BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Kecamatan Kampung Rakyat 4.1.1 Demografi
Kecamatan Kampung Rakyat dengan ibu kota Kecamatan yang berada pada Desa Tanjung Medan ini merupakan satu dari 5 Kecamatan yang berada pada
Kabupaten Labuhan Batu Selatan. Dengan luas 32,361 Km
2
. Serta memiliki 8 Desa yaitu Desa yaitu Tanjung Medan, Tanjung Selamat, Tanjung Mulia, Tolan, Pekan
Tolan, Perlabian, Air Merah dan Desa Kebun Perlabian. Dari laporan tahunan Wilayah kerja Puskesmas Tanjung Medan Kecamatan
Kampung Rakyat mempunyai penduduk dengan jumlah 35.449 jiwa dengan jumlah Laki-laki 17294 jiwa dan Perempuan sebanyak 18155 jiwa.
4.2 Analisis Univariat Karekteristik Responden
Analisis univariat digunakan untuk mendapatkan gambaran distribusi frekuensi karakteristik responden yang meliputi umur, jenis kelamin, pendidikan,
pekerjaan.
4.2.1 Umur
Adapun gambaran umur responden pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut ini
Universitas Sumatera utara
Tabel 4.1 Distribusi Responden Menurut Umur pada Puskesmas Tanjung Medan Kecamatan Kampung Rakyat Tahun 2012
No Umur
Jumlah Persentase
1 30-45 Tahun
7 17,5
2 46-55 Tahun
11 27,5
3 56-65 Tahun
18 45
4
65 Tahun 4
10
Total 40
100
Berdasarkan tabel 4.1 diatas dapat dilihat bahwa jumlah responden berdasarkan umur kelompok di Puskesmas Tanjung Medan Kecamatan Kampung
Rakyat tahun 2012 terbanyak pada kelompok umur 56-65 tahun yaitu 18 responden 45 dan yang terkecil yaitu pada kelompok umur 65 tahun yaitu 4 responden
10.
4.2.2. Jenis Kelamin
Adapun gambaran jenis kelamin responden pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut ini
Tabel 4.2 Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin pada Puskesmas Tanjung Medan Kecamatan Kampung Rakyat
No Jenis Kelamin
Jumlah Persentase
1. Laki-laki
6 15
2. Perempuan
34 85
Total 40
100
Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat bahwa jumlah responden menurut jenis kelamin pada Puskesmas Tanjung Medan Kecamatan Kampung Rakyat tahun 2012
yang terbanyak pada perempuan yaitu 34 responden 85 dan pada laki-laki 6 responden 15.
Universitas Sumatera utara
4.2.3 Tingkat Pendidikan dan Pekerjaan
Adapun gambaran tingkat pendidikan responden pada penelitian dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut ini
Tabel 4.3 Distribusi Responden Menurut Pendidikan dan Pekerjaan pada
Puskesmas Tanjung Medan Kecamatan Kampung Rakyat Tahun 2012
No Tingkat Pendidikan
Jumlah Persentase
1.
Tamat SD 26
65
2.
Tamat SLTP 14
35
Total 40
100
Pekerjaan 1.
Petani 40
100
Berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat bahwa jumlah responden menurut pendidikan tingkat pendidikan pada Puskesmas Tanjung Medan Kecamatan
Kampung Rakyat tahun 2012 terbanyak tamat SD yaitu 26 responden 65. Sedangkan jumlah responden menurut pekerjaan yaitu seluruh responden bekerja
sebagai petani sebanyak 40 responden 100.
4.3 Analisis Univariat Sanitasi Lingkungan Perumahan
Faktor sanitasi lingkungan perumahan yang diamati pada penelitian ini adalah saluran pembuangan air limbah, tempat perindukan nyamuk, tempat peristirahatan
nyamuk, kawat kasa pada ventilasi, kerapatan dinding, pencahayaan, kelembaban
4.3.1 Saluran Pembuangan Air Limbah
Ketersedian saluran pembuangan air limbah adalah adanya atau tidak adanya saluran pembungan air limbah yang sesuai dengan pedoman teknis penilaian rumah
sehat untuk setiap rumah tangga.
Universitas Sumatera utara
Hasil pengamatan terhadap saluran pembuangan air limbah disajikan pada tabel 4.4 berikut ini
Tabel 4.4 Distribusi Sanitasi Lingkungan Perumahan Berdasarkan Saluran Pembuangan Air Limbah di Kecamatan Kampung Rakyat Tahun
2012
No SPAL
Kasus Kontrol
1. Ada
Jumlah Jumlah
13 65
6 30
2. Tidak ada
7 35
14 70
Total 20
100 20
100
Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa jumlah rumah menurut saluran pembuangan air limbah di Kecamatan Kampung Rakyat tahun 2012 pada kelompok
kasus terbanyak mempunyai saluran pembuangan air limbah yaitu 13 rumah 65 dan pada kelompok kontrol terdapat tidak memiliki yaitu sebanyak 14 rumah 70.
4.3.2 Tempat Perindukan Nyamuk
Merupakan tempat habitat nyamuk untuk berkembang biak yaitu berupa genangan air, barang bekas yang dapat menanmpung air, rawa-rawa dan tambak yang
tidak terawat yang berada pada sekitar rumah responden. Hasil pengamatan terhadap tempat perindukan nyamuk disajikan pada tabel
4.5 berikut ini.
Tabel 4.5 Distribusi Sanitasi Lingkungan Perumahan Berdasarkan Tempat Perindukan Nyamuk di Kecamatan Kampung Rakyat Tahun 2012
No Tempat Perindukan Nyamuk Kasus
Kontrol Jumlah
Jumlah 1.
Ada 8
40 3
15
2. Tidak ada
12 60
17 85
Total 20
100 20
100
Universitas Sumatera utara
Hasil yang diperoleh pada tabel 4.5 berdasarkan tempat perindukan nyamuk bahwa pada kelompok kasus tidak ada tempat perindukan nyamuk yaitu 12 rumah
60 dan pada kelompok kontrol yang tidak ada sebanyak 17 rumah 85.
4.3.3 Tempat Peristirahatan Nyamuk
Tempat untuk proses pematangan telur atau pun tempat peristirahatan sementara yang berada pada sekitar rumah responden berupa baju yang bergantungan
pada dinding,pada dinding rumah. Hasil pengamatan terhadap tempat peristirahatan nyamuk disajikan pada tabel
4.6 berikut ini.
Tabel 4.6 Distribusi Sanitasi Lingkungan Perumahan Berdasarkan Tempat Peristirahatan Nyamuk di Kecamatan Kampung Rakyat Tahun
2012
No Tempat Peristirahatan
Nyamuk Kasus
Kontrol Jumlah
Jumlah 1.
Ada 15
75 7
35
2. Tidak Ada
5 25
13 65
Total 20
100 20
100
Berdasarkan tabel 4.6 dapat dilihat bahwa pada kelompok kasus yang ada tempat peristirahatan nyamuk terdapat 15 rumah 75 dan pada kelompok kontrol
yang tidak ada yaitu sebanyak 13 rumah 65.
4.3.4 Kawat Kasa Pada Ventilasi
Pemasangan kawat kasa pada ventilasi adalah adanya atau tidak ada pada ventilasi rumah responden. Hasil pengamatan terhadap kawat kasa pada ventilasi
disajikan pada tabel 4.7 berikut ini.
Universitas Sumatera utara
Tabel 4.7 Distribusi Sanitasi Lingkungan Perumahan Berdasarkan Kawat Kasa Pada Ventilasi di Kecamatan Kampung Rakyat Tahun 2012
No Kawat Kasa Pada Ventialsi
Kasus Kontrol
Jumlah Jumlah
1.
Tidak Ada 4
20 9
45
2. Ada
16 80
11 55
Total 20
100 20
100
Hasil yang diperoleh pada tabel 4.7 bahwa jumlah rumah menurut kawat kasa pada jendela pada kelompok kasus yang tidak ada sebanyak 4 rumah 20 dan pada
kelompok kontrol yang tidak ada yaitu 9 rumah 45.
4.3.5 Pencahayaan pada Ruang Utama
Pencahayaan pada ruang utama yang memenuhi syarat apabila terang, tidak silau dan bisa digunakan untuk membaca normal yang berada ruang utama pada
rumah responden. Hasil pengamatan terhadap pencahayaan pada ruang utama disajikan pada
tabel 4.8 berikut ini.
Tabel 4.8 Distribusi Sanitasi Lingkungan Perumahan Berdasarkan
Pencahayaan pada Ruang Utama di Kecamatan Kampung Rakyat Tahun 2012
No Pencahayaan Pada Ruang
Utama Kasus
Kontrol Jumlah
Jumlah 1.
Tidak Masuk 8
40 5
25
2. Masuk
12 60
15 75
Total 20
100 20
100
Berdasarkan tabel 4.8 dapat dilihat bahwa jumlah rumah berdasarkan pencahayaan yang tidak masuk pada ruang utama di Kecamatan Kampung Rakyat
pada kelompok kasus sebanyak 8 rumah 40 dan pada rumah kelompok kontrol yaitu sebanyak 5 rumah 25.
Universitas Sumatera utara
4.3.6 Kerapatan Dinding
Kerapatan dinding adalah pembatas rumah responden yang terbuat dari pasangan batu dan dilihat dari kerapatannya yang
≤ 1,5 mm
2
. Hasil pengamatan terhadap kerapatan dinding disajikan pada tabel 4.9 berikut ini.
Tabel 4.9 Distribusi Sanitasi Lingkungan Perumahan Berdasarkan Kerapatan Dinding di Kecamatan Kampung Rakyat Tahun 2012
No Kerapatan Dinding
Kasus Kontrol
Jumlah Jumlah
1.
Tidak Rapat ≥1,5 mm
12 60
6 30
2.
Rapat ≤1,5 mm
8 40
14 70
Total 20
100 20
100
Pada tabel 4.9 dapat dilihat bahwa rumah berdasarkan kerapatan dinding di Kecamatan Kampung Rakyat pada kelompok kasus terdapat sebanyak 12 rumah tidak
rapat 60 dan pada kelompok kontrol yaitu 6 rumah tidak rapat pada dindingnya 30.
4.3.7 Kelembaban pada Ruang Utama
Kelembaban rumah yang memenuhi syarat untuk kesehatan menurut Permenkes No.829 Tahun 1999 adalah berkisar 40 - 70 dan yang tidak memenuhi
syarat kesehatan jika kelembaban 40 atau 70. Hasil pengukuran kelembaban di ruang utama dengan menggunakan alat
Hygrometer disajikan pada tabel 4.10 berikut ini.
Universitas Sumatera utara
Tabel 4.10 Distribusi Sanitasi Lingkungan Perumahan Berdasarkan
Kelembaban di Kecamatan Kampung Rakyat Tahun 2012 No
Kelembaban Pada Ruang Utama
Kasus Kontrol
Jumlah Jumlah
1. Tidak Memenuhi Syarat
12 60
6 30
2. Memenuhi Syarat
8 40
14 70
Total 20
100 20
100
Berdasarkan tabel 4.10 dapat dilihat bahwa jumlah rumah menurut kelembaban yang diukur dengan menggunakan Hygrometer pada kelompok kasus
yaitu yang tidak memenuhi syarat sebanyak 12 rumah 60 dengan kelembaban 40- 70 dan pada kelompok kontrol Tidak memenuhi syarat yaitu sebanyak 6
rumah 30 .
4.4 Gambaran Perilaku Responden di Kecamatan Kampung Rakyat 4.4.1 Pengetahuan Responden
Adapun gambaran pengetahuan responden tentang Filariasis di Kecamatan Kampung Rakyat, maka dapat dikategorikan baik dan kurang baik. Hasil penelitian
dapat dilihat pada tabel 4.11 dibawah ini.
Tabel 4.11 Kategori Responden Tentang Pengetahuan Filariasis di Kecamatan Kampung Rakyat Tahun 2012
No Pengetahuan Responden Kasus
Kontrol Jumlah
Jumlah 1.
Kurang Baik 2
10 9
45
2. Baik
18 90
11 55
Total 20
100 20
100
Pada tabel di atas diketahui bahwa pengetahuan responden pada kelompok kasus termasuk kriteria baik yaitu sebanyak 18 responden 90 sedangkan pada
Universitas Sumatera utara
kelompok kontrol termasuk kedalam kriteria baik sebanyak 11 responden atau sekitar 55.
4.4.2 Sikap Responden
Adapun gambaran sikap responden tentang Filariasis di Kecamatan Kampung Rakyat, maka dapat dikategorikan baik dan kurang baik. Hasil penelitian dapat dilihat
pada tabel 4.12.
Tabel 4.12 Kategori Sikap tentang Filariasis di Kecamatan Kampung Rakyat Tahun 2012
No Sikap Responden
Kasus Kontrol
Jumlah Jumlah
1. Kurang Baik
10 50
4 20
2. Baik
10 50
16 80
Total 20
100 20
100
Berdasarkan tabel 4.12 didapatkan hasil bahwa sikap responden tentang Filariasis pada kelompok kasus termasuk dalam kategori baik yaitu sebanyak 10
responden 50 dan pada kelompok kasus termasuk dalam kategori baik sebanyak 16 responden atau sekitar 80.
4.4.3 Tindakan Responden
Adapun gambaran tindakan responden dalam pencegahan terhadap Filariasis di Kecamatan Kampung Rakyat, maka dapat dikategorikan baik dan kurang baik.
Hasil penelitian dapat dilihat pada tabel 4.13.
Tabel 4.13 Kategori Responden berdasarkan Tindakan Pencegahan Filariasis di Kecamatan Kampung Rakyat Tahun 2012
No Tindakan Responden
Kasus Kontrol
Jumlah Jumlah
1.
Kurang Baik 15
75 7
35
2.
Baik 5
25 13
65 Total
20 100
20 100
Universitas Sumatera utara
Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa tindakan responden kelompok kasus terhadap kejadian Filariasis termasuk kedalam kategori kurang baik sebanyak
15 responden 75 sedangkan pada kelompok kontrol termasuk kedalam kategori baik yaitu sebanyak 13 responden 65.
4.5 Analisa Bivariat
Analisa yang digunakan untuk melihat hubungan antara variabel yang diteliti dengan kejadian Filariasis. Uji statistik yang digunakan pada analisis bivariat ini
adalah Chi-square dengan derajat kepercayaan 95 α = 5 . Apabila tidak
memenuhi syarat maka dilanjutkan dengan uji Fisher exact. Berdasarkan hasil uji statistik akan diperoleh nilai p, untuk nilai p0,05 berarti terdapat hubungan yang
bermakna antara variabel yang diteliti dengan kejadian Filariasis.
4.5.1 Hubungan Saluran Pembuangan Air Limbah dengan Kejadian Filariasis di Kecamatan Kampung Rakyat Tahun 2012
Adanya saluran pembuangan air limbah pada kelompok kasus sebanyak 13 rumah 65 dan tidak ada saluran pembuangan air limbah sebanyak 7 rumah
35. Sedangkan pada kelompok kontrol sebanyak 6 rumah 30 ada saluran pembuangan air limbah dan 14 rumah 60 tidak ada saluran pembuangan air
limbah. Hasil selengkapnya dapat ditampilkan pada tabel 4.14
Tabel 4.14 Hasil Analisis Keberadaan Saluran Pembuangan Air Limbah dengan Kejadian Filariasis di Kecamatan Kampung Rakyat Tahun
2012
Variabel Kategori
Kasus Kontrol
Prob Jumlah
Jumlah SPAL
Ada 13
65 6
30 0,057
Tidak Ada 7
35 14
70
Total 20
100 20
100
Universitas Sumatera utara
Berdasarkan pada tabel 4.14 menunjukkan bahwa secara statistik diperoleh nilai p= 0,057 p0,05 artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara responden
yang mempunyai saluran pembuangan air limbah dengan kejadian Filariasis.
4.5.2 Hubungan Tempat Perindukan Nyamuk dengan Kejadian Filariasis di Kecamatan Kampung Rakyat Tahun 2012
Adanya tempat perindukan nyamuk pada kelompok kasus sebanyak 8 rumah 40 dan tidak ada tempat perindukan nyamuk sebanyak 12 rumah 60.
Sedangkan pada kelompok kontrol sebanyak 3 rumah 15 ada tempat perindukan dan 17 rumah 85 tidak ada tempat perindukan nyamuk. Hasil selengkapnya dapat
ditampilkan pada tabel 4.15
Tabel 4.15 Hasil Analisis Keberadaan Tempat Perindukan Nyamuk dengan Kejadian Filariasis di Kecamatan Kampung Rakyat Tahun 2012
Variabel Kategori
Kasus Kontrol
Prob Jumlah
Jumlah Tempat perindukan
nyamuk Ada
8 40
3 15
0,157 Tidak ada
12 60
17 85
Total 20
100 20
100
Berdasarkan hasil analisis secara statistik diperoleh nilai p= 0,157 jika dibandingkan derajat kemaknaan p0,05 maka dapat dinyatakan bahwa tidak ada
hubungan yang bermakna antara tempat perindukan nyamuk dengan kejadian Filariasis.
4.5.3 Hubungan Tempat Peristirahatan Nyamuk dengan Kejadian Filariasis di Kecamatan Kampung Rakyat Tahun 2012
Berdasarkan hasil penelitian dijumpai bahwa pada kelompok kasus sebanyak 15 rumah 75 terdapat tempat peristirahatan nyamuk dan sebanyak 5 rumah 25
tidak ada, Sedangkan pada kelompok kontrol sebanyak 7 rumah 35 ada atau
Universitas Sumatera utara
terdapat tempat peristirahatan nyamuk dan sebanyak 13 rumah 65 tidak ada. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.16
Tabel 4.16 Hasil Analisis Keberadaan Tempat Peristirahatan nyamuk dengan Kejadian Filariasis di Kecamatan Kampung Rakyat Tahun 2012
Variabel Kategori
Kasus Kontrol
Prob Jumlah
Jumlah Tempat peristirahatan
nyamuk Ada
15 75
7 35
0,026 Tidak ada
5 25
13 65
Total 20
100 20
100
Berdasarkan hasil analisis statistik diperoleh nilai p= 0,026 p0,05, maka dapat dinyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara keberadaan tempat
peristirahatan nyamuk dengan kejadian Filariasis.
4.5.4 Hubungan Keberadaan Kawat Kasa pada Ventilasi dengan Kejadian Filariasis di Kecamatan Kampung Rakyat Tahun 2012
Hasil penelitian yang didapatkan bahwa pada kelompok kasus sebanyak 16 rumah 80 ada kawat kasa pada ventilasi dan 4 rumah 20 tidak ada kawat kasa
pada ventilasi, Sedangkan pada kelompok kontrol sebanyak 11 rumah 55 memiliki kawat kasa pada ventilasi dan sebanyak 9 rumah 45 tidak memiliki
kawat kasa pada ventilasi. Hasil selengkapanya dapat ditampilkan pada tabel 4.17 berikut ini.
Tabel 4.17 Hasil Analisis Keberadaan Kawat Kasa pada Ventilasi dengan Kejadian Filariasis di Kecamatan Kampung Rakyat Tahun 2012
Variabel Kategori
Kasus Kontrol
Prob Jumlah
Jumlah Kawat kasa pada
ventilasi Tidak ada
4 20
9 45
0,177 Ada
16 80
11 55
Total 20
100 20
100
Universitas Sumatera utara
Berdasarkan hasil analisis statistik diperoleh nilai p= 0,177 jika dibandingkan derajat kemaknaan p0,05, maka dapat dinyatakan bahwa tidak ada hubungan yang
bermakna antara keberadaan kawat kasa pada ventilasi dengan kejadian Filariasis.
4.5.5 Hubungan Kerapatan Dinding dengan Kejadian Filariasis di Kecamatan Kampung Rakyat Tahun 2012
Kerapatan dinding pada kelompok kasus sebanyak yang dindingnya rapat sebanyak 8 rumah 40 dan yang tidak rapat sebanyak 12 60 rumah, Sedangkan
pada kelompok kontrol yang dindingnya rapat yaitu sebanyak 14 rumah 70 dan yang tidak rapat sebanyak 6 rumah 30. Hasil selengkapnya ditampilkan pada tabel
4.18 berikut ini.
Tabel 4.18 Hasil Analisis Kerapatan Dinding dengan Kejadian Filariasis di Kecamatan Kampung Rakyat Tahun 2012
Variabel Kategori
Kasus Kontrol
Prob
Kerapatan dinding Tidak rapat
Jumlah Jumlah
0,112 12
60 6
30 Rapat
8 40
14 70
Total 20
100 20
100
Berdasarkan hasil analisis statistik diperoleh nilai p= 0,112 jika dibandingkan derajat kemaknaan p0,05, maka dapat dinyatakan bahwa tidak ada hubungan yang
bermakna antara kerapatan dinding dengan kejadian Filariasis.
4.5.6 Hubungan Pencahayaan pada Ruang Utama dengan Kejadian Filariasis di Kecamatan Kampung Rakyat Tahun2012
Hasil penelitian yang didapatkan bahwa pada kelompok kasus sebanyak 12 rumah 60 bahwa cahaya masuk pada ruang utama dan 8 rumah 40 tidak
masuk cahaya pada ruang utama, Sedangkan pada kelompok kontrol sebanyak 15 rumah 75 bahwa cahaya matahari masuk pada ruang utama dan sebanyak 5 rumah
Universitas Sumatera utara
25 tidak masuk cahaya pada ruang utama. Hasil selengkapanya dapat ditampilkan pada tabel 4.19 berikut ini.
Tabel 4.19 Hasil Analisis Pencahayaan pada Ruang Utama dengan Kejadian Filariasis Di Kecamatan Kampung Rakyat Tahun 2012
Variabel Kategori
Kasus Kontrol
Prob Jumlah
Jumlah Pencahayaan pada
ruang utama Tidak masuk
8 40
5 25
0,500 Masuk
12 60
15 75
Total 20
100 20
100
Berdasarkan hasil analisis statistik diperoleh nilai p= 0,555 jika dibandingkan derajat kemaknaan p0,05, maka dapat dinyatakan bahwa tidak ada hubungan yang
bermakna antara pencahayaan dengan kejadian Filariasis.
4.5.7 Hubungan Kelembaban dengan Kejadian Filariasis di Kecamatan Kampung Rakyat Tahun 2012
Berdasarkan hasil penelitian dijumpai bahwa pada kelompok kasus sebanyak 8 rumah 40 bahwa kelembabannya memenuhi syarat dan sebanyak 12 rumah
60 yaitu kelembabannya tidak memenuhi syarat, Sedangkan pada kelompok kontrol sebanyak 14 rumah 70 kelembabannya memenuhi syarat dan sebanyak 6
rumah 30 tidak memenuhi syarat. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.20 berikut ini.
Tabel 4.20 Hasil Pengukur Kelembaban dengan Kejadian Filariasis di Kecamatan Kampung Rakyat Tahun 2012
Variabel Kategori
Kasus Kontrol
Prob Jumlah
Jumlah Kelembaban pada
ruang utama Tidak memenuhi
syarat 12
60 6
30 0,112
Memenuhi syarat 8
40 14
70
Total 20
100 20
100
Universitas Sumatera utara
Hasil analisis bivariat pada tabel 4.20 menunjukan bahwa secara statistik diperoleh nilai p=0,112 p0,05 artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara
Kelembaban pada ruang utama dengan kejadian Filariasis.
4.5.8 Hubungan Pengetahuan Responden dengan Kejadian Filariasis
Pengetahuan responden pada kasus dalam analisa data sebagian besar berpengetahuan baik yaitu sebanyak 18 responden 90 dan yang berpengetahuan
kurang baik sebanyak 2 responden 10, Sedangkan pada kelompok kontrol sebanyak 11 responden 55 mempunyai pengetahuan yang baik dan sebanyak 9
responden 45 berpengetahuan buruk. Hasil selengkapnya dapat ditampilkan pada tabel 4.21 berikut ini.
Tabel 4.21 Hubungan Pengetahuan Responden dengan Kejadian Filariasis di Kecamatan Kampung Rakyat Tahun 2012
No Variabel
Pengetahuan Kasus
Kontrol Prob
Jumlah Jumlah
1. Kurang baik
2 10
9 45
0,034
2.
Baik 18
90 11
55 Total
20 100
20 100
Hasil analisis bivariat pada tabel 4.21 menunjukan bahwa secara statistik diperoleh nilai p=0,034 p 0,05 artinya ada hubungan yang bermakna antara
pengetahuan responden dengan kejadian Filariasis.
4.5.9 Hubungan Sikap Responden dengan Kejadian Filariasis
Sikap responden pada kasus dalam analisa data sebagian besar bersikap baik yaitu sebanyak 10 responden 50 dan yang bersikap kurang baik sebanyak 10
responden 50, Sedangkan pada kelompok kontrol yang bersikap baik yaitu
Universitas Sumatera utara
sebanyak 16 responden 80 dan sebanyak 4 responden 20 bersikap kurang baik. Hasil selengkapnya dapat ditampilkan pada tabel 4.22 berikut ini.
Tabel 4.22 Hubungan Sikap Responden dengan Kejadian Filariasis di Kecamatan Kampung Rakyat Tahun 2012
No Variabel Sikap
Kasus Kontrol
Prob Jumlah
Jumlah 1.
Kurang baik 10
50 4
20 0,097
2. Baik
10 50
16 80
Total 20
100 20
100
Hasil analisis bivariat pada tabel 4.22 menunjukan bahwa secara statistik diperoleh nilai p=0,097 p 0,05 artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara
sikap responden dengan kejadian Filariasis. Dengan kata lain kejadian Filariasis dipengaruhi oleh sikap responden.
4.5.10 Hubungan Tindakan Responden dengan Kejadian Filariasis
Tindakan responden pada kasus dalam analisa data sebagian besar bersikap kurang baik yaitu sebanyak 15 responden 75 dan yang bersikap baik sebanyak 5
responden 25, Sedangkan pada kelompok kontrol yang bersikap baik yaitu sebanyak 13 responden 65 dan sebanyak 7 responden 35 bersikap kurang
baik. Hasil selengkapnya dapat ditampilkan pada tabel 4.23 berikut ini.
Tabel 4.23 Hubungan Tindakan Responden dengan Kejadian Filariasis di Kecamatan Kampung Rakyat Tahun 2012
No Variabel Tindakan
Kasus Kontrol
Prob Jumlah
Jumlah 1.
Kurang baik 15
75 7
35 0,026
2. Baik
5 25
13 65
Total 20
100 20
100
Hasil analisis bivariat pada tabel 4.23 menunjukan bahwa secara statistik diperoleh nilai p=0,026 p 0,05 artinya ada hubungan yang bermakna antara
tindakan responden dengan kejadian Filariasis.
Universitas Sumatera utara
BAB V PEMBAHASAN
5.1 Hubungan Saluran Pembuangan Air Limbah Dengan Kejadian Filariasis
Hasil penelitian menunjukan bahwa pada kelompok kasus yang mempunyai saluran pembuangan air limbah yaitu sebanyak 13 rumah 65 dan pada kelompok
kontrol 6 rumah 30 dengan menggunakan uji chi square diketahui bahwa variabel saluran pembuangan air limbah dinyatakan tidak ada hubungan yang bermakna
dengan kejadian filariasis di Kecamatan Kampung Rakyat dengan nilai p=0,057 p0,05. Hal ini dapat dijelaskan karena saluran pembuangan air limbah yang
terdapat pada rumah responden sudah saniter, mengalir dengan baik serta permanen sehingga tidak menjadi media perkembang biakan vektor nyamuk.
Penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian Yuniati 2011 yang menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara saluran pembuangan air limbah dengan
penyakit yang disebabkan vektor. Menurut Notoatmodjo 2005 yang menyatakan air buangan yang tidak
saniter dapat menjadi media perkembang biakan mikroorganisme patogen, larva nyamuk atau serangga yang dapat menjadi media trasmisi penyakit seperti kolera,
thypus, disentri, malaria dan demam berdarah. Sarana pembuangan air limbah yang sehat dapat mengalirkan limbah ke tempat penampungan air limbah dengan lancar
tanpa mencemari lingkungan dan badan air.
Universitas Sumatera utara
5.2 Hubungan Tempat Perindukan Nyamuk Dengan Kejadian Filariasis
Hasil penelitian menunjukan bahwa pada kelompok kasus yang mempunyai tempat perindukan nyamuk yaitu sebanyak 8 rumah 40 dengan menggunakan uji
chi square diketahui bahwa variabel tempat perindukan nyamuk dinyatakan tidak ada hubungan yang bermakna dengan kejadian filariasis di Kecamatan Kampung Rakyat
dengan nilai p= 0,0157 p0,05. Hal ini dikarenakan pada hasil penelitian didapatkan bahwa rumah responden
yaitu responden kontrol dan kasus mayoritas tidak memiliki tempat perindukan nyamuk yang alami ataupun buatan jadi nyamuk tidak mempunyai tempat untuk
melangsungkan proses berkembang biak, tempat perkembang biak nyamuk termasuk kedalam lingkungan biologi yang sangat penting untuk proses meletakkan telur
nyamuk. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian Widiyanto 2007, yang menyatakan
bahwa ada hubungan antara tempat perindukan nyamuk dengan kejadian Demam Berdarah Dengue.
Menurut Anies 2006 tempat perindukan nyamuk ini bermacam-macam tergantung jenis nyamuknya, ada yang hidup di pantai, rawa-rawa, persawahan,
tambak ikan maupun air bersih di pegunungan. Prinsipnya sedapat mungkin meniadakan tempat perindukan nyamuk tersebut dengan menjaga kebersihan
lingkungan. Sehubungan dengan hal tersebut, tempat perindukan nyamuk buatan seperti vas bunga sebaiknya dapat diberi campuran pasir dan air, tempat minum
burung diganti airnya setiap hari, ban bekas, botol, kaleng semuanya harus dikubur atau dihancurkan dan didaur ulang untuk keperluan industri Chahaya,2003.
Universitas Sumatera utara
5.3 Hubungan Tempat Peristirahatan Nyamuk Dengan Kejadian Nyamuk