Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

commit to user

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kebangkrutan yang dialami oleh perusahaan pasti diawali dengan adanya kondisi financial distress pada perusahaan tersebut. Namun sebaliknya, ketika perusahaan mengalami kondisi financial distress, belum tentu kondisi tersebut akan diakhiri dengan terjadinya kebangkrutan. Hal ini tergantung pada kemampuan perusahaan untuk mencegah kondisi financial distress mengarah pada suatu kebangkrutan. Menurut Brigham dan Daves, 2003 dalam Fachrudin, 2008 kondisi financial distress dimulai ketika perusahaan tidak dapat memenuhi jadwal pembayaran atau ketika proyeksi arus kas mengindikasikan bahwa perusahaan tersebut akan segera tidak dapat memenuhi kewajibannya. Pihak internal perusahaan maupun pihak eksternal perusahaan, semuanya bereaksi terhadap adanya sinyal financial distress. Adanya sinyal suatu perusahaan mengalami kondisi financial distress, digunakan pihak internal perusahaan untuk segera mengambil tindakan prefentif dalam upaya mencegah kondisi financial distress mengarah pada kebangkrutan suatu perusahaan. Sinyal financial distress digunakan pihak eksternal sebagai acuan dalam pengambilan keputusan yang tepat. Misalnya saja bagi pihak investor, ketika investor mulai merasakan bahwa suatu perusahaan memberikan sinyal terjadinya kondisi financial distress maka investor yang berorientasi pada 1 commit to user 2 return atau biasa disebut dengan risk averter akan mengambil keputusan untuk menjual investasi tersebut. Oleh karena itu, prediksi mengenai kondisi financial distress sangat diperlukan, baik bagi pihak internal perusahaan maupun bagi pihak ekstenal perusahaan. Fenomena mengenai financial distress dan bagaimana cara mnemprediksinya mulai intensif dijadikan sebagai obyek penelitian. Area terkait yang sering digunakan dalam penelitian ini adalah penggunaan informasi laporan keuangan utamanya rasio-rasio keuangan dalam memprediksi kemungkinan terjadinya kondisi financial distress pada suatu perusahaan. Analisis laporan keuangan dapat menjadi salah satu alat untuk memprediksi terjadinya kondisi financial distress. Laporan keuangan yang diterbitkan oleh suatu perusahaan merupakan sumber informasi perihal kondisi keuangan perusahaan, baik kondisi keuangan tahun berjalan maupun tahun-tahun sebelumnya. Laporan keuangan dapat dijadikan dasar untuk mengukur kesehatan suatu perusahaan melalui rasio-rasio keuangan yang ada. Kesehatan suatu perusahaan akan mencerminkan kinerja perusahaan, distribusi aktivanya, keefektifan penggunaan aktivanya, pendapatan yang telah diperoleh, beban tetap yang harus dibayar, serta potensi mengalami kondisi financial distress yang akan dialami. Oleh karena itu rasio-rasio keuangan bermanfaat dalam memprediksi potensi suatu perusahaan mengalami kondisi financial distress Etty M. Naser dan Titik Aryati, 2000 dalam Brahmana, 2006. commit to user 3 Rasio-rasio keuangan yang sering digunakan untuk memprediksi kondisi financial distress antara lain rasio profit margin, rasio profitabilitas, rasio leverage, rasio likuiditas, rasio cash position, rasio growth, dan rasio operating efficiency. Rasio profit margin menunjukkan tingkat kembalian keuntungan bersih terhadap penjualan bersihnya sekaligus menunjukkan efisiensi biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan. Rasio ini memiliki pengaruh negatif terhadap kondisi financial distress Almilia dan Kristijadi, 2003. Hal ini berarti semakin tinggi rasio profit margin semakin kecil risiko perusahaan mengalami kondisi financial distress. Rasio profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini semakin efisien perusahaan tersebut dalam memanfaatkan fasilitas perusahaan sehingga mengakibatkan naiknya kinerja perusahaan. Rasio profitabilitas memiliki pengaruh negatif terhadap kondisi financial distress Platt and Platt, 2006 Rasio leverage menunjukkan proporsi penggunaan hutang untuk membiayai investasinya. Semakin sedikit nilai rasio leverage berarti kinerja perusahaan semakin bagus yang berarti bahwa perusahaan dapat terhindar dari risiko mengalami kondisi financial distress, sehingga rasio ini memiliki pengaruh positif terhadap kondisi financial distress Almilia dan Kristijadi, 2003. commit to user 4 Rasio likuiditas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban finansial jangka pendek tepat pada waktunya, likuiditas perusahaan ditunjukan oleh besar kecilnya aktiva lancar yaitu aktiva yang mudah diubah menjadi kas. Semakin besar nilai rasio likuiditas maka semakin baik kinerja keuangan perusahaan yang pada akhirnya akan memperkecil risiko suatu perusahaan mengalami kondisi financial distress. Rasio likuiditas memiliki pengaruh negatif terhadap kondisi financial distress Almilia dan Kristijadi, 2003. Rasio cash position merupakan rasio yang mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar kewajiban lancar perusahaan. Menurut Platt and Platt 2006, rasio cash position ini diharapkan memiliki pengaruh negatif terhadap kondisi financial distress. Rasio growth merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan mempertahankan posisi ekonominya ditengah pertumbuhan ekonomi dan industrri. Rasio ini memiliki pengaruh negatif terhadap kondisi financial distress Almilia dan Kristijadi, 2003. Rasio operating efficiency digunakan untuk mengukur seberapa efisien perusahaan dalam menggunakan aktivanya untuk menggeneralisasikan penjualannya. Menurut Platt and Platt 2006, rasio ini diharapkan memiliki pengaruh negatif terhadap kondisi financial distress. Penelitian mengenai prediksi kondisi financial distress dilakukan oleh Almilia dan Kristijadi 2003. Kriteria penetapan suatu perusahaan mengalami kondisi financial distress pada penelitian ini adalah beberapa tahun commit to user 5 mengalami net income negatif, dan lebih dari satu tahun tidak membayarkan dividen. Dalam penelitian ini dibentuk 12 persamaan regresi logit, dimana masing-masing persamaan memiliki kombinasi variable independent yang berbeda yang terdiri dari: net incomesales NIS, current assetscurrent liabilities CACL, working capitaltotal assets WCTA, current assetstotal assets CATA, net fixed assetstotal assets NFATA, salestotal assets STA, salescurrent assets SCA, salesworking capital SWC, net incometotal assets NITA, net incomeequity NIEQ, total liabilitiestotal assets TLTA, current liabilitiestotal assets CLTA, notes payabletotal assets NPTA, notes payabletotal liabilities NPTL, equitytotal assets EQTA, cashcurrent liabilities CCL, cashtotal assets CTA, pertumbuhan sales GROWTH S, dan pertumbuhan net incometotal assets GROWTH NITA. Hasil dari persamaan logit pertama adalah rasio CACL berpengaruh negatif terhadap financial distress. Persamaan kedua menghasilkan rasio CLTA dan WCTA berpengaruh negatif, serta rasio pertumbuhan GROWTH NITA berpengaruh positif terhadap financial distress. Persamaan regresi logit ketiga menghasilkan rasio CATA berpengaruh negatif terhadap financial distress. Persamaan logit keempat, kelima, dan keenam hasilnya adalah rasio NIS berpengaruh negatif, dan NFATA berpengaruh positif terhadap kondisi financial distress. Hasil persamaan logit ketujuh adalah CLTA, NFATA dan GROWTH NITA berpengaruh positif terhadap kondisi financial distress. Persamaan logit kedelapan dan kesembilan hasilnya NIS berpengaruh negatif, dan NFATA commit to user 6 berpengaruh positif terhadap kondisi financial distress. Persamaan kesepuluh, kesebelas dan keduabelas hasilnya adalah NIS, ClTA, dan CACL berpengaruh negatif, serta GROWTH NITA berpengaruh positif terhadap kondisi financial distress. Brahmana 2006 meneliti mengenai prediksi kondisi financial distress perusahaan manufaktur di Indonesia. Kriteria yang digunakan untuk menetapkan suatu perusahaan mengalami kondisi financial distress adalah perusahaan yang delisted dan perusahaan non-financial distress diwakili oleh perusahaan manufaktur yang masih listing. Dalam penelitian ini dikembangkan empat model regresi logit. Model pertama berdasarkan rasio keuangan yang tidak disesuaikan terdiri dari: salestotal assets SETA, RETA, total debttotal assets TDTA, NITA, fixed assetstotal assets FATA, incomesales IS, dan LN ASSETS. Hasil dari model pertama adalah rasio LN ASSET signifikan positif. Model kedua berdasarkan rasio keuangan yang disesuaikan dengan industri, terdiri dari: relatif industri_SETA RI_SETA, RI_RETA, RI_TDTA, RI_NITA, RIFA_TA, dan RI_IS. Hasil dari persamaan logit kedua adalah rasio RI_TDTA signifikan negatif. Model ketiga merupakan kombinasi dari model pertama ditambah dengan reputasi auditor RA. Persamaan ketiga menghasilkan rasio LN ASSET signifikan positif. Sedangkan untuk model keempat merupakan kombinasi dari model kedua ditambah dengan RA. Hasilnya adalah rasio RI_TDTA signifikan negatif dan rasio LN ASSET signifikan positif. commit to user 7 Almilia 2006, melakukan penelitian yang berusaha untuk mengeksplorasi lebih jauh tentang manfaat rasio keuangan yang berasal dari informasi laporan arus kas, selain juga menggunakan rasio-rasio keuangan yang berasal dari neraca dan laporan laba rugi untuk memprediksi kondisi financial distress suatu perusahaan. Pada penelitian ini kondisi financial distress suatu perusahaan diwakili oleh dua kelompok perusahaan, yaitu kelompok pertama diwakili oleh perusahaan yang mengalami net income negatif selama 2 tahun berturut-turut; dan kelompok kedua diwakili oleh perusahaan yang mengalami net income negatif dan nilai buku ekuitas negatif selama 2 tahun berturut-turut. Satu kelompok perusahaan non-financial distress sebagai perusahaan kontrol yang diwakili oleh perusahaan yang masih tetap aktif serta tidak mengalami net income negatif dan nilai buku ekuitas negatif selama 2 tahun berturut-turut. Dalam penelitian ini, digunakan tiga model multinominal logit sebagai alat analisis. Model pertama didasarkan pada rasio keuangan yang berasal dari neraca dan laporan laba rugi. Model kedua menggunakan rasio dari laporan arus kas. Model ketiga menggunakan rasio dari neraca, laporan laba rugi, dan laporan arus kas. Hasil dari model pertama adalah rasio TLTA signifikan negatif terhadap probabilitas perusahaan diklasifikasikan pada kelompok 2 dan 3. Rasio TLTA juga signifikan negatif terhadap probabilitas perusahaan diklasifikasikan pada kelompok 3. Untuk model kedua, hasilnya adalah rasio arus kas bersih dari aktivitas operasihutang lancar CFFOCL signifikan positif, dan rasio arus kas bersih dari aktivitas operasi total aktiva CFFOTA signifikan negatif commit to user 8 terhadap probabilitas perusahaan diklasifikasikan pada kelompok 2 dan 3. Rasio CFFOCL juga signifikan positif terhadap probabilitas perusahaan diklasifikasikan pada kelompok 3. Sedangkan untuk model ketiga, hasilnya adalah rasio arus kas bersih dari aktivitas operasitotal hutang CFFOTL dan TLTA signifikan negatif, CATA signifikan positif, serta rasio arus kas bersih dari aktivitas operasitotal sumber dana CFFOTS yang signifikan positif terhadap probabilitas perusahaan diklasifikasikan pada kelompok 2 dan 3. Rasio TLTA juga signifikan negatif, CFFOTL signifikan negatif, CATA signifikan positif, serta CFFOCL dan NFATA yang signifikan positif terhadap probabilitas perusahaan diklasifikasikan pada kelompok 3. PlattPlatt 2006, meneliti mengenai prediksi kondisi financial distress dengan menggunakan logit regresi. Kriteria yang digunakan untuk menetapkan suatu perusahaan mengalami kondisi financial distress adalah selama dua tahun mengalami earning before interest and tax plus depreciation and amortization EBITDA negatif, dua tahun mengalami EBIT negatif, dan dua tahun mengalami net income negatif. Hasil yang didapatkan dari penelitian ini adalah rasio Cash FlowSales, EBITDATA, Time Interest Earned berpengaruh negatif pada risiko suatu perusahaan mengalami kondisi financial distress. Sedangkan rasio Current DebtTA, dan Quick Ratio memiliki pengaruh positif. Andreica, Mugurel, dan Marin 2009 meneliti mengenai prediksi kondisi financial distress dengan kriteria penetapan kondisi financial distress adalah net income selama dua tahun berturut-turut negatif dan perusahaan commit to user 9 yang tidak mampu membayar tax atau utang selama 2 tahun berturut-turut. Hasil dari penelitian ini adalah rasio Profit Margin signifikan negatif dan rasio Debt on Equity signifikan positif terhadap suatu perusahaan mengalami kondisi financial distress. Penelitian ini nantinya akan fokus dalam upaya memprediksi kondisi financial distress yang dialami perusahaan dengan menggunakan rasio keuangan yang terkandung dalam neraca dan laporan laba rugi. Prediksi kondisi financial distress memberikan manfaat yang besar bagi banyak pihak yang terkait dengan perusahaan. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul ”ANALISIS PENGGUNAAN RASIO KEUANGAN UNTUK MEMPREDIKSI KEMUNGKINAN SUATU PERUSAHAAN MENGALAMI KONDISI FINANCIAL DISTRESS Studi Empirik pada Perusahan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2003-2009”.

B. Perumusan Masalah