Manfaat Mikoriza Bagi Tanaman Perkecambahan Spora Mikoriza

2.2 Manfaat Mikoriza Bagi Tanaman

Keuntungan yang didapat dari simbiosis mutualistik antara jamur dan tanaman adalah tanaman memberi karbon untuk jamur dan jamur memberi peningkatan kemampuan penyerapan fosfat, mineral dan nutrisi lainnya bagi tumbuhan Anonimus, 2006. Peningkatan pengambilan nutrisi oleh akar tanaman bermikoriza terjadi karena perakaran menjadi tambah panjang, diameter tambah besar, sehingga permukaan absorbsi akar semakin luas Abbott dan Robson, 1984. Mikoriza membantu pertumbuhan tanaman dengan meningkatkan penyerapan fosfat. Fosfat merupakan unsur essensial yang diperlukan tanaman dalam jumlah banyak. Sementara pada tanah asam, fosfat dalam bentuk tidak tersedia bagi tanaman. Mikoriza pada akar tanaman mampu mengubah fosfat yang tidak tersedia bagi tanaman menjadi tersedia Powell dan Bagyaraj, 1984. Akar tanaman yang bermikoriza mampu menghambat infeksi patogen melalui mekanisme mikoriza menciptakan lingkungan yang tidak menguntungkan buat pertumbuhan patogen dengan jalan menggunakan karbohidrat dan eksudat akar yang lebih. Dengan cara lain mikoriza juga mengeluarkan zat yang dapat mematikan patogen Abbott dan Robson, 1984. Imas dkk. 1989 menyatakan mikoriza juga dapat meningkatkan produksi hormon pertumbuhan seperti auksin, sitokinin dan giberelin bagi tanaman inangnya. Auksin berfungsi memperlambat proses penuaan akar sehingga fungsi akar sebagai penyerap unsur hara dan air akan bertahan lebih lama. Universitas Sumatera Utara

2.3 Perkecambahan Spora Mikoriza

1. Pengaruh suhu Perkecambahan spora Gigaspora coralloidea Schenck dan Schroder, 1975 terjadi pada suhu optimum 34 o C, Gigaspora margarita Clark, 1978 dan Gigaspora gigantea Koske, 1981 kedua spora tidak berkecambah pada suhu 15 o C dan berkecambah pada suhu optimum 31 o C, Glomus epigaeum Daniel dan Trappe, 1980 berkecambah pada suhu 18-25 o C, Glomus mosseae Schenck dan Schroder, 1975 berkecambah pada suhu optimum 20 o C, Glomus caledonium Tommerup dan Kidby, 1980 spora mati pada suhu 60 o C untuk waktu 1-5 menit. Suhu berpengaruh pada perkecambahan spora mikoriza. Hal itu dimungkinkan lebih disebabkan oleh secara genetis ada perbedaan ketahanan enzim masing-masing spesies mikoriza terhadap suhu. 2. Pengaruh kelembaban Percobaan Daniel dan Trappe 1980 pada perkecambahan Glomus epigaeum menggunakan lempung berdebu dengan berbagai kandungan air, menunjukkan bahwa perkecambahan paling baik pada kandungan air mulai air jenuh sampai dengan kapasitas lapang 0-13 bar. Perkecambahan menurun drastis mulai di atas kapasitas lapang sampai dengan titik layu permanen di atas 13-15 bar dan perkecambahan tidak ada sama sekali mulai di atas titik layu permanen sampai dengan koefisien higroskopis di atas 15-31 bar. Kelebihan air akan mendesak oksigen keluar dari dalam spora, yang kemudian oksigen yang merupakan unsur penting diperlukan dalam perkecambahan menjadi tidak tersedia, yang mengakibatkan spora tidak berkecambah. Sebaliknya kekurangan air mengakibatkan tidak berlangsung proses perkecambahan karena Universitas Sumatera Utara air selain merupakan komponen dasar pembentukan zat makanan, air juga berfungsi membantu mengedarkan nutrisi ke bagian jaringan yang aktif membelah dan sebagai media berlangsungnya reaksi enzimatik proses perkecambahan spora. 3. Pengaruh pH Perkecambahan spora fungi mikoriza arbuskula pH optimumnya berbeda- beda. Glomus mosseae mengalami perkecambahan dengan baik pada pH 6,0-9,0, Gigaspora coralloidea dan Gigaspora heterogama pada pH 4,0-6,0, Glomus epigaeum pada pH 6,0-8,0 Daniel dan Trappe, 1980. Powell dan Bagyaraj 1984 mengemukakan antara pH dengan perkecambahan spora fungi mikoriza arbuskula terdapat hubungan yaitu pH berpengaruh pada aktivitas enzim, aktivitas enzim berpengaruh pada perkecambahan. Selain itu pH rendah atau asam juga berpengaruh menjadi tidak tersedianya fosfat sebagai unsur penting dalam pembelahan sel pada proses perkecambahan spora mikoriza. 4. Pengaruh mikroba tanah Pengaruh mikroba tanah terhadap perkecambahan Glomus spp. dengan menggunakan rangkaian percobaan media agar ditambahkan tanah non steril dan air secukupnya diperoleh hasil perkecambahan meningkat Hetrick, 1984. Pada rangkaian percobaan lainnya tentang pengaruh mikroba tanah terhadap perkecambahan pada spora Glomus epigaeum menggunakan tanah steril baik yang disterilkan dengan otoklaf, dipanaskan dengan uap, diberi radiasi sinar gamma diperoleh hasil perkecambahan gagal Daniel dan Trappe, 1980. Universitas Sumatera Utara Kegagalan perkecambahan dikemukakan Daniel dan Trappe 1980 karena pada tanah steril tidak ada kehidupan berbagai mikroba tanah termasuk bakteri endofitik diazotrop yang diharapkan mampu memproduksi zat perangsang perkecambahan spora mikoriza. Hal yang serupa dikemukakan Hetrick, 1984 bahwa peningkatan perkecambahan terjadi dikarenakan pada tanah nonsteril terdapat mikroba tanah yang memberikan zat perangsang pertumbuhan bagi perkecambahan spora mikoriza. 5. Pengaruh tanaman inang Perkecambahan spora tidak mutlak tergantung pada tanaman inang Giovannetti dkk., 1993, tetapi proses selanjutnya membutuhkan tanaman inang. Tanaman inang penting dalam melanjutkan pertumbuhan dan perkembangan spora mikoriza setelah berkecambah, karena tanaman inang memberi ketersediaan karbon bagi mikoriza Anonimus, 2006. Eksudat akar tanaman inang berpengaruh positif terhadap pertumbuhan FMA dan pengaruh akan meningkat jika dikombinasi dengan CO 2 konsentrasi tinggi Be’card dan Piche’, 1989. Mikoriza dapat berasosiasi tidak hanya terhadap jenis tanaman inang tertentu saja. Walaupun untuk masing-masing mikoriza ada tanaman inang yang disukainya dan ada pula tanaman inang yang tidak disukainya. Tanaman inang yang tidak disukai ditandai dengan sedikitnya koloni dan produksi spora mikoriza yang terbentuk. Hal tersebut dimungkinkan karena adanya eksudat yang dikeluarkan oleh tanaman inang bersifat racun bagi mikoriza Hetrick, 1984. Universitas Sumatera Utara 6. Pengaruh fungisida Fungisida benomyl konsentrasi relatif rendah 0,001-0,1µmml berpengaruh meningkatkan perkecambahan spora Glomus mosseae. Fungisida benomyl konsentrasi relatif tinggi 1-2,12µmml berpengaruh menghambat perkecambahan spora Glomus mosseae. Fungisida benomyl konsentrasi relatif sangat tinggi 10-21,25µmml berpengaruh menggagalkan perkecambahan spora mikoriza Chiocchio dkk., 2000. Berkecambahnya spora pada perlakuan yang diberi benomyl konsentrasi relatif rendah 0,001-0,1µmml meningkatkan perkecambahan spora Glomus mosseae, pertama: dikarenakan pemberian fungisida dengan konsentrasi rendah tersebut masih belum menghalangi proses pindahnya air dari larutan fungisida ke larutan sel spora secara osmosis, dan kedua: pemberian fungisida tersebut diduga mengakibatkan terangsangnya tanaman inang menghasilkan eksudat akar. Terangsangnya tanaman inang menghasilkan eksudat akar dapat berpengaruh mempercepat perkecambahan spora Glomus mosseae. Hal tersebut sesuai yang dikemukakan Melin 1963 dalam Imas dkk. 1989 yaitu eksudat akar yang dikeluarkan tanaman inang dapat merangsang perkecambahan spora FMA. Eksudat yang dapat merangsang perkecambahan spora FMA tersebut kemudian dikenal dengan faktor M. Pemberian benomyl konsentrasi relatif tinggi 1-2,12µmml menghambat perkecambahan spora FMA, dikarenakan pemberian fungisida konsentrasi tinggi tersebut meurunkan laju pindahnya air dari larutan fungisida ke larutan sel spora FMA secara osmosis. Pemberian benomyl konsentrasi relatif sangat tinggi 10- 21,25µmml bahkan dapat menyetop pindahnya air ke larutan sel spora FMA. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODOLOGI PENELITIAN