Rasio Keuangan Financial Distress

commit to user 18 menetapkan kebijakan pajak, dan sebagai dasar untuk menyusun statistik pendapatan nasional dan statistik lainnya. g. Masyarakat. Perusahaan mempengaruhi anggota masyarakat dalam berbagai cara. Misalnya perusahaan dapat memberikan kontribusi berarti pada perekonomian nasional, termasuk jumlah orang yang dipekerjakan dan perlindungan pada penanam modal domestik. Laporan keuangan dapat mebantu masyarakat dengan menyediakan informasi kecenderunganatau tren dari perkembangan terakhir kemakmuran perusahaan serta rangkaian aktivitasnya.

2. Rasio Keuangan

a. Rasio Profit Margin Rasio Profit Margin menunjukkan tingkat kembalian keuntungan bersih terhadap penjualan bersihnya sekaligus menunjukkan efisiensi biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan. b. Rasio Profitabilitas Rasio Profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini semakin efisien perusahaan tersebut dalam memanfaatkan fasilitas perusahaan sehingga mengakibatkan naiknya kinerja perusahaan. c. Rasio Leverage Rasio Leverage menunjukkan proporsi penggunaan hutang untuk membiayai investasinya, semakin sedikit nilai rasio Leverage commit to user 19 berarti kinerja perusahaan semakin bagus yang berarti bahwa perusahaan dapat terhindar dari risiko mengalami kondisi financial distress. d. Rasio Likuiditas Rasio Likuiditas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban finansial jangka pendek tepat pada waktunya, likuiditas perusahaan ditunjukan oleh besar kecilnya aktiva lancar yaitu aktiva yang mudah diubah menjadi kas. Semakin besar nilai rasio Likuiditas maka semakin baik kinerja keuangan perusahaan yang pada akhirnya akan memperkecil risiko suatu perusahaan mengalami kondisi financial distress. e. Rasio Cash Position Rasio cash position merupakan rasio yang mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar kewajiban lancar perusahaan. f. Rasio Growth Rasio growth merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan mempertahankan posisi ekonominya ditengah pertumbuhan ekonomi dan industrri. g. Rasio Operating Efficiency Rasio operating efficiency digunakan untuk mengukur seberapa efisien perusahaan dalam menggunakan aktivanya untuk menggeneralisasikan penjualannya. commit to user 20

3. Financial Distress

Kesulitan keuangan financial distress pada perusahaan terjadi ketika perusahaan tidak dapat memenuhi jadwal pembayaran atau ketika proyeksi arus kas mengindikasikan bahwa perusahaan tersebut akan segera tidak dapat memenuhi kewajibannya Brigham dan Daves, 2003 dalam Fachrudin, 2008. Ada beberapa definisi financial distress menurut Brigham dan Gapenski, 1997 dalam Fachrudin, 2008, sesuai tipenya, yaitu: a. Economic Failure Economic failure atau kegagalan ekonomi adalah keadaan dimana pendapatan perusahaan tidak dapat menutupi total biaya, termasuk cost of capitalnya. Bisnis ini dapat melanjutkan operasinya sepanjang kreditur mau menyediakan modal dan pemiliknya mau menerima tingkat pengembalian rate of return di bawah pasar. Meskipun tidak ada suntikan modal baru saat aset tua sudah harus diganti, perusahaan dapat juga menjadi sehat secara ekonomi. b. Business Failure Kegagalan bisnis didefinisikan sebagai bisnis yang menghentikan operasi dengan akibat kerugian kepada kreditur. c. Technical Insolvency Sebuah perusahaan dikatakan dalam keadaan technical insolvency jika tidak dapat memenuhi kewajiban lancar ketika jatuh tempo. Ketidakmampuan membayar hutang secara teknis commit to user 21 menunjukkan kekurangan likuiditas yang sifatnya sementara, yang jika diberi waktu, perusahaan mungkin dapat membayar hutangnya dan survive, dengan kata lain ketidakmampuan perusahaan yang mengalami technical insolvency disebabkan masalah arus kas secara temporer. Biasanya masalah ini diselesaikan dengan restrukturisasi hutang oleh para kreditur Di sisi lain, jika technical insolvency adalah gejala awal kegagalan ekonomi, ini mungkin menjadi perhentian pertama menuju bencana keuangan financial disaster. Technical insolvency dalam Brigham dan Gapenski di atas sama dengan equity insolvency menurut Altman 1983. Equity insolvency tergambar jika perusahaan tidak dapat membayar hutangnya ketika jatuh tempo dalam kegiatan bisnis yang biasa. d. Insolvency in Bankruptcy Sebuah perusahaan dikatakan dalam keadaan Insolvent in bankruptcy jika nilai buku hutang melebihi nilai pasar aset. Kondisi ini lebih serius daripada technical insolvency karena pada insolvency in bankruptcy, masalahnya bersifat permanen dan umumnya, ini adalah tanda economic failure, dan bahkan mengarah kepada likuidasi bisnis. Perusahaan yang dalam keadaan insolvent in bankruptcy tidak perlu terlibat dalam tuntutan kebangkrutan secara hukum. Insolvency in bankruptcy dalam Brigham dan Gapenski sama dengan bankruptcy insolvency menurut Altman 1983, dapat dilakukan dengan uji neraca, jika total asset perusahaan lebih kecil dari jumlah kewajiban. commit to user 22 e. Legal Bankruptcy Perusahaan dikatakan bangkrut secara hukum jika telah diajukan tuntutan secara resmi dengan undang-undang. Brigham dan Gapenski memasukkan legal bankruptcy sebagai salah satu tipe kesulitan keuangan. Namun literatur lain membedakannya. Misalnya Scott 1981 yang mengatakan bahwa perusahaan yang kesulitan memenuhi komitmen keuangannya tidak selalu mengarah kepada kebangkrutan Low et al., 2001. Lizal, 2002 dalam Fachrudin, 2008 mengelompokkan penyebab- penyebab kesulitan dan menyebutnya dengan Model Dasar Kebangkrutan atau Trinitas Penyebab Kesulitan Keuangan. Menurut Lizal, ada tiga alasan yang mungkin mengapa perusahaan menjadi bangkrut, yaitu: a. Neoclassical Model Pada kasus ini kebangkrutan terjadi jika alokasi sumber daya tidak tepat. Kasus restrukturisasi ini terjadi ketika kebangkrutan mempunyai campuran aset yang salah. Mengestimasi kesulitan dilakukan dengan data neraca dan laporan laba rugi. Misalnya ProfitAssets untuk mengukur profitabilitas, dan LiabilitiesAssets. b. Financial Model Pada model ini, campuran aset benar tapi struktur keuangan salah dengan liquidity constraints batasan likuiditas. Hal ini berarti bahwa walaupun perusahaan dapat bertahan hidup dalam jangka panjang tapi ia harus bangkrut juga dalam jangka pendek. Hubungan commit to user 23 dengan pasar modal yang tidak sempurna dan struktur modal yang inherited menjadi pemicu utama kasus ini. Tidak dapat secara terang ditentukan apakah dalam kasus ini kebangkrutan baik atau buruk untuk direstrukturisasi. Model ini mengestimasi kesulitan dengan indikator keuangan atau indikator kinerja seperti TurnoverTotal Assets, RevenuesTurnover, ROA, ROE, Profit Margin, Stock Turnover, Receivables Turnover, Cash FlowTotal Equity, Debt Ratio, Cash FlowLiabilities-Reserves, Current Ratio, Acid Test Ratio, Current Liquidity, Short Term AssetsDaily Operating Expenses, Gearing Ratio, Turnover per Employee, Coverage of Fixed Assets, Working Capital, Total Equity per Share, EPS Ratio, dan sebagainya. c. Corporate Governance Model Pada model ini, kebangkrutan terjadi jika mempunyai campuran aset dan struktur keuangan yang benar tapi dikelola dengan buruk. Ketidakefisienan ini mendorong perusahaan menjadi out of the market sebagai konsekuensi dari masalah dalam tata kelola perusahaan yang tak terpecahkan. Model ini mengestimasi kesulitan dengan informasi kepemilikan. Kepemilikan berhubungan dengan struktur tata kelola perusahaan dan goodwill perusahaan. Ada beberapa strategi yang dapat dilakukan agar perusahaan kesulitan keuangan dapat bangkit kembali dan meraih survive menurut Fachrudin 2008, antara lain: commit to user 24 a. Mencetak laba. Laba dapat ditingkatkan dengan menghemat biaya, misalnya dengan memangkas divisi atau unit bisnis yang merugi, dan memangkas biaya yang tidak realisatis. Pada kasus kesulitan keuangan yang tidak terlalu parah, perbaikan kondisi keuangan dapat dilakukan dengan meningkatkan pendapatan melalui penjualan yang didukung oleh usaha-usaha pemasaran. Analisa pasar perlu dilakukan untuk memenangkan persaingan. Perusahaan juga perlu menemukan keunggulan komparatif. b. Mengubah cash flow menjadi positif. Misalnya dengan restrukturisasi hutang dan penghematan. Restrukturisasi hutang dapat dilakukan dengan negosiasi ulang dan penjadwalan kembali hutang. Jika kreditur memilih kebangkrutan perusahaan, maka uang mereka tidak akan kembali, tetapi jika membantu perusahaan, maka perusahaan dapat melakukan perubahan manajemen dan perbaikan perusahaan secara total sehingga uang mereka akan kembali. Gilson 1990 dalam Parker et al. 2002 membuktikan semasa kesulitan keuangan, kontrol manajerial dan klaim terhadap nilai residual perusahaan ditransfer ke kreditur, biasanya bank. Pada saat itu, kreditur meningkat kanrepresentasinya dalam dewan dan kontrol tidak langsungnya melalui kepemilikan saham. Kreditur mungkin ingin memaksimalkan pembayaran penuh jika setelah restrukturisasi perusahaan dapat survive, atau likuidasi. Di commit to user 25 satu sisi mareka ingin klaim, bukan kepemilikan. Karena itu, mereka tidak selalu bertindak untuk kepentingan terbaik perusahaan. Tapi di sisi lain, orang dapat berargumen bahwa kontrol kreditur dapat dihubungkan dengan meningkatnya kemungkinan survive perusahaan. Sebagai contoh, restrukturisasi hutang sering mencakup modifikasi perjanjian hutang sebagai upaya agar perusahaan tetap berjalan sehingga akhirnya dapat membayar kewajibannya Parker et al., 2002. c. Memperbaiki kinerja dengan melakukan perbaikan ke arah yang positif. Misalnya dengan merespon keinginan pelanggan. Tindakan ini juga berguna untuk mengembalikan kepercayaan pelanggan. d. Membangun budaya positif. Membangun budaya baru dapat dilakukan dengan regenerasi pimpinan yang memiliki highly motivated. e. Mendapatkan pinjaman berbiaya rendah. f. Membangun kepercayaan - antara lain kepercayaan karyawan, pemegang saham, pelanggan, dan masyarakat umum. g. Menyusun kekuatan. Mengumpulkan orang-orang terbaik dan mengurangi orang yang tidak tepat akan menghasilkan kekuatan inti yang akan memodifikasi atau membuat perubahan radikal Sembel, 2003. commit to user 26

B. Penelitian Terdahulu