PEMBUBARAN PT ASKES PERSERO DAN PT JAMSOSTEK

61

BAB IV PEMBUBARAN PT ASKES PERSERO DAN PT JAMSOSTEK

PERSERO MENJADI BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL A. Alasan Pembubaran PT Askes Persero dan PT Jamsostek Persero Menjadi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Implementasi UU SJSN adalah sebagai titik awal harapan menuju welfare state. Harapan yang besar dalam mewujudkan welfare state sepenuhnya tergantung dari komitmen, konsensus para penyelenggara negara dan kordinasi instansi terkait serta dukungan masyarakat, karena tujuan social security adalah untuk kesejahteraan rakyat Indonesia melalui pemusatan risiko pooling of risk. Tidak hanya itu, tugas yang terberat dalam penyelenggaraan SJSN ke depan adalah sinkronisasi aturan perundangan yang menjadi tanggung-jawab Dewan Jaminan Sosial Nasional DJSN. Karena itu, seluruh komponen Negara yang meliputi pemerintah, pemberi-kerja, tenaga kerja dan masyarakat luas harus mematuhi secara bersama dan mengakui keberadaan UU SJSN. Kepatuhan terhadap UU SJSN tersebut semata ditujukan bagi kepentingan Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 28-H dan Pasal 34 UUD 1945. Eksistensi BPJS sebagai adminstratur jaminan sosial yang memerlukan beberapa BPJS sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 5 UU SJSN adalah adalah ditujukan untuk mengimplementasikan prinsip kepesertaan wajib dan prinsip gotong royong. Prinsip kepesertaaan wajib berlaku secara nasional. Prinsip kepesertaan wajib adalah salah satu kharakteristik asuransi sosial jaminan sosial. Universitas Sumatera Utara Karena itu diperlukan satu BPJS atau beberapa BPJS agar terjadi pemusatan risiko pooling of risk untuk redistribusi risiko Eksistensi BPJS yang sekarang ada sebaiknya mengadopsi pada asas asas dan prinsip prinsip UU SJSN sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 2 dan 4 UU SJSN untuk segera mempersiapkan transformasi BUMN Persero ke badan hukum nirlaba. 43 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial membentuk dua BPJS yaitu BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. BPJS Kesehatan menyelenggarakan program jaminan kesehatan bagi seluruh penduduk Indonesia termasuk orang asing yang bekerja di Indonesia paling singkat 6 enam bulan di Indonesia. BPJS Ketenagakerjaan menyelenggarakan program jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua, jaminan pensiun dan jaminan kematian bagi seluruh pekerja Indonesia termasuk orang asing yang bekerja di Indonesia paling singkat 6 enam bulan di Indonesia. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional dan UU BPJS memberi arti kata „transformasi‟ sebagai perubahan bentuk BUMN Persero yang menyelenggarakan program jaminan sosial, menjadi BPJS. Perubahan bentuk bermakna perubahan karakteristik badan penyelenggara jaminan sosial sebagai penyesuaian atas perubahan filosofi penyelenggaraan program jaminan sosial. Perubahan karakteristik berarti perubahan bentuk badan 43 https:www.google.com Pelaksanaana Jaminan Sosial Di Indonesia diakses tanggal 20 November 2015 pukul 14: 25 Wib. Universitas Sumatera Utara hukum yang mencakup pendirian, ruang lingkup kerja dan kewenangan badan yang selanjutnya diikuti dengan perubahan struktur organisasi, prosedur kerja dan budaya organisasi. Adapun alasan pembubaran PT Askes Persero dan PT Jamsostek Persero Menjadi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial didasarkan : 1. Perintah undang-undang. Perintah transformasi kelembagaan badan penyelenggara jaminan sosial diatur dalam UU SJSN. Penjelasan Umum alinea kesepuluh UU SJSN menjelaskan bahwa, BPJS yang dibentuk oleh UU SJSN adalah transformasi dari badan penyelenggara jaminan sosial yang tengah berjalan dan dimungkinkan membentuk badan penyelenggara baru. Transformasi badan penyelenggara diatur lebih rinci dalam UU BPJS. Penjelasan Umum UU BPJS alinea keempat mengemukakan bahwa UU BPJS merupakan pelaksanaan Pasal 5 ayat 1 dan Pasal 52 UU SJSN pasca Putusan Mahkamah Konstitusi. Kedua pasal ini mengamanatkan pembentukan BPJS dan transformasi kelembagaan PT Askes Persero, PT Asabri Persero, PT Jamsostek Persero dan PT Taspen Persero menjadi BPJS. Transformasi kelembagaan diikuti adanya pengalihan peserta, program, aset dan liabilitas, serta hak dan kewajiban. 2. Perubahan filosofi penyelenggaraan jaminan sosial. BUMN Persero penyelenggara jaminan sosial terdiri dari PT Askes, PT Asabri, PT Jamsostek, PT Taspen. Keempatnya adalah badan hukum privat yang dirikan sesuai ketentuan UU BUMN dan tatakelolanya tunduk pada ketentuan Universitas Sumatera Utara yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas. Misi yang dilaksanakan oleh keempat Persero tersebut merujuk pada peraturan perundangan yang mengatur program-program jaminan sosial bagi berbagai kelompok pekerja. 44 Walaupun program-program jaminan sosial yang tengah berlangsung saat ini diatur dalam peraturan perundangan yang berlainan, keempat Persero mengemban misi yang sama, yaitu menyelenggarakan program jaminan sosial untuk menggairahkan semangat kerja para pekerja. Program Jamsostek diselenggarakan dengan pertimbangan selain untuk memberikan ketenangan kerja juga karena dianggap mempunyai dampak positif terhadap usaha-usaha peningkatan disiplin dan produktifitas tenaga kerja. Program Jamsostek diselenggarakan untuk memberikan perlindungan dasar untuk memenuhi kebutuhan hidup minimal bagi tenaga kerja dan keluarganya, serta merupakan penghargaan kepada tenaga kerja yang telah menyumbangkan tenaga dan pikirannya kepada perusahaan tempat mereka bekerja. Begitu pula dengan program Askes penyelenggaraan program jaminan sosial bagi pegawai negeri sipil adalah insentif yang bertujuan untuk meningkatkan kegairahan bekerja. Program Asabri adalah bagian dari hak prajurit dan anggota Polri atas penghasilan yang layak. Era Sistem Jaminan Sosial Nasional, BPJS merepresentasikan negara dalam mewujudkan hak konstitusional warga Negara atas jaminan sosial dan hak atas pengidupan yang layak. Penyelenggaraan jaminan sosial berbasis kepada hak konstitusional setiap orang dan sebagai wujud tanggung jawab negara 44 Friedrich Ebert Stiftung, Op.Cit., hlm.14. Universitas Sumatera Utara sebagaimana diamanatkan dalam UUD 1945 Pasal 28 H ayat 3 dan Pasal 34 ayat 2. Penyelenggaraan sistem jaminan sosial berdasarkan asas antara lain asas kemanusiaan yang berkaitan dengan martabat manusia. BPJS mengemban misi perlindungan finansial untuk terpenuhinya kehidupan dasar warga negara dengan layak. Kebutuhan dasar hidup adalah kebutuhan esensial setiap orang agar dapat hidup layak, demi terwujudnya kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Transformasi BUMN Persero menjadi BPJS bertujuan untuk memenuhi prinsip dana amanat dan prinsip nir laba SJSN, di mana dana yang dikumpulkan oleh BPJS adalah dana amanat peserta yang dikelola oleh BPJS untuk memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi peserta. 45 Penyelenggaraan program jaminan sosial oleh BUMN Perseroan tidak sesuai dengan filosofi penyelenggaraan program jaminan sosial pasca amandemen UUD 1945. Pendirian BUMN Persero antara lain bertujuan untuk memberikan sumbangan pada perekonomian nasional dan pendapatan negara serta untuk mengejar keuntungan guna meningkatkan nilai perusahaan. Tujuan pendirian BUMN jelas bertentangan dengan tujuan penyelenggaraan sistem jaminan sosial nasional sebagaiman diuraikan di atas. 3. Perubahan Badan Hukum PT Askes, PT Asabri, PT Jamsostek, PT Taspen adalah empat badan privat yang terdiri dari persekutuan modal dan bertanggung jawab kepada pemegang saham. 46 Keempatnya bertindak sesuai dengan kewenangan yang diberikan oleh 45 Ibid., hlm.17 46 https:www.google.com Pelaksanaana Jaminan Sosial Di Indonesia, Op.Cit. Universitas Sumatera Utara dan sesuai dengan keputusan pemilik saham yang tergabung dalam Rapat Umum Pemegang Saham RUPS. Sebagai badan hukum privat, BUMN Persero tidak didirikan oleh penguasa Negara dengan Undang-Undang, melainkan ia didirikan oleh perseorangan selayaknya perusahaan umum lainnya, didaftarkan pada notaris dan diberi keabsahan oleh Kementerian Hukum dan HAM. Menteri mendirikan persero setelah berkonsultasi dengan Presiden dan setelah dikaji oleh Menteri Teknis dan Menteri Keuangan. Sebaliknya, pendirian BPJS oleh penguasa Negara dengan Undang-undang, yaitu UU SJSN dan UU BPJS. Pendirian BPJS tidak didaftarkan pada notaris dan tidak perlu pengabsahan dari lembaga pemerintah. UU SJSN dan UU BPJS mengubah bentuk badan hukum keempat persero menjadi badan hukum publik Badan Penyelenggara Jaminan Sosial BPJS. Karakteristik BPJS sebagai badan hukum publik ditandai oleh ketentuan: a. Dibentuk dengan Undang-Undang Pasal 5 UU BPJS b. Berfungsi untuk menyelenggarakan kepentingan umum, yaitu Sistem Jaminan Sosial Nasional SJSN yang berdasarkan asas kemanusiaan, manfaat dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia Pasal 2 UU BPJS c. Diberi delegasi kewenangan untuk membuat aturan yang mengikat umum Pasal 48 ayat 3 UU BPJS d. Bertugas mengelola dana publik, yaitu dana jaminan sosial untuk kepentingan peserta Pasal 10 huruf d UU BPJS e. Berwenang melakukan pengawasan dan pemeriksaan atas kepatuhan peserta dan pemberi kerja dalam memenuhi kewajibannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan jaminan sosial nasional Pasal 11 huruf c UU BPJS f. Bertindak mewakili Negara RI sebagai anggota organisasi atau lembaga internasional Pasal 51 ayat 3 UU BPJS. g. Berwenang mengenakan sanksi administratif kepada peserta atau pemberi kerja yang tidak memenuhi kewajibannya Pasal 11 huruf f UU BPJS Universitas Sumatera Utara h. Pengangkatan Angggota Dewan Pengawas dan Anggota Direksi oleh Presiden, setelah melalui proses seleksi publik Pasal 28 sd Pasal 30 UU BPJS. 47 4. Perubahan Organ Organ BPJS menurut UU BPJS sangat berbeda jika dibandingkan dengan organ Persero yang tunduk kepada UU BUMN dan peraturan pelaksanaannya, serta tunduk juga pada UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Transformasi kelembagaan jaminan sosial mengeluarkan badan penyelenggara jaminan sosial dari tatanan Persero yang berdasar pada kepemilikan saham dan kewenangan Rapat Umum Pemegang Saham RUPS, menuju tatanan badan hukum publik sebagai pelaksana amanat konstitusi dan peraturan perundangan. Didasari pada kondisi bahwa kekayaan Negara dan saham tidak dikenal dalam SJSN, maka RUPS tidak dikenal dalam organ BPJS. RUPS adalah organ Persero yang memegang kekuasaan tertinggi dalam Persero dan memegang wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi atau Komisaris. Transformasi kelembagaan jaminan sosial mengeluarkan badan penyelenggara jaminan sosial dari tatanan Persero yang berdasar pada kepemilikan saham dan kewenangan RUPS, menuju tatanan badan hukum publik sebagai pelaksana amanat konstitusi dan peraturan perundangan. 48 Selanjutnya, perubahan berlanjut pada organisasi badan penyelenggara. Didasari pada kondisi bahwa kekayaan Negara dan saham tidak dikenal dalam SJSN, maka RUPS tidak dikenal dalam organ BPJS. 47 Ibid. 48 Ibid. Universitas Sumatera Utara Organ BPJS terdiri dari Dewan Pengawas dan Direksi. Dewan Pengawas berfungsi melakukan pengawasan atas pelaksanaan tugas BPJS, sedangkan Direksi berfungsi melaksanakan penyelenggaraan kegiatan operasional BPJS. Anggota Direksi diangkat dan diberhentikan oleh Presiden. Berbeda dengan Dewan Pengawas BUMN Persero, Dewan Pengawas BPJS ditetapkan oleh Presiden. Pemilihan Dewan Pengawas BPJS dilakukan oleh Presiden dan DPR. Presiden memilih anggota Dewan Pengawas dari unsur Pemerintah, sedangkan DPR memilih anggota Dewan Pengawas dari unsur Pekerja, unsur Pemberi Kerja dan unsur tokoh masyarakat. Keempat BUMN Persero sebagai badan hukum privat tidak memiliki kewenangan publik yang seharusnya dimiliki oleh badan penyelenggara jaminan sosial. Hambatan utama yang dialami oleh keempat BUMN Persero adalah ketidakefektifan penegakan hukum jaminan sosial karena ketiadaan kewenangan untuk mengatur, mengawasi maupun menjatuhkan sanksi kepada peserta. Sebaliknya, BPJS selaku badan hukum publik memiliki kekuasaan dan kewenangan untuk mengatur publik melalui kewenangan membuat peraturan- peraturan yang mengikat publik. BPJS sebagai badan hukum publik wajib menyampaikan pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugasnya kepada pejabat publik yang diwakili oleh Presiden. 49 BPJS menyampaikan kinerjanya dalam bentuk laporan pengelolaan program dan laporan keuangan tahunan yang telah diaudit oleh akuntan publik kepada Presiden, dengan tembusan kepada DJSN, paling lambat 30 Juni tahun berikutnya. 49 Ibid. Universitas Sumatera Utara Perubahan terakhir dari serangkaian proses transformasi badan penyelenggara jaminan sosial adalah perubahan budaya organisasi. Reposisi kedudukan peserta dan kepemilikan dana dalam tatanan penyelenggaraan jaminan sosial mengubah perilaku dan kinerja badan penyelenggara. Pasal 40 ayat 2 UU BPJS mewajibkan BPJS memisahkan aset BPJS dan aset Dana Jaminan Sosial. Pasal 40 ayat 3 UU BPJS menegaskan bahwa aset Dana Jaminan Sosial bukan merupakan aset BPJS. Penegasan ini untuk memastikan bahwa Dana Jaminan Sosial merupakan dana amanat milik seluruh peserta yang tidak merupakan aset BPJS. B. Mekanisme Pembubaran PT Askes Persero dan PT Jamsostek Persero Menjadi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. Jaminan sosial merupakan satu bentuk sistem perlindungan sosial yang lazimnya dipahami sebagai intervensi terpadu oleh berbagai pihak untuk melindungi individu, keluarga, atau komunitas dari berbagai resiko kehidupan sehari-hari yang mungkin terjadi, atau untuk mengatasi berbagai dampak guncangan ekonomi, atau untuk memberikan dukungan bagi kelompok-kelompok rentan di masyarakat. Sistem Jaminan Sosial Nasional merupakan program negara yang bertujuan memberikan kepastian perlindungan dan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar 1945, yaitu: dalam Pasal 28 H ayat 1, ayat 2 dan ayat 3 dan Pasal 34 ayat 1 ayat 2 dan melalui Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Nomor XMPR2001, dimana Presiden ditugaskan untuk membentuk sistem jaminan Universitas Sumatera Utara sosial nasional dalam rangka memberikan perlindungan sosial bagi masyarakat yang lebih menyeluruh dan terpadu. Sehubungan dengan hal tersebut, maka telah ditetapkan UU SJSN sebagai wujud komitmen pemerintahan dalam Penyelenggaraan Jaminan Sosial Nasional, selanjutnya ditindaklanjuti dengan membentuk BPJS berdasarkan UU BPJS. Hal ini juga berkait dengan Keputusan Mahkamah Konstitusi terhadap perkara Nomor 007PUU-III2005. Transformasi kelembagaan PT Askes Persero, PT. Jamsostek Persero, PT Taspen Persero dan PT Asabri Persero menjadi BPJS bercirikan sebagai berikut: 1. Diikuti adanya pengalihan peserta, program, asset dan liabilitas, pegawai serta hak dan kewajiban. 2. Pembubaran tanpa tanpa proses likuidasi Transformasi keempat BUMN PT Persero menjadi BPJS bersifat sangat mendasar karena meliputi perubahan. 3. Filosofi penyelenggaraan yaitu merepresentasikan Negara dalam mewujudkan hak kostitusional warga Negara atas Jaminan Sosial. 4. Bbentuk badan hukum menjadi badan hukum publik dengan kewenangan publik dan privat. 5. Organ yang terdiri dari Dewan Pengawas dan Direksi dengan proses rekrutmen yang bersifat terbuka. 6. Tata kelola yang meliputi pemisahan program menjadi 2 dua kelompok program, pemisahan asset BPJS dengan asset Dana Jaminan Sosial dan penyertaan Dana Pemerintah. 7. Budaya organisasi sehubungan dengan upaya merealisasikan tujuan publik untuk memberikan. 50 Adapun alasan penyelenggaraan jaminan sosial secara nasional adalah : Jaminan sosial sebagai instrumen negara yang dirancang untuk redistribusi risiko secara nasional sesuai asas dan prinsip-prinsip UU SJSN. SJSN adalah sistem jaminan sosial seumur hidup untuk keperluan perlindungan bagi seluruh rakyat kaya, menengah dan miskin sehingga bersifat mengikat dalam kewajiban baik tenaga-kerja, pemberi-kerja dan pemerintah. BPJS 50 Friedrich Ebert Stiftung, Op.Cit., hlm.8. Universitas Sumatera Utara adalah wadah yang independen yang didukung dengan UU untuk mewujudkan terselenggaranya SJSN yang efektif. Karena dalam penyelenggaraan program jaminan sosial sebelumnya oleh Jamsostek, Taspen, Askes dan Asabri pada dasarnya telah sedang melakukan praktek dana amanah, maka dengan sendirinya wadahnya merupakan wali amanat. Berikut ragam-dimensi jaminan sosial yang menjadi kewenangan BPJS yang dibentuk dengan undang-undang : 1. Instrumen instrumen negara untuk pencegahan kemiskinan, pemberdayaan komunitas yang kurang beruntung dan pengentasan kemiskinan. 2. Penciptaan pendapatan hari tua bagi peserta, karena iuran jaminan hari tua pada dasarnya merupakan konsumsi yang ditangguhkan. 3. Salah satu faktor ekonomi untuk redistribusi risiko bagi yang memerlukan seperti bantuan iuran dari pemerintah untuk program kesehatan bagi penduduk miskin. 4. Alat monitor untuk minimalisasi uang primer melalui penguncian dana publik untuk tujuan investasi jangka panjang. 5. Faktor pengikat berdirinya sebuah Negara Kesatuan Republik Indonesia karena adanya kepastian jaminan dasar kepastian perlindungan dan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. 51 Transformasi menjadi kosa kata penting sejak tujuh tahun terakhir di Indonesia, tepatnya sejak diundangkannya Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional pada 19 Oktober 2004. Transformasi akan menghadirkan identitas baru dalam penyelenggaraan program jaminan sosial di Indonesia. 1. Mekanisme Pembubaran PT. Askes menjadi BPJS Kesehatan Masa persiapan transformasi PT Askes Persero menjadi BPJS Kesehatan adalah selama dua tahun terhitung mulai 25 November 2011 sampai dengan 31 Desember 2013. Dalam masa persiapan, Dewan Komisaris dan Direksi PT Askes Persero ditugasi untuk menyiapkan operasional BPJS Kesehatan, serta 51 Ibid., hlm.9. Universitas Sumatera Utara menyiapkan pengalihan asset dan liabilitas, pegawai serta hak dan kewajiban PT Askes Persero ke BPJS Kesehatan. Penyiapan operasional BPJS Kesehatan mencakup: a. Penyusunan sistem dan prosedur operasional BPJS Kesehatan b. Sosialisasi kepada seluruh pemangku kepentingan c. Penentuan program jaminan kesehatan yang sesuai dengan UU SJSN. d. Koordinasi dengan Kementerian Kesehatan untuk mengalihkan penyelenggaraan program Jaminan Kesehatan Masyarakat Jamkesmas e. Kordinasi dengan Kementerian Pertahanan, TNI dan POLRI untuk mengalihkan penyelenggaraan program pelayanan kesehatan bagi anggota TNIPOLRI dan PNS di lingkungan KemHan,TNIPOLRI. f. Koordinasi dengan PT Jamsostek Persero untuk mengalihkan penyelenggaraan program jaminan pemeliharaan kesehatan Jamsostek. 52 Menteri BUMN selaku RUPS mengesahkan laporan posisi keuangan penutup PT Askes Persero setelah dilakukan audit kantor akuntan publik. Menteri Keuangan mengesahkan laporan posisi keuangan pembuka BPJS Kes dan laporan keuangan pembuka dana jaminan kesehatan. Untuk pertama kali, Dewan Komisaris dan Direksi PT Askes Persero diangkat menjadi Dewan Pengawas dan Direksi BPJS Kesehatan untuk jangka waktu paling lama 2 tahun sejak PJS Kesehatan mulai beroperasi. 2. Mekanisme Pembubaran PT. Jamsostek Menjadi BPJS Ketenagakerjaan Berbeda dengan transformasi PT Askes Persero, transformasi PT Jamsostek dilakukan dalam dua tahap yaitu : a. Tahap pertama adalah masa peralihan PT Jamsostek Persero menjadi BPJS Ketenagakerjaan berlangsung selama 2 tahun, mulai 25 November 2011 sampai dengan 31 Desember 2013. Tahap pertama diakhiri dengan pendirian BPJS Ketenagakerjaan pada 1 Januari 2014. b. Tahap kedua, adalah tahap penyiapan operasionalisasi BPJS Ketenagakerjaan untuk penyelenggaraan program jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua, jaminan pensiun dan jaminan kematian sesuai 52 Friedrich Ebert Stiftung, Op.Cit., hlm.22. Universitas Sumatera Utara dengan ketentuan UU SJSN. Persiapan tahap kedua berlangsung selambat- lambatnya hingga 30 Juni 2015 dan diakhiri dengan beroperasinya BPJS Ketenagakerjaan untuk penyelenggaraan keempat program tersebut sesuai dengan ketentuan UU SJSN selambatnya pada 1 Juli 2015. 53 Selama masa persiapan, Dewan Komisaris dan Direksi PT Jamsostek Persero ditugasi untuk menyiapkan: a. Pengalihan program jaminan kesehatan Jamsostek kepada BPJS Kesehatan. b. Pengalihan asset dan liabilitas, serta hak dan kewajiban program jaminan pemeliharaan kesehatan PT Jamsostek Persero ke BPJS Kesehatan. c. Penyiapan beroperasinya BPJS Ketenagakerjaan berupa pembangunan sistem dan prosedur bagi penyelenggaraan program jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua, jaminan pensiun dan jaminan kematian, serta sosialisasi program kepada publik. d. Pengalihan asset dan liabilitas, pegawai serta hak dan kewajiban PT Jamsostek Persero ke BPJS Ketenagakerjaan. 54 Penyiapan pengalihan asset dan liabilitas, pegawai serta hak dan kewajiban PT Jamsostek Persero ke BPJS Ketenagakerjaan mencakup penunjukan kantor akuntan publik untuk melakukan audit atas: a. Laporan keuangan penutup PT AskesPersero, b. Laporan posisi keuangan pembukaan BPJS Kes, c. Laporan posisi keuangan pembukaan dana jaminan kesehatan. Menteri BUMN selaku RUPS pada saat pembubaran mengesahkan laporan posisi keuangan penutup PT Jamsostek Persero setelah dilakukan audit oleh kantor akuntan publik. Menteri Keuangan mengesahkan posissi laporan keuangan pembukaan BPJS Ketenagakerjaan dan laporan posisi keuangan pembukaan dana jaminan ketenagakerjaan. 53 http:www.google.com.jamsosindonesia.com diakses tanggal 20 November 2015 pukul 14: 25 Wib. 54 Ibid. Universitas Sumatera Utara Sejak 1 Januari 2014 hingga selambat-lambatnya 30 Juni 2015, BPJS Ketenagakerjaan melanjutkan penyelenggaraan tiga program yang selama ini diselenggarakan oleh PT Jamsostek Persero, yaitu program jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua dan jaminan kematian, termasuk menerima peserta baru. Penyelenggaraan ketiga program tersebut oleh BPJS Ketenagakerjaan masih berpedoman pada ketentuan Pasal 8 sampai dengan Pasal 15 UU No. 3 Tahun 1992 tentang Jamsostek. Selambat-lambatnya pada 1 Juli 2015, BPJS Ketenagakerjaan beroperasi sesuai dengan ketentuan UU SJSN. Seluruh pasal UU Jamsostek dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. BPJS Ketenagakerjaan menyelenggarakan program jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua, jaminan pensiun dan jaminan kematian sesuai dengan ketentuan UU SJSN untuk seluruh pekerja kecuali Pegawai Negeri Sipil, Anggota TNI dan POLRI. Presiden mengangkat Dewan Komisaris dan Direksi PT Jamsostek Persero menjadi aggota Dewan Pengawas dan anggota Direksi BPJS Ketenagakerjaan untuk jangka waktu paling lama 2 tahun sejak BPJS Ketenagakerjaan mulai beroperasi. Ketentuan ini berpotensi menimbulkan kekosongan pimpinan dan pengawas BPJS Ketenagakerjaan di masa transisi, mulai saat pembubaran PT Jamsostek pada 1 Januari 2014 hingga beroperasinya BPJS Ketenagakerjaan pada 1 Juli 2015. C. Akibat Hukum dari Pembubaran PT Askes Persero dan PT Jamsostek Persero Menjadi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. BPJS Kesehatan mulai beroperasi pada 1 Januari 2014, PT Askes Persero dinyatakan bubar tanpa likuidasi. Semua asset dan liabilitas serta hak dan Universitas Sumatera Utara kewajiban hukum PT Askes Persero menjadi asset dan liabilitas serta hak dan kewajiban hukum BPJS Kesehatan, dan semua pegawai PT Askes Persero menjadi pegawai BPJS Kesehatan. Mulai 1 Januari 2014, program-program jaminan kesehatan sosial yang telah diselenggarakan oleh pemerintah dialihkan kepada BPJS Kesehatan. Kementerian kesehatan tidak lagi menyelenggarakan program Jamkesmas. Kementerian Pertahanan,TNI dan Polri tidak lagi menyelenggarakan program pelayanan kesehatan bagi pesertanya, kecuali untuk pelayanan kesehatan tertentu berkaitan dengan kegiatan operasionalnya yang ditentukan dengan Peraturan Pemerintah. PT Jamsostek Persero tidak lagi menyelenggarakan program jaminan kesehatan pekerja. Seperti halnya pembubaran PT Askes Persero, pada 1 Januari 2014 PT Jamsostek Persero dinyatakan bubar tanpa likuidasi dan PT Jamsostek Persero berubah menjadi BPJS Ketenagakerjaan. Peraturan Pemerintah No. 36 Tahun 1995 tentang Penetapan Badan Penyelenggara Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja Jamsostek dicabut dan dinyatakan tidak berlaku lagi. Semua asset dan liabilitas serta hak dan kewajiban hukum PT Jamsostek Persero menjadi asset dan liabilitas serta hak dan kewajiban hukum BPJS Ketenagakerjaan. Semua pegawai PT Jamsostek Persero menjadi pegawai BPJS Ketenagakerjaan. Perubahan PT Askes Persero dan PT Jamsostek Persero menjadi BPJS mengakibatkan perubahan tata kelola yaitu : Universitas Sumatera Utara 1. Prinsip pengelolaan. Pengelolaan PT Persero mengikuti prinsip-prinsip yang berlaku bagi Perseroan Terbatas yang pada intinya memaksimalkan kembalian return bagi pemegang saham. Prinsip persero digantikan oleh prinsip pengelolaan BPJS yang dilaksanakan berdasarkan 9 prinsip penyelenggaraan jaminan sosial, yaitu kegotongroyongan, nirlaba, keterbukaan, kehati-hatian, akuntabilitas, portabilitas, kepesertaan bersifat wajib, dana amanat dan hasil pengelolaan Dana Jaminan Sosial dipergunakan seluruhnya untuk pengembangan program dan untuk sebesar-besar kepentingan peserta. 2. Pemisahan program. Penyelenggaraan program jaminan sosial dipisahkan menjadi dua kelompok program. Kelompok pertama adalah program jaminan kesehatan. Program ini diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan bagi seluruh penduduk Indonesia termasuk pekerja asing yang bekerja sekurang-kurangnya 6 bulan di Indonesia. Penerima manfaat program jaminan kesehatan mencakup pula anggota keluarganya. Kelompok kedua mencakup empat program jaminan sosial yaitu program jaminan kecelakaan kerja, program jaminan hari tua, program jaminan pensiun dan program jaminan kematian. Keempat program ini diselenggarakan oleh BPJS Ketenagakerjaan bagi seluruh tenaga kerja. Subsidi silang antar program dengan membayarkan manfaat suatu program dari dana program lain tidak diperkenankan. Universitas Sumatera Utara 3. Pemisahan aset jaminan sosial Pengelolaan dana jaminan sosial oleh BPJS berbeda dari BUMN. Sistem keuangan dan akuntansi BPJS berbeda dari yang selama ini diberlakukan oleh keempat BUMN tersebut. BPJS mengelola aset BPJS dan aset Dana Jaminan Sosial. Pasal 40 ayat 2 UU BPJS mewajibkan BPJS memisahkan aset BPJS dan aset Dana Jaminan Sosial. Pasal 40 ayat 3 UU BPJS menegaskan bahwa aset Dana Jaminan Sosial bukan merupakan aset BPJS. BPJS wajib menyimpan dan mengadministrasikan dana jaminan sosial pada bank kustodian yang merupakan badan usaha milik negara. 4. Penyertaan dana pemerintah Penyertaan dana pemerintah di BPJS dilakukan dalam tiga mekanisme yaitu: a. Pemerintah menempatkan dana bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara di BPJS. UU BPJS menetapkan modal awal BPJS disediakan oleh Pemerintah paling banyak sebesar dua triliun rupiah untuk masing-masing BPJS. b. Pemerintah menyubsidi iuran bagi orang miskin dan tidak mampu, yang dinamakan penerima bantuan iuran. Subsidi diberikan secara bertahap sesuai kemampuan keuangan pemerintah, dimulai dari subsidi iuran program jaminan kesehatan. c. Pemerintah dapat melakukan intervensi melalui kebijakan khusus untuk menjamin kelangsungan program jaminan sosial. Selanjutnya, bila terjadi krisis keuangan dan kondisi tertentu yang memberatkan perekonomian, Universitas Sumatera Utara Pemerintah dapat melakukan tindakan khusus untuk menjaga kesehatan keuangan dan kesinambungan penyelenggaraan program jaminan sosial. 55 Sebelum berlakunya SJSN, jaminan negara atas kesehatan keuangan badan penyelenggara jaminan sosial hanya disediakan untuk badan penyelenggara program jaminan sosial pegawai negeri sipil PT Askes dan PT Taspen serta badan penyelenggara jaminan sosial TNI-Polri PT Asabri. PT Jamsostek tidak mendapatkan fasilitas perlindungan finansial dari negara. 56 Pembubaran PT Askes Persero dan PT Jamsostek Persero menjadi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, maka BPJS mengelola aset jaminan sosial. UU BPJS mewajibkan BPJS untuk memisahkan pengelolaan aset jaminan sosial menjadi dua jenis pengelolaan aset, yaitu aset BPJS dan aset Dana Jaminan Sosial DJS. Pengelolaan aset jaminan sosial oleh BPJS berbeda dengan pengelolaan aset jaminan sosial oleh badan penyelenggara jaminan sosial di era pra SJSN. Sesuai dengan kaidah badan usaha pro laba, PT Askes Persero dan PT Jamsostek Persero tidak memisahkan pengelolaan aset dana jaminan sosial dari aset badan penyelenggara. UU BPJS menegaskan bahwa aset Dana Jaminan Sosial bukan merupakan aset BPJS. Penegasan ini untuk memastikan bahwa Dana Jaminan Sosial merupakan dana amanat milik seluruh peserta dan tidak merupakan aset BPJS. Pengelolaan aset jaminan sosial oleh BPJS mencakup sumber aset, liabilitas, penggunaan, pengembangan, kesehatan keuangan, dan pertanggungjawaban. 55 Ibid. 56 Ibid. Universitas Sumatera Utara Aset BPJS bersumber dari: 1. Modal awal dari Pemerintah, yang merupakan kekayaan Negara yang dipisahkan dan tidak terbagi atas saham. 2. Hasil pengalihan aset BUMN yang menyelenggarakan program jaminan sosial. 3. Hasil pengembangan aset BPJS. 4. Dana operasional yang diambil dari Dana Jaminan Sosial. 5. Sumber lain yang sah sesuai dengan peraturan perundang-undangan 57 Menurut PP No. 82 Tahun 2013 Pasal 2 ayat 1 dan PP 83 Tahun 2013 Pasal 2 ayat 1 Modal awal dari Pemerintah untuk BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan ditetapkan masing-masing paling banyak Rp2.000.000.000.000, dua triliun rupiah yang bersumber dari APBN.26 Pemerintah merealisasikan ketentuan ini sebesar 25 pada tahun 2014. Menteri Keuangan mengalokasikan modal awal kepada masing-masing BPJS sejumlah Rp500.000.000, lima ratus juta rupiah yang bersumber dari APBN tahun 2013. Aset BPJS dapat digunakan untuk: 1. Biaya operasional penyelenggaraan program jaminan sosial. 2. Biaya pengadaan barang dan jasa yang digunakan untuk mendukung operasional penyelenggaraan jaminan sosial. 3. Biaya untuk peningkatan kapasitas pelayanan. 4. Investasi dalam instrumen investasi sesuai dengan peraturan perundang- undangan. 58 Mulai 1 Januari 2014, seluruh aset yang dikelola oleh PT Askes Persero dan aset PT Jamsostek Persero dialihkan kepada BPJS. Pemisahan pengelolaan 57 Desky, Harjoni. Transformasi PT. Jamsostek, Transformasi Menuju Pelayanan Sempurna, http:www.pewarta-indonesia.cominspirasiopini10487-transformasi-pt-jamsostek- transformasi-menuju-pelayanan-sempurna diakses tanggal 20 November 2015 pukul 14: 25 Wib. 58 Ibid. Universitas Sumatera Utara aset diberlakukan pada pengalihan aset PT Jamsostek Persero dan PT Askes Persero. Pemisahan ini sesuai dengan ketentuan tata kelola dana jaminan sosial oleh BPJS. Aset BUMN dialihkan menjadi aset BPJS. Aset lembaga PT Askes Persero dialihkan menjadi aset BPJS Kesehatan, dan aset lembaga PT Jamsostek Persero dialihkan menjadi aset BPJS Ketenagakerjaan. Aset program jaminan kesehatan yang menjadi hak Peserta Askes dialihkan dari PT Askes Persero kepada aset Dana Jaminan Sosial kesehatan. Demikian pula halnya dengan aset program JPK-Jamsostek yang menjadi hak peserta JPK Jamsostek, dialihkan dari PT Jamsostek menjadi aset Dana Jaminan Sosial Kesehatan. Aset yang dialihkan mencakup uang tunai, surat berharga, piutang iuran, dan uang muka pelayanan kesehatan. BPJS Kesehatan menerima pengalihan seluruh aset yang dikelola oleh PT Askes Persero dan aset Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan-JPK PT Jamsostek Persero. Jumlah aset program Askes yang dialihkan menjadi aset Dana Jaminan Sosial Kesehatan adalah sebesar: 1. Utang klaim pelayanan kesehatan. 2. Klaim pelayanan kesehatan yang masih dalam proses. 3. Klaim pelayanan kesehatan yang belum ditagihkan oleh fasilitas kesehatan. 4. Cadangan premi. 59 BPJS Ketenagakerjaan menerima pengalihan aset lembaga PT Jamsostek Persero dan aset tiga Program Jamsostek selain aset Program JPK Jamsostek. Tiga aset Program Jamsostek lainnya, yaitu program jaminan kecelakaan kerja, 59 Ibid. Universitas Sumatera Utara jaminan hari tua, dan jaminan kematian dialihkan menjadi aset Dana Jaminan Sosial Ketenagakerjaan. Pemisahan pengelolaan aset ketiga program tersebut langsung diberlakukaan sejak pengalihan, dengan ketentuan sebagai berikut: 1. Aset program jaminan kecelakaan kerja Jamsostek dialihkan menjadi aset Dana Jaminan Sosial Kecelakaan Kerja. 2. Aset program jaminan hari tua Jamsostek dialihkan menjadi aset Dana Jaminan Sosial Hari Tua. 3. Aset program jaminan kematian Jamsostek dialihkan menjadi aset Dana Jaminan Sosial Kematian. 4. Aset dan liabilitas dana peningkatan kesejahteraan peserta yang bersumber dari alokasi laba PT Jamsostek Persero beralih menjadi aset dan liabilitas BPJS Ketenagakerjaan. 60 Jumlah aset program Jaminan Sosial Ketenagakerjaan paling sedikit sebesar jumlah liabilitas kepada peserta pada saat pengalihan aset PT Jamsostek Persero menjadi aset Dana Jaminan Sosial Ketenagakerjaan. 60 Purwoko, Bambang. Memahami Bentuk Badan Hukum Bpjs Sebagaimana Mestinya, http:dc317.4shared.comdo.html diakses tanggal 20 November 2015 pukul 14: 25 Wib. Universitas Sumatera Utara 82

BAB V PENUTUP