35
BAB III PERUSAHAAN PERSEROAN SEBAGAI BADAN USAHA MILIK
NEGARA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2003
A. Keberadaan BUMN Persero Sebagai Perusahaan Istilah “perusahaan” merupakan istilah yang menggantikan istilah
“pedagang” sebagaimana diatur dalam Pasal 2 sampai dengan Pasal 5 WvK lama. Istilah perusahaan yang menggantikan istilah pedagang mempunyai arti yang
lebih luas. Banyak orang dahulu menjalankan perusahaan dalam pengertian menurut S. 1938 No. 276, tetapi tidak termasuk dalam pengertian pedagang
menurut Pasal 2 KUHD lama.
27
Berbagai sarjana mengemukakan pengertian tentang perusahaan, seperti R. Soekardono, menyatakan bahwa perusahaan adalah keseluruhan perbuatan yang
dilakukan secara terus-menerus, bertindak ke luar untuk memperoleh penghasilan, dengan cara memeperniagakanmemperdagangkan, menyerahkan barang atau
mengadakan perjanjian perdagangan.
28
Abdulkadir Muhammad, menyatakan bahwa unsur-unsur dari sebuah perusahaan yang menunjukan bahwa suatu usaha dapat dikatakan sebagai suatu
perusahaan, yaitu : 1.
Bentuk usaha yang berupa organisasi atau badan usaha, yang mempunyai bentuk hukum tertentu.
2. Kegiatan dalam bidang perekonomian.
3. Terus-menerus, yang artinya kegiatan dalam bidang perekonomian
tersebut dilakukan secara terus-menerus, artinya tidak insidental atau bukan pekerjaan sambilan.
27
R. Soekardono, Hukum Dagang Indonesia Jakarta: Dian Rakyat, 1983, hlm. 19.
28
Ibid., hlm.21.
Universitas Sumatera Utara
4. Bersifat tetap, artinya kegiatan itu tidak berubah atau berganti dalam
waktu singkat, tetapi untuk jangka waktu yang lama. Jangka waktu tersebut ditentukan dalam akta pendirian perusahaan atau surat izin usaha.
5. Terang-terangan, artinya ditujukan kepada dan diketahui oleh umum,
bebas berhubungan dengan pihak lain, serta diakui dan dibenarkan oleh Pemerintah berdasarkan peraturan perundang-undangan. Bentuk terang-
terangan dapat diketahui dari ketentuan akta pendirian perusahaan.
6. Keuntungan atau laba, yang menunjuk pada nilai lebih hasil yang
diperoleh dari modal yang diusahakan capital gain. Ini adalah tujuan utama setiap perusahaan.
7. Pembukuan, yang merupakan catatan mengenai hak dan kewajiban yang
berkaitan dengan kegiatan usaha suatu perusahaan.
29
Berdasarkan unsur-unsur tersebut, maka dapat dirumuskan definisi
perusahaan dari segi hukum adalah setiap badan usaha yang menjalankan kegiatan dalam bidang perekonomian secara terus-menerus, bersifat tetap, dan terang-
terangan dengan tujuan memperoleh keuntungan dan atau laba yang dibuktikan dengan catatan pembukuan.
30
Perusahaan, menurut pembentuk undang-undang adalah perbuatan yang dilakukan secara tidak terputus-putus, terang-terangan, dalam kedudukan tertentu
dan untuk mencari laba. Kegiatan yang dilakukan dengan maksud untuk mencari keuntungan tersebut termasuk kegiatan ekonomi.
31
Rumusan definisi perusahaan di atas diperkuat oleh banyak ahli di bidang Hukum Dagang atau Hukum Bisnis, seperti Sri Redjeki Hartono yang menyatakan
bahwa kegiatan ekonomi pada hakekatnya adalah kegiatan menjalankan perusahaan, yaitu suatu kegiatan yang mengandung pengertian bahwa kegiatan
yang dimaksud harus dilakukan:
29
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perusahaan Indonesia Bandung: Citra Aditya Bakti, 2006, hlm. 10.
30
Ibid., hlm.13.
31
HMN Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia Jilid 2 Jakarta
:
Djambatan, 1999, hlm. 2.
Universitas Sumatera Utara
1. Secara terus menerus dalam pengertian tidak terputus-putus.
2. Seacara terang-terangan dalam pengertian sah bukan illegal.
3. Kegiatan tersebut dilakukan dalam rangka memperoleh keuntungan, baik
untuk diri sendiri atau orang lain.
32
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982 Tentang Wajib Daftar Perusahaan memberi definisi perusahaan sebagai berikut : “Perusahaan adalah setiap bentuk
usaha yang menjalankan setiap jenis usaha yang bersifat tetap dan terus menerus dan didirikan, bekerja serta berkedudukan dalam wilayah negara Indonesia
dengan tujuan memperoleh keuntungan dan atau laba”. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1997 Tentang Dokumen Perusahaan
dalam Pasal 1 Angka 1 dijelaskan bahwa : “perusahaan adalah setiap bentuk usaha
yang melakukan kegiatan secara tetap dan terus menerus dengan memperoleh keuntungan dan atau laba, baik yang diselenggarakan oleh orang perorangan
maupun badan usaha yang berbentuk badan hukum atau bukan badan hukum, yang didirikan dan berkedudukan dalam wilayah Negara Republik Indonesia”.
Apabila kedua definisi yang disebut dalam kedua undang-undang tersebut dibandingkan, maka terdapat perbedaan sebagai berikut Undang-Undang Nomor 3
Tahun 1982 menggunakan rumusan “menjalankan setiap jenis usaha”, sedangkan Undang-
Undang Nomor 8 Tahun 1997 menggunakan rumusan “melakukan kegiatan” kegiatan berarti mengandung pengertian yang sangat umum dan luas,
tanpa ada pembatasan dalam bidang ekonomi.
32
Sri Redjeki Hartono, Kapita Selekta Hukum Ekonomi Bandung: PT Mandar Maju, 2000, hlm. 4.
Universitas Sumatera Utara
Meskipun rumusan perusahaan sebagaimana disebut dalam Undang- Undang Nomor 8 Tahun 1997 sangat umum dan luas namun karena undang-
undang tersebut berkenaan dengan perusahaan, maka dapat diartikan bahwa kata “kegiatan” juga diartikandimaksudkan dalam bidang perekonomian.
Definisi tentang perusahaan di atas agak berbeda dengan definisi yang diberikan dalam beberapa undang-undang, seperti dalam Undang-Undang tentang
Ketenagakerjaan. Hal tersebut dapat dilihat pada ketentuan Pasal 1 Angka 6 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, yang
menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan perusahaan adalah “ 1 Setiap badan usaha yang berbadan hukum atau tidak, milik orang perseorangan, milik
persekutuan, atau milik badan hukum, baik milik swasta maupun milik negara yang mempekerjakan pekerjaburuh dengan membayar upah atau imbalan dalam
bentuk lain”. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan bahwa
yang dimasukkan atau dikategorikan sebagai perusahaan adalah usaha-usaha sosial dan usaha-usaha lain yang mempunyai pengurus dan mempekerjakan orang
lain dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain. Perbedaan definisi ini terjadi karena usaha-usaha sosial tersebut menurut Undang-Undang
Ketenagakerjaan hanya disamakan, dan tidak berarti sama. Rumusan perseroan berasal dari kata sero, yang berarti saham. Menurut
ketentuan Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas menentukan : Perseroan Terbatas, yang selanjutnya disebut
Perseroan adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan
Universitas Sumatera Utara
berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham, dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan
dalam undang-undang serta peraturan pelaksananya. Istilah perseroan menurut undang-undang ini adalah sama dengan istilah
Perseroan Terbatas. Dari rumusan ketentuan tersebut, maka dapat diketahui unsur- unsur perseroan adalah :
1. Badan hukum.
2. Persekutuan modal.
3. Didirikan berdasarkan perjanjian.
4. Melakukan kegiatan usaha.
5. Modal dasar terbagi atas saham.
Istilah perseroan menunjuk pada cara menentukan modal, yaitu terbagi dalam saham. Unsur penting yang menggambarkan istilah perseroan adalah
persekutuan modal yang terbagi atas saham-saham.
33
Menurut ketentuan dalam Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 Tentang BUMN selanjutnya disebut UU BUMN yang menentukan :
“Perusahaan perseroan, yang selanjutnya disebut persero adalah BUMN yang berbentuk perseroan terbatas yang modalnya terbagi dalam saham yang seluruh
atau paling sedikit 51 lima puluh satu persen sahamnya dimiliki oleh Negara Republik Indonesia yang tujuan utamanya mengejar keuntungan.”
Perusahaan perseroan merupakan BUMN yang berbentuk perseroan terbatas yang modalnya terbagi dalam saham yang seluruh atau paling sedikit 51
33
Abdulkadir Muhammad, Op.Cit., hlm. 104.
Universitas Sumatera Utara
lima puluh satu persen sahamnya dimiliki oleh Negara Republik Indonesia yang tujuan utamanya mengejar keuntungan.
34
Hal inilah yang membedakannya dengan bentuk BUMN lainnya, yaitu Perusahaan Umum Perum. Perusahaan Umum,
merupakan BUMN yang seluruh modalnya dimiliki Negara dan tidak terbagi atas saham, yang bertujuan untuk kemanfataan umum berupa penyediaan barang
danatau jasa yang bermutu tinggi dan sekaligus mengejar keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan perusahaan Pasal 1 angka 4 UU BUMN.
Berdasarkan ketentuan pasal di atas menunjukan kedudukan pemerintah selaku pemegang saham dan pemilik modal pada kedua bentuk BUMN tersebut.
Kedudukan pemerintah selaku pemegang saham merupakan cerminan kepemilikan modal pemerintah pada Perusahaan perseroan, sedangkan kedudukan
pemerintah sebagai pemilik modal merupakan cerminan kepemilikan pemerintah pada Perusahaan Umum. Kedudukan pemerintah sebagai pemegang saham dan
atau pemilik modal dalam BUMN sejalan dengan tugas dan kewenangan pemerintah terhadap pembinaan BUMN.
Sejarah dan perkembangan perusahaan perseroan di Indonesia tidak luput dari perkembangan dunia usaha dari tahun ke tahun, sebagai akibat dari kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin berkembang pesat. Pemerintah selalu mengupayakan pemberdayaan perusahaan perseroan sebagai BUMN
melalui langkah-langkah kebijakan pemerintah baik itu kebijakan dalam bidang ekonomi maupun kebijakan dalam bidang hukum. Kebijakan dalam bidang
hukum misalnya pembentukan berbagai aturan perundang-undangan yang akan
34
Mulhadi, Hukum Perusahaan Bentuk-Bentuk Badan Usaha di Indonesia Bogor: Ghalia Indonesia, 2010, hlm.22.
Universitas Sumatera Utara
dijadikan landasan hukum bagi Perusahaan Perseroan sebagai BUMN dalam menjalankan kegiatan usahanya.
B. Manfaat dan Tujuan BUMN Persero