commit to user
BAB IV SAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA PENELITIAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
1. Gambaran Umum Desa Ngaglik
a. Keadaan Geografis
Desa Ngaglik merupakan salah satu dari 9 desa yang berada dalam wilayah Kecamatan Bulukerto yang terbagi menjadi 8 RW dan 26 RT. Satu
RW masing-masing terbagi menjadi 3-8 RT. Secara administratif Desa Ngaglik terbagi menjadi 4 dusun yaitu Dusun Bendo, Soko, Dagangan dan
Dukuh. Wilayah Desa Ngaglik terletak di bagian timur laut pusat pemerintahan Kabupaten Wonogiri, terletak pada 111,3 Bujur Timur dan 7,8
Lintang Selatan. Secara administratif batas Desa Ngaglik sebelah utara berbatasan dengan Desa Krandegan; sebelah selatan berbatasan dengan Desa
Sendang Kecamatan Purwantoro; sebelah barat berbatasan dengan Desa Nadi dan sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Bulukerto, Desa Bulurejo,
Desa Ploso. Secara keseluruhan luas wilayah Desa Ngaglik meliputi tanah seluas
284.4465 Ha. Sifat tanah asam sampai basa, dengan kemiringan 10 sd 45 derajat dengan jenis tanah Litosol tanah liat berpasir. Suhu rata-rata 22 sd
30 derajat Celcius. Secara geografis berupa dataran tinggi yakni antara 400 sd 500 meter dan curah hujan 2200 mm. Wilayah Desa Ngaglik terdiri dari lahan
persawahan, tegalan, pemukiman, jalan dan lain-lain. Luas keseluruhan Desa Ngaglik mencapai 284,4465 Ha. Luas tanah pemukiman mendominasi
wilayah Desa Ngaglik dengan luas mencapai 157,0665 Ha 55,21. Luas tanah persawahan yang merupakan sawah tadah hujan 56,7170 Ha 19,93
dan sawah irigasi setengah teknis dengan luas mencapai 65,5545 Ha 23,04, penggunaan jalan seluas 16,1340 Ha 5,67 dan luas tegalan mencapai
4,5550 Ha 1,60. Penggunaan lahan terkecil dipakai untuk perkantoran, sekolahan, kuburan dan lain-lain seluas 14,7375 Ha 5,18. Dari data
commit to user
tersebut, dapat diketahui bahwa 55,21 wilayah Desa Ngaglik telah banyak digunakan untuk pemukiman. Namun persawahan dan ladang masih banyak
dijumpai. Sebagian masyarakat belum meninggalkan pola hidup pedesaan seperti berladang dan sawah.
b. Keadaan Demografis
Komposisi penduduk menurut umur dapat di golongkan secara garis besar menjadi 3 kategori, Usia Anak dan Remaja 0-14 tahun, Usia Dewasa
Produktif 15-59 tahun dan Usia Tua Tidak Produktif yaitu usia 60 tahun keatas. Jumlah penduduk Desa Ngaglik menurut jenis kelamin dan golongan
umur menurut data monografi tahun 2010 tercatat 3962 jiwa, dengan jumlah 832 kepala keluarga, laki-laki sebanyak 1997 jiwa dan wanita 1965 jiwa.
Penduduk usia antara 0-4 tahun sebanyak 535 jiwa 13,50, Penduduk usia antara 5-9 tahun adalah 196 jiwa 4,94, Untuk rentang usia 10-14 tahun
jumlah penduduknya 212 jiwa 5,35, Sedang pada rentang usia 15-19 tahun jumlah penduduk 192 jiwa 4,84. Penduduk usia antara 20-24 tahun
berjumlah 174 jiwa 4,39. Rentang usia penduduk pada usia 25-29 adalah 176 jiwa 4,44. Penduduk pada rentang usia 30-39 tahun berjumlah 485
jiwa 12,24. Usia antara 40-49 tahun ada 611 jiwa 15,42. Penduduk pada rentang usia 50-59 tahun ada 929 jiwa 23,44. Jumlah penduduk pada
rentang usia 50-59 merupakan jumlah penduduk terbesar. Penduduk yang berusia 60 ke atas ada 452 jiwa 11,40.
Dari data di atas dapat dijelaskan bahwa penduduk Desa Ngaglik sebagian besar merupakan golongan usia dewasa usia produktif, yaitu
sebanyak 2567 jiwa 64,80, bila dibandingkan dengan usia muda yaitu 943 jiwa 23,80 dan golongan usia tua atau usia non produktif yaitu 452 jiwa
11,40. Golongan usia dewasa inilah yang mempunyai peran lebih besar dalam membangun dan memajukan desanya. Di Desa Ngaglik jumlah
penduduk lebih besar jenis kelamin perempuan yaitu 1997 jiwa dibandingkan jumlah penduduk laki-laki yang berjumlah 1965 jiwa, namun hanya terpaut
0,80 saja.
commit to user
Menurut mata pencahariannya, jumlah penduduk Desa Ngaglik sebanyak 2739 orang, dikelompokkan sebagai berikut: penduduk sebagai
petani sebanyak 1232 orang 44,97, buruh tani sebanyak 199 orang 7,26, buruh atau swasta sebanyak 75 orang 2,73, pegawai negeri
sebanyak 31 orang 1,13, pedagang sebanyak 445 orang 16,24, peternak sebanyak 5 orang 0,18, montir sebanyak 1 orang 0,036, pengusaha
sebanyak 4 orang 0,14, ABRI sebanyak 2 orang 0,073, pensiunan sebanyak 16 orang 0,58, dan tenaga kesehatan sebanyak 4 orang 0,14.
Di samping itu penduduk Desa Ngaglik yang tidak memiliki lahan pertanian
melakukan mobilitas keluar desa seperti merantau atau “boro”, Hal ini disebabkan karena rata-rata kepemilikan sawah sempit sehingga tidak dapat
diandalkan untuk perekonomian keluarga. Menurut data monografi Desa Ngaglik tahun 2010 penduduk yang merantau atau “boro” ada 467 jiwa terdiri
dari 306 11,17 laki-laki dan 161 5,87 perempuan. Menurut data Rencana Pembangunan Jangka Menengah RPJM Desa Ngaglik tahun 2008,
penduduk yang bermata pencaharian sebagai pengrajin mainan anak sebanyak 725 orang 26,46. Namun pada waktu tertentu misalnya menjelang tahun
baru atau lebaran jumlah orang yang membuat terompet dapat meningkat menjadi 3 tiga kali lipat dari biasanya. Sebab pada waktu tersebut
masyarakat memprioritaskan membuat terompet dan menjual ke kota-kota di hampir seluruh wilayah nusantara.
c. Sarana dan Prasarana Desa Ngaglik
1 Sarana Komunikasi dan Transportasi
Komunikasi dan transportasi sangat penting bagi kemajuan dan lancarnya kegiatan penduduk di suatu daerah. Sarana komunikasi yang ada
di desa ini telah cukup baik antara lain sudah terdapat televisi sebanyak 782 unit, radio 51 unit, HP dan Warung Telekomunikasi Wartel.
Sarana komunikasi yang ada didukung pula dengan tersedianya sarana transportasi yang cukup memadai, secara umum fasilitas jalan yang
ada di Desa Ngaglik relatif baik. Semua jalan menuju Desa Ngaglik sudah
commit to user
beraspal. Bahkan antara Desa Ngaglik dengan desa-desa lain di sekitarnya telah dihubungkan oleh jalan-jalan beraspal, sehingga hubungan antar desa
lancar karena dapat menggunakan kendaraan roda dua maupun roda empat, baik itu kendaraan pribadi maupun angkutan umum berupa colt
sebanyak 25 buah.
2 Sarana Keagamaan
Menurut sumber yang diperoleh dari Badan Pemberdayaan Masyarakat BPM tahun 2009, sarana keagamaan yang dimiliki oleh Desa
Ngaglik adalah 8 buah masjid dan 2 buah mushola, yang tersebar di seluruh wilayah desa. Banyaknya masjid dan mushola menunjukkan
bahwa penduduknya mayoritas beragama Islam sebanyak 3952 orang 99,74 sedangkan pemeluk agama Kristen sebanyak 10 orang 0,25.
3 Sarana Kesehatan
Sarana kesehatan di Desa Ngaglik terdapat 4 buah Pos Pelayanan Terpadu POSYANDU sebagai pusat pelayanan kesehatan terutama ibu-
ibu yang akan menimbang berat badan anak, suntik imunisasi maupun ingin mengetahui informasi tentang kesehatan ibu dan bayi dan 1 buah
poliklinik milik seorang bidan desa. Sedangkan tenaga kesehatan yaitu seorang paramedis, seorang bidan desa dan 2 dukun terlatih.
Dengan minimnya sarana kesehatan dan tenaga kesehatan yang tersedia maka belum memenuhi kebutuhan seluruh warga akan akses
kesehatan, sehingga kalau ada warga desa yang mendadak sakit mereka berobat ke rumah sakit yang terletak di ibukota kabupaten yang jaraknya
lebih kurang 46 km.
4 Sarana Pendidikan
Desa Ngaglik memiliki prasarana pendidikan berupa 3 buah Taman Kanak-kanak TK dengan 6 tenaga pengajar, 3 buah Sekolah Dasar SD
dengan 18 tenaga pengajar dan 3 buah Taman Pendidikan Al-Quran TPA dengan 8 tenaga pengajar. Keterbatasan prasarana pendidikan di desa
membuat tingkat pendidikan formal masih sangat rendah. Menurut Data Monografi Desa Ngaglik tahun 2010, jumlah lulusan Sekolah Dasar SD
commit to user
sebesar 2154 jiwa 54,36, jauh lebih tinggi dari jumlah penduduk lulusan sekolah Lanjutan Tingkat Pertama SLTP sebanyak 462 jiwa
11,66 dan lulusan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas SLTA sebanyak 271 jiwa 6,83. Penduduk yang mampu menempuh hingga perguruan
tinggi sebanyak 58 jiwa 1,46, sedangkan untuk masyarakat yang yang belum tamat SD sebanyak 1.017 jiwa 25,66. Dapat disimpulkan bahwa
mayoritas masyarakat Desa Ngaglik belum mempunyai kesadaran tinggi tentang pentingnya pendidikan. Rendahnya tingkat pendidikan masyarakat
Desa Ngaglik secara umum sangat berpengaruh dengan jenis pekerjaan yang diampu seperti petani, buruh, dan pengrajin.
5 Sarana Olah Raga dan Kesenian
Sarana olah raga, Desa Ngaglik hanya mempunyai 1 lapangan sepak bola, 2 buah lapangan bulutangkis, 1 buah lapangan meja pingpong
atau tenis meja dan lapangan volli sebanyak 3 buah. Jumlah ini terbilang sedikit bila dibandingkan dengan banyaknya jumlah penduduk desa,
sehingga hendaknya prasarana olahraga yang ada perlu ditambah jumlahnya.
Seni merupakan
sesuatu yang
sangat berharga
untuk dipertahankan. Keadaan masyarakat yang telah berkembang tidak
mengikis kesenian dan kebudayaan yang masih tetap terjaga dengan baik. Fasilitas yang tersedia di Desa Ngaglik dalam rangka mengembangkan
bakat seni masyarakat saat ini adalah sebuah kelompok Reog Ponorogo bernama ”Singo Joyo”. Selain itu, untuk menyambut event-event tertentu
misalnya saat ada hajatan, di Desa Ngaglik sering mengadakan pertunjukan wayang semalam suntuk. Hal ini diharapkan dapat digunakan
sebagai sarana pelestarian kebudayaan tradisional oleh warga masyarakat.
6 Sarana Perekonomian
Untuk sarana perekonomian, di Desa Ngaglik hanya terdapat satu pasar dan khusus untuk pengrajin mainan ada sebuah pasar bernama Pasar
Pahing yang juga menempati pasar induk. Pasar Pahing adalah pasar yang
commit to user
menjual beraneka mainan anak yang hanya ada di waktu pagi dan setelah itu tidak ada lagi pasar kerajinan mainan di tempat tersebut. Di Pasar ini
para pembeli mainan anak dari berbagai desa maupun luar kota dan pengrajin dari semua penjuru desa bertemu dan melakukan transaksi jual
beli. Di Desa Ngaglik terdapat sebuah toko milik Pak US yang menjual
berbagai macam bahan-bahan yang dibutuhkan oleh pengrajin topeng, pengrajin kitiran, dan pengrajin wayang kardus. Menjelang tahun baru
Bapak US juga menyediakan pasokan bahan baku untuk membuat terompet tahun baru dalam skala besar. Selain sebagai pengrajin beliau
juga menampung hasil kerajinan dari warga Desa Ngaglik dan menjualnya ke Kota Solo. Pak US adalah orang yang pertama kali membuat ide
diadakan Pasar Paing, secara langsung beliau menceritakan awal mula terbentuknya pasar tersebut :
”kulo ingkang pertama kali memprakarsai adanya Pasar Pahing, mboten enten campur tangan pemerintah, murni ide kulo, wiwite
nggeh tahun 87, sejarahe ngeten mbak, pertama mriki kan kathah pengrajin, jaman semonten wong-wong kan kathah sing pesen
perorangan, orang kota kan kalau mencari pengrajin kerumah- rumah mesakke, nopo malih pengrajine mboten mesti enten griyo,
kadang enten kadang boro teng kota, mboten ajeg, agar pengrajin dan pembeli bisa bertemu saya punya ide membuat Pasar Pahing
itu, kalau saya sendiri juga bisa dikatakan pengrajin dan pedagang ning kulo namung damel terompet nek tahun baru, kalau
dipasar saya juga menjual hasil mainan buatan pabrik, kulakanya dari Solo, pengrajin mriki sami melu-melu dodol kerajinane teng
pasar, jadi kalau ada pembeli dari kota atau dari mana saja langsung bisa njujug pasar, kalau dirumah saya juga menerima
dan menampung hasil kerajinan mereka untuk saya setorkan kesolo, jadi barter mbak, saya membawa hasil kerajinan dari desa
sini dan membeli mainan-mainan buatan pabrik, saya juga menyediakan bahan-bahan keperluan pengrajin seperti karton, cat,
peralatan dan lain sebagainya”Saya yang pertama kali memprakarsai adanya Pasar Pahing, tidak ada campur tangan
pemerintah, murni ide saya, mulainya tahun 87, sejarahnya begini mbak, pertama sini kan banyak pengrajin, jaman dulu kan banyak
orang yang pesen perorangan, orang kota kan kalau mencari pengrajin kerumah-rumah kasihan, apalagi pengrajinya tidak pasti
ada dirumah, kadang ada kadang merantau ke kota, tidak pasti,
commit to user
agar pengrajin dan pembeli bisa bertemu saya punya ide membuat Pasar Pahing itu, kalau saya sendiri juga pengrajin dan pedagang
tapi saya hanya membuat terompet tahun baru, kalau dipasar saya juga menjual hasil mainan buatan pabrik, kulakanya dari Solo,
pengrajin disini ikut-ikutan berjualan kerajinanya dipasar, jadi kalau ada pembeli langsung bisa pergi pasar, kalau dirumah saya
menerima dan menampung hasil kerajinan mereka untuk saya setorkan kesolo, jadi barter mbak, saya membawa hasil kerajinan
dari desa sini dan membeli mainan-mainan buatan pabrik, saya juga menyediakan bahan-bahan keperluan pengrajin seperti karton,
cat, peralatan dan lain sebagainya. WUS23 052010 Sedangkan di ibukota kecamatan tepatnya di depan Pasar
Bulukerto terdapat empat toko yang menjual bahan-bahan yang dibutuhkan pengrajin seperti cat, lem dan alat-alat kerajinan. Satu toko
diantaranya menampung dan menjual hasil kerajinan pengrajin dalam bentuk sudah jadi. Di Desa Ngaglik juga terdapat 16 buah warung
kelontong dan badan usaha sejenis koperasi sebanyak 29 buah.
d. Kondisi Sosial Masyarakat Desa Ngaglik
Masyarakat Desa Ngaglik termasuk masyarakat yang relatif masih bersifat homogen dengan latar belakang yang sama, baik secara budaya, etnis
maupun dalam pola kehidupan sehari-hari sebagai masyarakat. Sebagian besar masyarakat masih melestarikan budaya Jawa yang masih melekat kuat, seperti
gotong royong, kekeluargaan dan acara-acara tradisi yang dilakukan masyarakat. Meskipun masyarakat mempunyai homogenitas, namun tidak
seluruhnya mempunyai keseragaman. Hal ini menyebabkan adanya golongan masyarakat tradisional dan modern. Golongan masyarakat tradisional masih
memegang teguh berbagai ritual adat peninggalan nenek moyang dan masih percaya terhadap hal-hal yang bersifat takhayul atau hal-hal yang berbau
mistis. Pemberian sesaji pada saat pelaksanaan hajatan seperti prosesi
perkawinan, khitanan, peringatan kematian, mendirikan rumah merupakan suatu hal yang tidak boleh ditinggalkan. Tujuan pemberian sesaji pada saat
hajatan adalah untuk mendapatkan restu atau memohon kepada arwah para
commit to user
leluhur yang sudah meninggal. Selain pemberian sesaji dalam hajatan, di Desa Ngaglik masih banyak ditemukan upacara adat yang masih ada dalam siklus
kehidupan manusia mulai dari kelahiran sampai kematian. Upacara yang dimaksud antara lain mitoni, sunatan, midodareni, tedak siti, selapanan,
telungdinanan3 hari, pitungdinanan7 hari, patangpuluh dinanan40 hari, nyatus100hari, nyewu1000hari, mendhak pisan35 hari setelah diadakan
1000 hari, mendhak pindho35 hari kemudian dari diadakanya mendhakpisan, ruwatan.
Meskipun demikian, ada masyarakat yang sudah mulai meninggalkan ritual-ritual yang berkaitan dengan hal-hal mistis yang pada umumnya mereka
adalah anggota masyarakat yang mengenyam pendidikan tinggi dan orang- orang yang seringkali merantau atau “boro”. Namun mereka belum
sepenuhnya meninggalkan ritual adat yang masih dianut oleh sebagian besar masyarakat Desa Ngaglik, ada yang tetap mengikuti acara tradisi karena ikut-
ikutan atau karena sungkan terhadap tetangga sekitar dan ada yang tetap mengikuti ritual adat karena mereka berpandangan bahwa ritual adat
merupakan warisan nenek moyang yang harus dilestarikan. Hanya saja mereka melakukan perubahan sedikit demi sedikit dan menghilangkan unsur-unsur
yang dianggap kurang masuk akal. Contohnya sudah tidak melakukan sesaji pada malam jumat, sudah tidak menaruh makanan di bawah pohon beringin
meskipun diantara mereka masih melakukan tradisi nyekar dimakam ziarah kemakam dan panggang tumpeng makan bersama setelah ziarah ke makam
2. Sejarah Munculnya Kerajinan Mainan di Desa Ngaglik
Sejarah adanya aktivitas membuat kerajinan mainan anak dapat diketahui secara pasti dari informasi warga setempat. Pak KR adalah warga
Desa Ngaglik yang juga merupakan orang yang pertama kali membuat terompet di Indonesia, ia mendapat ide membuat terompet saat berkunjung ke
pelabuhan perak Surabaya dan mendengar bunyi klakson kapal tepat jam 12 malam. Namun terompet yang dibuat masih sangat sederhana dan belum
commit to user
menggunakan variasi model seperti saat ini. Berikut penuturan dari Pak KR terkait dengan ide pembuatan terompet.
”Menawi terompet, riyen piyambak ingkang damel ide kulo mbak, jaman kolo rumiyin rikolo kulo dereng damel, sumerep kulo pas
mlampah-mlampah dateng Suroboyo. Maen-maen dateng pelabuhan perak, bareng ngoten kulo ndik semanten jam 12 dalu mireng sedoyo
klakson-klakson kapal-kapal meniko diungelke sedoyo pas jam 12 niku, la kulo terus mikir mekaten mbak, tahun baru wong mlaku,
ngepit numpak motor luar biasa arak-arakipun, entene namung gembira senang, langsung kulo sanjang kalih rencang kulo ngajak
damel slompret. Dados kulo damel slompret sepindahan dereng manggeake alat-alat, variasi kados jaman sakniki, namung damel gek
kulo lonteng-lonteng kertas emas biasa niku le mbak.”Kalau terompet, pertama kali yang buat ide saya mbak, jaman dulu saat saya
belum buat, setahu saya pas jalan-jalan ke Surabaya. Main-main ke pelabuhan perak, habis itu saya jam 12 malam mendengar semua
klakson-klakson kapal itu dibunyikan semua pas jam 12 itu, terus saya berpikir begini mbak, tahun baru orang jalan, naek sepeda motor luar
biasa arak-arakanya, yang ada hanya gembira senang, langsung saya berbicara dengan dua teman saya ajak buat terompet. Jadi saya buat
terompet pertama kali tidak menggunakan alat-alat, variasi seperti jaman sekarang, hanya saya beri kertas emas biasa itu lo mbak.
WKR5610
Menurut Pak SN, selaku sekretaris desa menjelaskan awal mula munculnya kerajinan mainan anak yaitu wayang kardus dari tetangganya yang
bernama Mbah Dikromo. Dimata Pak SN, Mbah Dikromo adalah seorang pekerja keras dan senang merantau, setelah selesai bertanam padi di sawah ia
pergi ke kota untuk berdagang. Berikut penuturan Pak SN : ”Mainan wayang kardus ada sejak tahun 50an, atas prakarsa Mbah
Dikromo, Mbah Dikromo niku priyayine kecil, dia seorang petani, tapi sekarang sudah meninggal, beliau anaknya banyak ada 9 orang,
biasanya setelah selesai bertani, yang namanya bertanikan dikerjakan sebulan sudah selesai, nah waktu luangnya setiap selesai pertanian
tandur itu nanti yang mengurus istrinya yang dirumah, piyambakipun dodol opak kalung, opak kalung itu krupuk yang dikanteti pakai serat
nanas itu dan dijual, dodole niku berjalan kaki wiwid saking desa mriki sampe Magetan, Madiun, Nganjuk, Mojokerto sampe Surabaya.
Jalan kaki sambil jualan itu kata beliau enak, hari ini jualan sampai dimana, capek ya tidur dipasar atau mushola esoknya jualan lagi kan
sambil jalan, trus dapat uang kan enak saja. La niku nanti sampe 1-2 bulan pulang garap tanah pertanian lagi. La awalnya seperti itu mbak,
commit to user
trus lama-lama ditambahi mainan anak-anak berupa kitiran-kitiran trus ditambahi lagi wayang kardus cuma tidak disungging cuma
diguntingi, waktu itu belum ada tatah sungging. Lama-lama kok payu, la trus ada orang lain yang melu-melu bakul dolanan, trus suwe-suwe
hampir wong Jomblang itu sebagian besar dagang mainan anak.” Mainan wayang kardus dulu ada sejak tahun 50an, atas prakarsa Mbah
Dikromo, Mbah Dikromo itu orangnya kecil, ia seorang petani, tapi sekarang sudah meninggal, ia anaknya banyak ada 9 orang, biasanya
setelah selesai bertani, yang namanya bertanikan dikerjakan sebulan sudah selesai, nah waktu luangnya setiap selesai pertanian itu nanti
yang mengurus istrinya yang dirumah, dirinya berjualan opak kalung, opak kalung itu krupuk yang diikat pakai serat nanas itu dijual,
jualanya itu berjalan kaki mulai dari desa ini sampe Magetan, Madiun, Nganjuk, Mojokerto sampe Surabaya. Jalan kaki sambil berjualan itu
kata beliau enak, hari ini jualan sampai dimana, capek ya tidur dipasar atau mushola esoknya jualan lagi kan sambil jalan, trus dapat uang kan
enak saja. Sampe 1-2 bulan pulang mengerjakan tanah pertanian lagi. Awalnya seperti itu mbak, trus lama-lama ditambahi mainan anak-anak
berupa kitiran-kitiran trus ditambahi lagi wayang kardus hanya tidak disungging hanya diguntingi, waktu itu belum ada tatah sungging.
Lama-lama kok, terus ada orang lain yang ikut ikutan berjualan mainan, lama-lama hampir orang Jomblang itu sebagian besar dagang
mainan anak. WSN20310
Sedangkan Pak YN mengatakan bahwa kerajinan mainan ini berasal dari orang tua yang diajarkan secara turun temurun. Seperti yang dijelaskan
oleh Pak Yn : ”Ketrampilan saking bapak, tapi kulo ket alit pun remen wayang, tapi
riyin damel wayang alit saking kardus, pewarnane namung saking somo, cet cemeng niku namung ngangge langges tintir niku, lemipu
namung saking tlutuh mahoni nek sakniki lak pun ngangge pernis, cat nggeh pun kathah.” Ketrampilan dari bapak, tapi saya dari kecil sudah
suka wayang, tapi dulu buat wayang kecil dari kardus, pewarnanya hanya dari teres, cat hitam itu hanya dari langes lampu teplok, lemnya
hanya dari getah mahoni, kalau sekarang kan sudah memakai pernis, cat juga sudah banyak.WYN362010
Berbeda lagi dengan Ibu PM yang mengenal dan memperoleh
ketrampilan membuat mainan berasal dari temannya. Terkait dengan hal tersebut Ibu PM menjelaskan :
commit to user
”Riyin enten tiyang engkang marahi kulo mbak, tapi mireng-mireng tiyange malah pun mboten damel niki, tiyange malah kesah teng
Jakarta, ketrampilan niki nggeh sing muruki niku, nggeh namung getok tular mekaten gampilane, geh kulo lajengake ngantos semriki
niki mbak.”Dulu ada orang yang mengajari saya mbak, tapi saya mendengar orangnya malah sudah tidak membuat topeng, orangnya
malah pergi ke Jakarta, ketrampilan ini yang mengajari orang itu, ya namanya getok tular, ya saya lanjutkan sampai sekarang.WPM5
62010
Begitu juga yang dikatakan Pak BJ bahwa ketrampilan membuat mainan anak diperoleh dari temannya.
”Ketrampilan niki saking rencang kulo, riyin pas enten perlombaan teng kampung gek kulo diajari damel wayang niki, amargi corekane
kulo sae nggeh kulo sade, dugi semriki niki.“Ketrampilan ini dari teman saya, dulu pas ada perlombaan di kampung terus saya diajari
membuat wayang ini, karena buatan saya bagus ya saya jual, sampai sekarang ini.WBJ462010
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa sejarah munculnya kerajinan mainan dibagi menjadi tiga. Yang pertama kerajinan mainan anak
adalah bakat yang diturunkan secara turun temurun. Yang kedua kerajinan mainan berupa terompet tahun baru dan wayang diperoleh karena ide tiba-tiba
saat seseorang merantau atau ”boro”. Yang ketiga ketrampilan membuat kerajinan mainan diperoleh dari teman atau ”getok tular”.
B. Deskripsi Permasalahan Penelitian