M. Budi Ibrahim : Tinjauan Juridis Atas Tindak Pidana Pasar Modal, 2007. USU Repository © 2009
BAB III UPAYA PENEGAKAN HUKUM DI BIDANG PASAR MODAL
Sebagai landasan upaya penegakan hukum yang dapat menjawab segala tuntutan masyarakat, hukum yang dipergunakan haruslah hukum yang bersifat
responsif, jika tidak maka hukum tersebut seolah akan kehilangan rohnya, dimana roh dari hukum itu adalah moral dan keadilan.
68
Pasar modal disamping sebagai sumber pembiayaan dunia usaha juga merupakan wahana investasi bagi masyarakat pemodal, sehingga melalui pasar
modal potensi dan kreasi masyarakat dapat dikerahkan dan dikembangkan Reformasi hukum, haruslah
melihat kembali pada tatanan moralitas yang hidup, tumbuh dan berkembang dalam masyarakat, perkembangan hukum tercermin dalam tipe-tipe hukum yang
dikembangkan oleh penguasa negara melalui 3 tiga tipe perkembangan hukum. Pertama, hukum responsif, kedua, hukum otonom dan yang ketiga adalah hukum
represif. Penegakan hukum yang konsisten terhadap seluruh pelaku Pasar Modal
diharapkan dapat mengurangi terjadinya pelanggaran maupun kejahatan di Pasar Modal. Hal ini pada gilirannya diharapkan dapat menggairahkan iklim investasi
bagi investor baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri untuk menanamkan modalnya di Pasar Modal Indonesia.
A. Pengaturan Tindak Pidana Pasar Modal Dalam UU No. 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal
68
M. Husni, Op. , Cit. hal. 3
M. Budi Ibrahim : Tinjauan Juridis Atas Tindak Pidana Pasar Modal, 2007. USU Repository © 2009
menjadi suatu kekuatan yang nyata bagi peningkatan kemakmuran rakyat yang bertujuan mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945. Agar dana masyarakat yang tidak produktif dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi pelaksanaan pembangunan
nasional.
69
Didalam Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal ini, mengenai tindak pidana dalam Pasar Modal diatur dalam dalam BAB XV
mengenai “Ketentuan Pidana”. Dimana dalam Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal diatur didalam Pasal 103 – Pasal 110. Didalam Pasal-Pasal
tersebut disebutkan apa saja yang menjadi ruang lingkup tindak pidana dalam bidang Pasar Modal itu, karena pada dasarnya tindak pidana di bidang Pasar
Modal terbagi atas 2 dua secara garis besar, yaitu yang pertama tindak pidana yang berupa kejahatan, tentang tindak pidana yang berupa kejahatan didalam
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 diatur dalam Pasal 103 ayat 1, Pasal 104, Pada tahun 1952 telah ada Undang-Undang Nomor 15 tahun 1952 tentang
Penetapan Undang-Undang Darurat tentang Bursa sebagai Undang-Undang. Namun karena dianggap sudah tidak tidak sesuai lagi dengan kondisi dan
perkembangan kehidupan yang terus berkembang mengikuti perkembangan dunia, maka Undang-Undang tersebut dicabut dan diganti dengan Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Didalam Undang-Undang baru inilah segala bentuk perbuatan di bidang Pasar Modal diatur, Undang-Undang ini adalah
dasar dalam bertindak dalam Pasar Modal.
69
I Nyoman Tjager, Pokok-Pokok UUPM dan Pasar Modal Indonesia, Jakarta: Jakarta Institut Finansial, 1997, hal. 1.
M. Budi Ibrahim : Tinjauan Juridis Atas Tindak Pidana Pasar Modal, 2007. USU Repository © 2009
Pasal 106 dan Pasal 107. Dan yang kedua adalah tindak pidana yang berupa pelanggaran, dimana didalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 mengenai
tindak pidana di bidang Pasar Modal yang berupa pelanggaran diatur dalam Pasal 103 ayat 2, Pasal 105 dan Pasal 109. Perlu diketahui pula, bahwa menurut Pasal
108, ketentuan pidana dalam Pasal 103 sampai Pasal 107 juga dapat berlaku bagi para pihak yang secara langsung atau tidak langsung, mempengaruhi pihak lain
untuk melakukan pelanggaran terhadap Pasal-Pasal yang dimaksud sebelumnya. Ini berarti pelanggaran Pasal 108 juga dapat berupa tindak pidana kejahatan dan
dapat berupa pelanggaran. Didalam Pasal-Pasal tersebut diataslah pengaturan mengenai tindak pidana
Pasar Modal diatur, dengan demikian dengan adanya pengaturan mengenai tindak pidana di bidang Pasar Modal diharapkan semua pihak yang bergerak dibidang
Pasar Modal akan merasa dan berfikir kalau ada peraturan yang melindungi kegiatan mereka dari kemungkinan-kemungkinan yang bisa terjadi diluar
perkiraan sebelumnya. Keluarnya Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar modal,
yang mulai efektif berlaku sejak tanggal 1 Januari 1996, diharapkan dapat memberikan jaminan kepada perkembangan iklim pasar modal yang kondusif, ini
tercermin dari sasaran yang ingin dicapai oleh Undang-Undang Pasar Modal Nomor 8 Tahun 1995 itu sendiri yaitu Pertama, menciptakan kerangka hukum
yang kokoh dibidang pasar modal; Kedua, meningkatkan transparansi dan menjamin perlindungan terhadap masyarakat pemodal; Ketiga, meningkatkan
profesionalisme pelaku pasar modal; Keempat, menciptakan sistem perdagangan
M. Budi Ibrahim : Tinjauan Juridis Atas Tindak Pidana Pasar Modal, 2007. USU Repository © 2009
yang aman, efisien dan likuid; Kelima, membuka kesempatan berinvestasi bagi pemodal kecil.
70
Landasan hukum dibentuknya Bapepam adalah berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 52 Tahun 1976, BAB III, Pasal 8-15 yang berbunyi sebagai
berikut : untuk melakukan pengendalian dan melaksanakan Pasar Modal sesuai dengan kebijaksanaan yang digariskan oleh pemerintah, dibentuk Badan
Pelaksana Pasar Modal Bapepam. Bapepam adalah suatu badan yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri Keuangan Republik Indonesia.
Fungsi dan tugas Bapepam di samping sebagai pengawas Pasar Modal juga melakukan fungsi penyelenggara bursa sejak diaktifkannya kembali Pasar Modal
Indonesia pada tanggal 10 Agustus 1977. Oleh karenanya, dulu disebut dengan Bapepum Badan Pengawas Pasar Uang dan Modal.
B. Bapepam Dalam Upaya Penegakan Hukum di Bidang Tindak Pidana Pasar Modal