interval yang berguna untuk memenuhi sebagian dari syarat analisis parametrik yang mana data setidak-tidaknya berskala interval.
3. Uji Signifikansi Koefisien Korelasi Uji “t”
Untuk mengetahui apakah diantara dua variabel terdapat hubungan yang independen atau tidak, maka perlu dilakukan uji independen. Hipotesis yang harus
diujikan adalah H
o
: ρ = 0, melawan H
a
: ρ≠ 0. Dimana sampel yang diambil dari
populasi normal bervariabel dua berukuran n memiliki koefisien korelasi r, maka dapat digunakan uji statistik t dengan rumus
38
Bentuk alternatif untuk menguji hipotesis H
o
bisa H
a
: ρ 0 atau Ha : ρ
0. Yang pertama merupakan uji pihak kanan sedangkan yang kedua merupakan uji :
� = �√� − 2
√1 − �
2
Keterangan : t = nilai hitung r = nilai koefisien korelasi
n = jumlah data pengamatan Hasil t
hitung
kemudian dikonfirmasi pada nilai t
tabel
untuk mengetahui sejauh mana hasil penelitian memenuhi syarat kelayakan data secara empiris.
Kriteria pengujian adalah jika harga t
hitung
t
tabel
, maka hipotesis alternatif ditolak dan jika harga t
hitung
t
tabel
, maka hipotesis alternatif diterima. Selanjutnya untuk taraf nyata =
α, maka hipotesis diterima jika – �
1 −1 2
� �
t �
1 −1 2
� �
, dimana distribusi t yang digunakan mempunyai dk = n-2. Dalam hal lainnya H
o
ditolak.
38
Purwanto Suharyadi,”Statistika Dasar”,hal.446
Universitas Sumatera Utara
pihak kiri. Daerah kritis pengujian harus disesuaikan dengan alternatif yang diambil.
4. Koefisien Determinasi
Koefisien determinan digunakan untuk mengetahui berapa persen besarnya pengaruh variabel bebas X terhadap variabel terikat Y. Adapun
rumus koefisien determinasi “D” yaitu
39
5. Regresi Linier Sederhana
: D = r
xy 2
x 100 Keterangan : D
= koefisien determinan r
XY
= koefisien korelasi product moment antara X dan Y
Regresi sederhana didasarkan pada hubungan fungsional ataupun kausalsebab akibat satu variabel independen variabel bebas dengan satu
variabel dependen variabel terikat. Persamaan umum regresi linier sederhana adalah
40
: Y = a +bX
Keterangan: Y = Subjek dalam variabel dependen yang dipredisikan
a = konstanta nilai Y apabila X = 0
b = angka arah atau koefisien regresi peningkatan atau penurunan variabel
X = Subjek variabel independen yang mempunyai nilai tertentu.
39
Sugiyono,”Memahami Penelitian Kualitatif”,hal.212
40
Sugiyono,”Memahami Penelitian Kualitatif”,hal.204-206
Universitas Sumatera Utara
Harga a dan b dapat dicari dengan rumus sebagai berikut: � =
∑ ��∑ ��
2
− ∑ ��∑ ���� �. ∑ �
2
� − ∑ ��2 � =
� ∑ ���� − ∑ ��∑ �� � ∑ �
2
� − ∑ ��2
Universitas Sumatera Utara
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tidak bisa dipungkiri lagi bahwa sekarang ini kecanggihan teknologi memang sudah sangat mempengaruhi aktivitas-aktivitas yang kita lakukan, baik di
rumah, lingkungan kerja dan sebagainya. Dalam sebuah perusahaan juga semua pekerjaan yang dilakukan sudah berkaitan dengan teknologi. Jadi perkerjaan yang
kita lakukan pun sudah sangat bergantung pada hal tersebut. Hal kecil yang bisa kita lihat, seorang pegawai akan dituntut untuk bisa mengoperasikan komputer,
mulai dari hal dasar mengoperasikan komputer hingga akhirnya mampu mengambil kesimpulan dari data-data yang telah diolah menggunakan komputer.
Bahkan keputusan seorang manager dalam mengambil keputusan terkadang sangat bergantung dari sistem informasi managemen.
Seseorang dituntut atau bahkan dipaksa untuk bisa menggunakan teknologi membuat seseorang tersebut akan merasa tertekan atau biasa dikatakan stres,
karena dengan begitu banyaknya hal-hal yang harus dilakukan dan dipahami lagi untuk mengoperasikan teknologi tersebut. Waktu yang mereka miliki akan tersita
beberapa jam untuk belajar mempelajari lagi hal tersebut. Dan biasanya perusahaan tidak memberikan pelatihan tentang ini. Namun di satu sisi, jika kita
berhasil menguasai teknologi, itu akan menjadi keuntungan juga bagi kita karena hidup tidak akan ketinggalan zaman, bahkan pekerjaan kita juga akan terbantu.
Universitas Sumatera Utara
Perubahan teknologi merupakan salah satu faktor lingkungan yang dapat menyebabkan stres. Karena inovasi-inovasi baru dapat membuat keterampilan dan
pengalaman seorang karyawan jadi usang dalam waktu singkat, komputer, sistem robotik, otomatisasi dan berbagai bentuk inovasi teknologi lain yang serupa
merupakan ancaman bagi banyak orang dan membuat mereka stres. Hampir setiap organisasi harus menyesuaikan diri dengan lingkungan yang
multikulutral. Berbagai kebijakan dan praktik SDM harus berubah untuk mencerminkan kebutuhan angkatan kerja yang menua. Banyak perusahaan
menghabiskan dana pelatihan yang besar guna meningkatkan keterampilan karyawan dalam membaca, matematika, komputer, dll. Teknologi mengubah
pekerjaan dan organisasi. Sebagai contoh, komputer kini sudah menjadi barang yang lazim di hampir setiap organisasi, dan telepon seluler dipandang sebagai
kebuthan pokok oleh sebagian besar masyarakat. Jaringan komputer juga membentuk ulang industri secara menyeluruh.
Selain stres dalam bidang teknologi, hal lain yang membuat seseorang tertekan adalah banyaknya tuntutan-tuntutan dari atasan untuk selalu memberikan
yang lebih sementara hasil yang kita terima tidak sebanding dengan usaha yang dilakukan, adanya mutasi pegawai mungkin ke daerah terpencil yang membuat
jauh dari keluarga atau sangat tidak sesuai keinginan, menyelesaikan tugas dalam waktu yang mepet, rekan kerja yang tidak menyenangkan, dan sebagainya.
Persaingan dan tuntutan profesionalitas yang semakin tinggi menimbulkan banyaknya stres-stres yang harus dihadapi individu dalam lingkungan kerja.
Selain stres yang berasal dari lingkungan kerja, lingkungan keluarga dan
Universitas Sumatera Utara
lingkungan sosial juga sangat berpotensial menimbulkan kecemasan. Dampak yang sangat merugikan dari adanya gangguan kecemasan yang sering dialami oleh
masyarakat dan karyawan khususnya disebut stres. Stres kerja merupakan kondisi dinamis dimana seseorang individu
dihadapkan pada peluang, tuntutan, atau sumber daya yang terkait dengan apa yang dihasratkan oleh individu itu dan yang hasilnya dipandang tidak pasti dan
tidak penting.
1
Dapat disimpulkan bahwa stres kerja adalah situasi ketegangan dan penuh stres yang dihadapi seorang karyawan dalam menjalani pekerjaannya. Stres kerja
menjadi masalah yang penting karena situasi itu dapat mempengaruhi kepuasan dan produktivitas kerja karyawan.
2
Stres kerja merupakan keadaan dimana karyawan merasa tertekan akan pekerjaannya. Untuk seorang karyawan, stres kerja dapat ditimbulkan dari
lingkungan kerja dan atau dari luar lingkungan kerja seperti kekhawatiran finansial.
3
1
Stephen P. Robbins dan Timothy A. Judge, “Perilaku Organisasi”, 2008, hal. 368.
2
Marihot Tua Efendi Hariandja, “Manajemen Sumber Daya Manusia”, 2007, hal. 303
3
T. Hani Handoko, “Manajemen Personalia Sumberdaya Manusia”, 2008. Hal. 201
Stres seperti ini dapat berdampak positif bagi produktivitas karyawan apabila diberikan dalam porsi yang cukup dan dikelola dengan baik. Dalam hal
ini, perusahaan perlu menerapkan manajemen stres yang baik di dalam perusahaan, karena stress merupakan masalah yang penting karena situasi itu
dapat mempengaruhi produktivitas kerja. Hal ini seperti yang diungkapkan dalam hasil penelitian dari Dwi Retnaningtyas 2005 yang berjudul “Hubungan Antara
Stres Kerja Dengan Produktivitas Kerja”. Dalam hal mengatasi dan
Universitas Sumatera Utara
mengendalikan stres sebaiknya dilakukan secara adaptif dan efektif, yaitu mengetahui apa yang tidak boleh dilakukan dan apa yang harus diupayakan.
4
PT. PLN Persero merupakan satu-satunya perusahaan negara yang bergerak dibidang ketenagalistrikan. PLN menyediakan an mendistribusikan
tenaga listrik dari pusat-pusat pembangkit listrik yang bertenaga air, diesel, uap, tenaga angin maupun tenaga surya. Listrik yang dihasilkan kemudian dikonsumsi
oleh industri, pemukiman dan sarana publik. Produktivitas PLN dapat dilihat dari banyaknya pelanggan yang tersebar di seluruh Indonesia dan pasokan listrik yang
tersedia. Mesikpun begitu, masih ada daerah-daerah yang belum menerima pasokan listrik. Untuk itu PT. PLN terus meningkatkan kinerjanya seperti
Sebelum seseorang dapat mengatasi stres maka perlu diketahui sumber stres agar stres dapat ditanggulangi langsung dari sumber penyebabnya, selain
mengatasi penyebab stress, dengan manajemen stres yang baik juga dapat mengatasi dampak yang akan ditimbulkan pada diri sendiri, orang lain maupun
pada lingkungan lain. Setelah mengetahui sumbernya maka selanjutnya adalah mengetahui langkah yang dapat diambil untuk penanggulangan stres sehingga
stres yang dialami oleh karyawan tidak berlangsung lama dan tidak akan mengganggu produktivitasnya.
Stres dapat menyebabkan seseorang pada keadaan emosi, ketegangan sehingga ia tidak dapat berpikir secara baik dan efektif, karena kemampuan
rasional dan penalaran tidak berfungsi dengan baik. Hal ini secara langsung berakibat pada menurunnya performance dan produktivitas kerja karyawan.
4
Sedarmayanti, “Manajemen Sumber Daya Manusia”, 2009. Hal. 80
Universitas Sumatera Utara
membangun pembangkit listrik dengan bekerjasama dengan swasta dan memperbaiki jaringan listrik yang rusak. Maka dibutuhkanlah sumber daya
manusia untuk terus meningkatkan produktivitas PLN. Karyawan yang telah direkrut, akan diberikan pendidikan dan pelatihan
kemudian ditempatkan di daerah-daerah yang akan dibangun listrik. Sehingga akan terjadi mutasi kerja yang menyebabkan karyawan akan menjadi tertekan
karena tidak sesuai dengan keinginannya. Banyak faktor di dalam organisasi yang dapat menyebabkan stres. Adanya lingkungan kerja yang terlalu bising karena
aktifnya mesin-mesin yang harus beroperasi untuk menghasilkan daya listrik, ruangan yang terlalu sesak atau padat, kesalahan atau menyelesaikan tugas dalam
waktu yang mepet, keharusan untuk mempelajari alat-alat teknologi, beban kerja yang terlalu berlebihan bagi operator mesin akan ada shifting dalam bekerja,
lembur, dan sebagainya, atasan yang selalu menuntut dan tidak peka dan beberapa rekan kerja yang tidak menyenangkan. Meskipun merupakan perusahaan
yang membanggakan, namun ketika bekerja pasti akan ada hal yang kita inginkan dan tidak inginkan.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis mengajukan judul
“Pengaruh Stres Kerja terhadap Produktivitas Pegawai PT. PLN Persero Area Medan”
Universitas Sumatera Utara
B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan yang menjadi pokok permasalahan dalam penulisan skripsi ini adalah : “Bagaimana
Pengaruh Stres Kerja terhadap Produktivitas Pegawai PT. PLN Persero Area Medan?”
C. Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui stres kerja pada PT. PLN Persero Area Medan
2. Untuk mengetahui produktivitas kerja pegawai PT. PLN Persero Area
Medan 3.
Untuk mengetahui pengaruh stres kerja terhadap produktivitas pegawai PT. PLN Persero Area Medan
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian yang diharapkan penulis dari penelitian ini adalah :
1. Bagi penulis, sebagai suatu tahapan untuk melatih dan mengembangkan
kemampuan berfikir secara sistematis dan teoritis dalam memecahkan suatu permasalahan secara objektif dan kritis melalui suatu karya ilmiah
sehingga diperoleh suatu kesimpulan yang bersifat teruji dan berguna.
2. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi tambahan
dalam bidang perilaku organisasi khususnya yang berhubungan dengan stres kerja dan produktivitas pegawai.
Universitas Sumatera Utara
E. Kerangka Teori
Teori adalah serangkaian asumsi, konsep, definisi dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan
hubungan antarkonsep. Sebagai landasan berpikir dalam menyelesaikan atau memecahkan masalah yang ada, perlu adanya pedoman teoritis yang dapat
membantu dan sebagai bahan referensi dalam penelitian. Kerangka teori ini diharapkan dapat memberikan pemahaman yang jelas dan tepat bagi peneliti
dalam memahami masalah yang diteliti.
5
1. Stres Kerja
Adapun teori yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut :
1.1.Pengertian Stres Kerja
Stres ataupun sering dikatakan stress berarti berbagai urusan yang menumpuk dan yang berbeda-beda bagi setiap orang. Dengan cara yang sederhana
dapat dikatakan bahwa stres itu adalah sesuatu yang bersangkutan dengan interaksi antara orang dengan lingkungannya. Stres juga dapat didefinisikan
sebagai tanggapan yang dapat menyesuaikan diri, yang dipengaruhi oleh perbedaan individu danatau proses psikologis, yakni suatu konsekuensi dari
setiap tindakan eksternal lingkungan, situasi, atau peristiwa yang terlalu banyak mengadakan tuntutan psikologis danatau fisik terhadap seseorang. Mungkin kita
memusatkan perhatian pada keadaan lingkungan khusus, dimana kita menganggap kerja sebagai sumber stres, yang disebut penekan stressors. Apakah stres itu
dirasakan atau dialami oleh seseorang, tergantung kepada ciri khas orang tersebut.
5
Masri Singarimbun, “Metode Penelitian Survai”, LP3ES, 200, hal. 37
Universitas Sumatera Utara
Lagi pula definisi tersebut menekankan tanggapan yang dapat menyesuaikan diri adaptive response. Sebagian besar dari tanggapan kita terhadap rangsangan
lingkungan kerja tidak memerlukan penyesuaian dan karena itu tidak benar-benar merupakan sumber stres.
6
Berdasarkan pendapat ini dapatlah pula dikatakan bahwa terdapat suatu hubungan antara diri seseorang dengan lingkungan pekerjaannya yang dapat
menyebabkannya mengalami stres psikologis. Stres ini menampakkan diri dalam bentuk kelelahan yang berkelanjutan, rasa tegang, kekhawatiran atau gangguan
terhadap fisik, gangguan syaraf dan malah kehilangan ras harga diri. Beberapa Organisasi diciptakan dengan asumsi dasar bahwa perilaku organisasi yang
sesuai dan berorientasi pada tujuan mempercepat tercapainya tujuan organisasi. Namun demikian, sering juga kita lihat bahwa seseorang atau sekelompok orang
secara tidak sadar dan tidak seperti biasanya, berperilaku yang tidak sesuai dengan tujuan tersebut. Hal ini terutama sering disebabkan oleh stres psikologis atau
tepatnya stres pekerjaan, yang kemudian menimbulkan stres psikologis dan yang terakhir ini mempengaruhi perilaku seseorang. Hamner dan Organ merumuskan
sebagai berikut : “Stress dapat dirumuskan sebagai suatu satuan dari suatu keadaan dimana seseorang tidak mampu memberikan jawaban secara tepat dan
wajar terhadap rangsangan yang datang dari sekelilingnya. Atau mungkin juga ia mampu, tetapi dengan biaya dan pengorbanan yang lebih besar, seperti terjadinya
kelelahan kronis, tertekan, khawatir, gangguan fisik, gangguan syaraf atau kehilangan harga diri.”
6
James L. Gibson, John M. Ivanoevich, James H. Donnelly, Jr.,”Organisasi dan Manajemen”, 1984, hal. 162
Universitas Sumatera Utara
bentuk nyata stres psikologis tersebut dapat dikelompokkan menurut sifatnya, seperti frustasi, konflik, dan kecemasan. Pengertian ketiga bentuk ini cukup
banyak kita temukan dalam literatur psikologi dan karena itu pembahasan selanjutnya akan dititikberatkan pada sebab-sebab organisasional yang dapat
menimbulkan stres psikologis tersebut. Secara umum dapat dikatakan bahwa semua bidang dan aspek organisasi
dapat menyebabkan timbulnya stres psikologis, seperti tujuan, tugas pokok, fungsi, struktur organisasi, kepegawaian, aspek keuangan dan sebagainya. Faktor
yang berkaitan dengan hal-hal yang bersifat pribadi seperti perceraian, kematian keluarga, dan sebagainya juga dapat menjadi sebab stres psikologis. Oleh sebab
itu secara sederhana dapat pula dikatakan bahwa stres merupakan sesuatu yang melekat pada setiap orang dan setiap organisasi. Namun demikian, ada penyebab
organisasional yang oleh para ahli dianggap sebagai penyebab umum, yaitu
Universitas Sumatera Utara
Stres Organisasional
Bentuk Stres
Psikologis Pengaruhnya
terhadap Perilaku Kurang diterima
organisasi Adanya jenjang
hierarki Kompetisi
persaingan Konflik peranan
Kebingungan peranan
Kelebihan peranan Perubahan
Perilaku yang menunjukkan
keruwetan behavior syndrome
Frustasi Cemas
Menimbulkan dorongan untuk
‘bangkit’ Menimbulkan
dorongan untuk merubah persepsi
Melahirkan jawaban yang bersifat kreatif
Agresi langsung, sedih atau
menyalurkannya menurut saluran yang
ada Depresi
Komunikasi atas dasar ketakutan atau
kecemasan Timbulnya afilisasi
kelompok Alkoholisme
Melarikan diri
Tabel 1.1 Penyebab Stres Psikologis
Terhadap adanya stres psikologis ini, kita tidak perlu terlalu khawatir, karena dalam batas tertentu dapat menjadi pendorong bagi kemajuan seseorang
atau organisasi atau untuk memecahkan persoalan yang terdapat dalam suatu organisasi. Yang perlu dikhawatirkan ialah apabila tingkat stres psikologis
tersebut sudah pada tingkat yang dapat merusak kerjasama dan keutuhan organisasi itu sendiri. Apa yang dapat dijadikan indikasi sebagai tanda bahwa
Universitas Sumatera Utara
stres psikologis sudah mencapai tingkat gawat dapat bervariasi antara orang yang satu dengan yang lain dan juga bergantung kepada sifat dan tingkat kematangan
organisasi itu sendiri.
7
Stres adalah situasi keteganganstres emosional yang dialami seseorang yang sedang menghadapi tuntutan yang sangat besar, hambatan-hambatan, dan
adanya kesempatan yang sangat penting yang dapat mempengaruhi emosi, pikiran dan kondisi fisik seseorang.
8
Stres menunjukkan suatu kondisi dinamika yang di dalamnya seorang individu dikonfrontasikan dengan suatu peluang, kendala, atau tuntutan yang
dikaitkan dengan apa yang diinginkan dan yang hasilnya dipersepsikan sebagai tidak pasti dan penting.
9
Stres merupakan kondisi ketegangan yang berpengaruh terhadap emosi, jalan pikiran, dan kondisi fisik seseorang.
10
Stress adalah suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses berpikir, dan kondisi seseorang. Bagi orang-orang yang sudah bekerja, maka stres
itu muncul dalam bentuk stres kerja sesuai dengan lingkungan pekerjaannya. Stres kerja adalah stres, beban, konflik, keletihan, ketegangan, panik, kemurungan dan
hilang daya yang terjadi di lingkungan pekerjaan, dimana karyawan berinteraksi dengan pekerjaannya.
11
7
Adam Ibrahim Indrawijaya, “Perilaku Organisasi”, 1983, hal. 64-66
8
Marihot Tua Efendi Hariandja, “Manajemen Sumber Daya Manusia”, 2007, hal. 303
9
Stephen P. Robbins
, “Perilaku Organisasi”, 2003, hal. 376
10
Sondang P. Siagian, “Fungsi-Fungsi Manajerial”, 2007, hal. 300
11
T. Hani Handoko, “Manajemen Personalia Sumberdaya Manusia Ed. 2”, 2008, hal. 200
Universitas Sumatera Utara
Stres kerja adalah perasaan yang menekan atau merasa tertekan yang dialami karyawan dalam menghadapi pekerjaan.
12
1.2.Konsekuensi Stres
Stres kerja ini tampak dari simpton antara lain emosi tidak stabil, perasaan tidak tenang, suka menyendiri,
sulit tidur, merokok yang berlebihan, tidak bisa rileks, cemas, tegang, gugup, stres darah meningkat dan mengalami gangguan pencernaan. Reaksi stres kerja pada
umumnya berhubungan dengan ancaman finansial, emosional, mental dan sosial. Oleh karena itu pemimpin perlu memanagemen stres agar karyawan mampu
bekerja produktif, sehingga kinerja organisasi dapat dicapai secara maksimal.
Mobilisasi dari mekanisme pertahanan badan bukanlah satu-satunya konsekuensi yang mungkin timbul dari adanya kontak dengan penekan. Akibat
dari stres banyak dan bermacam-macam. Tentu saja, sebagian ada yang positif, seperti motivasi diri sendiri, terangsang untuk bekerja lebih giat lagi, atau
mendapat inspirasi untuk hiidup lebih baik. Tetapi, banyak diantaranya yang dapat merusak dan berbahaya. Cox telah mengenali lima jenis konsekuensi yang
mungkin timbul atau akibat dari stres. Kategorinya meliputi: a.
Akibat subyektif Subjective Effects. Kegelisahan, agresi, kelesuan, kebosanan, kemuraman depresi, kelelahan, kekecewaan frustasi,
kehilangan kesabaran, harga diri yang rendah, perasaan terpencil.
12
Anwar Prabu Mangkunegara, “Perilaku dan Budaya Organisasi”, 2005, hal. 28
Universitas Sumatera Utara
b. Akibat perilaku Behavioral Effects. Mudah terkena kecelakaan,
penyalahgunaan obat, peledakan emosi, makan yang berlebihan, minum atau merokok yang berlebihan, berperilaku yang impulsif, tertawa gelisah.
c. Akibat kognitif Cognitive Effects. Tidak mampu mengambil keputusan yang
sehat, kurang berkonsentrasi, tidak mampu memusatkan perhatian yang lama, sangat peka terhadap kecaman dan rintangan mental.
d. Akibat Fisiologis Physiological Effects. Tingkat gula darah meningkat,
denyut jantung atau stres darah naik, mulut kering, berkeringat, biji mata membesar, sebentar-sebentar panas dan dingin.
e. Akibat keorganisasian Orgnizational Effects. Kemangkiran, produktivitas
rendah, mengasingkan diri dari teman sekerja, ketidak-puasan kerja, menurunnya keterikatan dan loyalitas terhadap organisasi.
13
1.3. Faktor Penyebab Stres
Stres merupakan hal yang dapat mempengaruhi kinerja karyawan, karena itu diperlukan penanganan yang baik agar karyawan senantiasa berada dalam
semangat kerja yang sama untuk mencapai tujuan perusahaan. Untuk mengetahui penanganan stres secara tepat, maka seorang pimpinan atau manager perlu
mengetahui faktor- faktor penyebab stres.
Penyebab-penyebab stress kerja dapat dibagi kedalam dua kategori, yaitu on-the-job dan off-the job.
14
13
James L. Gibson, John M. Ivanoevich, James H. Donnelly, Jr.,”Organisasi dan Manajemen”, 1984, hal. 165
Penyebab stress yang masuk kedalam kategori on- the-job adalah :
Universitas Sumatera Utara
1. Beban kerja berlebih 2. Stres atau desakan waktu
3. Kualitas supervisi yang jelek 4. Wewenang yang tidak mencukupi untuk melaksanakan tanggung jawab
Sedangkan yang termasuk dalam off-the-job adalah: 1. Kekuatiran finansial
2. Masalah yang bersangkutan dengan anak 3. Masalah yang bersangkutan dengan perkawinan
Faktor penyebab stres kerja antara lain beban kerja yang dirasakan terlalu berat, waktu yang mendesak, kualitas pengawasan kerja yang rendah, iklim kerja
yang tidak sehat, autoritas kerja yang tidak memadai yang berhubungan dengan tanggung jawab, konflik kerja, perbedaan nilai antara karyawan dengan pimpinan
yang frustasi dalam kerja.
15
Stres yang dialami karyawan dapat bersumber dari beberapa stresor, meskipun akibatnya ditimbulkan oleh satu stresor, dan stresor yang menyebabkan
stres seseorang dapat berbeda antara satu dengan yang lain. Stres yang dialami seseorang bisa ringan atau berat, ini tergantung kemampuan seseorang dalam
menghadapi stresor, yang memang berbeda antara karyawan yang satu dengan karyawan yang lain. Karena begitu banyaknya kemungkinan penyebab stres dan
dampaknya yang berbeda-beda bagi seseorang, secara praktis lebih baik
14
T. Hani Handoko, “Manajemen Personalia Sumberdaya Manusia Ed. 2”, 2008, hal. 201
15
Anwar Prabu Mangkunegara, “Perilaku dan Budaya Organisasi”, 2005, hal. 28
Universitas Sumatera Utara
memahami gejala-gejala yang menunjukkan seseorang dalam situasi stres, sehingga dapat ditanggulangi dan tidak mengganggu produktivitas karyawan.
16
1.4.Dampak Stres Kerja
Penanganan stres kerja sangat penting dilakukan karena bagi organisasi bukan saja karena alasan kemanusian, tetapi juga karena pengaruhnya terhadap
prestasi semua aspek dan efektivitas dari organisasi secara keseluruhan. Pengaruh stres kerja yang paling mudah terlihat adalah perubahan perilaku dari karyawan
yang mengalamai stres kerja. Perubahan ini terjadi sebagai upaya untuk mengatasi stres karena stres seringkali terjadi akibat adanya persaingan di dalam perusahaan,
maka pengidap stres seringkali bekerja keras secara berlebihan sebagai cara untuk memenangi kompetisi.
Ada empat pendekatan dalam menangani stres kerja, yaitu : 1. Pendekatan dukungan sosial
Pendekatan ini dilakukan melalui aktivitas yang bertujuan memberikan kepuasan sosial kepada karyawan.
2. Pendekatan biofeedback Pendekatan ini dilakukan melalui bimbingan medis dokter, psikiater dan
psikolog sehingga diharapkan dapat menghilangkan stres kerja. 3. Pendekatan kesehatan pribadi
Pendekatan ini merupakan pendekatan preventif sebelum terjadinya stres. Dalam hal ini karyawan secara periodik memeriksa kesehatannya.
16
Marihot Tua Efendi Hariandja, “Manajemen Sumber Daya Manusia”, 2007, hal. 304
Universitas Sumatera Utara
4. Pendekatan meditasi Pendekatan ini dilakukan melalui penenangan pikiran dan olahraga pernapasan
misalnya yoga.
17
Cara terbaik untuk mengurangi stres adalah dengan menangani penyebabnya. Cara lain adalah dengan merancang kembali pekerjaan-pekerjaan
sehingga para karyawan mempunyai pilihan keputusan lebih banyak dan wewenang untuk melaksanakan tanggungjawab mereka. Desain pekerjaan juga
dapat mengurangi kelebihan beban kerja, stres waktu dan peran ganda. Selanjutnya komunikasi dapat diperbaiki untuk memberikan umpan balik
pelaksanaan kerja, dan partisipasi dapat ditingkatkan.
18
2. Produktivitas 2.1 Pengertian Produktivitas