BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tidak bisa dipungkiri lagi bahwa sekarang ini kecanggihan teknologi memang sudah sangat mempengaruhi aktivitas-aktivitas yang kita lakukan, baik di
rumah, lingkungan kerja dan sebagainya. Dalam sebuah perusahaan juga semua pekerjaan yang dilakukan sudah berkaitan dengan teknologi. Jadi perkerjaan yang
kita lakukan pun sudah sangat bergantung pada hal tersebut. Hal kecil yang bisa kita lihat, seorang pegawai akan dituntut untuk bisa mengoperasikan komputer,
mulai dari hal dasar mengoperasikan komputer hingga akhirnya mampu mengambil kesimpulan dari data-data yang telah diolah menggunakan komputer.
Bahkan keputusan seorang manager dalam mengambil keputusan terkadang sangat bergantung dari sistem informasi managemen.
Seseorang dituntut atau bahkan dipaksa untuk bisa menggunakan teknologi membuat seseorang tersebut akan merasa tertekan atau biasa dikatakan stres,
karena dengan begitu banyaknya hal-hal yang harus dilakukan dan dipahami lagi untuk mengoperasikan teknologi tersebut. Waktu yang mereka miliki akan tersita
beberapa jam untuk belajar mempelajari lagi hal tersebut. Dan biasanya perusahaan tidak memberikan pelatihan tentang ini. Namun di satu sisi, jika kita
berhasil menguasai teknologi, itu akan menjadi keuntungan juga bagi kita karena hidup tidak akan ketinggalan zaman, bahkan pekerjaan kita juga akan terbantu.
Universitas Sumatera Utara
Perubahan teknologi merupakan salah satu faktor lingkungan yang dapat menyebabkan stres. Karena inovasi-inovasi baru dapat membuat keterampilan dan
pengalaman seorang karyawan jadi usang dalam waktu singkat, komputer, sistem robotik, otomatisasi dan berbagai bentuk inovasi teknologi lain yang serupa
merupakan ancaman bagi banyak orang dan membuat mereka stres. Hampir setiap organisasi harus menyesuaikan diri dengan lingkungan yang
multikulutral. Berbagai kebijakan dan praktik SDM harus berubah untuk mencerminkan kebutuhan angkatan kerja yang menua. Banyak perusahaan
menghabiskan dana pelatihan yang besar guna meningkatkan keterampilan karyawan dalam membaca, matematika, komputer, dll. Teknologi mengubah
pekerjaan dan organisasi. Sebagai contoh, komputer kini sudah menjadi barang yang lazim di hampir setiap organisasi, dan telepon seluler dipandang sebagai
kebuthan pokok oleh sebagian besar masyarakat. Jaringan komputer juga membentuk ulang industri secara menyeluruh.
Selain stres dalam bidang teknologi, hal lain yang membuat seseorang tertekan adalah banyaknya tuntutan-tuntutan dari atasan untuk selalu memberikan
yang lebih sementara hasil yang kita terima tidak sebanding dengan usaha yang dilakukan, adanya mutasi pegawai mungkin ke daerah terpencil yang membuat
jauh dari keluarga atau sangat tidak sesuai keinginan, menyelesaikan tugas dalam waktu yang mepet, rekan kerja yang tidak menyenangkan, dan sebagainya.
Persaingan dan tuntutan profesionalitas yang semakin tinggi menimbulkan banyaknya stres-stres yang harus dihadapi individu dalam lingkungan kerja.
Selain stres yang berasal dari lingkungan kerja, lingkungan keluarga dan
Universitas Sumatera Utara
lingkungan sosial juga sangat berpotensial menimbulkan kecemasan. Dampak yang sangat merugikan dari adanya gangguan kecemasan yang sering dialami oleh
masyarakat dan karyawan khususnya disebut stres. Stres kerja merupakan kondisi dinamis dimana seseorang individu
dihadapkan pada peluang, tuntutan, atau sumber daya yang terkait dengan apa yang dihasratkan oleh individu itu dan yang hasilnya dipandang tidak pasti dan
tidak penting.
1
Dapat disimpulkan bahwa stres kerja adalah situasi ketegangan dan penuh stres yang dihadapi seorang karyawan dalam menjalani pekerjaannya. Stres kerja
menjadi masalah yang penting karena situasi itu dapat mempengaruhi kepuasan dan produktivitas kerja karyawan.
2
Stres kerja merupakan keadaan dimana karyawan merasa tertekan akan pekerjaannya. Untuk seorang karyawan, stres kerja dapat ditimbulkan dari
lingkungan kerja dan atau dari luar lingkungan kerja seperti kekhawatiran finansial.
3
1
Stephen P. Robbins dan Timothy A. Judge, “Perilaku Organisasi”, 2008, hal. 368.
2
Marihot Tua Efendi Hariandja, “Manajemen Sumber Daya Manusia”, 2007, hal. 303
3
T. Hani Handoko, “Manajemen Personalia Sumberdaya Manusia”, 2008. Hal. 201
Stres seperti ini dapat berdampak positif bagi produktivitas karyawan apabila diberikan dalam porsi yang cukup dan dikelola dengan baik. Dalam hal
ini, perusahaan perlu menerapkan manajemen stres yang baik di dalam perusahaan, karena stress merupakan masalah yang penting karena situasi itu
dapat mempengaruhi produktivitas kerja. Hal ini seperti yang diungkapkan dalam hasil penelitian dari Dwi Retnaningtyas 2005 yang berjudul “Hubungan Antara
Stres Kerja Dengan Produktivitas Kerja”. Dalam hal mengatasi dan
Universitas Sumatera Utara
mengendalikan stres sebaiknya dilakukan secara adaptif dan efektif, yaitu mengetahui apa yang tidak boleh dilakukan dan apa yang harus diupayakan.
4
PT. PLN Persero merupakan satu-satunya perusahaan negara yang bergerak dibidang ketenagalistrikan. PLN menyediakan an mendistribusikan
tenaga listrik dari pusat-pusat pembangkit listrik yang bertenaga air, diesel, uap, tenaga angin maupun tenaga surya. Listrik yang dihasilkan kemudian dikonsumsi
oleh industri, pemukiman dan sarana publik. Produktivitas PLN dapat dilihat dari banyaknya pelanggan yang tersebar di seluruh Indonesia dan pasokan listrik yang
tersedia. Mesikpun begitu, masih ada daerah-daerah yang belum menerima pasokan listrik. Untuk itu PT. PLN terus meningkatkan kinerjanya seperti
Sebelum seseorang dapat mengatasi stres maka perlu diketahui sumber stres agar stres dapat ditanggulangi langsung dari sumber penyebabnya, selain
mengatasi penyebab stress, dengan manajemen stres yang baik juga dapat mengatasi dampak yang akan ditimbulkan pada diri sendiri, orang lain maupun
pada lingkungan lain. Setelah mengetahui sumbernya maka selanjutnya adalah mengetahui langkah yang dapat diambil untuk penanggulangan stres sehingga
stres yang dialami oleh karyawan tidak berlangsung lama dan tidak akan mengganggu produktivitasnya.
Stres dapat menyebabkan seseorang pada keadaan emosi, ketegangan sehingga ia tidak dapat berpikir secara baik dan efektif, karena kemampuan
rasional dan penalaran tidak berfungsi dengan baik. Hal ini secara langsung berakibat pada menurunnya performance dan produktivitas kerja karyawan.
4
Sedarmayanti, “Manajemen Sumber Daya Manusia”, 2009. Hal. 80
Universitas Sumatera Utara
membangun pembangkit listrik dengan bekerjasama dengan swasta dan memperbaiki jaringan listrik yang rusak. Maka dibutuhkanlah sumber daya
manusia untuk terus meningkatkan produktivitas PLN. Karyawan yang telah direkrut, akan diberikan pendidikan dan pelatihan
kemudian ditempatkan di daerah-daerah yang akan dibangun listrik. Sehingga akan terjadi mutasi kerja yang menyebabkan karyawan akan menjadi tertekan
karena tidak sesuai dengan keinginannya. Banyak faktor di dalam organisasi yang dapat menyebabkan stres. Adanya lingkungan kerja yang terlalu bising karena
aktifnya mesin-mesin yang harus beroperasi untuk menghasilkan daya listrik, ruangan yang terlalu sesak atau padat, kesalahan atau menyelesaikan tugas dalam
waktu yang mepet, keharusan untuk mempelajari alat-alat teknologi, beban kerja yang terlalu berlebihan bagi operator mesin akan ada shifting dalam bekerja,
lembur, dan sebagainya, atasan yang selalu menuntut dan tidak peka dan beberapa rekan kerja yang tidak menyenangkan. Meskipun merupakan perusahaan
yang membanggakan, namun ketika bekerja pasti akan ada hal yang kita inginkan dan tidak inginkan.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis mengajukan judul
“Pengaruh Stres Kerja terhadap Produktivitas Pegawai PT. PLN Persero Area Medan”
Universitas Sumatera Utara
B. Rumusan Masalah