Varietas berdasarkan ketebalan tempurung dan daging buah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sejarah Kelapa Sawit

Semula tanaman kelapa sawit Elaeis giuneensis Jacg hanya diusahakan oleh perkebunan besar di Indonesia. Sejak tahun 1977 – 1978 pemerintahan Indonesia bertekad mengubah situasi tersebut dengan mengembangkan pola perkebunanan rakyat melalui system PIRBUN Perusahaan Inti Rakyat Perkebunanan. Perusahaan Besar sebagai inti berfungsi memberikan alih teknologi kepada perkebunan kepada perkebuanan rakyat di sekitar yang berkedudukan sebagai kebun “plasma”. Kelapa sawit di Indonesia dewasa ini merupakan komoditas primadona; luasnya terus berkembang dan tidak hanya merupakan monopoli perkebunan besar negara atau perkebunan besar swasta. Saat ini perkebunan rakyat sudah berkembang dengan pesat. Perkebunan kelapa sawit yang semula hanya di Sumatera Utara dan Daerah Istimewa Aceh saat ini sudah berkembang di beberapa propinsi,antara lain : Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Jambi, Bengkulu, Riau, Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Irian Jaya, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Utara dan Jawa Barat. Pemerintahan minyak kelapa sawit di samping digunakan sebagai bahan mentah industry pangan juga digunakan sebagai bahan mentah industry nonpangan. Jika dilihat dari biaya produksinya, komoditas kelapa sawit jauh lebih rendah dari pada minyak nabati lainnya.

2.2 Varietas berdasarkan ketebalan tempurung dan daging buah

Berdasarkan ketebalan tempurung dan daging buah beberapa varietas kelapa sawit diantaranya dura, tenera, pesifera, dan marco carya, ditunjukkan pada table 2.1 Universitas Sumatera Utara Tabel 2.1 Varietas Kelapa Sawit Berdasarkan Ketebalan Tempurung dan Daging Buah Varietas Deskripsi Dura - Tempurung tebal - Tidak ada lingkaran serabut pada bagian luar tempurung - Daging buah relatif tipis yaitu 35-50 terhadap buah - Kernel besar dengan kandungan minyak rendah - Dalam persilangan dipakai sebagai pohon induk betina Tenera - Hasil dari persilangan dura dan pesifera - Tempurung tipis - Terdapat lingkaran serabut disekeliling tempurung - Daging buah tebal - Tandan buah lebih banyak tetapi ukurannya relatif lebih kecil Pesifera - Ketebalan tempurung sangat tipis bahkan hampir tidak ada - Daging buah tebal, lebih tebal dari daging dura - Daging biji sangat tipis - Tidak dapat diperbanyak dengan penyilangan dengan jenis lain dan dipakai pohon induk jantan Marco Carya - Tempurung tebal sekitar 5 mm -Daging buah sangat tipis Fauzi, 2002 Penggunaaan minyak kelapa sawit sebagai minyak goring pada tahun 1985 tercatat telah mencapai 55,3 atau meningkat 27 pertahun. Saat ini minyak goring merupakan penyerap utama konsumsi munyak dalam negeri . Industri lain yang menggunakan minyak kelapa sawit ini adalah margarine, sabun, dan industry kimia lainnnya. Penghasilan minyak kelapa sawit terbesar adalah Malaysia dan disana kelapa sawit merupakan sumber devisa utama sejak tahun 1970-an sehingga kedudukannya cukup mantap. Pemasok terbesar kebutuhan minyak sawit dunia hingga 1993 adalah Universitas Sumatera Utara Malaysia 50 dari produksi dunia,sedangkan Indonesia hanya 20 dari produksi dunia. Indonesia yang menempati posisi kedua setelah Malaysia relative masih jauh ketinggalan terutama dari segi tekhnologi budidaya,pengolahan dan pemasaran . Sampai sat ini ekspor minyak sawit Indonesia masih dalam bentuk minyak mentah atau Crude Palm Oil CPO, dan sebagian kecil dalam bentuk produk olahan yang merupakan hasila sampingan dan pembuatan minyak goring, sehingga nilai tambah yang diperoleh relative kecil. Tanaman kelapa sawit mulai berbunga dan membentuk buah setelah umur 2 – 3 tahun. Buah masak sekitar 5 – 6 bulan setelah penyerbukan. Buah menjadi merah jingga ketika masak. Ketika masak, kandungan minyak pada daging buah maksimal, jika terlalu matang buah kelapa sawit akan lepas dan jatuh dari tandan. Buah yang jatuh tersebut disebut membrondol. Proses pemanenan pada tanaman kelapa sawit meliputi pekerjaan memotong tandan buah masak, memungut dan mengangkutnya ke pabrik. Kriteria panen yang perlu diperhatikan adalah matang panen, cara panen, alat panen, rotasi panen, sistem panen dan mutu panen.

2.3 Pembentukan Minyak Dalam Buah

Dokumen yang terkait

Pengaruh Umpan Minyak dan Umpan Olahan terhadap Kadar Kehilangan Minyak Kelapa Sawit (Losses) pada Unit Decanter di PKS PT. Multimas Nabati Asahan

19 112 45

Pengaruh Tekanan Hidrolik Terhadap Oil Losses Pada Fiber Di Unit Screw Press PKS PT.Multimas Nabati Asahan Kuala-Tanjung

29 98 48

Pengaruh disiplin kerja terhadap prestasi kerja karyawan pabrik kelapa sawit pt. multimas nabati asahan - Repository UIN Sumatera Utara

0 10 90

Efek Tekanan Terhadap Kehilangan Minyak Kelapa Sawit Pada Fiber Press Di unit Screw Press Dengan Metode Ekstraksi Sokletasi Di PT. PKS Multimas Nabati Asahan – Kuala Tanjung

0 0 1

Efek Tekanan Terhadap Kehilangan Minyak Kelapa Sawit Pada Fiber Press Di unit Screw Press Dengan Metode Ekstraksi Sokletasi Di PT. PKS Multimas Nabati Asahan – Kuala Tanjung

1 3 18

Efek Tekanan Terhadap Kehilangan Minyak Kelapa Sawit Pada Fiber Press Di unit Screw Press Dengan Metode Ekstraksi Sokletasi Di PT. PKS Multimas Nabati Asahan – Kuala Tanjung

6 11 3

Efek Tekanan Terhadap Kehilangan Minyak Kelapa Sawit Pada Fiber Press Di unit Screw Press Dengan Metode Ekstraksi Sokletasi Di PT. PKS Multimas Nabati Asahan – Kuala Tanjung

0 0 2

Efek Tekanan Terhadap Kehilangan Minyak Kelapa Sawit Pada Fiber Press Di unit Screw Press Dengan Metode Ekstraksi Sokletasi Di PT. PKS Multimas Nabati Asahan – Kuala Tanjung

0 1 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah Kelapa Sawit - Pengaruh Waktu dan Tekanan Terhadap Oil Content Cake pada Niagara Filter di PT. Multimas Nabati Asahan

0 1 15

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah Kelapa Sawit - Pengaruh Tekanan Terhadap Effisiensi Persentase Pasir pada Unit Sand Cyclone di Pabrik Kelapa Sawit Multimas Nabati Asahan

0 0 14