Jenis Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Metode Pengumpulan Data Metode Analisis Data Kesimpulan

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini bersifat deskriptif observasional dengan desain penelitian yaitu desain potong lintangcross sectional yang merupakan penelitian yang dilakukan dalam sekali waktu tanpa adanya follow up lanjut. Peneliti menggunakan rekam medis untuk mengetahui gambaran EKG pada pasien rawat inap di CVCU RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2014.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Pengambilan data penelitian ini dilakukan di Cardiovascular Center Unit CVCURumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan pada bulan Juli – Oktober 2015. Rumah sakit ini dipilih karena merupakan rumah sakit tipe A dan menjadi rumah sakit rujukan utama untuk wilayah Sumatera Utara dan sekitarnya.

4.3. Populasi dan Sampel

4.3.1. Populasi

Populasi penelitian ini adalah seluruh pasien penyakit jantung koroner yang tercatat dalam rekam medis di CVCURSUP H. Adam Malik Medan pada bulan Januari sampai Desember 2014.

4.3.2. Sampel

Sampel penelitian ini diambil dengan menggunakan metode Sampling non populasi,dimana semua subjek di populasi yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dan berdasarkan proporsi p dari kepustakaan akan dimasukkan ke dalam sampel penelitian. n = Zα 2 x P x Q Universitas Sumatera Utara d 2 = 1,96 2 x 0,35 x 0,65 0,08 2 = 137 orang Adapun kriteria dalam penelitian ini adalah : 1. Kriteria Inklusi a. Pasien penyakit jantung koroner yang menjalani rawat inap di CVCU RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2014. b. Rentang waktu antara rawat inap dalam periode Januari sampai Desember 2014. c. Pasien dengan data rekam medis yang lengkap. d. Gambaran EKG yang diambil adalah gambaran EKG pada saat pertama pasien dirawat inap di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2014. 2. Kriteria Eksklusi a. Pasien dengan rawat jalan. b. Pasien yang tidak memiliki hasil elektrokardiogram pertama pada saat ditetapkan sebagai pasien rawat inap pertama kali. c. Gambaran EKG kabur atau tidak memenuhi standar pembacaan lead EKG.

4.5. Metode Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari bagian instalasi rekam medis Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan. Pengumpulan data akan dilakukan dengan metode observasi menggunakan rekam medis.

4.6. Metode Analisis Data

Universitas Sumatera Utara Data yang diperoleh dari penelitian ini akan diproses dan dianalisis dengan menggunakan program aplikasi analisis statistik, untuk mengetahui gambaran EKG pada pasien penyakit jantung koroner yang dirawat inapdi CVCURumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan pada Januari sampai Desember 2014. Universitas Sumatera Utara BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

Pengambilan data dilakukan pada tanggal 25 September 2015 sampai dengan 28 September 2015 di bagian rekam medik RSUP H. Adam Malik Medan. Dari 200 buah rekam medik pasien dengan penyakit jantung koroner, ditemukan 137 buah rekam medik pasien penyakit jantung koroner yang hasil EKG-nya dapat diamati.Berdasarkan hasil pengumpulan dan analisis rekam medis, maka dapat disimpulkan hasil penelitian dalam paparan di bawah ini.

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUP H. Adam Malik yang beralamat diJalan Bunga Lau no. 17 Medan Kelurahan Kemenangan, Kecamatan Medan Tuntungan, Medan. RSUP H. Adam Malik merupakan Rumah Sakit kelas A sesuai dengan SK Menkes No. 335MenkesSKVIII1990. RSUP H. Adam Malik adalah Rumah Sakit Rujukan untuk wilayah pembangunan A yang meliputi Propinsi Sumatera Utara, Aceh, Sumatera Barat, dan Riau. RSUP H. Adam Malik juga ditetapkan sebagai Rumah Sakit Pendidikan berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 502MenkesIX1991 tanggal 6 September 1991 dan secara resmi pusat pendidikan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dipindahkan ke RSUP H. Adam Malik pada tanggal 11 Januari 1993.

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh pasien rawat inap dengan hasil pemeriksaan EKG menunjukkan iskemi miokard akut dengan tipe angina pektoris tak stabil, infark miokard akut dengan tipe STEMI dan Non STEMI di RSUP H. Universitas Sumatera Utara Adam Malik Medan dari 01 Januari 2014-31 Desember 2014 yang memenuhi kriteria. Tabel 5.1. Distribusi Karakteristik Sampel Berdasarkan Status Sosial STATUS SOSIAL Frekuensi Persentase Jenis Kelamin Perempuan Laki - laki 98 39 71,5 28,5 Umur 35-44 45-54 55-64 65-74 75 9 53 52 17 6 6,6 38,7 38 12,4 4,4 Pekerjaan Pegawai Negeri Pegawai Swasta Pensiunan Ibu Rumah Tangga Wiraswasta Petani TNI Polri Guru 52 5 34 14 22 6 3 1 38 3,6 24,8 10,2 16,1 4,4 2,2 0,7 Status Perkawinan Universitas Sumatera Utara Menikah Duda Janda 117 6 14 85.4 4,4 10,2 Terdapat 137 orang pasien penyakit jantung koroner yang memenuhi kriteria menjadi sampel penelitian, yang terdiri dari 98 71.5 orang laki-laki dan 39 28.5 orang perempuan seperti pada tabel 5.1. Pada penelitian ini, penderita terbanyak berdasarkan kelompok umur berada dalam rentang usia 45-54 tahun, sebanyak 53 38.7 orang, diikuti oleh kelompok umur 55-64 tahun sebanyak 52 38 orang dan kelompok umur 65-74 tahun sebanyak 17 12,4 orang. Selanjutnya kelompok umur 35-44 tahun sebanyak 9 orang 6,6 diikuti kelompok usia ≥75 tahun dengan jumlah sampel sebanyak 6 4,4 orang. Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa sampel yang paling banyak bekerja sebagai pegawai negeri yaitu sebanyak 52 38 orang diikuti oleh sampel yang tidak bekerja lagi atau sudah pensiun yaitu sebanyak 34 24,8 orang. Sementara sampel yang bekerja sebagai guru berjumlah paling sedikit, yaitu 1 0,7 orang. Sampel dengan karakteristik status perkawinan sudah menikah memiliki jumlah yang lebih banyak yaitu sebanyak 117 85,4 orang. Sementara sampel yang status perkawinannya duda hanya berjumlah sebanyak 6 4,4 orang dan berstatus janda berjumlah 14 10,2 orang. Tabel 5.2. Distribusi Karakteristik Sampel Berdasarkan Gambaran EKG Diagnosa Frekuensi Persentase ST Elevasi 81 41,9 Universitas Sumatera Utara ST Depresi 56 29,05 Inversi Gel. T 56 29,05 Total 193 100 Dari 137 sampel, didapatkan gambaran EKG untuk ST elevasi adalah 81 orang 41,9, sedangkan untuk ST depresi dan inversi gelombang T mencapai masing – masing 56 orang 29,05. Tabel 5.3. Distribusi Karakteristik Sampel Berdasarkan Diagnosis Diagnosa Frekuensi Persentase STEMI 81 59,1 NSTEMI 32 23,4 APTS 24 17,5 Dari 137 orang pasien penyakit jantung koroner yang memenuhi kriteria menjadi sampel, sebanyak 81 59,1 orang menderita infark miokard akut tipe STEMI dan 32 23,4 orang menderita infark miokard akut tipe NSTEMI, serta 24 17,5 orang menderita APTS. Dalam penelitian ini karakteristik sampel berdasarkan gambaran EKG yang dapat diamati meliputi posisi lead yang memiliki gelombang Q, lokasi elevasi segmen ST, jenis ritme sinus, interval dari segmen PR, laju, durasi, axis dari kompleks QRS, dalamtingginya gelombang S dan R, bentuk depolarisasi ventrikel dan bentuk gelombang P. Pada infark miokard tipe STEMI, dapat ditemukan lokasi miokard berdasarkan posisi lead yang memiliki gelombang Q dan elevasi segmen ST. Sedangkan pada Universitas Sumatera Utara infark miokard tipe Non STEMI dan angina pektoris tak stabil tidak dapat ditentukan lokasi infarknya, hal ini disebabkan infark tipe ini tidak memiliki elevasi segmen ST. Dari 137 pasien, lokasi infark tersering adalah di inferior, 47 34,3 orang sampel mengalami infark di lokasi ini, disusul dengan 31 22,6 orang menderita infark pada bagian anteroseptal. Pada urutan ketiga terbanyak infark terjadi di lokasi inferolateral yaitu sebanyak 18 13,1 orang penderita, dilanjutkan dengan infark di anterolateral sebanyak 16 11,7 orang. Sedangkan yang mengalami infark pada bagian antero-lateral penderitanya sebanyak 8 5,8 orang dan pada anterior sebanyak 7 5,1 orang. Sisanya pada bagian antero- inferior berjumlah 6 orang 4,4, infero-antero-septal dan inferoposteriormemiliki penderita sebanyak 1 0,7 orang. Hal ini dapat dilihat pada tabel 5.4.berikut: Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Sampel Berdasarkan Lokasi Infark pada Penyakit Jantung Koroner Lokasi Infark Frekuensi Persentase Inferior II, III, avF 47 34,3 Infero-antero-septal II,III,aVF, V1-V6 3 2,2 Anterior V3-V4 7 5,1 Anterolateral V3-V6,I,avL 16 11,7 Anteroseptal V1-V4 31 22,6 Universitas Sumatera Utara Tabel 5.1 5.2. Pembahasan

5.2.1. Karakteristik Penderita Penyakit jantung koroner Berdasarkan Status Sosial

Dari hasil penelitian Tabel 5.1 diketahui bahwa mayoritas sampel penderita infark miokard adalah laki-laki 98 71,5 sedangkan wanita hanya sebagian kecil yaitu 39 28,5 orang. Menurut Anand 2008, kadar lipid yang abnormal, kebiasaan merokok, obesitas di daerah abdomen, diet beresiko tinggi, dan stres merupakan beberapa faktor resiko untukmenderita infarkmiokard, baik pada laki-laki maupun wanita. Menurut Santoso 2005, wanita lebih kebal terhadap penyakit infark miokard karena adanya faktor perlindungan estrogen. Dari hasil penelitian Tabel 5.1. sampel yang paling banyak menderita penyakit jantung koroner adalah sampel dalam rentang usia 45-54 tahun sebanyak 53 orang 38,7. Hal ini sesuai dengen pendapat Fenton 2009 yang mengatakan insidens tertinggi berada pada rentang usia kurang dari 70 tahun. Faktor resiko dan proses aterosklerosis yang sudah berlangsung lama baru memberikan gambaran klinis setelah beberapa tahun. Hal ini mungkin dipengaruhi genetik, faktor resiko dan gaya hidup yang kurang baik yang telah diterapkan pasien selama bertahun-tahun. Berdasarkan pengamatan terhadap pekerjaan Tabel 5.1., sampel paling banyak bekerja sebagai pegawai negeri yaitu sebanyak 52 orang38. Selain InferolateralI,II, III, avF, avL, V5-V6 18 13,1 Anterior-inferior II, III, avF, 6 4,4 Inferoposterior II,III, avF, V1 1 0,7 Inferior-antero-lateral I, II, III, avF, avL, V5-V6 8 5,8 Total 137 100 Universitas Sumatera Utara karena inaktifitas fisik yang banyak berpengaruh terhadap kesehatan, kualitas, dan daya tahan hidup Majid, 2007, hal ini mungkin dikarenakan pegawai negeri memiliki jam dan jadwal kerja yang lebih tidak teratur.Selain itu, kebiasaan konsumsi di kantin atau yang telah disediakan meningkatkan konsumsi energi dna lemak sehingga kolesterol darah meningkat Situmeang, 2011. Bahkan, salah satu sasaran utama kegiatan deteksi dini faktor risiko PJK adalah pegawai negeri Dinkes Bali, 2014.terbanyak kedua diduduki oleh sampel yang tidak lagi bekerja atau pensiunan, yaitu sebanyak 34 orang24,8 orang. Hal ini mungkin dikarenakan usia diatas 55 tahun adalah usia dimana seseorang mulai berhenti dari pekerjaannya. Sampel paling sedikit berasal dari kelompok yang bekerja sebagai guru yaitu sebanyak 1 0,7 orang. Tabel 5.4.memperlihatkan pengelompokan sampel berdasarkan karakteristik status perkawinannya. Hampir seluruhnya sampel 85,4 sudah menikah. Hal ini sesuai dengan fakta yang dikeluarkan BPS atau biro pusat statistik pada tahun 2011 bahwa warganegara indonesia wanita rata-rata menikah di usia 24 tahun dan pria rata-rata di usia 27,4. Menurut Rahayu et al 2011, beban kerja, konflik pada sebuah keluarga, dan status ekonomi telah ditemukan sebagai salah satu faktor prediksi dari vital exhaustion yang dapat memperparah terjadinya PJK. 5.2.2. Karakteristik Penderita Penyakit Jantung Koroner Berdasarkan Diagnosis Jenis Penyakit Jantung Koroner dan Gambaran EKG Berdasarkan hasil penelitian tabel 5.3. sebanyak 81 59,1 orang mengalami penyakit jantung koroner tipe STEMI dan 32 23,4 orang mengalami NSTEMI. STEMI disebabkan oleh oklusi pembuluh darah mendadak serta 24 17,5 orang menderita APTS. Kondisi injuri ditandai dengan elevasi segmen ST sedangkan infark ditandai dengan kemunculan gelombang Q pada rekaman EKG. Universitas Sumatera Utara Gambaran pada manifestasi APTS dan NSTEMI mempunyai gambaran yang sama, yaitu ditandai dengan adanya inversi gelombang T dan depresi dari segmen ST. Sedangkan, untuk STEMI dijumpai adanya inversi gelombang T atau gelombang T yang meninggi, elevasi segmen ST dan juga munculnya gelombang Q baru Kumar, 2005. Menurut Ramrakha 2006, angina tak stabil dan NSTEMI memiliki tampilan yang mirip dalam hal manifestasi klinis, patogenesis dan pengobatan, tetapi berbeda dalam keparahan penyakit dan hadirnya enzim pertanda nekrosis miokard. Menurut Gomersall 2010, gejala klinis NSTEMI berupa sindroma klinis chest pain akut akibat iskemia, yang berkurang ketika istirahat atau lambat laun meningkat saat melakukan usaha. Keadaan biasanya tidak definitif menunjukkan infark, dan berkembang setelah beberapa jam hingga hari.Bahkan sebagian pasien tidak mengalami nyeri dada, terkadang keluhan berupa rasa tidak nyaman di leher, lengan, telinga, rahang dan epigastrium Fenton, 2009.Pasien biasanya tidak datang mencari dokter jika gejala klinis penyakit belum berat atau mengganggu kenyamanan pasien pada tingkat tertentu.Pasien NSTEMI tanpa gejala klinis yang berat mungkin tidak datang ke rumah sakit, hal ini mungkin berpengaruh terhadap jumlah pasien NSTEMI yang lebih sedikit dibanding dengan pasien STEMI dan angina tak stabil. Hal ini sejalan dengan Montalescot et al 2007 yang menyatakan waktu median antara onset simptom dengan kedatangan pasien di rumah sakit lebih cepat pada pasien STEMI dibandingkan NSTEMI dan angina pektoris tak stabil.Diagnosis pada STEMI juga perlu dibuat sesegera mungkin saat pasien tiba di rumah sakit untuk dilakukan tindakan segera Perki, 2015.

5.2.3. Karakteristik Penderita Penyakit jantung koroner Berdasarkan Lokasi Infark

Infark miokard tipe elevasi segmen ST STEMI terjadi ketika aliran darah menurun tiba-tiba akibat oklusi trombus di arteri koroner Antmen, 2005. Setelah oklusi, miokard jantung mengalami kerusakan melalui berbagai tahap, yaitu iskemia,injury, dan infark. Universitas Sumatera Utara Pada penyakit jantung koroner STEMI, peneliti ingin melihat dimana lokasi infark yang paling banyak dialami oleh pasien. Berdasarkan hasil penelitian Tabel 5.4., lokasi infark yang paling sering dialami pasien adalah inferior yaitu sebanyak 47 34,3 orang. Lokasi infark inferior lebih banyak ditemukan pada perokok aktif yang telah banak terbukti berdampak pada status kesehatan.Pada penelitian Kennedy et al. 1979, infark bagian inferior umumnya berhubungan dengan jumlah kerusakan miokardium yang lebih sedikit namun memiliki kerentanan lebih besar untuk bradiaritmia dan gangguan konduksi. Universitas Sumatera Utara BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan uraian-uraian yang telah dipaparkan sebelumnya, maka dalam penelitian ini dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu: 1. Pasien penyakit jantung koroner terdiri dari 81 59,1 orang menderita STEMI, 32 23,4 orang menderita NSTEMI, dan 24 17,5 orang menderita APTS. 2. Pasien penyakit jantung koroner terdiri dari 98 71,5 orang laki-laki dan 39 28,5 orang perempuan.Rata-rata umur pasien yang mengalami penyakit jantung koroner berada pada rentang 45-54 tahun, yaitu sebanyak 53 38,7 orang.Rata-rata pekerjaan pasien yang mengalami penyakit jantung koroner adalah pegawai negeri, yaitu sebanyak 52 38 orang.Hampir seluruhnya pasien memiliki status menikah, yaitu sebanyak 117 85,4 orang. 3. Pasien penyakit jantung koroner dengan manifestasi APTS sebanyak 24 orang 17,5 dari 137 orang memiliki gambaran inversi gelombang T dan depresi segmen ST. 4. Pasien penyakit jantung koroner dengan manifestasi NSTEMI sebanyak 32 orang 23,4 memiliki gambaran inversi gelombang T dan depresi segmen ST. Perbedaan dengan APTS adalah pada penanda biokimia jantung yang reaktif pada NSTEMI. 5. Pasien penyakit jantung koroner dengan manifestasi STEMI sebanyak 81 orang 59,1 memiliki gambaran inverse gelombang T, elevasi segmen ST, dan adanya gelombang Q baru. 6. Pada pasien penyakit jantung koroner, lokasi infark terbanyak berada di inferior, yaitu sebanyak 47 34,3 orang. Universitas Sumatera Utara

6.2. Saran