commit to user
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan suatu negara kepulauan yang sebagian besar penduduknya mempunyai mata pencaharian di sektor pertanian. Petani hidup di
daerah pedesaan yang aktivitas hidup utamanya pada bidang pertanian adalah ciri utama agraris. Namun tanah yang merupakan sumber utama kehidupan
masyarakat desa semakin sempit disebabkan oleh tingkat pertumbuhan dan penyebaran penduduk yang tidak merata sehingga terjadi pengalihan lahan
perumahan dan industri, disamping itu terjadinya mekanisasi di sektor pertanian yang berakibat makin berkurangnya pekerjaan sektor pertanian.
Petani di Pulau Jawa mempunyai lahan yang sempit dimana kepemilikan tanah mereka rata-rata kurang dari 0,5 hektar. Faktor sempitnya tanah
mengakibatkan hasil pertanian tidak sesuai dengan pemenuhan kebutuhan pokok keluarga Husein Sawit, 1979: 9. Data ini memperlihatkan bahwa antara jumlah
tenaga kerja yang ada dengan luas lahan pertanian yang tersedia tidak seimbang. Berkaitan dengan hal itu diperlukan kesempatan kerja di luar sektor pertanian
yang mampu menampung kelebihan tenaga kerja di sektor pertanian serta dapat memperbaiki pendapatan keluarga. Sektor pertanian semakin kurang bisa
diandalkan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup masyarakat desa. Hal tersebut dibuktikan oleh semakin banyaknya orang yang tinggal di lingkungan pertanian
yang menyandarkan hidup mereka di sektor perdagangan, jasa, industri dan kerajinan.
Pekerjaan diluar sektor pertanian merupakan sumber penting bagi ekonomi rumah tangga pedesaan. Petani dalam banyak kasus menghabiskan
sebagian waktu atau bahkan seluruh waktunya baik di desanya atau di luar desanya bekerja di luar sektor pertanian. Masyarakat desa awalnya mengganggap
bahwa pekerjaan di luar sektor pertanian hanyalah sebagai pekerjaan sampingan yang terpaksa dilakukan karena keadaan memaksa misalnya saja gagal panen atau
commit to user
produksi merosot rendah karena serangan hama penyakit. Namun saat ini banyak fenomena yang cukup menarik yaitu pekerjaan sampingan tersebut justru menjadi
pekerjaan utama dari masyarakat desa. Pekerjaan diluar sektor pertanian pada masyarakat pedesaan diharapkan mampu menjadi pengganti pendapatan disektor
pertanian bagi masyarakat desa. Masyarakat Bulukerto adalah masyarakat pertanian, Desa Ngaglik
termasuk salah satu desa yang ada di Kecamatan Bulukerto yang sumber mata pencahariannya di sektor pertanian. Namun tanah yang pertanian yang dimiliki
penduduk tidak dapat mencukupi kebutuhan pokok perkepala keluarga dikarenakan lahan yang mereka miliki sempit dengan tanah pertanian yang
bermutu sedang yang mengandalkan pengairan dari air sungai setengah irigasi dan tadah hujan, sehingga tingkat produksinya rendah. Hasil pertanian hasilnya
hanya cukup untuk makan seluruh penduduk selama 10 bulan setiap tahunnya Sumber : wawancara di kantor desa tanggal 19 Maret 2009. Oleh karena itu
masyarakat berupaya menambah pendapatan dengan membuat kerajinan. Tidak semua wilayah memiliki potensi kerajinan yang mendapat sorotan
dari masyarakat. Kalaupun ada tempat industri kerajinan rumah tangga tentunya masing-masing memiliki karakteristik yang tidak dimiliki wilayah lain. Seperti
yang diungkapkan Bupati Wonogiri, Begug Poernomosidi SH mengatakan bahwa Wonogiri memiliki potensi kerajinan yang luar biasa dan bersifat spesifik. Oleh
karena itu masyarakat diharapkan meningkatkan kreativitas termasuk di Desa Ngaglik Kecamatan Bulukerto Kabupaten Wonogiri yang memiliki industri
kerajinan mainan sehingga dapat menambah penghasilan, memperbaiki kesejahteraan dan nasib kehidupannya.Sumber : Bambang Purnomo, 2006
Desa Ngaglik merupakan salah satu penghasil kerajinan mainan yang cukup banyak ditemukan di Kecamatan Bulukerto. Pengrajin mainan dapat
ditemui dengan mudah di banyak tempat karena 30 masyarakat berprofesi sebagai pengrajin mainan. Aneka kerajinan mainan tersebut adalah terompet dan
empet yang dibuat oleh 630 orang, topeng yang dibuat oleh 15 orang, kitiran dibuat oleh 48 orang dan wayang kardus yang dibuat oleh 32 orang Sumber :
RPJM Desa Ngaglik tahun 2009-2013.
commit to user
Keberadaan terompet mainan sendiri sudah ada sejak tahun 1978, pertama kalinya terompet-terompet hasil karya masyarakat Ngaglik dijual ke
Surabaya. Keberadaan terompet mainan sepertinya tidak dapat dilepaskan dengan event menyambut Tahun Baru. Sebab, telah menjadi tradisi bagi orang kota, pada
setiap menyongsong pergantian tahun mereka ramai-ramai meniupkan terompet. Tradisi tahunan penyambutan tahun baru itu memberikan kesempatan kepada para
perajin terompet di pedesaan di Kecamatan Bulukerto yang selalu melakukan persiapan panjang sebelum menjajakan terompetnya di malam penyambutan
Tahun Baru. Ada yang memulai persiapan sejak tiga atau empat bulan yang lampau. Pada saat Tahun Baru hampir semua penduduk baik pria dewasa dan
sebagian penduduk wanita membuat terompet tahun baru. Bahkan mereka yang bekerja sebagai PNS setiap menjelang tahun baru mengambil cuti selama tiga hari
hanya untuk membuat terompet tahun baru. Sekdes Ngaglik Supriyatno mengatakan bahwa keuntungan dari berjualan terompet memang menjanjikan,
apalagi saat menjelang natal dan tahun baru, biasanya beliau juga mengambil cuti Sumber : wawancara di kantor desa tanggal 19 Maret 2009.
Namun demikian, masih ada kerajinan lain yang dihasilkan masyarakat setempat. Kerajinan tersebut adalah topeng, kitiran, terompet dan wayang yang
terbuat dari bahan karton, masyarakat setempat menyebutnya ”Wayang Kardus”. Berbeda dengan terompet yang produksinya mencapai puncaknya saat menjelang
tahun baru. Topeng, kitiran dan wayang kardus diproduksi oleh para pengrajin sepanjang tahun. Sejarah adanya kerajinan wayang kardus di mulai jauh sebelum
kerajinan terompet ada yaitu sekitar tahun 1950. Menurut Sekretaris desa dan masyarakat setempat asal mula kerajinan itu tidak terlepas dari peran almarhum
Mbah Dikromo yang dulu juga menjual kalung opak sejenis penganan dan mainan berupa wayang kardus dan kitiran. Saat itu beliau membuat wayang
kardus dan kitiran namun masih sederhana baik dalam bentuk dan ukuran, selanjutnya dijual ke berbagai daerah seperti Magelang, Madiun, Nganjuk dengan
berjalan kaki Sumber : wawancara di kantor desa tanggal 19 Maret 2010. Industri mainan di Desa Ngaglik dapat bertahan hingga sekarang
meskipun telah banyak muncul produk yang sejenis maupun mainan-mainan
commit to user
modern yang beredar di pasaran. Bisa dikatakan semua warga di Desa Ngaglik mahir membuat terompet dan mainan lainya sesuai dengan kreativitasnya masing-
masing. Industri mainan ini dikerjakan oleh anggota keluarga yaitu ayah, ibu, anak, kakek dan nenek. Sehingga peneliti tertarik untuk meneliti kehidupan sosial
ekonomi masyarakat pengrajin mainan di Desa Nganglik, Kecamatan Bulukerto Kabupaten Wonogiri. Dalam penelitian ini penulis mengambil judul,
“KEHIDUPAN SOSIAL
EKONOMI MASYARAKAT
PENGRAJIN MAINAN”Studi Kasus Tentang Relasi Sosial dan Stategi Bertahan
Masyarakat Pengrajin Mainan di Desa Ngaglik, Kecamatan Bulukerto, Kabupaten Wonogiri.
B. Perumusan Masalah