


(15)

d. Pengujian Hipotesis

Uji hipotesis digunakan untuk menguji apakah koefisien regresi yang didapat signifikan atau tidak.

Ada dua jenis koefisien regresi yang dapat dilakukan pengujian yaitu uji-F dan uji-t.

1. Uji-F

Uji–F dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel bebas secara simultan dapat diterima menjadi model penelitian terhadap variabel terikat.

Bentuk pengujian:

H0 : bi = 0, artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara

serempak dari DER, LDER dan LDCR terhadap EPS. Maka variabel bebasnya dianggap tidak memenuhi model penelitian.

H1 : minimal satu dari bi ≠ 0, artinya terdapat pengaruh yang

signifikan secara serempak dari DER, LDER dan LDCR terhadap EPS. Pada penelitian ini akan dihitung perbandingan Fhitung dengan Ftabel pada tingkat signifikansi (α) = 5%. Kriteria penilaiannya ialah:

Terima H0 bila Fhitung≤ Ftabelpada α = 5%

Tolak H0 (terima H1) bila Fhitung > Ftabel pada α = 5%

2. Uji-t (uji parsial)

Uji-t digunakan untuk menguji koefisien regresi variabel bebas secara parsial mempunyai pengaruh terhadap variabel terikat. Setelah didapat nilai thitung maka selanjutnya nilai thitung dbandingkan dengan nilai ttabel.


(16)

Hipotesis pengujian: H0 : b1 = 0

Artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel DER terhadap variabel EPS.

H0 : b1≠ 0

Terdapat pengaruh signifikan dari variabel DER secara parsial terhadap variabel EPS.

H0 : b2 = 0

Artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel LDER secara parsial terhadap variabel EPS.

H0 : b2≠ 0

Terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel LDER secara parsial terhadap variabel EPS.

H0 : b3 = 0

Artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel LDCR secara parsial terhadap variabel EPS.

H0 : b3≠ 0

Terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel LDCR secara parsial terhadap variabel EPS.

Pada penelitian ini akan dibandingkan thitung dengan ttabel pada tingkat

signifikansi (α) = 5%. Kriteria penilaian hipotesis pada uji-F ini adalah: Terima H0 bila t tabel≤ t hitung ≤ t tabel pada α = 5%


(17)

BAB II

URAIAN TEORITIS

A. Penelitian Terdahulu

Octavianus Hendratmo (2004) meneliti dengan judul “Analisis Pengaruh Tingkat Aktivitas, Likuiditas, dan Leverage Keuangan terhadap Earnings Per Share (EPS) perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ”. Hasil penelititan hipotesis ini membuktikan bahwa tingkat aktivitas (Total Assets Turnover) secara parsial dan simultan berpengaruh (positif dan signifikan) terhadap Earnings Per Share (EPS), sedangkan tingkat likuiditas (Current Ratio) dan leverage keuangan (Debt to Equity Ratio) tidak berpengaruh terhadap Earnings Per Share (EPS).

Tessa Silvia Maryatika Tobing pada tahun 2006 melakukan penelitian dengan judul ”Pengaruh Struktur Modal terhadap profitabilitas pada industri makanan dan minuman yang tercatat di Bursa Efek Jakarta”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua variabel independen dalam penelitian bepengaruh signifikan secara serempak terhadap Profitabilitas (ROE). Sementara pengujian secara parsial membuktikan variabel DAR dan LDER berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Profitabilitas (ROE), sedangkan variabel DER berpengaruh positif dan signifikan terhadap Profitabilitas (ROE) Dari hasil pengujian secara parsial ditemukan bahwa variabel DER sebagai variabel yang dominan mempengaruhi Profitabilitas perusahaan.


(18)

B. Hutang

Kebutuhan akan sumber dana perusahaan diperoleh dari internal dana eksternal. Sumber intern adalah dana yang berasal dari dalam perusahaan, yakni laba ditahan, dan depresiasi. Laba ditahan ialah bagian dari laba bersih setelah pajak yang tidak dibagikan pada pemegang saham dan ditanamkan kembali ke perusahaan. Dana eksternal sebagai alternatif pilihan, ketika perusahaan menggunakan dana eksternal, berarti perusahaan menutuskan untuk menggunakan leverage dalam stuktur modalnya. Leverage ini digunakan untuk meningkat pengembalian bagi pemegang saham (Van Horne 2005:447)

Menurut Umar (2000:25) sumber dana eksternal ialah:

1. Pinjaman jangka pendek, seperti kredit rekening koran dan Promes

2. Pinjaman jangka menengah, seperti Kredit Modal Kerja Permanen (KMKP) dan Leasing

3. Pinjaman jangka panjang seperti Kredit Hipotek dan Kredit Obligasi.

Jumlah hutang dalam neraca menunjukkan besar modal pinjaman yang digunakan dalam operasi perusahaan. Modal pinjaman ini dapat berupa utang jangka panjang dan hutang jangka pendek, tetapi karena pada umumnya pinjaman jangka panjang jauh lebih besar dibandingkan dengan hutang jangka pendek maka perhatian analisis keuangan biasanya kebih menekankan pada jenis hutang jangka panjang (Syamsuddin, 2007:53)

Penggunaan hutang merupakan penggunaan dana eksternal untuk membiayai operasi. Besarnya penggunaan hutang akan mempengaruhi pendapatan yang akan diterima perusahaan dimana dengan menggunakan hutang dalam pendanaan, maka akan menambah beban bunga pinjaman akan hutang tersebut.


(19)

Keputusan mengenai penggunaan hutang merupakan salah suatu tanggung jawab yang besar dari manajemen. Selalu ada trade off antara resiko dan pengembalian. Tingkat pengembalian yang diinginkan selalu dikendalikan oleh profil resiko perusahaan. Manajemen harus hati-hati dalam mempertahankan sebagian likuiditas cadangannya untuk berjaga-jaga dalam menghadapi situasi semacam itu (Walsh, 2003:125).

Hutang yang digunakan dalam pendanaan operasional perusahaan akan memunculkan beban tetap yang sebelumnya tidak ada apabila perusahan tidak menggunakan hutang, yakni berupa bunga pinjaman. Untuk memperoleh keuntungan dalam penggunaan leverage maka diharapkan perusahaan mendapat keuntungan yang lebih besar dari pada beban bunganya

Frequently financial analysist are more concern with the firm’s long term debt than its short term debt, because the short term debt will constantly chancing and also accounts payable maybe more of a reflection trade practice than debt management policy (Ross,2000:61). “Biasanya para pengamat keuangan lebih memperhatikan pada hutang jangka panjang dari pada hutang jangka pendek perusahaan, karena hutang jangka pendek akan selalu berubah dan lebih merupakan gambaran dari praktek perdagangan dari pada pada kebijakan manajemen perusahaan”.

Penggunaan hutang jangka panjang akan memberikan perlindungan pajak bagi perusahaan, karena dalam perhitungan pajak, bunga hutang akan dikurangi terlebih dahulu, berarti pengunaan hutang akan meringankan pajak perusahaan. Akan tetapi perusahaan juga harus mempertimbangkan resiko yang akan dialami perusahaan apabila menggunakan hutang dalam pendanaannya (financial leverage).


(20)

Resiko akibat penggunaan hutang dalam pendanaan perusahaan ialah resiko finansial. Perubahan dalam penggunaan hutang akan mempengaruhi tingkat EPS dan juga mengakibatkan perubahan harga saham. Semakin tinggi tingkat hutang yang digunakan, maka semakin tinggi tingkat resikonya dan semakin tinggi juga tingkat suku bunga pinjaman yang dibebankan pada perusahaan.

Penambahan biaya tetap yang lebih besar akan mengurangi keuntungan bersih para pemegang saham biasa dan penggunaan keuntungan ini berarti resiko bagi mereka. Walaupun penggunaan hutang memiliki tingkat resiko yang tinggi, perusahaan tetap cenderung menggunakan penggunaan hutang yang tinggi dalam pendanaannya.

Capital structure is the mix of long term sources of funds used by firm. The relationship between financial and capital structur can be expressed in the equation form: Financial structure – current liabilities = capital structure.” Struktur modal adalah penggunaan dari sumber-sumber pembiayaan yang digunakan perusahaan dalam persediaan, maka hubungan antara struktur pembiayaan dan stuktur modal adalah struktur pembiayaan dikurangi hutang jangka pendek sama dengam struktur modal. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa struktur modal adalah penimbangan dari seluruh pembiayaan jangka panjang yang digunakan untuk kegiatan operasional perusahaan” (Keown,2001:514).

Perusahaan tetap menggunakan hutang karena adanya biaya relatif. Biaya hutang lebih kecil daripada dana ekuitas. Dengan menambahkan hutang dalam neracanya maka perusahaan meningkatikan profitabilitas perusahaannya, yang kemudian menaikkan harga sahamnya, sehingga meningkatkan kesejahteraan pemegang saham dan membangun potensi pertumbuhan yang lebih besar (Walsh,


(21)

Penggunaan hutang itu sendiri bagi perusahaan memiliki dua dimensi (1) pemberi kredit akan menitikberatkan pada besarnya jaminan atas kredit (2) dengan menggunakan hutang maka apabila perusahaan mendapat keuntungan yang lebih besar dari beban tetapnya maka pemilik perusahaan keuntungannya meningkat dan (3) dengan menggunakan hutang maka pemillik memperoleh dana dan tidak kehilangan kendali perusahaan (Sartono 2001:121).

Seberapa jauh sebuah perusahaan menggunakan pendanaan melalui utang atau pengungkit keuangan (financial Leverage), untuk selanjutanya digunakan istilah leverage, akan memiliki tiga implikasi penting: (1) Dengan memperoleh dana melalui utang para pemegang saham dapat mempertahankan kendali mereka atas perusahaan tersebut dengan sekaligus membatasi investasi yang mereka berikan. (kreditor akan melihat ada ekuitas, sebagai suatu batas keamanan, sehingga semakin tinggi proporsi dari jumlah modal maka semakin kecil resiko yang harus dihadapi kreditor. (3) Jika perusahaan mendapat hasil dari investasi yan didanai dengan dana hasil pinjaman lebih besar daripada bunga yang dibayarkan maka pengembalian dari modal pemilik akan diperbesar atau ”diungkit” (leverage) (Brigham, 2006:101).


(22)

C. Analisis Kinerja Keuangan

Analisis kinerja keuangan digunakan untuk mengetahui bagaimana kondisi keuangan perusahaan dilihat dari posisi masing-masing akun dalam laporan keuangan. Analisis ini ilakukan dengan alat bantu analisis berupa rasio yang disebut dengan analisis rasio.

Analisis kinerja keuangan tidak hanya dapat dilakukan oleh pihak internal perusahaan tetapi juga pihak eksternal perusahaan, yakni para investor, kreditor, dan para pengamat keuangan lainnya yang ingin memperoleh informasi mengenai kondisi dan posisi keuangan perusahaan tersebut

1. Laporan keuangan

Laporan keuangan merupakan media untuk meneliti kondisi kesehatan perusahaan. Yang termasuk dalam laporan keuangan ialah neraca, perhitungan laba rugi, ikhtisar laba yang ditahan, dan laporan posisi keuangan perusahaan. 2. Analisis rasio keuangan

Analisis rasio keuangan menggunakan tolak ukur berupa rasio dan indeks yang menghubungkan dua data keuangan. Analisis rasio menggunakan perhitungan kualitatif yang ditunjukkan dalam neraca maupun dalam laporan laba rugi.

Ada beberapa jenis rasio dasar yang biasa digunakan dalam menganalisis kondisi keuangan perusahaan, rasio-rasio dikelompokkan ke dalam lima kelompok dasar yakni:

1) Rasio Likuiditas, mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansialnya yang berjangka pendek tepat pada waktunya. Rasio ini terbagi menjadi Current Ratio, Quick Acid Ratio, Cash Ratio, dan Net Working Capital Ratio


(23)

2) Rasio Aktivitas, mengukur sejauh mana efisiensi perusahaan dalam menggunakan asset untuk memperoleh penjualan. Rasio ini terbagi menjadi Inventory Turnover, Average Age Of Inventory, Average Collateral Period, Average Payment Period, Average Purchase Day Total Asset Turnover dan Fixed Asset Turnover.

3) Rasio leverage keuangan, mengukur kapasitas keuangan untuk memenuhi kewajibannya. Rasio ini terbagi menjadi Debt to Total Asset Ratio, Debt to Equity Ratio, Long Term Debt to Equity Ratio, Long Term Debt to Capitalization Ratio, Times Interest Earning, Cash Flow Interest Coverage, dan Cash Return on Sales.

4) Rasio Profitabilitas, mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba baik dalam hubungannya dengan penjuanlan, asset maupun laba bagi modal sendiri.rasio ini terbagi menjadi rasio: Gross Profit Margin, Operating Profit Margin, Net Profit Margin, Total Asset Turn Over, Return On Asset, Return On Equity, Return On Investment, dan Return On Common Stock.

5) Rasio Penilaian Pasar, mengukur kemampuan manajemen dalam menciptakan nilai pasar yang melampaui pengeluaran biaya investasi. Rasio ini merupakan pengukuran paling lengkap dalam prestasi perusahaan, karena mencerminkan kombinasi rasio-rasio yang terbagi menjadi Earning Per Share, Devidend Per Share, Devident Payout Ratio, Price Earning Ratio, Book Value Per Share Dan Price To Book Value.


(24)

D. Debt to Equity Ratio (DER)

Debt to Equity Ratio (DER). DER menggambarkan perbandingan hutang (hutang jangka panjang dengan jangka pendek) dengan ekuitas dalam pendanaan perusahaan. Rasio ini juga menunjukkan kemampuan modal sendiri perusahan (pemegang saham) untuk memenuhi kewajibannya.

Semakin besar nilai DER menunjukkan semakin besar kewajibannya yang ditanggung perusahaan dan nilai DER yang semakin rendah akan menunjukkan semakin tinggi kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya. Peningkatan hutang ini akan mempengaruhi tingkat pendapatan bersih yang tersedia bagi pemegang saham (Sartono, 2001:66).

E. Long Term Debt to Equity Ratio (LDER)

Long Term Debt to Equity Ratio (LDER) merupakan rasio yang mencerminkan persentase penyediaan dana oleh pemegang saham terhadap kewajiban jangka panjang. Semikin rendah rasionya maka semakin baik kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka panjangnya.

Struktur modal yang merupakan kombinasi dari sumber-sumber pembiayaan jangka panjang yakni modal sendiri dan hutang, lebih menyoroti hutang jangka panjangnya karena hutang jangka panjang ini mengakibatkan perusahaan harus membayar kewajiban tetap (berupa bunga) untuk jangka waktu yang panjang. Dalam


(25)

keuangan lebih menekankan hutang jangka panjang dari pada hutang jangka pendek dalam struktur modal.

E. Long Term Debt to Capitalization Ratio (LDCR)

LDCR merupakan rasio yang mengukur berapa besar modal jangka panjang (total capitalization) yang dibiayai oleh kreditur jangka panjang (Syamsuddin, 2007:55)

Besarnya hutang (hutang jangka panjang) yang terdapat dalam struktur modal perusahaan sangat penting untuk memahami perimbangan antara risiko dan laba yang didapat. Hutang membawa risiko karena setiap hutang pada umumnya akan menimbulkan keterikatan yang tetap bagi perusahaan dalam bentuk kewajiban membayar bunga serta cicilan kewajiban pokoknya secara periodik

F. Earning Per Share (EPS)

Earning per Share adalah laba bersih per lembar saham, dengan tujuan untuk mengukur besarnya kemampuan perusahaan dalam mendistribusikan pendapatannya kepada pemegang saham yang dihitung dengan membagi laba bersih setelah dikurangi pajak dengan jumlah saham biasa yang beredar.

EPS menunjukkan pertumbuhan laba absolut perusahaan memberikan informasi yang lebih banyak tentang perkembangan suatu perusahaan dan juga meupakan ukuran untuk melihat kesejahteraan pemegang saham, oleh sebab itu para


(26)

tinggi karena EPS mempengaruhi harga saham perusahaan. (Brigham dan Weston, 2001:613).

Penggunaan hutang yang tinggi akan meningkatkan keuntungan perusahaan dan juga meningkatkan resiko finansialnya, oleh sebab itu kreditur akan membebankan tingkat bunga yang juga tinggi. Beban bunga ini akan mempengaruhi laba kotor perusahaan dan juga EPS dalam setiap lembar sahamnya.


(27)

BAB III

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN PROPERTI DAN REAL ESTATE YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

A. BURSA EFEK JAKARTA

Secara historis pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesia merdeka. Pasar modal atau bursa efek telah hadir sejak jaman kolonial Belanda dan tepatnya pada 14 Desember 1912 di Batavia. Pasar modal ketika itu didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda untuk kepentingan pemerintah kolonial atau VOC. Sekuritas yang diperdagangkan adalah saham dan obligasi perusahaan-perusahaan Belanda yang beroperasi di Indonesia, obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah Hindia Belanda dan sekuritas lainnya.

Pada tahun 1941 sampai dengan 1918 Bursa Efek di Batavia ditutup selama Perang Dunia I. Perkembangan Bursa Efek di Batavia sangat pesat sehingga mendorong pemerintah Belanda membuka Bursa Efek Surabaya pada tanggal 11 Januari 1925 dan Bursa Efek Semarang pada tanggal 1 Agustus 1925. Kedua bursa ini kemudian ditutup karena terjadinya gejolak politik di Eropa awal tahun 1939. Bursa Efek di Jakarta pun akhirnya ditutup juga akibat terjadinya perang dunia ke dua tahun 1942, hal ini menandai berakhirnya aktivitas pasar modal di Indonesia.

Tahun 1952 Bursa Efek di Jakarta diaktifkan kembali dengan UU Darurat Pasar Modal 1952, yang dikeluarkan oleh Menteri Kehakiman (Lukman Wiradinata) dan Menteri Keuangan (Prof.DR. Sumitro Djojohadikusumo). Instrumen yang diperdagangkan ialah Obligasi Pemerintah RI (1950). Namun akibat Program nasionalisasi perusahaan Belanda. Bursa Efek semakin tidak aktif dan mengalami kevakuman. Namun hal ini tidak berlangsung lama, pada 100 agustus 1977 Bursa Efek diresmikan kembali oleh Presiden Soeharto. BEJ dijalankan dibawah


(28)

BAPEPAM (Badan Pelaksana Pasar Modal). Tanggal 10 Agustus diperingati sebagai HUT Pasar Modal.

Masyarakat lebih memilih instrumen perbankan dibandingkan instrumen Pasar Modal, hal ini mengakibatkan bursa efek menjadi lesu. Tahun 1988 pemerintah Indonesia meluncurkan paket deregulasi dibidang Perbankan dan Pasar Modal. Pintu BEJ terbuka untuk asing. Aktivitas bursa terlihat meningkat. Pada 16 Juni 1989 Bursa Efek Surabaya (BES) mulai beroperasi dan dikelola oleh Perseroan Terbatas milik swasta yaitu PT Bursa Efek Surabaya.

Pada Jakarta sehingga BAPEPAM yang awalnya Badan Pelaksana Pasar Modal berubah menjadi Badan Pengawas Pasar Modal. Kemudian pada di BEJ dimulai dengan sistem komputer JATS (Jakarta Automated Trading Systems). Tahun 2000 Sistem Perdagangan Tanpa Warkat (scripless trading) mulai diaplikasikan di pasar modal Indonesia.

Tahun 1995 Bursa Paralel Indonesia merger dengan Bursa Efek Surabaya. Tahun 2002 BEJ mulai mengaplikasikan sistem perdagangan jarak jauh (remote trading). Tahun 2007 dilakukan penggabungan Bursa Efek Surabaya (BES) ke Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI).


(29)

B. SEKTOR PROPERTI

1. PT Bintang Mitra Semesta Raya Tbk

Perusahaan yang dibangun pada 1989 di Jakarta mencatakan sahamnya pada Bursa Efek Indonesia pada 29 Desember 1999 dan memiliki tiga anak perusahaan yang bergerak di bidang properti yang beroperasi di Bekasi. 2. PT Ciputra Development Tbk.

Perusahaan yang berdiri pada 22 Oktober 1981 dibangun oleh Ir. Ciputra, yang telah menggeluti bisnis real estate sejak 1961. PT. Ciputra Development Tbk mencatatkan sahamnya di BES pada 28 Maret 1944 dan 8 Oktober 1996 di BEJ. Perusahaan berserta anak perusahaannya dapat dikategorikan dalam tiga segmen bisnis, yakni perumahan, komersial dan lainnya.

3. PT Ciputra Surya Tbk.

Perusahaan yang mencatatkan saham perdananya pada 11 Januari 1999 ini bergerak dalam pengembangan area kota, yang terdiri dari perumahan, bisnis dan area rekreasi. Hingga dengan sekarang, proyek utama CS grup terpusat pada Kota mandiri CitraRaya Surabaya, termasuk Ciputra Golf and Family Club dan perumahan Kota Nuansa Seni CitraHarmoni Sidoarjo.

4. PT Duta Anggada Realty, Tbk

Perusahaan yang awalnya dibentuk dengan nama of PT Duta Anggada Inti Pratama pada 1983 merubah namanya menjadi PT. Duta Anggada Realty, Tbk pada 1988 sebelum go public pada 8 Mei 1990. Aktivitas perusahaan ini meliputi sektor perkantoran, permukiman, retail dan hotel.

5. PT Duta Pertiwi, Tbk

Perusahaan yang bernaung di bawah bendera Sinar Mas Group, yang merupakan salah satu konglomerat terbesar di Indonesia, ini berdiri pada tahun


(30)

Dengan bantuan dari Sinar Mas Group, duta pertiwi secara cepat dapat menciptakan investasi yang menarik untuk keuntungan pemegang sahamnya dan kliennya. Selain itu Duta Pertiwi juga berhasil mengkombinasikan kondominium, daerah retail dan perkantoran sebagai pembangunan mixed-use superblock yang merupakan trademark Duta Pertiwi di pasaran. Salah satu superbloknya yang terkenal ialah Mangga Dua, selain itu juga ada Roxy Mas, Cempaka Mas, Ambasador Kuningan, Fatmawati Mas, dan Mangga Dua Surabaya.

6. PT Jakarta International Hotel & Development Tbk.

Perusahaan yang dibangun tahun 1969 ini mencatatkan saham perdananya pada tanggal 15 Maret 1989. PT. Jakarta International Hotel & Development Tbk. menaungi beberapa anak perusahaan, yakni PT Perhotelan Banteng, PT Danayasa Arthatama, dan PT Dharma Harapan Raya.

7. PT Jaya Real Property Tbk.

Perusahaan yang dulunya memiliki nama PT Bintaro Jaya berdiri pada tahun 1979. Perusahaan ini melakukan akuisisi dengan PT Jaya Garden Polis dari PT Jaya Land pada July 1995 dan berubah nama menjadi PT. Jaya Real Property Tbk. Perusahaan ini membangun kota satelit yakni Puri Jaya dan Bintaro Jaya. Selain itu juga mengani Plaza Bintaro, Plaza Slipi Senen Blocks dan V commercial complex.

8. PT Jakarta Setiabudi Internasional Tbk.

Perusahaan ini dibangun tahun 1975 mencatatkan saham perdananya pada tanggal 12 Januari 1998. Perusahaan ini berfokus pada industri pariwisata dalam sektor perhotelan, yakni Grand Hyatt Bali, Bali Hyatt, Raddin Sanur,


(31)

Cakrawala, Kuningan Apartment, Setiabudi Apartment, Menarabudi Apartment, serta pusat perbelanjaan, yakni Plaza Menteng and Galeria Nusa Dua.

9. PT Lamicitra Nusantara Tbk.

Perusahaan yang didirikan pada tanggal 28 Januari 1988 ini dulunya memiliki nama Lami Citra Persada. Perusahaan ini mencatatkan saham perdananya pada 18 juli 2001. PT Lamicitra Nusantara Tbk. Berkutat pada bisnis investor bangunan, developer, industrial Estate, aktivitas pelabuhan dan kargo serta kontrak umum.

10.PT Lippo Cikarang Tbk.

Lippo cikarang berdiri pada tahun 1987 dan mencatatkan saham perdananya pada 24 Juli 1997. Perusahaan ini mengoperasikan pembangunan perkotaan. 11.PT Mas Murni Indonesia Tbk.

Perusahaan yang didirikan di Surabaya pada tahun 1971 mencatatkan saham perdanaya pada tanggal 9 Februari 1994.

12.PT Metro Supermarket Realty Tbk.

Perusahaan yang didirikan pada 1980 ini mencatatkan saham perdananya pada tanggal 12 Agustus 1992. Perusahaan ini memiliki dan mengatur dua bangunan uyakni Gedung Metro Pasar Baru dan Melawai Plaza Building selain itu juga tiga toko buku dan melalui anak perusahaannya ia mengatur sebuah pengembangan real estate, termasuk hotel bintang empat di Tanah Abang.

13.PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk


(32)

dan pengembangan properti dan real estate, namun sekarang ini perusahaan telah mengembangkan sayapnya sebagai pengembang real estate dan resort, hotel dan pusat perbelanjaan.

14.PT Pudjiadi & Sons Estate Tbk.

Perusahaan yang berdiri pada 10 Juli 1992 ini mencatatkan saham perdananya tanggal 1 Mei 1990. Perusahaan ini memulai usaha komersealnya pada tahun 1970-an dalam bisnis perhotelan dengan segala fasilitas dan infrastruktur, seperti akomodasi, perkantoran, mall perbelanjaan, apartemen, tempat rekreasi dan hiburan di lokasi hotel.

15.PT New Century Development Tbk

Perusahaan yang dulunya bernama PT. Putra Surya Perkasa, Tbk berdiri pada tahun 1981. Perusahaan ini mencatatkan saham perdananya pada 28 Maret 1994. Dengan 13 anak perusahaannya perusahaan ini bergerak dalam banyak bisnis properti yakni dalam pengembangan dan manajemen pembangunan, kontraktor bangunan dan pengembang real estate, serta bisnis akomodasi, rekreasi, jasa, dan hiburan.

16.PT Pakuwon Jati Tbk.

Perusahaan mencatatkan saham perdananya pada tanggal 9 Oktober 1989. Sejak 1991, pakuwon Jati Tbk telah membangun plaza dan kondominium terkemuka di indonesia yakni Tanjuangan Plaza dan juga proyek Laguna View di Surabaya, Jawa Tengah

17.PT Royal Oak Development Asia Tbk.

Perusahaan yang berdiri pada 15 Oktober 1984 ini mencatatkan saham perdananya tanggal 22 Oktober 2001. Perusahaan yang dulunya bernama PT.


(33)

nasional dalam pembangunan properti, dimana kebanyakan proyeknya berada di sekitar Jakarta dan Tangerang. Salah satu proyek terbesarnya ialah Simprug Estate di Poris, Tangerang. Perusahaan ini berubah nam menjadi PT. Royal Oak Development Asia Tbk. pada tahun 2007.

18.PT Pudjiadi Prestige Limited Tbk.

Perusahaan yang berdiri pada tahun 1981 ini mencatatkan saham perdananya pada 18 November 1994. Setelah sukses dalam membangun plaza Jayakarta dan pusat perbelanjaan Jayakarta pada tahun 1981, perusahaan berkembang ke bisnis rental dan manajemen hotel, apartemen, dan bangunan. Perusahaan juga memfokuskan bisnisnya pada lokasi strategis, yakni Jakarta, Anyer, Serang, Jogyakarta, Bali dan Lombok.

19.PT Tbk. Summarecon Agung Tbk

Perusahaan yang berdiri pada tanggal 26 November 1975 ini mencatatkan saham perdananya pada 7 Mei 1990. Proyeknya yang terkenal saat ini ialah Gading Serpong yang menjadi sebuah kota kecil dengan lebih dari 5000 unit rumah, ruko (rumah toko), Gading Raya Golf Club. Klub Kelapa Gading, Mal Kelapa Gading, and its Gading Food City, The Summerville Serviced Apartments, Plaza Summarecon, Kelapa Gading Driving Range, and Bursa Mobil I, II, and III.


(34)

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A Analisa Deskriptif Variabel Yang Mempengaruhi Earning Per Share

a) Deskripsi Nilai Variabel Debt to Equity Ratio pada perusahaan sektor properti di Bursa Efek Indonesia periode 2004-2007.

Tabel 4.1 Debt to Equity Ratio Pada Perusahaan Sektor Properti

Periode 2004-2007

NO PERUSAHAAN TAHUN RATA-RATA

2004 2005 2006 2007

1 BMSR 0,120 0,110 0,123 0,005 0,090

2 CTRA -19,638 -46,553 0,458 0,337 -16,349

3 CTSR 0,820 0,971 0,641 0,412 0,711

4 DART -2,206 4,054 2,768 4,039 2,164

5 DUTI 1,583 1,649 1,478 1,368 1,520

6 JIHD 1,696 1,030 1,866 2,533 1,781

7 JRPT 0,716 0,416 0,550 0,632 0,579

8 JSPT 1,031 1,204 1,314 1,372 1,230

9 LAMI 0,997 1,307 2,014 2,809 1,782

10 LPCK 1,564 1,499 1,596 1,801 1,615

11 MAMI 0,063 0,047 0,023 0,048 0,045

12 MTSM 0,741 0,473 0,319 0,290 0,456

13 PJAA 0,374 0,398 0,319 0,568 0,415

14 PNSE 2,031 2,001 1,807 1,722 1,890

15 PTRA 1,556 2,458 2,315 1,670 2,000

16 PUDP 0,737 0,668 0,306 0,251 0,490

17 PWON -4,013 20,224 1,927 1,992 5,033

18 RODA 0,076 0,050 0,032 0,049 0,052

19 SMRA 1,282 1,226 1,245 1,009 1,191

RATA-RATA PER

TAHUN -0,551 -0,356 1,111 1,206 0,352


(35)

Tabel 4.1 menggambarkan nilai variabel DER (Debt to Equity Ratio) pada masing-masing perusahaan sektor properti di BEI selama periode penelitian tahun 2004 - 2007.

Berdasarkan tingkat DER rata-rata per perusahaan, nilai DER tertinggi dimiliki oleh PT Pakuwon Jati Tbk yaitu sebesar 878% dan nilai DER terendah dimilki oleh PT Roda Pangoaran Tbk yaitu sebesar 4,60%. Bila ditinjau dari rata-rata per tahun, nilai DER tertinggi terdapat pada tahun 2007 yaitu sebesar 120,6% dan nilai DER terendah pada tahun 2004 yaitu sebesar -55,1%.

Pada tahun 2004 nilai DER rata-rata per tahun sebesar -55,1%. Perusahaan-perusahaan yang berada diatas nilai DER rata-rata per tahun sebanyak 16 perusahaan atau sekitar 84,22% dengan nilai DER tertinggi dimiliki oleh PT Pudjiadi & Son Estate Tbk dengan nilai DER sebesar 213,1%. Perusahaan yang berada dibawah nilai DER rata-rata per tahun sebanyak 3 perusahaan atau sekitar 15,78% dengan nilai DER terendah dimiliki PT Ciputra Development Tbk sebesar -1963,8%.

Pada tahun 2005, nilai DER rata-rata per tahun sebesar -35,6%. Perusahaan-perusahaan yang berada diatas nilai DER rata-rata per tahun sebanyak 18 perusahaan atau sekitar 95% dengan nilai tertinggi dimiliki oleh PT Pakuwon Jati Tbk sebesar 2022,4%. Perusahaan yang berada dibawah nilai DER rata-rata per tahun sebanyak 1 perusahaan atau sekitar 5% yakni PT Ciputra Development Tbk sebesar -4655,3%.

Pada tahun 2006, nilai DER rata-rata per tahun sebesar 111,1%. Perusahaan-perusahaan yang berada diatas nilai DER rata-rata per tahun sebanyak 10 perusahaan atau sekitar 52,63% dengan nilai tertinggi dimiliki oleh PT Duta Anggara Realty Tbk sebesar 276,8%. Perusahaan yang berada dibawah nilai DER rata-rata per tahun sebanyak 9 perusahaan atau sekitar 47,37% dengan nilai terendah dimiliki oleh PT Mas Murni Tbk sebesar 2,3%.

Pada tahun 2007, nilai DER rata-rata per tahun sebesar 120,60%. Perusahaan-perusahaan yang berada diatas nilai DER rata-rata per tahun sebanyak 9 Perusahaan-perusahaan atau sekitar 47,38% dengan nilai tertinggi dimiliki oleh PT Duta Anggada Realty Tbk. Perusahaan


(36)

52,62% dengan nilai terendah dimiliki oleh PT Bintang Mitra Semesta Raya Tbk sebesar 0,5%.

b) Deskripsi Long Term Debt to Equity Ratio pada perusahaan sektor properti di Bursa Efek Indonesia periode 2004-2007.

Tabel 4.2

Long Term Debt to Equity Ratio Pada Perusahaan Sektor Properti

Periode 2004-2007

NO PERUSAHAAN TAHUN

RATA-RATA

2004 2005 2006 2007

1 BMSR 0,111 0,101 0,116 0,002 0,082

2 CTRA -3,229 -6,059 0,030 0,050 -2,302

3 CTSR 0,004 0,003 0,003 0,013 0,006

4 DART -0,310 1,052 0,513 0,302 0,389

5 DUTI 0,084 0,108 0,097 0,081 0,093

6 JIHD 0,185 0,113 0,320 0,534 0,288

7 JRPT 0,308 0,042 0,043 0,046 0,110

8 JSPT 0,676 0,759 0,851 0,586 0,718

9 LAMI 0,447 0,425 0,423 0,340 0,409

10 LPCK 0,018 0,021 1,143 1,117 0,575

11 MAMI 0,051 0,039 0,014 0,035 0,035

12 MTSM 0,262 0,110 0,083 0,139 0,148

13 PJAA 0,118 0,089 0,129 0,315 0,163

14 PNSE 1,424 1,419 1,259 0,394 1,124

15 PTRA 0,024 0,038 0,037 0,001 0,025

16 PUDP 0,030 0,044 0,029 0,022 0,031

17 PWON -0,595 16,919 1,396 1,766 4,871

18 RODA 0,030 0,011 0,005 0,007 0,013

19 SMRA 0,303 0,202 0,247 0,146 0,224

Rata-Rata Per Tahun -0,003 0,812 0,355 0,310 0,369 Sumber: Hasil Penelitian, 25 Mei 2009 (diolah)

Tabel 4.2 menggambarkan nilai variabel LDER (Long Term Debt to Equity Ratio) pada masing-masing perusahaan sektor properti di BEI selama periode penelitian tahun 2004-tahun 2007.

Berdasarkan tingkat LDER rata-rata per perusahaan, nilai LDER tertinggi dimiliki oleh PT Pakuwon Jati Tbk yaitu sebesar 487,1% dan nilai LDER terendah dimiliki oleh PT Ciputra


(37)

tertinggi terdapat pada tahun 2005 yaitu sebesar 81,2% dan nilai LDER terendah pada tahun 2004 yaitu sebesar 0,3%.

Pada tahun 2004 nilai LDER rata-rata per tahun sebesar 0,3%. Perusahaan-perusahaan yang berada diatas nilai LDER rata-rata per tahun sebanyak 3 perusahaan atau sekitar 15,79% dengan nilai LDER tertinggi dimiliki oleh PT. Pembangunan Jaya Ancol Tbk. sebesar 142,4%. Perusahaan yang berada dibawah nilai EPS rata-rata per tahun sebanyak 18 perusahaan atau sekitar 84,21% dengan nilai LDER terendah dimiliki oleh PT Ciputra Development Tbk sebesar -322,9%..

Pada tahun 2005, nilai LDER rata-rata per tahun sebesar 81,2%. Perusahaan-perusahaan yang berada diatas nilai LDER rata-rata per tahun sebanyak 1 perusahaan atau sekitar 7,69% dengan nilai LDER tertinggi dimiliki oleh PT Pakuwon Jati Tbk sebesar 1691,9%. Perusahaan yang berada dibawah nilai EPS rata-rata per tahun sebanyak 12 perusahaan atau sekitar 92,31% dengan nilai LDER terendah dimiliki oleh PT Ciputra Development Tbk sebesar -605,9%.

Pada tahun 2006, nilai LDER rata-rata per tahun sebesar 35,5%. Perusahaan-perusahaan yang berada diatas nilai LDER rata-rata per tahun sebanyak 6 perusahaan atau sekitar 31,57% dengan nilai LDER tertinggi dimiliki oleh PT Pakuwon Jati Tbk dengan nilai 139,6%. Perusahaan yang berada dibawah nilai LDER rata-rata per tahun sebanyak 13 perusahaan atau sekitar 68,42% dengan nilai LDER terendah dimiliki oleh PT Ciputra Surya sebesar 0,3%.

Pada tahun 2007, nilai LDER rata-rata per tahun sebesar 31%. Perusahaan-perusahaan yang berada diatas nilai LDER rata-rata per tahun sebanyak 7 perusahaan atau sekitar 36,84% dengan nilai LDER dimiliki oleh PT Pakuwon Jati Tbk sebesar 176,6%. Perusahaan yang berada dibawah nilai EPS rata-rata per tahun sebanyak 12 perusahaan atau sekitar 63,16% dengan nilai LDER terendah dimiliki oleh PT Bintang Mitra Semesta Raya Tbk sebesar 0,2%.


(38)

c) Deskripsi Nilai Variabel Long Term Debt to Capitalization Ratio pada perusahaan sektor properti dan real estate di Bursa Efek Indonesia periode 2004-2007.

Tabel 4.3

Long Term Debt to Capitalization Ratio Pada Perusahaan Sektor Properti

Periode 2004-2007

NO PERUSAHAAN TAHUN

RATA-RATA

2004 2005 2006 2007

1 BMSR 0,100 0,092 0,104 0,002 0,074

2 CTRA 1,449 1,198 0,029 0,048 0,681

3 CTSR 0,004 0,003 0,003 0,013 0,006

4 DART -0,449 0,513 0,339 0,232 0,159

5 DUTI 0,078 0,098 0,089 0,075 0,085

6 JIHD 0,156 0,101 0,242 0,348 0,212

7 JRPT 0,235 0,040 0,041 0,044 0,090

8 JSPT 0,403 0,431 0,460 0,370 0,416

9 LAMI 0,309 0,298 0,297 0,254 0,290

10 LPCK 0,018 0,021 0,533 0,528 0,275

11 MAMI 0,049 0,037 0,014 0,034 0,033

12 MTSM 0,207 0,099 0,077 0,122 0,126

13 PJAA 0,106 0,082 0,114 0,239 0,135

14 PNSE 0,587 0,587 0,557 0,283 0,503

15 PTRA 0,023 0,037 0,036 0,001 0,024

16 PUDP 0,029 0,043 0,028 0,022 0,030

17 PWON -1,469 0,944 0,583 0,638 0,174

18 RODA 0,029 0,011 0,005 0,007 0,013

19 SMRA 0,232 0,168 0,198 0,127 0,181

RATA- RATA PER

TAHUN 0,110 0,253 0,197 0,178 0,185

Sumber: Hasil Penelitian, 25 Mei2009 (diolah)

Tabel 4.3 menggambarkan nilai variabel LDCR (Long Term Debt to Capitalization Ratio) pada masing-masing perusahaan sektor properti di BEI selama periode peneilitian tahun 2004 - 2007.

Berdasarkan tingkat LDCR rata-rata per perusahaan, nilai LDCR tertinggi dimiliki oleh PT Pudjiadi & Son Estate Tbk yaitu sebesar 50,3% dan nilai LDCR terendah dimilki oleh PT Ciputra Surya Tbk yaitu sebesar 1,3%%. Bila ditinjau dari rata-rata per tahun, nilai LDCR tertinggi terdapat pada tahun 2005 yaitu sebesar 25,3% dan nilai LDCR terendah pada tahun


(39)

Pada tahun 2004 nilai LDCR rata-rata per tahun sebesar 11%. Perusahaan-perusahaan yang berada diatas nilai LDCR rata-rata per tahun sebanyak 11 perusahaan atau sekitar 57,89% dengan nilai LDCR tertinggi dimiliki oleh PT Ciputra Surya Tbk. dengan nilai LDCR sebesar 144,9%. Perusahaan yang berada dibawah nilai LDCR rata-rata per tahun sebanyak 8 perusahaan atau sekitar 42,10% dengan nilai LDCR terendah dimiliki PT Pakuwon Jati Tbk sebesar -146,9%.

Pada tahun 2005, nilai LDCR rata-rata per tahun sebesar 25,3%. Perusahaan-perusahaan yang berada diatas nilai LDCR rata-rata per tahun sebanyak 6 Perusahaan-perusahaan atau sekitar 31,58% dengan nilai tertinggi dimiliki oleh PT Ciputra Development Tbk sebesar 119,8%. Perusahaan yang berada dibawah nilai LDCR rata-rata per tahun sebanyak 13 perusahaan atau sekitar 68,42% yakni PT Ciputra Surya Tbk sebesar 0,3%.

Pada tahun 2006, nilai LDCR rata-rata per tahun sebesar 19,7%. Perusahaan-perusahaan yang berada diatas nilai LDCR rata-rata per tahun sebanyak 8 Perusahaan-perusahaan atau sekitar 42,10% dengan nilai tertinggi dimiliki oleh PT Pakuwon Jati Tbk sebesar 63,8%. Perusahaan yang berada dibawah nilai LDCR rata-rata per tahun sebanyak 11 perusahaan atau sekitar 57,90% dengan nilai terendah dimiliki oleh PT Ciputra Surya Tbk sebesar 0,3%.

Pada tahun 2007, nilai LDCR rata-rata per tahun sebesar 17,8%. Perusahaan-perusahaan yang berada diatas nilai LDCR rata-rata per tahun sebanyak 7 Perusahaan-perusahaan atau sekitar 36,84% dengan nilai tertinggi dimiliki oleh PT Pakuwon Jati Tbk sebesar 63,8%. Perusahaan yang berada dibawah nilai LDCR rata-rata per tahun sebanyak 12 perusahaan atau sekitar 63,16% dengan nilai terendah dimiliki oleh PT. Putra Surya Perkasa, Tbk. sebesar 0,1%.


(40)

d) Deskripsi nilai variabel Earning Per Share pada perusahaan sektor properti di Bursa Efek Indonesia periode 2004-2007.

Tabel 4.4 Earning Per Share Pada Perusahaan Sektor Properti

Periode 2004-2007

NO PERUSAHAAN TAHUN RATA-RATA

2004 2005 2006 2007

1 BMSR -4 -5 -9 7 -2,539

2 CTRA -136 49 90 26 7,159

3 CTSR 31 61 85 87 65,920

4 DART -155 359 85 35 81,043

5 DUTI 43 44 53 42 45,475

6 JIHD 223 -73 -30 -113 1,550

7 JRPT 89 122 153 40 100,804

8 JSPT -19 -52 -15 11 -18,608

9 LAMI 1 1 1 3 1,538

10 LPCK 42 5 5 16 16,882

11 MAMI 148 5 14 -56 27,964

12 MTSM 98 84 76 55 78,356

13 PJAA 138 156 79 88 115,233

14 PNSE 27 19 69 94 52,322

15 PTRA -21 -76 1 -0,38 -23,829

16 PUDP 12 12 1 24 12,329

17 PWON 234 1531 142 11 479,490

18 RODA -2 -2 0,41 0,43 -0,834

19 SMRA 78 80 61 50 67,421

RATA- RATA PER

TAHUN 43,695 122,107 45,288 22,105 58,299

Sumber: Hasil Penelitian, 25 Mei2009 (diolah)

Tabel 4.1 menggambarkan nilai variabel EPS (Earning Per Share) pada masing-masing perusahaan sektor properti di BEI selama periode penelitian tahun 2004 - 2007.

Berdasarkan tingkat EPS rata-rata per perusahaan, nilai EPS tertinggi dimiliki oleh PT Pakuwon Jati Tbk yaitu sebesar Rp479,490 dan nilai EPS terendah dimilki oleh PT Putra Surya Perkasa Tbk yaitu sebesar Rp-23,829 Bila ditinjau dari rata-rata per tahun, nilai EPS tertinggi terdapat pada tahun 2005 yaitu sebesar Rp122,107 dan nilai EPS terendah pada


(41)

Pada tahun 2004 nilai EPS rata-rata per tahun sebesar Rp43,695. Perusahaan-perusahaan yang berada diatas nilai EPS rata-rata per tahun sebanyak 7 Perusahaan-perusahaan atau sekitar 36,84% dengan nilai EPS tertinggi dimiliki oleh PT Pakuwon Jati Tbk dengan nilai EPS sebesar Rp234. Perusahaan yang berada dibawah nilai EPS rata-rata per tahun sebanyak 12 perusahaan atau sekitar 63,16% dengan nilai EPS terendah dimiliki oleh PT Duta Anggada Realty Tbk sebesar -155.

Pada tahun 2005, nilai EPS rata-rata per tahun sebesar Rp122,107. Perusahaan-perusahaan yang berada diatas nilai EPS rata-rata per tahun sebanyak 6 Perusahaan-perusahaan atau sekitar 31,58% dengan nilai tertinggi dimiliki oleh PT Pakuwon Jati Tbk sebesar Rp1531. Perusahaan yang berada dibawah nilai EPS rata-rata per tahun sebanyak 13 perusahaan atau sekitar 68,42% yakni PT Jakarta International Hotel & Development Tbk sebesar Rp-73.

Pada tahun 2006, nilai EPS rata-rata per tahun sebesar Rp40. Perusahaan-perusahaan yang berada diatas nilai EPS rata-rata per tahun sebanyak 9 perusahaan atau sekitar 47,37% dengan nilai tertinggi dimiliki oleh PT. Jaya Real Property Tbk. sebesar Rp153. Perusahaan yang berada dibawah nilai EPS rata-rata per tahun sebanyak 10 perusahaan atau sekitar 52,63% dengan nilai terendah dimiliki oleh PT Bintang Mitra Semesta Raya Tbk sebesar Rp-30.

Pada tahun 2007, nilai EPS rata-rata per tahun sebesar Rp22. Perusahaan-perusahaan yang memiliki nilai EPS diatas rata-rata per tahun ada sebanyak 9 perusahaan atau sekitar 47,37% dengan nilai tertinggi dimiliki oleh PT Pudjiadi and Sons Estate Tbk sebesar Rp94. Perusahaan yang berada dibawah nilai EPS rata-rata per tahun sebanyak 10 perusahaan atau sekitar 52,63% dengan nilai terendah dimiliki oleh PT Jakarta International Hotel & Development Tbk sebesar Rp-133.


(42)

B. Analisis Statistik

Pada tahap ini sebelum data-data tersebut dianalisis, sebuah model regresi berganda harus memenuhi syarat normalitas dan asumsi klasik, yaitu:

A. Pengujian Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah distribusi sebuah data mengikuti normal dan mendekati normal (Situmorang, et al, 2008:55).

6420-2-4

Regression Standardized Residual

30252015105

0

Frequency

Mean =3.73E-17Std. Dev. =0.98...

Dependent Variable: EPS Histogram

1.00.80.60.40.20.0

Observed Cum Prob

1.00.8

0.6

0.40.2

0.0

Expect

ed Cum

Prob

Dependent Variable: EPS Normal P-P Plot of RegressionStandardized Residual

Gambar 4.1 : Histogram Gambar 4.2 : Normal P-Plot

Sumber: Hasil olahan SPSS, 29 Mei 2009 Sumber: Hasil olahan SPSS, 29 Mei 2009

Tampilan gambar grafik di atas menunjukkan bahwa datanya terdistribusi secara normal, mengikuti garis yang ada dan tidak mengalami kemencengan. Untuk mendapatkan tingkat uji Normalitas yang lebih signifikan, maka penelitian ini juga menggunakan uji statistik non parametric Kolmogrov-Smirnov. Pada Tabel 4.4 dibawah ini diperoleh Asymp-sig (2-tailed) > taraf nyata (α) atau 0,334 > 0,05. Hal ini berarti data residual berasal dari distribusi normal.


(43)

Tabel 4.5 Normalitas-Statistik

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

76 ,0000000 77,83637190 ,108 ,108 -,082 ,944 ,334 N Mean Std. Deviation Normal Parametersa,b

Absolute Positive Negative Most Extreme Differences Kolmogorov-Smirnov Z As ymp. Sig. (2-tailed)

Unstandardiz ed Res idual

Test distribution is Normal. a.

Calculated from data. b.

Sumber: Hasil olahan SPSS, 29 Mei 2009.

B. Pengujian Asumsi Klasik 1) Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas dilakukan untuk melihat ada tidaknya hubungan linear diantara variabel bebas dalam model regresi. Tabel 4.5 menunjukkan tidak adanya gejala multikolinearitas, dimana hasil uji VIF (Variance Inlation Factor) menentukan nilai kurang dari 5 (VIF < 5) dan nilai Tolerance > 0,1.

Tabel 4.6 Multikolinearitas

Coefficientsa

42,274 10,597 3,989 ,000

-16,522 2,325 -,567 -7,108 ,000 ,374 2,670

111,354 6,865 1,265 16,221 ,000 ,391 2,556

-103,894 32,066 -,188 -3,240 ,002 ,706 1,417

(Constant) DER LDER LDCR Model 1

B Std. Error Unstandardized

Coefficients

Beta Standardized

Coefficients

t Sig. Tolerance VIF

Collinearity Statistics

Dependent Variable: EPS a.


(44)

2) Uji Heteroskedastisitas

Asumsi heteroskedastisitas adalah asumsi dalam regresi dimana varians dari residual tidak sama untuk satu pengamatan ke pengamatan lainnya.

Tabel 4.7

Heterokedastisitas- uji glesjer

Coefficientsa

55,103 7,061 7,803 ,000

1,293 1,549 ,160 ,834 ,407 ,374 2,670

-1,934 4,574 -,079 -,423 ,674 ,391 2,556

13,631 21,368 ,089 ,638 ,526 ,706 1,417

(Constant) DER LDER LDCR Model

1

B Std. Error Unstandardized

Coefficients

Beta Standardized

Coefficients

t Sig. Tolerance VIF

Collinearity Statistics

Dependent Variable: ABS a.

Hasil olahan SPSS 29 Mei 2009

Pada Tabel tersebut dapat dilihat bahwa nilai signifikansi variabel-variabel independen lebih besar dari taraf nyata (α) 5% sehingga dapat disimpulkan tidak terjadi heteroskedastisitas, dengan demikian persamaan regresi tersebut memenuhi asumsi heteroskedastisitas.

3) Uji Autokorelasi

Uji Autokorelasi dilakukan untuk menguji apakah pada model regresi linear terdapat korelasi kesalahan pengganggu pada periode t dan kesalahan pengganggu pada periode sebelumnya (periode t-1). Gejala autokorelasi dideteksi dengan menggunakan uji Durbin Watson (DW). Kriteria pengambilan keputusan uji autokorelasi ditunjukkan pada Tabel 4.8 berikut:


(45)

Tabel 4.8

Kriteria Pengambilan Keputusan Uji Autokorelasi Hipotesis Nol Keputusan Jika Tidak ada autokorelasi

positif Tolak 0<DW<dl

Tidak ada autokorelasi

positif No decision dl≤DW≤du

Tidak ada korelasi

negative Tolak 4-dl<DW<du

Tidak ada korelasi

negative No decision 4-du≤DW≤4-dl

Tidak ada autokorelasi.

positif atau negatif Tidak ditolak Du<DW<4-du Sumber: Situmorang et. al (2008:86)

Tabel 4.9 menunjukkan bahwa hasil Durbin Watson (DW) adalah sebesar 1,948 dan berada pada daerah No Autocorelation yaitu diantara nilai du (1,712) dan 4-du (2,288) yang artinya tidak terjadi autokorelasi pada model regresi karena 1,712 < 1,948 < 2,288.

Tabel 4.9 Autokorelasi

Model Summaryb

,910a ,829 ,821 79,44141 1,948

Model 1

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson Predictors: (Constant), LDCR, LDER, DER

a.

Dependent Variable: EPS b.

Sumber: Hasil olahan SPSS, 29 Mei 2009 4) Pengujian Kelayakan Model (Goodness of Fit)

Pada Tabel 4.7 menunjukkan nilai Adjusted R Square pada sektor properti dalam penelitian ini adalah sebesar 0,821 yang berari 82% variasi dari EPS dijelaskan oleh DER, LDER, dan LDCR. Sisanaya 18% dijelaskan oleh faktor-faktor lainnya diluar model.


(46)

Tabel 4.10 Uji Goodness of Fit

Model Summaryb

,910a ,829 ,821 79,44141

Model 1

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate Predictors: (Constant), LDCR, LDER, DER

a.

Dependent Variable: EPS b.

Sumber: Hasil olahan SPSS, 29 Mei 2009

5) Analisis Regresi Linear Berganda

Hasil estimasi regresi dari pengolahan data setelah didapatkan hasil yang memenuhi kriteria uji normalitas dan uji asumsi klasik dapat ditunjukkan pada Tabel 4.8 berikut:

Tabel 4.11

Regresi Linear Berganda

Coefficientsa

42,274 10,597 3,989 ,000

-16,522 2,325 -,567 -7,108 ,000

111,354 6,865 1,265 16,221 ,000

-103,894 32,066 -,188 -3,240 ,002

(Constant) DER LDER LDCR Model 1

B Std. Error

Unstandardized Coefficients Beta Standardized Coefficients t Sig.

Dependent Variable: EPS a.

Sumber: Hasil olahan SPSS, 29 Mei 2009.

Model persamaan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Y = 42,274 – 16,522X1 +111,354X2 – 103,894 + e

Persamaan tersebut akan digunakan untuk menjelaskan bagaimana pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat secara simultan (uji F) dan bagaimana pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat secara parsial (uji t), agar dapat menguji hipotesis yang akan dikemukakan penulis.


(47)

C. PENGUJIAN HIPOTESIS 1. Uji F

Uji F dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara simultan.

Tabel 4.12

ANOV Ab

2196210 3 732070,023 116,000 ,000a

454387,6 72 6310,938

2650598 75

Regres sion Residual Total Model 1

Sum of

Squares df Mean S quare F Sig.

Predic tors: (Constant), LDCR, LDER, DE R a.

Dependent Variable: EP S b.

Sumber: Hasil olahan SPSS,29 Mei 2009

Pada Tabel 4.9 diketahui bahwa nilai F hitung 116,000 sedangkan nilai F tabel 2,74, maka diketahui Fhitung > Ftabel artinya variabel-variabel independen yang diteliti

secara simultan mempengaruhi EPS. Nilai signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari tingkat signifikansi (α) 0,05, yang berarti bahwa ini signifikan. Hasil uji F menunjukkan bahwa hipotesis pertama menghasilkan penolakan Ho dan penerimaan Ha artinya variabel-variabel independen yang diteliti secara simultan berpengaruh signifikan terhadap EPS pada sektor properti dan real estate.


(48)

2. Uji t

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabel bebas secara parsial mempeunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat.

Tabel 4.12 Uji Statistik t

Coefficientsa

42,274 10,597 3,989 ,000

-16,522 2,325 -,567 -7,108 ,000

111,354 6,865 1,265 16,221 ,000

-103,894 32,066 -,188 -3,240 ,002

(Constant) DER LDER LDCR Model

1

B Std. Error

Unstandardized Coefficients

Beta Standardized

Coefficients

t Sig.

Dependent Variable: EPS a.

Sumber: Hasil olahan SPSS, 29 Mei 2009

Analisis Tabel 4.8 untuk mengetahui perngaruh variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen pada sektor properti dan real estate adalah sebagai berikut:

1. Variabel DER memiliki thitung -7,108 sedangkan ttabel -2,000 maka thitung -7,736<

ttabel -2,000 dan taraf signifikansinya adalah 0,000 yang lebih kecil dari taraf

signifikansi 0,05 sehingga secara parsial dapat dikatakan bahwa DER berpengaruh secara signifikan terhadap EPS pada Sektor Properti. Variabel ini mempunyai koefisien regresi sebesar -16,522, hal ini berarti bahwa hubungan antara variabel DER dengan variabel EPS tidak searah. Hal tersebut dapat interpretasikan bahwa jika DER meningkat 1% maka EPS akan menurun sebesar 16,522% dengan asumsi variabel bebas lainnya relatif konstan. Kesimpulan dari hasil pembahasan tersebut yaitu bahwa pada sektor properti hasil penelitian ini mendukung hipotesis yang telah ditetapkan bahwa DER berpengaruh terhadap EPS.


(49)

2. Variabel LDER memiliki thitung 16,239 sedangkan ttabel 2,000 maka thitung 12,325>

ttabel 2,000 dan taraf signifikansinya adalah 0,000 yang lebih kecil dari taraf

signifikansi 0,05 sehingga secara parsial dapat dikatakan bahwa LDER berpengaruh signifikan terhadap EPS pada Sektor Properti dan real estate. Variabel ini mempunyai koefisien regresi sebesar 120,45 hal ini berarti bahwa hubungan antara variabel LDER dengan variabel EPS adalah searah. Hal tersebut dapat interpretasikan bahwa jika LDER meningkat 1% maka EPS akan meningkat sebesar 111,354% dengan asumsi variabel bebas lainnya relatif konstan. Kesimpulan dari hasil pembahasan tersebut yaitu bahwa hasil penelitian ini mendukung hipotesis yang telah ditetapkan bahwa LDER berpengaruh terhadap EPS.

3. Variabel LDCR memiliki thitung -32,40 sedangkan ttabel -2,000 maka thitung -32,40 <

ttabel -2,000 dan taraf signifikansinya adalah 0,000 yang lebih kecil dari taraf

signifikansi 0,05 sehingga secara parsial dapat dikatakan bahwa LDCR berpengaruh signifikan terhadap EPS pada Sektor Properti. Variabel ini mempunyai koefisien regresi sebesar -103,894 hal ini berarti bahwa hubungan antara variabel LDCR dengan variabel EPS adalah searah. Hal tersebut dapat interpretasikan bahwa jika LDCR meningkat 1% maka EPS akan menurun sebesar 103,894% dengan asumsi variabel bebas lainnya relatif konstan. Kesimpulan dari hasil pembahasan tersebut yaitu bahwa hasil penelitian ini mendukung hipotesis yang telah ditetapkan bahwa LDCR berpengaruh terhadap EPS.


(50)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan oleh penulis, maka kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Penggunaan hutang dengan menggunakan variabel Debt to Equity Ratio, Long Term Debt to Equity Ratio, dan Long Term Debt to Capitalization Ratio secara bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap Earning Per Share.

2. Masing-masing variabel Debt to Equity Ratio dan Long Term Debt to Capitalization Ratio berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Earning Per Share, sedangkan Long Term Debt to Equity Ratio berpengaruh positif dan signifikan terhadap Earning Per Share.

3. Nilai Adjusted R Square dalam penelitian ini adalah 0,821 sebesar. Hal ini berarti 82,1% variabel dari Earning Per Share dijelaskan oleh variabel Debt to Equity Ratio, Long Term Debt to Equity Ratio, dan Long Term Debt to Capitalization Ratio, sedangkan sisanya 17,9% dijelaskan oleh faktor-faktor lain di luar penelitian ini, yaitu rasio-rasio keuangan lainnya dan faktor-faktor lain disamping rasio keuangan.


(51)

B. SARAN

Adapun saran penulis adalah sebagai berikut:

1. Pengunaan hutang mempunyai pengaruh yang cukup besar pada EPS, oleh sebab itu perusahaan harus mempertimbangkan secara matang dalam menggunakan hutang sebagai leverage keuangannya.

2. Penelitian selanjutnya sebaiknya ditambah jumlah periode penelitian dan menggunakan bentuk analisis yang berbeda misalnya analisis hubungan atau analisis diskriminan.

3. Penelitian ini menitikberatkan pada penggunaan hutang, oleh karena itu pada penelitian selanjutnya sebaiknya menambahkan variabel di luar hutang, seperti current ratio, agency cost, net sales dan faktor lainnya.


(52)

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Johar. 2007. Cara Cerdas Menilai Kinerja Perusahaan Berbasis Komputer. Elex Media Komputindo. Jakarta.

Besley, Scott And Brigham. 2000. Essentials Of Managerial Finance. Eleventh Edition. Florida: The Dryden Press.

Brigham, E. F. dan J. F Houston. 2001. Manajemen Keuangan I. Edisi Kedelapan. Penerbit Erlangga. Jakarta.

Brigham, E. F. dan J. F Houston. 2001. Manajemen Keuangan II. Edisi Kedelapan. Penerbit Erlangga. Jakarta.

Ghozali, Imam H. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. 2005. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.

Indonesian Capital Market Directory 2008

Keown, Arthur J, D. F. Scott Jr and J. W. Petty. Financial Management: Principles and Applications. 2002. Prentice Hall. New Jersey.

Kuncoro, Mudrajad. Metode Penelitian untuk Bisnis dan Ekonomi. Penerbit Erlangga. Jakarta.

Nachrowi, D. 2006. Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi. Penerbit Erlangga. Jakarta.

Ross, Stephen A., Randolph W. Westerfield and Bradford D. Jordan. 2000. Fundamentals of Corporate Finance. Fifth Edition. Mc.Graw Hill. Singapore.

Ross, Stephen A., Randolph W. Westerfield and Jerry Jeff. 2003. Corporate Finance. Fifth Edition. Mc.Graw Hill. Singapore.

Sartono, Agus. 2001. Manajemen Keuangan Teori Dan Aplikasi. Edisi Keempat. BPFE. Yogyakarta.

Situmorang, Syafrizal Helmi, Doli Dalimunthe, Iskandar Muda, Muslich Lutfi, Syahyunan. Analisis Data (Menggunakan Program SPSS). USU Press. Medan.

Sundjaja, Ridwan S. dan Inge Barlian. 2002. Manajemen Keuangan. Jakarta; Prenhallindo.

Syamsudin, Lukman. 2007. Manajemen Keuangan Perusahaan. PT. RajaGrafindo. Jakarta.


(53)

Tandelilin, Eduardus. 2001. Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio. Edisi Pertama. BPFE. Yogyakarta.

Umar, Husein. 2000. Research Methods in Finance and Banking. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Van Horne, James C. And John M. Wachowicz. 2005. Prinsip-Prinsip Manajemen Keuangan. Salemba Empat. Jakarta.

Walsh, Ciaran. 2004. Key Management Ratio. Edisi Ketiga. Penerbit Erlangga. Jakarta.

Weston, J. Fred dan E.F. Brigham. 2001. Manajemen Keuangan. Penerbit Erlangga. Jakarta.

Pancawati et al. 2004. Analisis Variabel Yang Mempengaruhi Earning Per Share (EPS) pada Perusahaan Manufaktur yang Tercatat di Bursa Efek Jakarta (Perbandingan

Sebelum dan Selama Krisis). Jurnal Online: SMART : Vol. 1 No. 1 Januari

2004 : (p.45-56)

S, Octavianus Hendratmo. 2004. Analisis Pengaruh Tingkat Aktivitas, Likuiditas, dan Leverage Keuangan terhadap Earnings Per Share (EPS) Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEJ. Skripsi Online Universitas Kristen Petra.

Sibarani, T. Putri M. 2009. Analisis Pengaruh Debt to Total Asset Ratio (DTA) dan Debt to Equity Ratio (DER) Terhadap Earning Per Share (EPS) Pada Perusahaan Sektor Properti dan Sektor Manufaktur yang Go Public Di BEI. Skripsi Universitas Sumatera Utara (tidak dipublikasikan)

Tobing, Tessa. 2006. Pengaruh Struktur Modal terhadap Profitabilitas pada Industri Makanan dan Minuman yang Tercatat di Bursa Efek Jakarta. Skripsi Universitas Sumatera Utara (tidak dipublikasikan)

WIB


(54)

DATA KEUANGAN PERUSAHAAN SEKTOR PROPERTI PERIODE 2004-2007

2004 (jutaan Rupiah) RATIOS

NO PERUSAHAAN TOTAL

DEBT

LONG TERM DEBT

EQUITY EAT

SHARES (juta lembar)

CAPITALIZATION EPS (Y)

DER (X1)

LDER (X2)

LDCR (X3)

1 BMSR 21.107 19.556 175.810 -1.231 336 195.366 -4 0,12 0,11 0,100

2 CTRA 4.404.326 724.255 -224.274 -219.274 1612,55 499.981 -136 -19,64 -3,23 1,449

3 CTSR 697.081 3.635 850.053 61.392 1978,86 853.688 31 0,82 0,004 0,004

4 DART 2.732.581 383.636 -1.238.519 -85.044 548,671 -854.883 -155 -2,21 -0,31 -0,449

5 DUTI 2.653.597 141.058 1.675.783 59.643 1387,5 1.816.841 43 1,58 0,08 0,078

6 JIHD 2.340.136 255.236 1.380.052 430.879 1930,04 1.635.288 223 1,70 0,18 0,156

7 JRPT 556.901 239.190 777.846 41.622 470 1.017.036 89 0,72 0,31 0,235

8 JSPT 1.177.670 772.237 1.142.649 -43.464 2318,736 1.914.886 -19 1,03 0,68 0,403

9 LAMI 159.825 71.599 160.243 1.453 1148,418 231.842 1 1,00 0,45 0,309

10 LPCK 689.267 7.997 440.586 28.936 696 448.583 42 1,56 0,02 0,018

11 MAMI 27.718 22.686 443.167 130.202 877,792 465.853 148 0,06 0,05 0,049

12 MTSM 47.560 16.799 64.192 5.720 58,212 80.991 98 0,74 0,26 0,207

13 PJAA 210.196 66.303 561.712 110.609 800 628.015 138 0,37 0,12 0,106

14 PNSE 114.578 80.324 56.416 3.559 129,726 136.740 27 2,03 1,42 0,587

15 PTRA 1.010.960 15.627 649.727 -121.670 5888,868 665.354 -21 1,56 0,02 0,023

16 PUDP 141.637 5.779 192.176 3.383 280 197.955 12 0,74 0,03 0,029

17 PWON 2.256.279 334.554 -562.243 98.471 420 -227.689 234 -4,01 -0,60 -1,469

18 RODA 5.455 2.152 71.870 -996 591 74.022 -2 0,08 0,03 0,029


(55)

2005 (jutaan Rupiah) RATIOS NO PERUSAHAAN TOTAL

DEBT

LONG TERM DEBT

EQUITY EAT SHARES

(juta lembar) CAPITALIZATION

EPS (Y)

DER (X1)

LDE R (X2)

LDCR (X3)

1 BMSR 19.236 17.663 174.131 -1.678 336 191.794 -5 0,11 0,10 0,092

2 CTRA 4.489.037 584.253 -96.428 79.231 1616,96 487.825 49 -46,55 -6,06 1,198

3 CTRS 912.996 2.419 940.148 119.778 1978,86 942.567 61 0,97 0,003 0,003

4 DART 1.124.743 291.869 277.427 197.510 550,17 569.296 359 4,05 1,05 0,513

5 DUTI 2.601.167 170.988 1.577.435 60.857 1387,5 1.748.423 44 1,65 0,11 0,098

6 JIHD 1.459.277 159.686 1.416.730 -141.367 1930,04 1.576.416 -73 1,03 0,11 0,101

7 JRPT 409.464 41.430 985.323 67.226 551,033 1.026.753 122 0,42 0,04 0,040

8 JSPT 1.254.420 790.773 1.042.306 -120.134 2318,736 1.833.079 -52 1,20 0,76 0,431

9 LAMI 211.620 68.742 161.933 1.690 1148,418 230.675 1 1,31 0,42 0,298

10 LPCK 666.243 9.328 444.324 3.733 696 453.652 5 1,50 0,02 0,021

11 MAMI 27.964 23.121 594.233 4.796 877,792 617.354 5 0,05 0,04 0,037

12 MTSM 32.702 7.568 69.082 4.890 58,212 76.650 84 0,47 0,11 0,099

13 PJAA 257.393 57.745 645.935 124.502 800 703.680 156 0,40 0,09 0,082

14 PNSE 114.725 81.380 57.337 2.437 129,726 138.717 19 2,00 1,42 0,587

15 PTRA 502.173 7.830 204.305 -445.422 5888,868 212.135 -76 2,46 0,04 0,037

16 PUDP 129.722 8.631 194.101 3.326 280 202.732 12 0,67 0,04 0,043

17 PWON 1.631.430 1.364.843 80.668 642.911 419,928804 1.445.511 1.531 20,22 16,92 0,944

18 RODA 3.511 755 70.396 -1.470 591 71.151 -2 0,05 0,01 0,011


(56)

2006 (dalam jutaan Rupiah) RATIOS NO PERUSAHAAN TOTAL

DEBT

LONG TERM DEBT

EQUITY EAT

SHARES (juta lembar)

CAPITALIZATION EPS (Y)

DER (X1)

LDER (X2)

LDCR (X3)

1 BMSR 21.120 19.790 171.226 -2.906 336 191.016 -9 0,12 0,12 0,104

2 CTRA 1.303.270 86.416 2.844.824 572.100 6356,667 2.931.240 90 0,46 0,03 0,029

3 CTSR 696.349 3.313 1.085.516 169.115 1978,86 1.088.829 85 0,64 0,003 0,003

4 DART 1.099.621 203.870 397.267 121.878 1430,695 601.137 85 2,77 0,51 0,339

5 DUTI 2.441.388 160.907 1.651.273 72.943 1387,5 1.812.180 53 1,48 0,10 0,089

6 JIHD 2.534.130 434.160 1.358.217 -58.513 1930,04 1.792.377 -30 1,87 0,32 0,242

7 JRPT 578.071 45.190 1.050.193 84.120 551,033 1.095.383 153 0,55 0,04 0,041

8 JSPT 1.322.806 856.868 1.006.658 -35.648 2318,736 1.863.526 -15 1,31 0,85 0,460

9 LAMI 328.127 68.947 162.900 967 1148,418 231.847 1 2,01 0,42 0,297

10 LPCK 714.416 511.478 447.564 3.270 696 959.042 5 1,60 1,14 0,533

11 MAMI 14.051 8.387 606.573 12.340 877,792 614.960 14 0,02 0,01 0,014

12 MTSM 23.433 6.128 73.526 4.431 58,212 79.654 76 0,32 0,08 0,077

13 PJAA 230.580 93.202 723.344 126.213 1597,633 816.546 79 0,32 0,13 0,114

14 PNSE 121.261 84.456 67.088 8.919 129,726 151.544 69 1,81 1,26 0,557

15 PTRA 491.478 7.848 212.330 8.025 5888,868 220.178 1 2,31 0,04 0,036

16 PUDP 60.167 5.619 196.740 288 280 202.359 1 0,31 0,03 0,028

17 PWON 1.791.775 1.297.444 929.725 218.736 1544 2.227.169 142 1,93 1,40 0,583

18 RODA 2.295 358 70.639 243 591 70.997 0,41 0,03 0,01 0,005


(1)

Regression

Variables Entered/Removed(b)

Model

Variables Entered

Variables

Removed Method

1 LDCR,

LDER, DER(a)

. Enter a All requested variables entered.

b Dependent Variable: EPS

Model Summary(b)

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 ,910(a) ,829 ,821 79,44141

a Predictors: (Constant), LDCR, LDER, DER b Dependent Variable: EPS

ANOV Ab

2196210 3 732070,023 116,000 ,000a

454387,6 72 6310,938

2650598 75

Regres sion Residual Total Model 1

Sum of

Squares df Mean S quare F Sig.

Predic tors: (Constant), LDCR, LDER, DE R a.

Dependent Variable: EP S b.

Residuals Statisticsa

-143,4451 1494,2241 58,2692 171,12218 76

-245,917 320,01694 ,00000 77,83637 76

-1,179 8,391 ,000 1,000 76

-3,096 4,028 ,000 ,980 76

Predicted Value Residual

Std. Predicted Value Std. Residual

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

Dependent Variable: EPS a.


(2)

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardize d Residual

N 76

Normal Parameters(a,b) Mean ,0000000

Std. Deviation 77,83637190 Most Extreme

Differences

Absolute ,108

Positive ,108

Negative -,082

Kolmogorov-Smirnov Z ,944

Asymp. Sig. (2-tailed) ,334

a Test distribution is Normal. b Calculated from data.

Regression

Variables Entered/Removed(b)

Model

Variables Entered

Variables

Removed Method

1 LDCR,

LDER, DER(a)

. Enter a All requested variables entered.

b Dependent Variable: EPS

Model Summary(b)

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of

the Estimate Durbin-Watson

1 ,910(a) ,829 ,821 79,44141 1,948

a Predictors: (Constant), LDCR, LDER, DER b Dependent Variable: EPS

ANOV Ab

2196210 3 732070,023 116,000 ,000a

454387,6 72 6310,938

2650598 75

Regres sion Residual Total Model 1

Sum of

Squares df Mean S quare F Sig.

Predic tors: (Constant), LDCR, LDER, DE R a.

Dependent Variable: EP S b.


(3)

Coefficientsa

42,274 10,597 3,989 ,000

-16,522 2,325 -,567 -7,108 ,000 ,374 2,670

111,354 6,865 1,265 16,221 ,000 ,391 2,556

-103,894 32,066 -,188 -3,240 ,002 ,706 1,417

(Constant) DER LDER LDCR Model

1

B Std. Error

Unstandardized Coefficients

Beta Standardized

Coefficients

t Sig. Tolerance VIF

Collinearity Statistics

Dependent Variable: EPS a.

Coefficient Correlationsa

1,000 -,493 ,525

-,493 1,000 -,774

,525 -,774 1,000

1028,253 -108,537 39,125

-108,537 47,126 -12,343

39,125 -12,343 5,403

LDCR LDER DER LDCR LDER DER Correlations

Covariances Model

1

LDCR LDER DER

Dependent Variable: EPS a.

Collinearity Diagnostics a

1,764 1,000 ,06 ,07 ,10 ,02

1,480 1,092 ,15 ,06 ,01 ,16

,576 1,751 ,69 ,03 ,08 ,29

,181 3,121 ,10 ,85 ,81 ,53

Dimension 1

2 3 4 Model 1

Eigenvalue

Condition

Index (Constant) DER LDER LDCR

Variance Proportions

Dependent Variable: EPS a.


(4)

Re siduals Sta tisticsa

-143,4451 1494,2241 58,2692 171,12218 76

-1, 179 8,391 ,000 1,000 76

9,296 77,805 13,678 12,124 76

-165,3316 629,0222 44,3170 80,85465 76

-245,917 320,01694 ,00000 77,83637 76

-3, 096 4,028 ,000 ,980 76

-3, 238 4,119 ,034 1,038 76

-269,112 901,97784 13,95219 133,40129 76

-3, 479 4,678 ,040 1,086 76

,040 70,955 2,961 11,478 76

,000 30,914 ,437 3,547 76

,001 ,946 ,039 ,153 76

Predic ted V alue St d. P redic ted Value St andard E rror of Predic ted V alue

Adjust ed P redicted Value Residual

St d. Residual St ud. Residual Deleted Residual St ud. Deleted Residual Mahal. Dis tanc e Cook's Dis tanc e

Centered Leverage Value

Minimum Maximum Mean St d. Deviat ion N

Dependent Variable: EP S a.


(5)

Charts

6

4

2

0

-2 -4Regression StandardizedResidual

3025 2015

105

0

Frequency

Mean = 3.73E-17Std. Dev. = 0.98N = 76

Dependent Variable: EPS Histogram

1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0

Observed Cum Prob

1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0

Expect

ed

Cum

Prob

Dependent Variable: EPS Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual


(6)

Regression

Variables Entered/Removed(b)

Model

Variables Entered

Variables

Removed Method

1 LDCR,

LDER, DER(a)

. Enter a All requested variables entered.

b Dependent Variable: ABS

Coefficientsa

55,103 7,061 7,803 ,000

1,293 1,549 ,160 ,834 ,407 ,374 2,670

-1,934 4,574 -,079 -,423 ,674 ,391 2,556

13,631 21,368 ,089 ,638 ,526 ,706 1,417

(Constant) DER LDER LDCR Model

1

B Std. Error Unstandardized

Coefficients

Beta Standardized

Coefficients

t Sig. Tolerance VIF

Collinearity Statistics

Dependent Variable: ABS a.


Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Profitabilitas, Leverage Dan Earning Per Share Terhadap Harga Saham Perusahaan Food And Beverages Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2013

0 39 96

Pengaruh Earning Per Share, ROE, ROA, DER Dan Earning Growth Terhadap Price To Book Value Pada Perusahaan Properti Dan Real Estate Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

1 54 82

Analisis Pengaruh Financial Leverage Terhadap Earning Per Share Industri Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

9 66 110

Analisis Pengaruh Rasio Hutang Terhadap Earning Per Share (EPS) Pada Perusahaan Properti Yang Terdaftar Di BEI

7 54 86

Analisis Pengaruh Financial Leverage terhadap Earning Per Share Pada Perusahaan Makanan dan Minuman Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.

8 122 98

Pengaruh Komponen Laporan Arus Kas Dan Earning Per Share Terhadap Return Saham Perusahaan Barang-Barang Konsumsi Di Bursa Efek Indonesia

1 31 104

Pengaruh kinerja perusahaan, profitabilitas dan earning per share terhadap harga saham studi empiris pada perusahaan properti dan real estate yang terdaftar di BEI tahun 2009-2012.

0 0 97

Pengaruh Profitabilitas Terhadap Earnings Per Share Dengan Leverage Sebagai Variabel Moderating Pada Perusahaan Properti Dan Real Estate Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

1 3 18

Leverage Terhadap Earning Per Share Pada Perusahaan Jasa Sub Sektor Properti dan Real Estate Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 1 8

Pengaruh Operating Leverage, Financial Leverage dan Combination Leverage Terhadap Earning Per Share Pada Perusahaan Jasa Sub Sektor Properti dan Real Estate Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia - Repository UM Pontianak

0 0 139