M. Budi Ibrahim : Tinjauan Juridis Atas Tindak Pidana Pasar Modal, 2007. USU Repository © 2009
Bank sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan di bidang perbankan;
11 Memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikan kepada penuntut umum sesuai dengan KUHAP.
12 Meminta bantuan aparat hukum lainnya.
C. Proses Pemeriksaan Tindak Pidana Pasar Modal
Agar kegiatan di bidang Pasar Modal dapat dilaksanakan secara teratur, wajar dan efisien, serta agar masyarakat pemodal dapat terlindungi dari praktek
yang merugikan dan tidak sejalan dengan ketentuan Perundang-undangan di bidang Pasar Modal, Bapepam mempunyai kewenangan untuk melakukan
pemeriksaan terhadap setiap Pihak yang diduga melakukan atau terlibat dalam pelanggaran terhadap Peraturan Perundang-undangan di bidang Pasar Modal.
86
86
C. S. T. Kansil dan Christine S. T. Kansil, Op. , Cit, hal. 235
Tujuannya adalah untuk menjamin agar pemeriksaan tersebut dapat terlaksana dengan lancar dan tertib dengan memperhatikan hak-hak dan kewajiban dari
Pihak yang diperiksa, perlu diatur dengan Peraturan Pemerintah tentang tata cara pemeriksaan sebagai Pelaksanaan dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995
tentang Pasar Modal. Peraturan Pemerintah Nomor 46 tahun 1995 tentang tata cara pemeriksaan di bidang Pasar Modal ditetapkan pada tanggal 30 Desember
1995 diundangkan dalam Lembaran Negara Tahun 1995 Nomor 87 dan Penjelasannya dimuat dalam Tambahan Lembaran Negara No. 3618.
M. Budi Ibrahim : Tinjauan Juridis Atas Tindak Pidana Pasar Modal, 2007. USU Repository © 2009
Berkenaan dengan Pemeriksaan, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal pada Pasal 100 menegaskan :
“Bapepam dapat mengadakan pemeriksaan terhadap setiap pihak yang diduga melakukan atau terlibat dalam pelanggaran terhadap Undang-
Undang ini atau peraturan pelaksanannya” Sebagai konsekuensi dari pelaksanaan fungsi sebagai Badan Pengawas terhadap
segala kegiatan di Pasar Modal, Bapepam perlu diberikan kewenangan untuk melakukan pemeriksaan terhadap setiap pihak yang diduga telah, sedang, atau
mencoba melakukan atau menyuruh, turut serta, membujuk atau membantu melakukan pelanggaran terhadap Undang-Undang ini dan atau peraturan
pelaksanaannya, maka dengan kewenangan ini Bapepam dapat mengumpulkan data, informasi dan atau keterangan lain yang dibutuhkan sebagai barang bukti
atas pelanggaran terhadap Undang-Undang ini atau peraturan pelaksanaannya. Dalam rangka pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 100 ayat 1,
Bapepam dapat meminta keterangan dan atau konfirmasi, serta memeriksa catatan, pembukuan dan atau dokumen lain dari pihak yang diduga melakukan
atau terlibat dalam pelanggaran terhadap Undang-Undang dan atau peraturan pelaksanaannya ataupun pihak lain apabila dianggap perlu.
Disamping itu, Bapepam dapat memerintahkan dapat memerintahkan diberhentikannya suatu kegiatan yang merupakan pelanggaran terhadap Undang-
Undang dan atau peraturan pelaksanaannya, seperti memerintahkan Emiten atau Perusahaan Publik untuk menghentikan pemuatan iklan dalam media massa yang
memuat informasi yang dapat menyesatkan. Sebaliknya Bapepam dapat
M. Budi Ibrahim : Tinjauan Juridis Atas Tindak Pidana Pasar Modal, 2007. USU Repository © 2009
memerintahkan dilakukannya suatu kegiatan tertentu apabila dipandang dan dianggap perlu untuk mengurangi kerugian yang timbul dan atau mencegah
kerugian lebih lanjut, seperti mewajibkan Emiten atau Perusaan Publik untuk memperbaiki iklan yang dimuat dalam media massa. Bapepam dapat pula
menetapkan syarat dan atau mengizinkan dilakukannya penyelesaian tertentu atas kerugian yang ditimbulkan dari kegiatan yang merupakan pelanggaran terhadap
Undang-Undang dan atau Peraturan Pelaksanaannya.
87
a. Adanya laporan, pemberitahuan atau pengaduan dari Pihak tentang adanya
pelanggaran atas Peraturan Perundang-undangan dibidang Pasar Modal; Data, informasi, bahan dan atau keterangan lain yang dikumpulkan dalam
rangka pemeriksaan tersebut dapat digunakan oleh Bapepam untuk menetapkan sanksi administrasi. Apabila Bapepam menetapkan untuk meneruskan
pemeriksaan yang lakukan ke tahap penyidikan, data, informasi, bahan dan atau keterangan lain tersebut dapat digunakan sebagai bukti awal dalam tahap
penyelidikan. Tujuan dari pemeriksaan yang dilakukan oleh Bapepam adalah untuk
membuktikan ada atau tidaknya pelanggaran yang terjadi atas Peraturan Perundang-undangan dibidang Pasar Modal. Pemeriksaan dilakukan oleh
Bapepam apabila :
b. Tidak dipenuhinya kewajiban yang harus dilakukan oleh Pihak-pihak yang
memperoleh perizinan, persetujuan atau pendaftaran dari Bapepam atau pihak yang dipersyaratkan untuk menyampaikan laporan kepada Bapepam;
87
Pasal 100 ayat 2 Undang-Undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995.
M. Budi Ibrahim : Tinjauan Juridis Atas Tindak Pidana Pasar Modal, 2007. USU Repository © 2009
c. Terdapat petunjuk tentang terjadinya pelanggaran atas Peraturan
Perundang-undangan dibidang Pasar Modal.
88
Pemeriksaan oleh Bapepam dilakukan dengan berpedoman pada norma pemeriksaan yang menyangkut pemeriksa, pelaksanaan pemeriksaan, dan pihak
yang diperiksa. Yang dimaksud dengan “Norma Pemeriksaan” dalam Pasal 20 Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 1995 adalah ketentuan-ketentuan yang
mengatur hal-hal yang berkaitan antara pemeriksa dengan pihak yang diperiksa dalam rangka pelaksanaan pemeriksaan.
89
a. Pemeriksa harus memiliki Tanda Pengenal Pemeriksa serta dilengkapi
dengan Surat Perintah Pemeriksaan dari Ketua Bapepam pada waktu melakukan pemeriksaan;
Norma pemeriksaan yang wajib untuk dipatuhi baik oleh pemeriksa maupun oleh pihak yang diperiksa, agar pelaksanaan
pemeriksaan dapat terlaksana dengan lancar dan tertib. Norma pemeriksaan yang menyangkut pemeriksa antara lain sebagai berikut :
Tanda Pengenal Pemeriksa dalam Pasal 20 ini diperlukan agar pemeriksaan dilakukan hanya oleh Pemeriksa yang berwenang. Surat
Perintah Pemeriksaan diperlukan agar pemeriksaan hanya ditujukan terhadap Pihak yang diperiksa yang namanya tercantum dalam Surat
Perintah Pemeriksaan. Sebelum pemeriksaan dimulai , Pemeriksa wajib memperlihatkan Tanda Pengenal Pemeriksa dan Surat Perintah
Pemeriksaan kepada Pihak yang akan diperiksa.
88
Pasal 2 ayat 1 dan ayat 2 Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 1995.
89
Pasal 3 Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 1995.
M. Budi Ibrahim : Tinjauan Juridis Atas Tindak Pidana Pasar Modal, 2007. USU Repository © 2009
Dalam hal Pemeriksa tidak memperlihatkan Tanda Pengenal Pemeriksa dan Surat Perintah Pemeriksaan, atau apabila identitas Pemeriksa yang tercantum dalam
Tanda Pengenal Pemeriksa tidak sesuai dengan yang tercantum dalam Surat Perintah, Pihak yang akan diperiksa berhak untuk menolak pemeriksaan.
a. Peraturan tertulis tentang akan dilakukan pemeriksaan kepada pihak
yang diperiksa; b.
Pemeriksa memperlihatkan Tanda Pengenal Pemeriksa dan Surat Perintah Pemeriksaan kepada Pihak yang diperiksa;
c. Pemeriksa menjelaskan maksud dan tujuan pemeriksaan kepada Pihak
yang akan diperiksa; d.
Pemeriksa wajib membuat laporan hasil pemeriksaan; e.
Pemeriksa dilarang memberitahukan kepada Pihak lain yang tidak berhak segala sesuatu yang diketahui atau apa yang diberitahukan
kepadanya oleh pihak yang diperksa dalam rangka pemeriksaan.
90
Ketentuan ini tidak membatasi kewenangan Bapepam untuk mengumumkan hasil pemeriksaan.
Norma pemeriksaan yang menyangkut pelaksanaan Pemeriksaan adalah sebagai berikut :
a. Pemeriksaan hanya dapat dilakukan oleh lebih dari 1 Satu orang
Pemeriksa;
90
Pasal 4 Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 1995.
M. Budi Ibrahim : Tinjauan Juridis Atas Tindak Pidana Pasar Modal, 2007. USU Repository © 2009
b. Pemeriksaan dilakukakan di Kantor Pemeriksa, di Kantor atau pabrik atau
di tempat usaha atau ditemapt tinggal atau ditempat lain yang diduga ada kaitannya dengan pelanggaran yang terjadi;
c. Pemeriksaan dilaksanakan pada jam dan hari kerja dan dapat dilanjutkan
di luar jam kerja dan hari kerja, jika dipandang perlu; d.
Hasil pemeriksaan diwujudkan dalam laporan hasil pemeriksan; e.
Hasil pemeriksaan yang disetujui Pihak yang diperiksa, dibuatkan surat pernyataan tentang persetujuannya dan ditandatangani oleh yang
bersangkutan;
91
Norma pemeriksaan yang menyangkut Pihak yang diperiksa adalah sebagai berikut :
a. Pihak yang diperiksa berhak meminta kepada Pemeriksa untuk
memperlihatkan Surat Perintah Pemeriksaan dan Tanda Pengenal Pemeriksa;
b. Pihak yang diperiksa berhak meminta kepada Pemeriksa untuk
memberikan penjelasan tentang maksud dan tujua pemeriksan; c.
Pihak yang diperiksa menandatangani surat pernyataan persetujuan tentang hasil pemeriksaan.
92
Pelaksanaan pemeriksaan terhadap Pihak yang diperiksa didasarkan pada pedoman pemeriksaan yang meliputi pedoman pemeriksaan, pedoman
pelakasanaan pemeriksaan dan pedoman laporan pemeriksaan. Yang dimaksud dengan “Pedoman Pemeriksaan” dalam Pasal ini adalah suatu kaidah yang
91
Pasal 5 Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 1995.
92
Pasal 6 Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 1995.
M. Budi Ibrahim : Tinjauan Juridis Atas Tindak Pidana Pasar Modal, 2007. USU Repository © 2009
memuat batasan-batasan yang harus dipenuhi pemeriksa mengenal sifat, ruang lingkup dan isi laporan pemeriksaan.
93
a. Pemeriksaan dilaksanakan oleh Pemeriksa yang telah mendapat
pendidikan tekhnis yang cukup dan dapat menggunakan keahliannya secara cermat dan seksama serta memiliki keterampilan sebagai
Pemeriksa; Pedoman umum pemeriksaan mengatur hal-hal sebagai berikut :
b. Pemeriksa harus bekerja dengan jujur, wajar, bertanggung jawab, penuh
pengabdian serta wajib menghindarkan diri dari tindakan yang merugikan kebebasan bertindak yang selayaknya sebagai pemeriksa yang baik;
c. Laporan pemeriksaan harus dibuat oleh Pemeriksa secara cermat dan
seksama serta memberikan gambaran yang sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
94
Pedoman pelaksanaan pemeriksaan mengatur mengenai hal-hal sebagai berikut :
a. Pelaksanaan pemeriksaan harus dilakukan dengan persiapan sebaik-
baiknya, juga dengan memperhatikan tujuan pemeriksaan, serta harus ada pengawasan dan bimbingan yang seksama terhadap Pemeriksa;
b. Ruang lingkup pemeriksaan ditentukan berdasarkan tingkatan petunjuk
yang diperoleh yang harus dikembangkan dengan bukti yang kuat dan berkaitan melalui pencocokan, pengamatan, tanya jawab, dan data-data;
93
Pasal 7 Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 1995.
94
Pasal 8 Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 1995.
M. Budi Ibrahim : Tinjauan Juridis Atas Tindak Pidana Pasar Modal, 2007. USU Repository © 2009
c. Kesimpulan harus didasarkan pada bukti yang berkaitan dengan lingkup
pemeriksaan dan berlandaskan pada ketentuan Peraturan Perundang- undangan di bidang Pasar Modal.
95
Pedoman laporan pemeriksaan mengatur mengenai hal-hal sebagai berikut : a.
Dalam menyusun laporan pemeriksaan, Pemeriksa wajib memperhatikan : b.
Sifat dari pelanggaran; 1 Bukti atau petunjuk adanya pelanggaran;
2 Pengaruh atau akibat dari pelanggaran; 3 Ketentuan Peraturan Perundang-undangan di bidang Pasar Modal
yang dilanggar; 4 Hal-hal lain yang diperlukan dalam rangka pemeriksaan.
c. Laporan pemeriksaan disusun secara jelas, terinci, dan ringkas serta
memuat ruang lingkup yang sesuai dengan tujuan pemeriksaan; d.
Uraian dan kesimpulan didukung oleh alasan dan bukti yang cukup tentang ada atau tidaknya pelanggaran atas Peraturan Perundang-undangan
di bidang Pasar Modal.
96
Tata cara pemeriksaan yang dilakukan oleh Bapepam adalah melalui beberapa tahapan proses pemeriksaan, yaitu antara lain :
1 Pemeriksaan dimulai setelah memperoleh penetapan Ketua Bapepam;
2 Penetapan Ketua Bapepam sebagaimana dimaksud dalam ayat 1
dikeluarkan, setelah disusun program pemeriksaan yang sekurang- kurangnya memuat :
95
Pasal 9 Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 1995.
96
Pasal 10 Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 1995.
M. Budi Ibrahim : Tinjauan Juridis Atas Tindak Pidana Pasar Modal, 2007. USU Repository © 2009
a. Tujuan Pemeriksaan;
b. Ruang lingkup pemeriksaan;
c. Saat dimulainya pemeriksaan.
3 Dalam melakukan pemeriksaan, Pemeriksa dapat :
a. Meminta keterangan yang diperlukan dari pihak yang diperiksa dan
atau pihak lain yang diperlukan untuk kepentigan pemeriksaan; b.
Memerintahkan Pihak yang diperiksa untuk melakukan atau tidak melakukan kegiatan tertentu;
c. Memeriksa catatan, pembukuan, dan atau dokumen pendukung
lainnya; d.
Meminjam atau membuat salinan atascatatan pembukuan, dan atau dokumen lainnya sepanjang diperlukan;
e. Memasuki tempat atau ruangan tertentu yang diduga merupakan
tempat menyimpan catatan, pembukuan dan atau dokumetn lainnya;
f. Memerintahkan Pihak yang diperiksa untuk mengamankan catatan,
pembukuan dan atau dokumen lainnya yang berada dalam tempat atau ruangan sebagaimana dimaksud dakam huruf e, untuk
kepentingan pemeriksaan.
97
Apabila pada saat dilakukan pemeriksaan, pihak yang diperiksa atau wakil kuasanya tidak ada ditempat, maka pemeriksaan tetap dapat dilangsungkan
sepanjang ada Pihak yang dapat dan mempunyai kewenangan untuk bertindak
97
Pasal 12 ayat 1–4 Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 1995.
M. Budi Ibrahim : Tinjauan Juridis Atas Tindak Pidana Pasar Modal, 2007. USU Repository © 2009
selaku yang mewakili Pihak yang diperiksa, terbatas untuk hal yang boleh dilakukannya, dan selanjutnya pemeriksaan ditunda untuk diulang pada
kesempatan yang berikutnya. Sebagai upaya pengamanan, maka sebelum pemeriksaan ditunda, Pemeriksa dapat memerintahkan Pihak yang diperiksa untuk
melakukan tindakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat 3 huruf f Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 1995.
Untuk mencegah agar pembukuan, catatan dan atau dokumen lainnya yang berhubungan dengan kegiatan Pihak yang diperiksa tidak dirusak, dimusnahkan,
diganti, dipalsukan, dipindahtangankan dan sebagainya, maka sebelum Pemeriksa meninggalkan tempat atau ruangan Pihak yang diperiksa, Pemeriksa dapat
memerintahkan kepada pihak yang diperiksa agar melakukan pengamanan terhadap dokumen-dokumen tersebut untuk kepentingan proses pemeriksaan.
Ketentuan ini juga dapat diberlakukan terhadap wakil, atau kuasa, atau Pihak yang dapat dan mempunyai kewenangan untuk bertindak selaku yang mewakili Pihak
yang diperiksa. Apabila pada saat dilanjutkan pemeriksaan kembali setelah dilakukan penundaan sebagaimana dimaksud yang dimaksud pada Pasal 13 ayat
1 Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 1995, pihak yang diperiksa atau wakil atau kuasanya tidak juga ada ditempat, maka pemeriksaan tetap dilaksanakan
dengan terlebih dahulu meminta pegawai Pihak yang diperiksa untuk membantu kelancaran pemeriksaan.
Dalam hal Pihak yang diperiksa atau wakil atau kuasanya menolak atau menghambat pelaksanaan pemeriksaan, maka terhadap pihak yang bersangkutan
wajib menandatangani Surat Pernyataan menolak atau atau menghambat
M. Budi Ibrahim : Tinjauan Juridis Atas Tindak Pidana Pasar Modal, 2007. USU Repository © 2009
pemeriksaan. Kemudian dalam hal pihak yang diperiksa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat 3 Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 1995 untuk
membantu atau menghambat kelancaran pemeriksaan, maka terhadap pihak yang bersangkutan wajib menandatangani Surat Pernyataan Menolak membantu atau
menghambat kelancaran pemeriksaan. Dalam hal terjadi penolakan para pihak yang bersangkutan untuk menandatangani surat pernyataan menolak atau
menghambat pemeriksaan dan surat pernyataan menolak membantu atau menghambat kelancaran pemeriksaan, maka pemeriksa membuat Berita Acara
tentang penolakan tersebut yang ditandatangani oleh pemeriksa. Dengan penolakan tersebut maka hal ini dapat dijadikan dasar oleh pemeriksa untuk
melakukan penyidikan.
98
Pemeriksa kemudian membuat laporan pemeriksaan untuk digunakan sebagai dasar untuk membuktikan ada atau tidaknya pelanggaran atas Peraturan
Perundang-undangan di bidang Pasar Modal. Laporan pemeriksaan yang dibuat oleh pemeriksa memuat antara lain tujuan pemeriksaan, temuan yang diperoleh
dan kesimpulan hasil pemeriksaan. Laporan yang telah dibuat oleh pemeriksa disampaikan kepada Bapepam untuk ditindak lanjuti. Kemudian apabila dalam
pemeriksaan yang dilakukan ditemukan adanya bukti permulaan tentang adanya tindak pidana di bidang Pasar Modal, pemeriksaan tetap dilanjutkan dan
Pemeriksa wajib membuat laporan kepada Ketua Bapepam mengenai adanya temuan bukti permulaan tentang terjadinya tindak pidana di bidang Pasar Modal.
Kemudian berdasarkan adanya temuannya bukti permulaan, maka Ketua Bapepam
98
Pasal 13 Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 1995.
M. Budi Ibrahim : Tinjauan Juridis Atas Tindak Pidana Pasar Modal, 2007. USU Repository © 2009
dapat menetapkan dimulainya penyidikan terhadap dugaan adanya tindak pidana di bidang Pasar Modal tersebut.
99
Pertanggungjawaban pidana adalah pertanggungjawaban orang terhadap tindak pidana yang dilakukannya. Tegasnya, yang dipertanggungjawabkan oleh
orang atau lembaga adalah tindak pidana yang dilakukannya. Dengan demikian terjadinya pertanggungjawaban pidana karena telah ada tindak pidana yang
dilakukan oleh seseorang maupun suatu lembaga. Pertanggungjawaban pada hakekatnya merupakan suatu mekanisme yang dibangun oleh hukum pidana untuk
bereaksi terhadap pelanggaran atas “kesepakatan menolak” suatu perbuatan tertentu.
D. Bentuk Pertanggungjawaban Pidana Tindak Pidana Pasar Modal