Penentuan Stadium Limfedema Penetapan KabupatenKota Endemis

B. Pemeriksaan Limfosintigrafi dengan menggunakan dekstran atau albumin yang ditandai dengan zat radioaktif menunjukan adanya abnormalitas sistem limfatik sekalipun pada penderita yang asimptomatik mikrofilaremia. Utama, 2008 3. Diagnosis Imunologi Deteksi antigen dengan immuno chromatographic test ICT yang menggunakan antibodi monoklonal telah dikembangkan untuk mendeteksi antigen W.bancrofti dalam sirkulasi darah. Hasil tes positif menunjukkan adanya infeksi aktif walaupun mikrofilaria tidak ditemukan dalam darah. Deteksi antibodi dengan menggunakan antigen rekombinan telah dikembangkan untuk deteksi antibodi subklas IgG4 pada filariasis Brugia. Kadar antibodi IgG4 meningkat pada penderita mikrofilaremia. Deteksi antibodi tidak dapat membedakan infeksi lampau dan infeksi aktif. Pada stadium obstruktif mikrofilaria sering tidak ditemukan lagi dalam darah kadang-kadang mikrofilaria tidak dijumpai di dalam darah tetapi ada di dalam cairan hidrokel atau cairan kiluria. Utama, 2008

2.1.8 Penentuan Stadium Limfedema

Limfedema terbagi dalam 7 stadium atas dasar hilang tidaknya bengkak, ada tidaknya lipatan kulit, ada tidaknya nodul benjolan, mossy foot gambaran seperti lumut serta adanya hambatan dalm melaksanakan aktivitas sehari-hari. Penentuan stadium ini penting bagi petugas kesehatan untuk memberikan perawatan dan penyuluhan yang tepat kepada penderita. Penentuan stadium limfedema mengikuti kriteria sebagai berikut : Universitas Sumatera utara 1. Penentuan stadium limfedema terpisah antara anggota tubuh bagian kiri dan kanan, lengan dan tungkai. 2. Penentuan stadium limfedema lengan atas, bawah atau tungkai atas, bawah dalam satu sisi dibuat dalam satu stadium lumfedema. 3. Penentuan stadium limfedema berpihak pada tanda stadium yang terberat. 4. Penentuan stadium limfedema dibuat 30 hari setelah serangan akut sembuh. 5. Penentuan stadium limfedema dibuat sebelum dan sesudah pengobatan dan penatalaksanaan kasus. Tabel 2.2.Stadium LimfedemaTanda Kejadian Bengkak, Lipatan Dan Benjolan Pada Penderita Kronis Filariasis Gejala Stadium 1 Stadium 2 Stadium 3 Stadium 4 Stadium 5 Stadium 6 Stadium 7 Bengkak dikaki menghila ng waktu bangun tidur pagi Menetap Menetap Menetap menetap, meluas menetap, meluas menetap, meluas Lipatan kulit tidak ada tidak ada Dangkal Dangkal dalam, kadang dangkal dangkal, dalam dangkal, dalam Nodul tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada Ada Kadang kadang Mossy lesions tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada Ada kadang- kadang Hambata n berat Tidak Tidak Tidak Tidak tidak Tidak Ya Sumber : DinKes Sumut,2010 Universitas Sumatera utara

2.1.9 Penetapan KabupatenKota Endemis

Dilakukan berdasarkan hasil survei cepat dan survei darah jari, dan ditetapkan oleh provinsi. a. Survei Kasus Kronis Filariasis Survei kasus kronis filariasis merupakan cara untuk menemukan kasus kronis, dan pada desa yang ditemukan kasus kronis terbanyak akan dilakukan survei darah jari. Dan cara memperoleh data kasus kronis filariasis adalah laporan dari masyarakat, kartu status di Puskesmas dan Rumah Sakit, Penemuan kasus oleh tenaga kesehatan. Dan dalam pelaksanaan adalah sebagai berikut : 1. Dinas Kesehatan KabupatenKota mendistribusikan Formulir data kasus kronis Filariasis Desa Formulir-1, formulir data kasus kronis filariasis Puskesmas Formulir-2 dan bahan promosi berupa gambar kasus kronis filariasis ke semua Puskesmas di seluruh wilayah kerjanya. 2. Puskesmas membuat surat edaran penemuan kasus kronis filariasis kepada para Kepala DesaLurah dan tokoh masyarakat kader di seluruh wilayah kerja Puskesmas yang dilampiri formulir data kasus kronis filariasis Desa Formulir-1 dan media promosi. 3. Puskesmas melakukan sosialisasi kasus kronis filariasis pada pertemuan- pertemuan di kecamatan dan Desa serta menyebarluaskan media promosi di tempat-tempat umum. 4. Semua data kasus kronis yang diperoleh dari Kepala Desa, Tokoh masyarakat atau penderita yang melapor langsung ke Puskesmas direkapitulasi oleh Puskesmas. Universitas Sumatera utara 5. Dilakukan konformasi kasus kronis filariasis oleh petugas Puskesmas 6. Data selanjutnya dicatat dalam formulir data kasus kronis filariasis Puskesmas Formulir-2. 7. Formulir data kasus kronis filariasis puskesmas yang telah diisi dikirim ke Dinas Kesehatan KabupatenKota. DinKes Sumut, 2010 Dari data kasus kronis yang diperoleh, dapat ditentukan Angka kesakitan Kronis Chronic Disease Rate=CDR di suatu desa dalam persen ��� = �����ℎ ����� ���������� �� ���� ���� �������� �����ℎ �������� ���� �������� � 100 b. Survei Darah Jari Adalah indentifikasi mikrofilaria dalam darah tepi pada suatu populasi yang bertujuan untuk menentukan endemisitas daerah tersebut dan intensitas intensitas infeksinya. Yang dimulai pada jam 20.00 waktu setempat dengan menghitung kepadatan Rata- rata Mikrofilaria dan Menghitung Mikrofilaria rate 1. Kepadatan rata-rata mikrofilaria dari hasil survei darah jari disatu Desa adalah angka rata-rata mikrofilaria permili liter darah yang dihitung dengan menjumlahkan semua mikrofilaria yang ditemukan pada semua sedian dibagi dengan jumlah orang yang sediaannya positif, kemudian dikalikan faktor pengali. 2. Menghitung mikrofilaria rate bisa dihitung dengan cara membagi jumlah penduduk yang sediaan darahnya positif mikrofilaria dengan jumlah sediaan darah yang diperiksa dikali seratus persen. Universitas Sumatera utara Mf Rate = �����ℎ ������� ����ℎ ������� ������������ �����ℎ ������� ����ℎ ��������� � 100 Bila Mf.Rate 1 di salah satu atau lebih lokasi survei maka KabupatenKota tersebut ditetapkan sebagai daerah endemis filariasis dan harus melaksanakan pengobatan massal. Bila Mf Rate 1 pada semua lokasi survei maka KabupatenKota tersebut ditetapkan sebagai daerah endemis rendah dan melaksanakan pengobatan selektif yaitu pengobatan hanya diberikan pada setiap orang yang positif mikrofilaria beserta anggota keluarga serumah. DinKes Sumut, 2010

2.1.10 Program Eliminasi Filariasis

Dokumen yang terkait

Analisis Determinan Daya Saing Ekonomi Kabupaten Batu Bara

1 59 70

Evaluasi Lahan Kecamatan Lintong Nihuta Kabupaten Humbang Hasundutan Untuk Tanaman Kopi Arabika (Coffea arabica)

2 72 89

Hubungan Karakteristik Penderita dan Sanitasi Rumah serta Lingkungan dengan Kejadian Filariasis di Kabupaten Pidie

3 97 128

Hubungan Sanitasi Lingkungan Perumahan Dan Perilaku Masyarakat Dengan Kejadian Filariasis di Kecamatan Kampung Rakyat Kabupaten Labuhan Batu Selatan Tahun 2012

1 56 140

Hubungan Sanitasi Lingkungan Perumahan dan Perilaku Masyarakat Terhadap Kejadian Penyakit Filariasis di Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2005

0 35 181

Analisis Pekerjaan Alternatif Nelayan Kecamatan Talawi Kabupaten Batu Bara (Studi Kasus: Desa Mesjid Lama Kecamatan Talawi Kabupaten Batu Bara)

0 39 74

HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN PERUMAHAN DENGAN KEJADIAN DBD DI KENAGARIAN SALIDO KECAMATAN IV JURAI KABUPATEN PESISIR SELATAN TAHUN 2013.

0 0 9

HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN PERUMAHAN DAN PERILAKU MASYARAKAT DENGAN KEJADIAN FILARIASIS DI KECAMATAN KAMPUNG RAKYAT KABUPATEN LABUHAN BATU SELATAN TAHUN 2012

0 0 14

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul : “PENGARUH EKUITAS MEREK TERHADAP MINAT BELI

0 0 16

KATA PENGANTAR Syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Kualitas Layanan, Nilai Pelanggan dan Kepuasan Pelanggan

0 0 20