Christine Natalia Manurung : Proyeksi Produksi Kelapa Sawit Di Indonesia Pada Tahun 2006-2010, 2010.
Sumber : Ditjenbun, 2008 4.2 Luas Lahan
Tabel 4.5 Luas Area Perkebunan Berdasarkan Kepemilikan Ha TAHUN
RAKYAT NEGARA
SWASTA
2005 2.356.895
529.854 2.567.068
2006 2.549.572
687.428 3.357.914
2007 2.565.135
687.847 3.358.632
Luas area untuk tahun 2008-2010 dapat diketahui dengan mencari tingkat penambahan areanya per tahunnya r.
4.2.1. Luas Area Perkebunan Rakyat PR
P
2007
= P
2005
1+r
2
2.565.135 = 2.356.895 1+r
2
1+r
2
= 2.565.135 2.356.895
log 1+r
2
= log 2.565.135 2.356.895
2 log 1+r = log 2.565.135 2.356.895
2 log 1+r = log 1.0884 log 1+r = 0.0368
2 log 1+r = 0.0184
1+r = 1.0433 antilog dari 0.0184 r = 1.0433– 1
r = 0.0433 r = 4,33
Christine Natalia Manurung : Proyeksi Produksi Kelapa Sawit Di Indonesia Pada Tahun 2006-2010, 2010.
Maka, luas area tahun 2008-2010 adalah sebagai berikut : a. P
2008
= P
2007
1+r = 2.565.135 1+0.0433
= 2.565.135 1.0433 = 2.676.205 ha
b. P
2009
= P
2007
1+r
2
= 2.565.135 1+0.0433
2
= 2.565.135 1.0885 = 2.792.149 ha
c. P
2010
= P
2007
1+r
3
= 2.565.135 1+0.0433
3
= 2.565.135 1.1356 = 2.912.967 ha
4.2.2 Luas Area Perkebunan Besar Negara PBN
P
2007
= P
2005
1+r
2
687.847 = 529.854 1+r
2
1+r
2
= 687.847 529.854
log 1+r
2
= log 687.847 529.854
2 log 1+r = log 687.847 529.854
2 log 1+r = log 1.2982 log 1+r = 0.1133
2 log 1+r = 0.0566
1+r = 1.1392 antilog dari 0.0566 r = 1.1392– 1
r = 0.1392 r = 13,92
Christine Natalia Manurung : Proyeksi Produksi Kelapa Sawit Di Indonesia Pada Tahun 2006-2010, 2010.
Maka, luas area tahun 2008-2010 adalah sebagai berikut : a. P
2008
= P
2007
1+r = 687.847 1+0.1392
= 687.847 1.1392 = 783.595 ha
b. P
2009
= P
2007
1+r
2
= 687.847 1+0.1392
2
= 687.847 1.2978 = 892.688 ha
c. P
2010
= P
2007
1+r
3
= 687.847 1+0.1392
3
= 687.847 1.4784 = 1.016.913 ha
4.2.3 Luas Area Perkebunan Besar Swasta PBS
P
2007
= P
2005
1+r
2
3.358.632 = 2.567.068 1+r
2
1+r
2
= 3.358.632 2.567.068
log 1+r
2
= log 3.358.632 2.567.068
2 log 1+r = log 3.358.632 2.567.068
2 log 1+r = log 1.3084 log 1+r = 0.1167
2 log 1+r = 0.0584
1+r = 1.1439 antilog dari 0.0584 r = 1.1439– 1
r = 0.1439 r = 14,39
Christine Natalia Manurung : Proyeksi Produksi Kelapa Sawit Di Indonesia Pada Tahun 2006-2010, 2010.
Maka, luas area tahun 2008-2010 adalah sebagai berikut : a. P
2008
= P
2007
1+r = 3.358.632 1+0.1439
= 3.358.632 1.1439 = 3.841.939 ha
b. P
2009
= P
2007
1+r
2
= 3.358.632 1+0.1439
2
= 3.358.632 1.3085 = 4.394.770 ha
c. P
2010
= P
2007
1+r
3
= 3.358.632 1+0.1439
3
= 3.358.632 1.4968 = 5.027.200 ha
Dengan melihat luas area dari tiga perkebunan diatas bahwa tampak yang memiliki luas area yang besar menunjuk pada Perkebunan Besar Swasta sampai mencapai
perkiraan 5.027.200 ha pada tahun 2010. Berarti untuk peningkatan terhadap penanaman kelapa sawit juga mengalami penambahan. Ini berakibat bahwa
pemasukan terbesar pembangunan negara lebih banyak berasal dari Perkebunan
Besar Swasta. Di perkirakan akan banyak lahan Indonesia dimiliki oleh pihak swasta.
Perkebunan Rakyat
Perkebunan Rakyat terdiri dari kebun-kebun yang berstatuskan milik petani dan
umumnya diusahakan oleh pemilik beserta keluarganya. Di Pulau Jawa lahan telah menjadi sangat langka, luas tiap kebun sering berkurang 0,5 ha. Bila petani pemilik
meninggal, kebunnya dibagi di antara para pewarisnya, sehingga ukuran kebun
Christine Natalia Manurung : Proyeksi Produksi Kelapa Sawit Di Indonesia Pada Tahun 2006-2010, 2010.
menjadi berkurang.Ukuran kebun yang sangat kecil tersebut berada jauh di bawah skala ekonomi sehingga menghambat pencapaian keberhasilan usaha tani.
Di kebun yang berukuran kecil ini, petani memilih sendiri jenis komoditas
yang ingin mereka usahakan. Dengan demikian, di suatu hamparan yang luasnya agak besar, misalnya 1.000 ha, di samping pemiliknya banyak, hamparan tersebut ditanami
dengan berbagai jenis komoditas. Untuk tiap jenis komoditas dalam areal tersebut, lokasi tanamannya berpencaran, kebijakan pengolahannya, cara pemeliharaannya, dan
pengelolaan hasilnya dapat berbeda-beda. Dalam kondisi seperti ini, sulit sekali mencapai tingkat efisiensi yang tinggi dalam upaya-upaya penyediaan sarana
produksi, pemeliharaan, pengumpulan hasil, pengolahan hasil, maupun pemasarannya.
Dalam memilih jenis komoditas, petani cenderung menjatuhkan pilihan pada jenis-jenis yang harganya sedang naiktinggi pada saat mereka memulai usahanya
tanpa menelaah prospek harga di masa mendatang. Kecenderungan ini berlaku umum bagi jenis apapun, termasuk usaha-usaha industri. Tetapi, karena kebanyakan tanaman
perkebunan adalah tanaman yang menghasilkan setelah 2 sampai 5 tahun, petani baru memulai untuk memungut hasil kebunnya harganya sudah turun kembali. Hal tersebut
disebabkan karena kurangnya faktor-faktor pendukung antara lain penyediaan informasi dan bimbingan.
Tingkat pendidikan rata-rata petani kebun Indonesia masih sanngat rendah. Kondisi tersebut menyulitkan usaha-usaha untuk memajukan petani karena rendahnya
kemampuan untuk menyerap jenis-jenis teknologi yang lebih maju, tidak mudah memahami dan memanfaatkan berbagai bantuan maupun kemudahan yang disediakan
pemerintah, dan kurang mampu memahami informasi pasar. Dengan demikian, tingkat
Christine Natalia Manurung : Proyeksi Produksi Kelapa Sawit Di Indonesia Pada Tahun 2006-2010, 2010.
keterampilan dan kemampuan pengelolaan yang dimiliki petani Perkebunan Rakyat tersebut masih rendah.
Sebagian besar petani pekebun tersebut sangat lemah di bidang permodalan. Pendapatan yang mereka peroleh masih rendah dan tidak memungkinkan untuk
digunakan sebagian pendapatan mereka sebagai sumber modal untuk upaya pengembangan usaha. Dengan demikian, mereka meminjam dana yang berbentuk
kredit perbankan.
Dengan berbagai kelemahan di atas, dapat dijelaskan bahwa tingkat produktivitas maupun mutu hasil yang dicapai petani sangat rendah dan petani sulit
diharapkan untuk mampu mengembangkan usahanya dengan cepat. Oleh karena itu, diperlukan uluran tangan pemerintah maupun pihak lain.
Perkebunan Besar Negara PBN
Di antara Badan Usaha Milik Negara BUMN bidang pertanian yang terbanyak
adalah yang bergerak di bidang perkebunan. Perkebunan Besar Negara tersebut memiliki prestasi yang lebih baik daripada PBS, karena PBN tersebut memiliki
keunggulan dalam banyak hal, seperti pada pengembangan teknologi, lembaga pendidikan dan pelatihan. Di sisi lain juga, PBN yang merupakan milik negara,
pemerintah dapat memilih sumber daya manusia yang memiliki potensial yang baik.
Dalam rangka penciptaan teknologi baru, termasuk penciptaan varietas unggul, PBN memiliki sejumlah lembaga penelitian. Di samping itu juga, terdapat beberapa
lembaga penelitian perkebunan milik negara yang bukan milik PBN. Jenis teknologi
Christine Natalia Manurung : Proyeksi Produksi Kelapa Sawit Di Indonesia Pada Tahun 2006-2010, 2010.
baru yang dihasilkan oleh lembaga-lembaga tersebut diupayakan agar dapat dimanfaatkan oleh seluruh lingkup perkebunan, baik PBN maupun PR serta PBS.
Dalam rangka pengembangan sumber daya manusia, PBN mempunyai lembaga pendidikan dan latihan yanng terutama memperhatikan bidang manajemen,
yaitu Lembaga Pendidikan Perkebunan LPP dengan dua kampus utama di Yogyakarta dan Medan dan sejumlah pusat latihan yang tersebar di beberapa tempat.
Secara periodik pimpinan dan staff PBN diharuskan mengikuti kursus-kursus keterampilan, baik dalam bidang manajemen maupun bidang teknis. Sekarang LPP
dimanfaatkan juga oleh pimpinan dan staff PBS. Selain itu juga, mereka dapat mengikuti kursus-kursus yang diselenggarakan oleh lembaga-lembaga pendidikan di
luar lingkup PBN baik dalam ataupun luar negeri.
Areal tanam PBN umumnya berskala besar. Upaya perluasan areal tanaman dalam rangka pengembangan perusahaan diadakan di provinsi-provinsi . Hal tersebut
dalam rangka upaya pemerataan pembangunan di daerah-daerah.
Dalam hal kegiatan pemasaran, PBN membuka kantor-kantor Pemasaran Bersama KPB di Medan, Jakarta dan Surabaya. Sekarang KPB dipusatkan di
Jakarta. Dengan adanya KPB diharapkan bahwa pemasaran produk PBN di dalam dan luar negeri dapat terlaksana secara efisien.
Perkebunan Besar Swasta PBS
Perkebunan Besar Swasta sudah merupakan perusahaan yang berbadan hukum. Lahan
usaha tani pada umumnya merupakan tanah milik negara, yang diusahakan dengan
Christine Natalia Manurung : Proyeksi Produksi Kelapa Sawit Di Indonesia Pada Tahun 2006-2010, 2010.
fasilitas Hak Guna Usaha HGU. Luas lahannya mulai dari puluhan hektar sekurang- kurangnya 25 ha sampai puluhan ribu ha.
Karena berbentuk badan hukum, maka PBS mempunyai peluang yang lebih besar dari pada PR untuk memperoleh kredit dalam jumlah yang lebih besar dengna
syarat-syarat yang relatif ringan. Salah satu manfaat dari peluang tersebut adalah PBS dapat membangun sarana pengolahan pabrik, baik untuk pengolahan-pengolahan
tahap awal maupun pengolahan tahap lanjutan industri hilir, sampai mencapai bentuk barang jadi. Dengan demikian, PBS sudah merupakan perusahaan agroindustri.
Perkebunan Besar Swasta lebih mengarah kepada penanaman monokultur
dalam skala besar, sehingga pekerjaan lapangan maupun pemasaran dapat dilaksanakan secara efisien. Dalam menghindari bahaya yang mengancam usaha tani
monokultur, tiap PBS mengusahakan lebih dari satu jenis komoditas perkebunan, dengan penanaman secara terpisah sehingga luas tanam tiap jenis komoditas tetap
berskala besar.
Dengan berbagai keunggulan yang dimiliki dan kemudian yang dapat diperoleh, secara umum PBS menunjukkan prestasi yang jauh lebih baik daripada PR,
baik dalam produktivitas, mutu produk maupun tingkat keuntungan yang diraihnya. Pada gilirannya, hal ini memberi peluang bagi PBS untuk mengembangkan dirinya
sebagai suatu perusahaan.
Christine Natalia Manurung : Proyeksi Produksi Kelapa Sawit Di Indonesia Pada Tahun 2006-2010, 2010.
BAB 5
IMPLEMENTASI SISTEM
5.1. Tahap Implementasi