Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Tinjauan Pustaka

commit to user modern yang beredar di pasaran. Bisa dikatakan semua warga di Desa Ngaglik mahir membuat terompet dan mainan lainya sesuai dengan kreativitasnya masing- masing. Industri mainan ini dikerjakan oleh anggota keluarga yaitu ayah, ibu, anak, kakek dan nenek. Sehingga peneliti tertarik untuk meneliti kehidupan sosial ekonomi masyarakat pengrajin mainan di Desa Nganglik, Kecamatan Bulukerto Kabupaten Wonogiri. Dalam penelitian ini penulis mengambil judul, “KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT PENGRAJIN MAINAN”Studi Kasus Tentang Relasi Sosial dan Stategi Bertahan Masyarakat Pengrajin Mainan di Desa Ngaglik, Kecamatan Bulukerto, Kabupaten Wonogiri.

B. Perumusan Masalah

Bagaimanakah kehidupan sosial ekonomi masyarakat pengrajin mainan di Desa Ngaglik, Kecamatan Bulukerto, Kabupaten Wonogiri dilihat dari: 1. Bagaimana relasi sosial yang terjalin antara masyarakat pengrajin dengan masyarakat sekitar, dengan sesama pengrajin, dengan pembeli dan dengan aparat pemerintah terkait ? 2. Bagaimana strategi bertahan masyarakat Ngaglik dalam melangsungkan usaha kerajinan mainan ?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka penelitian ini bertujuan: 1. Untuk mendeskripsikan relasi sosial yang terjalin antara masyarakat pengrajin dengan masyarakat sekitar, dengan sesama pengrajin, dengan pembeli dan dengan aparat pemerintah terkait. 2. Untuk mendeskripsikan strategi bertahan masyarakat Ngaglik dalam melangsungkan usaha kerajinan mainan. commit to user

D. Manfaat Penelitian

Dari penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk: 1. Manfaat Teoritis a. Teridentifikasinya strategi bertahan masyarakat Ngaglik dalam melangsungkan usaha kerajinan terompet di Desa Ngaglik Kecamatan Bulukerto Kabupaten Wonogiri dalam analisis Parson melalui skema AGIL yang meliputi Adaptation Adaptasi, Goal attainment Pencapaian tujuan, Integration Integrasi dan Latency Latensi atau pemeliharaan pola. b. Menambah wawasan tentang adanya relasi sosial masyarakat pengrajin mainan dan masyarakat sekitar dalam analisis Emile Durkheim yang melihat solidaritas mekanik yang tercipta di masyarakat c. Dapat digunakan sebagai acuan bagi peneliti-peneliti sejenis untuk tahapan selanjutnya yang lebih baik. 2. Manfaat Praktis a. Bagi penulis digunakan sebagai salah satu syarat menempuh jenjang pendidikan Stata-1 Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret. b. Bagi Pemerintah serta instansi pemerintah desa, khususnya Pemerintah Daerah tingkat II Kabupaten Wonogiri penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan dalam menetapkan kebijaksanaan pengembangan pedesaan. c. Bagi Pengrajin, dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang bermanfaat bagi masyarakat pengrajin mainan, sebagai bahan informasi untuk mengambil keputusan untuk pengembangan kerajinan. commit to user

BAB II LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

Kehidupan sosial ekonomi merupakan aktivitas yang menyangkut seseorang dalam hubungannya dengan orang lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Ada sebuah pola saling keterpautan antara dua sendi kehidupan yaitu sosial dan ekonomi. Keduanya berada dalam sebuah sistem yang disebut masyarakat. Kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinyu, dan yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama dengan berkelompok dan menempati suatu wilayah dengan menjunjung adat istiadat setempat dikenal dengan istilah masyarakat Koentjaraningrat, 1990: 146. Masyarakat adalah golongan besar atau kecil terdiri dari beberapa manusia, dengan atau karena sendirinya berkaitan secara golongan dan pengaruh- mempengaruhi satu sama lain Hassan Shadily, 1984: 47. Parson seorang aliran sosial fungsionalis memandang masyarakat sebagai suatu sistem tersendiri yang dilingkupi oleh kepribadian dan sistem budaya Pasaribu dan Simandjuntak, 1986: 16. Masyarakat bukan hanya sekedar suatu penjumlahan individu semata-mata melainkan suatu sistem yang dibentuk dari hubungan antar mereka, sehingga menampilkan suatu realita tertentu yang mempunyai ciri-cirinya sendiri Durkheim dalam Berry 1981: 5. Sebagai suatu pergaulan hidup atau suatu bentuk kehidupan bersama manusia, maka masyarakat itu mempunyai ciri-ciri pokok yaitu sebagai berikut : 1. kelompok manusia. 2. yang sedikit banyak memiliki kebebasan dan bersifat kekal. 3. menempati suatu kawasan. 4. memiliki kebudayan. 5. memiliki hubungan dalam kelompok yang bersangkutan Horton dan Hunt dalam Ridwan Effendi, 2004: 10 Dengan demikian, karakteristik dari masyarakat itu terutama terletak pada kelompok manusia yang bebas dan bersifat kekal, menempati kawasan tertentu, commit to user memiliki kebudayaan serta terjalin dalam suatu hubungan di antara anggota- anggotanya. Sistem kehidupan masyarakat menimbulkan kebiasaan, sikap, tradisi dan kebudayaan yang selalu didukung oleh masyarakat pendukungnya, oleh karena itu setiap anggota kelompok merasa terikat dan mempunyai hubungan yang sangat erat satu sama lainya. Dari uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa masyarakat pada hakikatnya adalah satu wujud dari kesatuan hidup manusia yang di dalamnya mempunyai ciri-ciri adanya interaksi, adanya ikatan pada tingkah laku khas di dalam suatu sektor kehidupan yang mantap dan kontinyu serta adanya identitas terhadap kelompok dimana manusia itu menjadi bagian dari padanya. Masyarakat biasanya menempati suatu wilayah tempat tinggal. Apabila anggota-anggota suatu kelompok baik itu kelompok besar ataupun kecil hidup bersama sehingga merasakan bahwa kelompok tersebut dapat memenuhi kepentingan-kepentingan hidup yang utama, maka kelompok tadi disebut masyarakat setempat. ”Masyarakat setempat adalah suatu wadah dan wilayah dari kehidupan sekelompok orang yang ditandai oleh adanya hubungan sosial” Basrowi, 2006: 37. Di dalam masyarakat setempat terdapat tipe-tipe masyarakat yang saling berpautan, klasifikasi masyarakat setempat menggunakan empat kriteria, yaitu: 1. jumlah penduduk, 2. luas, kekayaan dan kepadatan penduduk daerah pedalaman, 3. fungsi-fungsi khusus masyarakat setempat terhadap seluruh masyarakat, 4. organisasi masyarakat setempat yang bersangkutan Soerjono Soekanto, 2007: 143. Klasifikasi masyarakat setempat menurut jumlah penduduk maksudnya, kelompok manusia dapat dikatakan sebagai masyarakat apabila mereka membentuk suatu kelompok yang terdiri dari banyak orang. Masyarakat juga harus memiliki lahan yang luas untuk ditempati sekelompok orang dengan batas- batasnya, lahan tersebut memiliki kekayaan yang dapat digunakan untuk kebutuhan masyarakat seperti bertani, berladang dan mendirikan tempat tinggal dan lain sebagainya. Masyarakat berfungsi sebagai sarana penghubung antar commit to user orang, wadah penampung kebersamaan, serta sebagai pelindung warga masyarakat. Masyarakat juga membentuk organisasi sebagai penampung aspirasi masyarakat dalam berkelompok. Dari pendapat di atas, masyarakat setempat dapat disimpulkan sekelompok manusia yang berhubungan erat saling timbal balik dengan menempati suatu wilayah dengan batas-batasnya dan memiliki norma adat istiadat. Dalam masyarakat modern, masyarakat dibedakan menjadi dua, yaitu masyarakat pedesaan atau rural community dan masyarakat perkotaan atau urban comunity Soerjono Soekanto, 2007: 136. Rural Communities are localities which are usually small having a homogeneity of culture and personal relationships . Althougt Urban Communities Refer to the cities or urban ettlements characterized by size, density and heterogeneity, which in combination provide the basis for a complex division of labor and fundamental changes in the nature of social relationships. Sañana and Pajarillo, 2010: 6 Pedesaan adalah daerah yang pada umumnya kecil memiliki homogenitas budaya dan hubungan pribadi. Sedangkan perkotaan dicirikan oleh ukuran, kepadatan dan heterogenitas, yang dalam kombinasi memberikan dasar untuk pembagian kerja yang kompleks dan perubahan mendasar di dalam hubungan sosial Sañana and Pajarillo, 2010: 6 Perbedaan masyarakat pedesaan dan masyarakat perkotaan sebenarnya tidak mempunyai hubungan dengan pengertian masyarakat sederhana, karena dalam masyarakat modern, betapa pun kecilnya suatu desa, pasti ada pengaruh- pengaruh dari kota. Perbedaan masyarakat pedesaan dan masyarakat perkotaan, pada hakekatnya bersifat gradual Soerjono Soekanto, 2007: 136. Dalam memahami masyarakat pedesaan dan masyarakat perkotaan tidak bisa di definisikan secara universal dan obyektif, tetapi berpatokan pada ciri-ciri masyarakat. Ciri-ciri itu ialah adanya sejumlah orang, tinggal dalam daerah tertentu, adanya sistem hubungan, ikatan atas dasar kepentingan bersama, tujuan dan bekerja bersama, ikatan atas dasar unsur-unsur sebelumya, rasa solidaritas, sadar akan adanya interdependensi, adanya norma-norma dan kebudayaan. Kesemua ciri- ciri masyarakat ini di coba ditranformasikan pada realita desa dan kota, dengan menitikberatkan pada kehidupanya Munandar Soelaeman, 2006 :131-132. commit to user Dalam penelitian ini hal utama yang akan dibahas adalah mengenai kehidupan masyarakat desa. Umumnya penduduk pedesaan di Indonesia ini apabila ditinjau dari segi kehidupan, sangat terikat dan tergantung dari tanah. Biasanya mereka bertani semata-mata untuk mencukupi kebutuhan sendiri dan tidak untuk dijual. Mereka puas apabila kebutuhan keluarga telah terpenuhi, cara bertani inilah yang dinamakan subsistence farming Wharton dalam Raharjo, 2004: 70. Dalam mengambarkan masyarakat agraris Scott mengungkapkan moral ekonomi petani etika subsistensi berusaha menghindari kegagalan yang menghancurkan kehidupannya dan bukan berusaha memperoleh keuntungan besar dengan mengambil resiko Damsar, 2002:67. Karena lahan-lahan pertanian juga yang terbatas mendorong masyarakat untuk mencari alternatif lain sebagai mata pencaharian hidup. Seperti yang dikemukakan oleh Scott 1989: 20 bahwa : ”pada satu keluarga yang jumlah anggotanya tidak berubah, proporsisi waktu dalam satu tahun yang digunakan untuk membuat barang-barang kerajinan tangan dan untuk bekerja sebagai tukang semakin besar apabila lahan yang tersedia untuk keluarga itu semakin berkurang.” Hal ini juga yang terjadi di masyarakat Desa Ngaglik, kehidupan pertanian yang tidak menjanjikan menyebabkan para petani mencari usaha lain diluar sektor pertanian. Salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan hidup pada masyarakat Ngaglik dilakukan dengan membuat kerajinan mainan. Kerajinan mainan di Desa Ngaglik tumbuh dan berkembang secara alamiah dari spesifikasi masyarakat setempat yang menghasilkan beraneka macam mainan. Kerajinan sendiri mempunyai pengertian merupakan ketrampilan yang berhubungan dengan suatu pembuatan barang yang dikerjakan secara teliti dan biasanya dominan dikerjakan dengan tangan atau sedikit menggunakan teknologi Sulaiman dalam Mahendra Wijaya, 2001: 30. Sedangkan Larasati Suliantoro Sulaiman mengemukakan bahwa pengertian dari kerajinan dapat ditinjau dari beberapa arti : 1. Kerajinan secara umum dapat diartikan suatu ketrampilan yang dihubungkan dengan suatu pembuatan barang yang harus dikerjakan secara rajin dan teliti, dan biasanya dikerjakan dengan menggunakan tangan. commit to user 2. Kerajinan dilihat dari aspek budaya Kerajinan berhubungan erat dengan sistem upacara kepercayaan, pendidikan, kesenian, teknologi, peralatan bahkan juga mata pencaharian. Mubyarto, 1985: 360-363. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kerajinan merupakan suatu ketrampilan tenaga manusia untuk menciptakan suatu barang yang bernilai. Dalam suatu penciptaan hasil karya kerajinan tentunya tidak lepas dari keberadaan pengrajin. Pengrajin memegang peranan penting dalam mewujudkan produk kerajinan. Perajin adalah orang yang mempunyai kecakapan atau ketrampilan dalam bentuk suatu seni atau kemahiran dalam menggunakan alat perkakas. Tetapi pekerjaan yang menyangkut kecakapan dalam penguasaan teknis dan perkakas itu tidak menuntut adanya suatu penciptaan ataupun keaslian Larasati Suliantoro Sulaiman dalam Mubyarto, 1985: 364. Sedangkan pengertian pengrajin menurut Anton M. Moeliono dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia 1988: 721 pengrajin adalah orang yang pekerjaanya membuat kerajinan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengrajin mainan adalah sekelompok individu yang mempunyai keahlian dan melakukan aktivitas membuat mainan, baik pekerjaan itu sebagai mata pencaharian pokok maupun sampingan dengan menggunakan ketrampilan tangan para pekerjanya dan alat-alat yang sangat sederhana. Kerajinan mainan yang ada di Desa Ngaglik ini tidak membuat masyarakatnya meninggalkan pekerjaanya sebagai seorang petani, sebab kerajinan mainan ini merupakan pekerjaan sampingan dari masyarakat Ngaglik tapi tidak menutup kemungkinan bahwa kerajinan mainan justru menjadi pekerjaan yang primer bagi unit-unit keluarga. Untuk melihat kehidupan sosial ekonomi masyarakat pengrajin mainan, dalam penelitian ini akan dibahas tentang:

1. Relasi Sosial Masyarakat Pengrajin Mainan

Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan dari orang lain, mulai dari dilahirkan sampai meninggal dunia. commit to user Manusia selalu berelasi, berinteraksi, berkomunikasi dan saling membutuhkan. Di dalam dirinya ada hasrat untuk berhubungan baik dengan orang lain dengan orang lain dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya. Masing-masing individu sadar akan kekurangan yang ia miliki dan tidak mungkin semua kebutuhan hidupnya dapat dipenuhi sendiri. Upaya untuk memenuhi kepentingan individu tersebut bisa terlihat dari terbentuknya relasi sosial dalam masyarakat sesuai dengan lingkunganya dan kemampuanya. Manusia dengan sendirinya akan berelasi atau membentuk hubungan sosial dengan orang lain. Bintarto berpendapat bahwa relasi adalah hubungan antara dua gejala, dua komponen, dua individu atau lebih yang dapat menimbulkan pengaruh 1983: 63. Dengan demikian maka relasi sosial itu merupakan hubungan yang dinamis dalam kehidupan masyarakat yang dapat dimulai dari pertemuan antara dua orang, di mana kedua orang tersebut saling menegur, berjabat tangan dan saling berbicara, saling mempengaruhi, mengemukakan pendapat, perasaan, harapan yang ada di benaknya. Relasi menimbulkan pengaruh timbal balik antara individu dan golongan di antara usaha individu dan golongan itu untuk mencapai tujuannya. Adanya relasi sosial yang terjalin dalam kelompok masyarakat mengakibatkan terbentuknya kesadaran kolektif di antara para pelaku sosial. Kesadaran kolektif ini sangat penting dalam membangun kekuatan suatu komunitas masyarakat, termasuk dalam masyarakat pengrajin mainan di Ngaglik. Perasaan saling memiliki diperlukan untuk meningkatkan produktivitas pengrajin itu sendiri. Selama menekuni pekerjaan membuat kerajinan mainan, pengrajin harus menjalin relasi yang baik dengan berbagai pihak yang nantinya akan menguntungkan pengrajin itu sendiri. Dalam kehidupan bermasyarakat, pengrajin menjalin hubungan satu sama lain dengan prinsip saling memberi dan menerima. Orang akan berelasi dan berinteraksi saling bantu membantu dalam kehidupan sosialnya agar hubungan ekonominya tetap terjalin dengan baik Ferdinand Tonnies memberikan konsep gemeinschaft untuk masyarakat desa. Gemeinschaft adalah bentuk kehidupan bersama di mana anggotanya diikat oleh hubungan batin yang murni serta bersifat alamiah dan kekal. Bentuk commit to user gemeinshaft terutama akan dijumpai dalam keluarga, kelompok kekerabatan, rukun tetangga, desa dan lain sebagainya Basrowi, 2006: 128-129. Sedangkan Gesellshaft merupakan bentuk kehidupan bersama dimana para anggotanya mempunyai hubungan yang bersifat pamrih dan dalam waktu pendek Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto, 2006: 33 Menurut Charles H. Cooley konsep primary group dan secondary group. Primary group adalah kelompok-kelompok yang dicirikan kenal-mengenal antara anggota-anggotanya serta kerjasama erat yang bersifat pribadi. Sebagai salah satu hasil hubungan yang erat dan pribadi tadi adalah peleburan daripada individu- individu dalam satu kelompok sehingga tujuan individu-individu juga menjadi tujuan dalam kelompoknya Soerjono Soekanto, 2007 : 110. Kelompok primer atau primary group ini sangat berguna sekali bagi individu, baik dalam hal kepentingan maupun keamanan individu sehubungan dengan adanya hubungan yang erat di antara para anggotanya. Kelompok primer atau primary group dalam konteks masyarakat dapat dikarakteristikan dalam masyarakat pedesaan. Sedang untuk kelompok sekunder atau secondary group, Cooley tidak menyebutkan ciri- ciri yang khas. Namun dapat dikatakan bahwa segala sesuatu yang telah dikatakan pada kelompok primer adalah kebalikan dari kelompok sekunder. Kelompok sekunder dapat dikarakteristikan seperti masyarakat kota dimana tingkat individualisnya sangat tinggi. Solidaritas sosial juga dapat dijadikan sebagai faktor penentu perbedaan karakteristik antara desa dan kota. Solidaritas menunjuk pada suatu keadaan hubungan antara individu dan atau kelompok yang didasarkan pada perasaan moral dan kepercayaan yang dianut bersama dan diperkuat oleh pengalaman emosional bersama Johson, 1988: 181. Solidaritas sosial pada masyarakat pedesaan lebih didasarkan atas kesamaan-kesamaan sedangkan pada masyarakat perkotaan justru didasarkan pada perbedaan-perbedaan. Kesamaan-kesamaan atas dasar solidaritasnya menciptakan hubungan yang bersifat informal pada masyarakat desa, sebaliknya pada masyarakat perkotaan, karena solidaritasnya didasarkan pada ketidaksamaan yang tercipta karena adanya pembagian kerja division of labor maka hubungan-hubunganya bersifat formal. commit to user Durkheim memberikan karakteristik desa dengan konsepnya tentang solidaritas mekanik yaitu dengan ciri-ciri : a. Pembagian kerja rendah b. Kesadaran kolektif kuat c. Hukum represif dominan d. Individualitas rendah e. Konsensus terhadap pola-pola normatif itu penting f. Keterlibatan komunitas dalam menghukum orang-orang yang menyimpang g. Secara relatif saling ketergantungan itu rendah h. Bersifat primitif atau pedesaan Johnson, 1988: 188 Ciri-ciri yang diungkapkan Durkheim di atas dapat digunakan untuk menganalisa masyarakat. Pada masyarakat desa biasanya terdapat kepercayaan- kepercayan dan sentimen bersama yang sama. Solidaritas tergantung pada individu-individu yang memiliki sifat-sifat yang sama dan menganut kepercayaan dan pola normatif yang sama juga, oleh karena itu individualitas tidak berkembang, individualitas terus menerus dilumpuhkan oleh tekanan yang besar sekali untuk konformitas. Konformitas diartikan sebagai bentuk interaksi yang di dalamnya seseorang berperilaku terhadap orang lain sesuai dengan harapan kelompok Shepard dalam Kamanto Sunarto, 2004: 185. Sedangkan Merton mengartikan bahwa konformitas adalah cara adaptasi individu dalam mana perilaku mengikuti tujuan yang ditentukan masyarakat dan mengikuti cara yang ditentukan masyarakat untuk mencapai tujuan tersebut Kamanto Sunarto, 2004: 185. Jadi dapat disimpulkan bahwa konformitas adalah penyesuaian diri dengan masyarakat dengan cara mengindahkan kaidah dan nilai-nilai dalam masyarakat itu sendiri. Suatu kaidah akan timbul dalam suatu masyarakat karena diperlukan sebagai pengatur hubungan antara seorang dengan orang lain, antara seseorang dengan masyarakatnya. Dalam masyarakat yang primitif atau pedesaan, homogen dan tradisional konformitas warga masyarakat kuat. Misalnya dalam pemeliharan dan mempertahankan tradisi. Dalam menghukum seseorang yang menyimpang di masyarakat, terkadang tidak menyesuaikan hukuman itu dengan tindak kejahatan, hukuman itu mencerminkan dan menyatakan kemarahan kolektif. commit to user Suatu aturan hukum bisa didefinisikan sebagai suatu aturan berperilaku yang mempunyai sanksi. Sanksi represif merupakan ciri khas dari hukum pidana dan terdiri atas suatu pemaksaan suatu bentuk penderitaan atas diri individu sebagai hukuman atas pelanggaran yang dia lakukan. Sanksi-sanksi demikian meliputi pencabutan kebebasan, mengenakan rasa nyeri, kehilangan hormat dan sebagainya. Kejahatan adalah tindakan yang melanggar perasaan yang secara universal telah disepakati anggota-anggota masyarakat. Landasan moral yang tersebar dari hukum pidana terbukti dari sifatnya yang umum Giddens, 1986: 93 Ciri khas yang penting dari solidaritas mekanik adalah bahwa solidaritas itu didasarkan pada suatu tingkat homogenitas yang tinggi dalam kepercayaan, sentimen dan sebagainya. Homogenitas terjadi jika pembagian kerja sangat minim sehingga secara relatif saling ketergantungan rendah. Durkheim juga memberikan karakteristik kota dengan konsepnya tentang solidaritas organik yaitu dengan ciri-ciri : a. Pembagian kerja tinggi b. Kesadaran kolektif lemah c. Hukum retitutif dominan d. Individualitas tinggi e. Konsensus pada nilai-nilai abstrak dan umum itu penting f. Badan-badan kontrol sosial yang menghukum orang-orang yang menyimpang g. Saling ketergantungan yang tinggi h. Bersifat industrial-perkotaan Johnson 1988: 188 Solidaritas organik bukan hanya berasal dari penerimaan suatu perangkat bersama dari kepercayaan atau sentimen tapi dari ketergantungan fungsional di dalam pembagian kerja. Pada masyarakat kota terdapat spesialisasi pekerjaan, setiap posisi yang ada menuntut adanya keahlian tertentu. Perluasan pembagian kerja kemudian dikaitkan dengan individualisme yang makin meningkat. Hal inilah yang menyebabkan tingkat individualisnya tinggi, bahkan sampai pada kehidupan sosialnya. Masyarakat kota cenderung menutup diri dengan lingkungan sekitar. Masyarakat kota mengenal adanya hukum restitutif. Orang-orang yang menyimpang tersebut dihukum melalui badan-badan kontrol sosial. ”Dalam hukum restitutif, segi komitmen hukum secara khusus di definisikan menurut jenisnya, baik kewajiban maupun hukumanya atas suatu pelanggaran” Giddens, 1986: 93 Sanksi restitutif melibatkan usaha perbaikan, penegakan kembali commit to user hubungan sebelum terjadi pelanggaran undang-undang. Dengan demikian bila seseorang menyatakan dirugikan orang lain maka inti proses hukumnya adalah mengusahakan ganti rugi kepada si penuntut jika tuntutannya dikabulkan. Ciri khas yang penting dari solidaritas organik adalah bahwa solidaritas itu didasarkan pada suatu tingkat heterogenitas yang tinggi dalam kepercayaan, sentimen, kehidupan dan kepercayaan. Heterogenitas tinggi terjadi jika pembagian kerja sangat beraneka ragam sehingga tercipta ketergantungan yang cukup tinggi. Dalam penelitian ini, relasi sosial yang dibahas adalah hubungan- hubungan sosial yang terjadi dalam kehidupan masyarakat Ngaglik yang meliputi relasi sosial yang terjalin antara masyarakat pengrajin dengan masyarakat sekitar, pengrajin dengan sesama pengrajin, pengrajin dengan pembeli dan aparat pemerintah terkait dalam kaitannya mengenai masalah perekonomian dengan mengunakan pendekatan analisis Durkheim mengenai konsep solidaritas mekanik dan organik.

2. Strategi Bertahan Masyarakat Pengrajin Mainan

Masalah pemenuhan kebutuhan hidup merupakan hal yang sangat penting dalam rangka bertahan hidup bagi rumah tangga, oleh karena itu diperlukan strategi yang merupakan usaha pengrajin untuk mengadaptasikan diri pada perubahan sosial, ekonomi, budaya serta kekuatan-kekuatan lainya diluar unit kolektif masyarakat pengrajin tersebut. Seorang pengrajin dalam sebuah komunitas masyarakat mengenal adanya modal sosial social capital. Social capital can be defined as supporting human relationship that enable people to work together for common purposes. In particular, ”trust” underlies and sustains institutions. Trust is a voluntary relationship built through common pattern of socialization and acceptance of institutions, rules, norms, identities, and beliefs Fukuyama, 1995. Robert Putnam 1993 showed how social capital or the lack of it operated in different part of Italy. Putnam point out the relationship between social capital and the acceptance of democratic norms. In the United States, social capital is often used to promote community development and economic prosperity Briggs, Gittel and Vidal dalam Savitch and Paul, 2003: 11. commit to user Modal sosial bisa didefinisikan sebagai pendukung hubungan manusia yang memungkinkan orang untuk bekerja sama untuk tujuan yang sama. Secara khusus, kepercayaan mendasari dan mendukung lembaga- lembaga. Kepercayaan adalah hubungan sukarela dibangun melalui pola umum sosialisasi dan penerimaan dari lembaga-lembaga, aturan, norma, identitas, dan kepercayaan Fukuyama, 1995. Robert Putnam 1993 menunjukkan bagaimana modal sosial atau kurangnya itu beroperasi di bagian yang berbeda dari Italia. Putnam menunjukkan hubungan antara modal sosial dan norma-norma demokratis penerimaan. Di Amerika Serikat, modal sosial sering digunakan untuk mempromosikan pembangunan masyarakat dan ekonomi kemakmuran Briggs, Gittel dan Vidal dalam Savitch and Paul , 2003: 11. Social capital merupakan tindakan saling mempercayai antara pihak yang satu dengan yang lain, dimana antara pihak-pihak tersebut selalu sedia membantu satu sama lain. Social capital dapat diukur dan dilihat dari kepercayaan atau sifat amanah trust, solidaritas dan toleransi Rusdi Syahra dalam Jurnal Dinamika Vol. 3 No. 2, 2003 :60. Kepercayaan, atau sifat amanah trust adalah kecenderungan untuk menepati sesuatu yang telah dikatakan dengan baik secara lisan ataupun tulisan. Adanya sifat kepercayaan ini merupakan landasan utama bagi kesediaan seseorang untuk menyerahkan sesuatu kepada orang lain, dengan keyakinan bahwa yang bersangkutan akan menepati kewajibanya. Solidaritas, adalah kesediaan untuk secara suka rela ikut menanggung suatu konsekwensi sebagai wujud adanya rasa kebersamaan dalam menghadapi suatu masalah. Sedangkan toleransi adalah kesediaan untuk memberikan kelonggaran baik dalam bentuk materi maupun non materi. Konsep social capital mengacu pada relasi- relasi sosial, maupun institusi-institusi, norma sosial dan saling percaya antar individu atau kelompok sehingga mempunyai dampak positif terhadap peningkatan kehidupan masyarakat pengrajin itu sendiri. Masyarakat merupakan kehidupan sosial yang berlangsung dalam suatu wadah. Menurut Talcott Parson kehidupan sosial harus dipandang sebagai sebuah sistem sosial. Talcott Parsons mengatakan bahwa: ”... a social system consists in a plurality of individual actors interacting with each other in a situation which has at least a physical or environmental aspect, actors who are motivated in terms of a tendency to the optimization or gratification and whose relation to their situations, including each other, is defined and mediated in terms of a social system commit to user of culturally structured and shared symbols…”Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto, 2006: 125 “…sistem sosial terdiri dalam pluralitas aktor individu berinteraksi satu sama lain dalam situasi yang setidaknya aspek fisik atau lingkungan, aktor yang termotivasi dalam hal kecenderungan untuk optimasi atau kepuasan dan yang berkaitan dengan situasi mereka, termasuk masing- masing lain, didefinisikan dan dimediasi dalam suatu sistem sosial budaya terstruktur dan bersama simbol-simbol…”Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto, 2006: 125 Sistem sosial merupakan kumpulan dari beberapa unsur atau komponen yang dapat ditemukan dalam kehidupan masyarakat yang terdiri dari beberapa peran Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto, 2006: 125. Misalnya dalam bidang pemerintahan ada peran sebagai presiden, menteri, bupati, kepala desa dan sebagainya, dalam bidang pendidikan terdapat peran sebagai rektor, dosen, guru, kepala sekolah dan lain sebagainya, dalam bidang kesehatan ada dokter, perawat, petugas laboratorium, bidan dan lain sebagainya. Karakteristik dari sistem memperlihatkan bahwa adanya unsur-unsur atau komponen sistem itu saling berhubungan satu sama lain dan saling tergantung yang dapat ditemukan dalam setiap kehidupan masyarakat, dimana peran-peran sosial sebagai komponen sistem sosial itu saling berhubungan dan saling tergantung Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto, 2006: 125. Sistem sosial dalam analisis Parson ini dapat menjelaskan strategi bertahan dalam sebuah masyarakat. Sistem sosial terdiri dari bagian-bagian atau unsur-unsur yang saling berhubungan satu sama lain, saling tergantung dan berada dalam suatu kesatuan Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto, 2006: 124. Sistem sosial dijelaskan oleh Parson melalui empat subsistem yang menjalankan fungsi- fungsi utama didalam kehidupan masyarakat yang sering disingkat dengan AGIL, yaitu: a. Adaptation Adaptasi sebuah sistem harus menyesuaikan diri dengan lingkungan dan menyesuaikan lingkungan itu dengan kebutuhan. b. Goal attainment Pencapaian tujuan sebuah sistem harus mendefinisikan dan mencapai tujuan utama. c. Integration Integrasi sebuah sistem harus mengatur antar hubungan yang menjadi komponennya. d. Latency Latensi atau pemeliharaan pola sebuah sistem harus memperlengkapi, memelihara dan memperbaiki, baik motivasi individual commit to user maupun pola–pola kultural yang menciptakan dan menopang motivasi Ritzer, 2003: 121 Tabel 1 : Masyarakat, Subsistemnya dan Imperatif Fungsionalnya Fungsi pemeliharaan pola dilaksanakan oleh subsistem fiduciary misalnya sekolah, keluarga, sistem pendidikan dan budaya Fungsi integrasi dilaksanakan oleh subsistem komunitas kemasyarakatan Fungsi adaptasi dilaksanakan oleh subsistem ekonomi Fungsi pencapaian tujuan dilaksanakan oleh subsistem politik Menurut Talcott Parson, fungsi adaptasi Adaptation tersebut akan dilaksanakan oleh subsistem ekonomi, fungsi pencapaian tujuan Goal attainment akan dilaksanakan oleh subsistem politik Politicy dengan mengejar tujuan-tujuan kemasyarakatan dan memobilisasi aktor dan sumber daya untuk mencapai tujuan, fungsi integrasi Integration akan dilaksanakan oleh subsistem komunitas kemasyarakatan yang akan mengkoordinasikan berbagai komponen masyarakat, dan fungsi untuk mempertahankan pola dan struktur masyarakat Latency akan dilaksanakan oleh subsistem fiduciary misalnya sekolah, keluarga dengan menyebarkan kultur norma dan nilai kepada aktor sehingga aktor menginternalisasikan kultur itu Parson dan Platt dalam Ritzer, 2003: 127- 128. Untuk lebih jelasnya rinciannya adalah subsistem ekonomi akan melaksanakan fungsi-fungsi ekonomi, dalam penelitian ini pengrajin melaksanakan produksi barang dan distribusi barang dan jasa. Subsistem ini akan mengusahakan fasilitas, alat atau sarana yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan sistem. Sistem ekonomi memiliki tanggung jawab utama terhadap pemenuhan pemenuhan persyaratan fungsional adaptif untuk masyarakat sebagai suatu sistem sosial. Melalui ekonomi sumber daya alam diubah menjadi fasilitas yang dapat di gunakan oleh sumber daya manusia pengrajin dan bermanfaat untuk berbagai tujuan, misalnya bekerja menjadi pengrajin untuk memperoleh uang sehingga bisa memenuhi kebutuhan keluarga seperti makanan, tempat tinggal dan penghidupan yang layak. commit to user Sedangkan subsistem politik policy akan melaksanakan fungsi distribusi kekuasaan dan juga memonopoli penggunaan unsur paksaan yang sah atau legalized power Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto, 2006: 130. Dalam masyarakat, subsistem ini akan bekerja untuk memaksimalkan potensi masyarakat untuk mencapai tujuan kolektifnya. Tujuan individu berhubungan dengan tujuan masyarakat terutama melalui perannya sebagai warga masyarakat. Untuk masyarakat yang besar dan komplek, keputusan penting yang berhubungan dengan tujuan masyarakat akan dipengaruhi oleh kolektifitas. Misalnya saja pada masyarakat pengrajin ada sebuah paguyupan dan koperasi yang berfungsi sebagai tempat menampung aspirasi masyarakat pengrajin. Integrasi menunjuk pada persyaratan terciptanya suatu solidaritas sehingga para anggotanya bersedia untuk bekerja sama menghindari konflik yang merusakkan. Bukan berarti bahwa konflik tidak ada, tapi kalau terjadi konflik harus di selesaikan agar tidak memburuk. Parson mengidentifikasi sistem hukum dan kontrol sosial keseluruhan sebagai mekanisme utama yang secara khusus berhubungan dengan masalah integrasi Johson, 1988: 136. Fungsi integrasi dilaksanakan oleh subsistem komunitas kemasyarakatan Contoh : hukum, kontrol sosial, kebiasaan dan norma-norma sosial yang mengkoordinasikan berbagai komponen masyarakat, pengaturan perilaku eksternal dan dengan pelanggaran yang terjadi. Selain itu institusi-institusi agama mempunyai pengaruh terhadap fungsi integratif, banyak norma yang mengatur hubungan antarpribadi yang diperkuat oleh kepercayaan agama serta perasaan sebagai kewajiban moral. Subsistem fiduciary akan menangani urusan pemeliharan nilai-nilai budaya yang berlaku dalam proses kehidupan bermasyarakat, terutama untuk tujuan kelestarian struktur masyarakat Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto, 2006: 130. Subsistem ini akan memaksimalkan komitmen sosial, motivasi dan mengendalikan ketegangan perasaan-perasaan individu sehingga mereka dapat melaksanakan dan berpartisipasi dengan baik dalam kehidupan sosial. Pada pokoknya pemeliharaan pola akan berhubungan dengan aspek moralitas dari komponen-komponen di dalam sistem sosial. Yang termasuk dalam subsistem ini adalah keluarga, agama dan pendidikan Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto, commit to user 2006: 130. Misalnya institusi keluarga relevan terhadap persyaratan fungsional latent pattern mainance sebab sosialisasi awal bagi anak-anak terjadi dalam keluarga. Meskipun fungsi ini dibagi bersama dengan sekolah, keluarga tetaplah yang terpenting dalam sosialisasi selama anak-anak dan remaja. Sistem pendidikan merupakan struktur utama lainya yang menyumbang fungsi pattern mainance dengan memberikan sosialisasi bagi calon baru dari setiap generasi. Proses sosialisasi sangat penting untuk mempertahankan pola-pola budaya dari satu generasi ke generasi berikutnya. “Keempat subsistem tersebut, masing-masing akan bekerja secara mandiri, tetapi saling tergantung satu sama lain untuk mewujudkan keutuhan dan kelestarian sistem sosial secara keseluruhan” Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto, 2006: 130. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa setiap individu dalam menjalani kehidupanya selalu ada hambatan. Untuk itu individu selalu berusaha mendapatkan jalan terbaik untuk keluar dari hambatan tersebut, tidak terkecuali masyarakat pengrajin di desa Ngaglik yang berusaha keluar dari hambatan dengan menerapkan keempat sistem tersebut yang meliputi Adaptation Adaptasi, Goal attainment Pencapaian tujuan, Integration Integrasi dan Latency Latensi atau Pemeliharaan Pola sehingga kerajinan tersebut hingga saat ini dapat bertahan dan tetap menjadi pilihan masyarakat.

B. Penelitian Yang Relevan

Dokumen yang terkait

Strategi Sosial Ekonomi Masyarakat Petani di Desa Wonosari, Kecamatan Tg Morawa, Kabupaten Deli Serdang

3 61 96

Analisis Relasi Kekuasaan Dalam Pemerintahan Desa ( Studi Kasus Pada Pemerintahan Desa Kedai Damar Pabatu Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Serdang Bedagai )

10 123 108

ALTERNATIF PROGRAM UNTUK PENINGKATAN PENDAPATAN MASYARAKAT PENGRAJIN GULA KELAPA (Studi Kasus di Desa Rejoagung Kecamatan Srono Kabupaten Banyuwangi)

0 17 18

POTRET POLA KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI PETANI SALAK PONDOH (Studi Kasus di Desa Pronojiwo, Kecamatan Pronojiwo,Kabupaten Lumajang)

1 14 3

SISTEM SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DI KAWASAN SEKITAR HUTAN ( Studi kasus di Desa Gambiran Kecamatan Pagerwojo Kabupaten Tulungagung )

0 5 9

SISTEM SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DI KAWASAN SEKITAR HUTAN ( Studi kasus di Desa Gambiran Kecamatan Pagerwojo Kabupaten Tulungagung )

0 5 2

DAMPAK KEBERADAAN PETERNAKAN UNGGAS TERHADAP PERUBAHAN KEHIDUPAN SOSIAL DAN EKONOMI MASYARAKAT (Studi Dampak Keberadaan CV. Bumi Ayu terhadap Perubahan Kehidupan Sosial dan Ekonomi Masyarakat di Desa Plosoarang, Kecamatan Sanankulon, Kabupaten Blitar)

1 7 2

Simbol dan Makna Sosial Dalam Ritual Lomba Kerbau di Masyarakat Kangean( Studi Kasus di Masyarakat Desa Angkatan Kecamatan Arjasa Kabupaten Sumenep)

0 7 35

KERJASAMA ANTAR PENGRAJIN HOME INDUSTRI(Study Tentang Kerjasama Antar Pengrajin Home Industri Keramik MarmerDi Desa Besole Kecamatan Besuki Kabupaten Tulungagung)

0 18 3

Strategi Sosial Ekonomi Masyarakat Petani di Desa Wonosari, Kecamatan Tg Morawa, Kabupaten Deli Serdang

0 0 13