Karakteristik Penderita Penyakit jantung koroner Berdasarkan Status Sosial

Tabel 5.1 5.2. Pembahasan

5.2.1. Karakteristik Penderita Penyakit jantung koroner Berdasarkan Status Sosial

Dari hasil penelitian Tabel 5.1 diketahui bahwa mayoritas sampel penderita infark miokard adalah laki-laki 98 71,5 sedangkan wanita hanya sebagian kecil yaitu 39 28,5 orang. Menurut Anand 2008, kadar lipid yang abnormal, kebiasaan merokok, obesitas di daerah abdomen, diet beresiko tinggi, dan stres merupakan beberapa faktor resiko untukmenderita infarkmiokard, baik pada laki-laki maupun wanita. Menurut Santoso 2005, wanita lebih kebal terhadap penyakit infark miokard karena adanya faktor perlindungan estrogen. Dari hasil penelitian Tabel 5.1. sampel yang paling banyak menderita penyakit jantung koroner adalah sampel dalam rentang usia 45-54 tahun sebanyak 53 orang 38,7. Hal ini sesuai dengen pendapat Fenton 2009 yang mengatakan insidens tertinggi berada pada rentang usia kurang dari 70 tahun. Faktor resiko dan proses aterosklerosis yang sudah berlangsung lama baru memberikan gambaran klinis setelah beberapa tahun. Hal ini mungkin dipengaruhi genetik, faktor resiko dan gaya hidup yang kurang baik yang telah diterapkan pasien selama bertahun-tahun. Berdasarkan pengamatan terhadap pekerjaan Tabel 5.1., sampel paling banyak bekerja sebagai pegawai negeri yaitu sebanyak 52 orang38. Selain InferolateralI,II, III, avF, avL, V5-V6 18 13,1 Anterior-inferior II, III, avF, 6 4,4 Inferoposterior II,III, avF, V1 1 0,7 Inferior-antero-lateral I, II, III, avF, avL, V5-V6 8 5,8 Total 137 100 Universitas Sumatera Utara karena inaktifitas fisik yang banyak berpengaruh terhadap kesehatan, kualitas, dan daya tahan hidup Majid, 2007, hal ini mungkin dikarenakan pegawai negeri memiliki jam dan jadwal kerja yang lebih tidak teratur.Selain itu, kebiasaan konsumsi di kantin atau yang telah disediakan meningkatkan konsumsi energi dna lemak sehingga kolesterol darah meningkat Situmeang, 2011. Bahkan, salah satu sasaran utama kegiatan deteksi dini faktor risiko PJK adalah pegawai negeri Dinkes Bali, 2014.terbanyak kedua diduduki oleh sampel yang tidak lagi bekerja atau pensiunan, yaitu sebanyak 34 orang24,8 orang. Hal ini mungkin dikarenakan usia diatas 55 tahun adalah usia dimana seseorang mulai berhenti dari pekerjaannya. Sampel paling sedikit berasal dari kelompok yang bekerja sebagai guru yaitu sebanyak 1 0,7 orang. Tabel 5.4.memperlihatkan pengelompokan sampel berdasarkan karakteristik status perkawinannya. Hampir seluruhnya sampel 85,4 sudah menikah. Hal ini sesuai dengan fakta yang dikeluarkan BPS atau biro pusat statistik pada tahun 2011 bahwa warganegara indonesia wanita rata-rata menikah di usia 24 tahun dan pria rata-rata di usia 27,4. Menurut Rahayu et al 2011, beban kerja, konflik pada sebuah keluarga, dan status ekonomi telah ditemukan sebagai salah satu faktor prediksi dari vital exhaustion yang dapat memperparah terjadinya PJK. 5.2.2. Karakteristik Penderita Penyakit Jantung Koroner Berdasarkan Diagnosis Jenis Penyakit Jantung Koroner dan Gambaran EKG Berdasarkan hasil penelitian tabel 5.3. sebanyak 81 59,1 orang mengalami penyakit jantung koroner tipe STEMI dan 32 23,4 orang mengalami NSTEMI. STEMI disebabkan oleh oklusi pembuluh darah mendadak serta 24 17,5 orang menderita APTS. Kondisi injuri ditandai dengan elevasi segmen ST sedangkan infark ditandai dengan kemunculan gelombang Q pada rekaman EKG. Universitas Sumatera Utara Gambaran pada manifestasi APTS dan NSTEMI mempunyai gambaran yang sama, yaitu ditandai dengan adanya inversi gelombang T dan depresi dari segmen ST. Sedangkan, untuk STEMI dijumpai adanya inversi gelombang T atau gelombang T yang meninggi, elevasi segmen ST dan juga munculnya gelombang Q baru Kumar, 2005. Menurut Ramrakha 2006, angina tak stabil dan NSTEMI memiliki tampilan yang mirip dalam hal manifestasi klinis, patogenesis dan pengobatan, tetapi berbeda dalam keparahan penyakit dan hadirnya enzim pertanda nekrosis miokard. Menurut Gomersall 2010, gejala klinis NSTEMI berupa sindroma klinis chest pain akut akibat iskemia, yang berkurang ketika istirahat atau lambat laun meningkat saat melakukan usaha. Keadaan biasanya tidak definitif menunjukkan infark, dan berkembang setelah beberapa jam hingga hari.Bahkan sebagian pasien tidak mengalami nyeri dada, terkadang keluhan berupa rasa tidak nyaman di leher, lengan, telinga, rahang dan epigastrium Fenton, 2009.Pasien biasanya tidak datang mencari dokter jika gejala klinis penyakit belum berat atau mengganggu kenyamanan pasien pada tingkat tertentu.Pasien NSTEMI tanpa gejala klinis yang berat mungkin tidak datang ke rumah sakit, hal ini mungkin berpengaruh terhadap jumlah pasien NSTEMI yang lebih sedikit dibanding dengan pasien STEMI dan angina tak stabil. Hal ini sejalan dengan Montalescot et al 2007 yang menyatakan waktu median antara onset simptom dengan kedatangan pasien di rumah sakit lebih cepat pada pasien STEMI dibandingkan NSTEMI dan angina pektoris tak stabil.Diagnosis pada STEMI juga perlu dibuat sesegera mungkin saat pasien tiba di rumah sakit untuk dilakukan tindakan segera Perki, 2015.

5.2.3. Karakteristik Penderita Penyakit jantung koroner Berdasarkan Lokasi Infark