Stiftung, Friedrich Ebert. Paham Sistem Jaminan Sosial Nasional. Jakarta: Komunitas Pejaten Mediatama, Jakarta, 2014.
Soekardono, R. Hukum Dagang Indonesia. Jakarta: Dian Rakyat, 1983. Soekanto, Soerjono dan Sri Mamudji. Penelitian Hukum Normatif: Suatu
Tinjauan Singkat, Ed. Pertama, Cet. Ketujuh. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003.
Sembiring. Sentosa. Himpunan Undang-Undang Lengkap Tentang Asuransi Jaminan Sosial, Bandung: Nuansa Aulia, Bandung, 2006.
Waluyo, Bambang. Penelitian Hukum Dalam praktek, Ed. Pertama, Cet. Kedua. Jakarta: Sinar Grafika, 1996
B. Peraturan Perundang-Undangan UndangUndang Nomor 19 Tahun 2003 Tentang Badan Usaha Milik Negara
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial.
C. Peraturan Pemerintah
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 1993 Tetang Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 84 Tahun 2013 Perubahan Kesembilan atas Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1993 tentang
Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 86 Tahun 2013 Tetang Tata
Cara Sanksi Administratif Kepada Pemberi Kerja Selain Penyelenggara Negara Dan Setiap Orang, Selain Pemberi Kerja, Pekerja, Dan Penerima
Bantuan Iuran Dalam Penyelenggaraan Jaminan Sosial.
D. Peraturan Presiden
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 109 Tahun 2013 Tentang Penahapan Kepesertaan Program Jaminan Sosial.
Universitas Sumatera Utara
E. WebsiteMajalah
Desky, Harjoni. Transformasi PT. Jamsostek, Transformasi Menuju Pelayanan Sempurna,
http:www.pewarta-indonesia.cominspirasiopini10487- transformasi-pt-jamsostek-transformasi-menuju-pelayanan-sempurna,
diakses tanggal 20 November 2015 pukul 14:
25
Wib. http:www.bpjs-kesehatan.go.idstatis-2-visidanmisi.html diakses tanggal 20
November 2015 pukul 14:
25
Wib http:www.antaranews.comberita376166tanya-jawab-bpjs-kesehatan
diakses tanggal 20 November 2015 pukul 14:
25
Wib https:www.google.com Pelaksanaana Jaminan Sosial Di Indonesia, diakses
tanggal 20 November 2015 pukul 14:
25
Wib http:www.google.com.jamsosindonesia.com. diakses tanggal 20 November
2015 pukul 14:
25
Wib Purwoko, Bambang. Memahami Bentuk Badan Hukum Bpjs Sebagaimana
Mestinya, http:dc317.4shared.comdo.html, diakses tanggal 20 November 2015 pukul 14:
25
Wib
Universitas Sumatera Utara
35
BAB III PERUSAHAAN PERSEROAN SEBAGAI BADAN USAHA MILIK
NEGARA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2003
A. Keberadaan BUMN Persero Sebagai Perusahaan Istilah “perusahaan” merupakan istilah yang menggantikan istilah
“pedagang” sebagaimana diatur dalam Pasal 2 sampai dengan Pasal 5 WvK lama. Istilah perusahaan yang menggantikan istilah pedagang mempunyai arti yang
lebih luas. Banyak orang dahulu menjalankan perusahaan dalam pengertian menurut S. 1938 No. 276, tetapi tidak termasuk dalam pengertian pedagang
menurut Pasal 2 KUHD lama.
27
Berbagai sarjana mengemukakan pengertian tentang perusahaan, seperti R. Soekardono, menyatakan bahwa perusahaan adalah keseluruhan perbuatan yang
dilakukan secara terus-menerus, bertindak ke luar untuk memperoleh penghasilan, dengan cara memeperniagakanmemperdagangkan, menyerahkan barang atau
mengadakan perjanjian perdagangan.
28
Abdulkadir Muhammad, menyatakan bahwa unsur-unsur dari sebuah perusahaan yang menunjukan bahwa suatu usaha dapat dikatakan sebagai suatu
perusahaan, yaitu : 1.
Bentuk usaha yang berupa organisasi atau badan usaha, yang mempunyai bentuk hukum tertentu.
2. Kegiatan dalam bidang perekonomian.
3. Terus-menerus, yang artinya kegiatan dalam bidang perekonomian
tersebut dilakukan secara terus-menerus, artinya tidak insidental atau bukan pekerjaan sambilan.
27
R. Soekardono, Hukum Dagang Indonesia Jakarta: Dian Rakyat, 1983, hlm. 19.
28
Ibid., hlm.21.
Universitas Sumatera Utara
4. Bersifat tetap, artinya kegiatan itu tidak berubah atau berganti dalam
waktu singkat, tetapi untuk jangka waktu yang lama. Jangka waktu tersebut ditentukan dalam akta pendirian perusahaan atau surat izin usaha.
5. Terang-terangan, artinya ditujukan kepada dan diketahui oleh umum,
bebas berhubungan dengan pihak lain, serta diakui dan dibenarkan oleh Pemerintah berdasarkan peraturan perundang-undangan. Bentuk terang-
terangan dapat diketahui dari ketentuan akta pendirian perusahaan.
6. Keuntungan atau laba, yang menunjuk pada nilai lebih hasil yang
diperoleh dari modal yang diusahakan capital gain. Ini adalah tujuan utama setiap perusahaan.
7. Pembukuan, yang merupakan catatan mengenai hak dan kewajiban yang
berkaitan dengan kegiatan usaha suatu perusahaan.
29
Berdasarkan unsur-unsur tersebut, maka dapat dirumuskan definisi
perusahaan dari segi hukum adalah setiap badan usaha yang menjalankan kegiatan dalam bidang perekonomian secara terus-menerus, bersifat tetap, dan terang-
terangan dengan tujuan memperoleh keuntungan dan atau laba yang dibuktikan dengan catatan pembukuan.
30
Perusahaan, menurut pembentuk undang-undang adalah perbuatan yang dilakukan secara tidak terputus-putus, terang-terangan, dalam kedudukan tertentu
dan untuk mencari laba. Kegiatan yang dilakukan dengan maksud untuk mencari keuntungan tersebut termasuk kegiatan ekonomi.
31
Rumusan definisi perusahaan di atas diperkuat oleh banyak ahli di bidang Hukum Dagang atau Hukum Bisnis, seperti Sri Redjeki Hartono yang menyatakan
bahwa kegiatan ekonomi pada hakekatnya adalah kegiatan menjalankan perusahaan, yaitu suatu kegiatan yang mengandung pengertian bahwa kegiatan
yang dimaksud harus dilakukan:
29
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perusahaan Indonesia Bandung: Citra Aditya Bakti, 2006, hlm. 10.
30
Ibid., hlm.13.
31
HMN Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia Jilid 2 Jakarta
:
Djambatan, 1999, hlm. 2.
Universitas Sumatera Utara
1. Secara terus menerus dalam pengertian tidak terputus-putus.
2. Seacara terang-terangan dalam pengertian sah bukan illegal.
3. Kegiatan tersebut dilakukan dalam rangka memperoleh keuntungan, baik
untuk diri sendiri atau orang lain.
32
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982 Tentang Wajib Daftar Perusahaan memberi definisi perusahaan sebagai berikut : “Perusahaan adalah setiap bentuk
usaha yang menjalankan setiap jenis usaha yang bersifat tetap dan terus menerus dan didirikan, bekerja serta berkedudukan dalam wilayah negara Indonesia
dengan tujuan memperoleh keuntungan dan atau laba”. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1997 Tentang Dokumen Perusahaan
dalam Pasal 1 Angka 1 dijelaskan bahwa : “perusahaan adalah setiap bentuk usaha
yang melakukan kegiatan secara tetap dan terus menerus dengan memperoleh keuntungan dan atau laba, baik yang diselenggarakan oleh orang perorangan
maupun badan usaha yang berbentuk badan hukum atau bukan badan hukum, yang didirikan dan berkedudukan dalam wilayah Negara Republik Indonesia”.
Apabila kedua definisi yang disebut dalam kedua undang-undang tersebut dibandingkan, maka terdapat perbedaan sebagai berikut Undang-Undang Nomor 3
Tahun 1982 menggunakan rumusan “menjalankan setiap jenis usaha”, sedangkan Undang-
Undang Nomor 8 Tahun 1997 menggunakan rumusan “melakukan kegiatan” kegiatan berarti mengandung pengertian yang sangat umum dan luas,
tanpa ada pembatasan dalam bidang ekonomi.
32
Sri Redjeki Hartono, Kapita Selekta Hukum Ekonomi Bandung: PT Mandar Maju, 2000, hlm. 4.
Universitas Sumatera Utara
Meskipun rumusan perusahaan sebagaimana disebut dalam Undang- Undang Nomor 8 Tahun 1997 sangat umum dan luas namun karena undang-
undang tersebut berkenaan dengan perusahaan, maka dapat diartikan bahwa kata “kegiatan” juga diartikandimaksudkan dalam bidang perekonomian.
Definisi tentang perusahaan di atas agak berbeda dengan definisi yang diberikan dalam beberapa undang-undang, seperti dalam Undang-Undang tentang
Ketenagakerjaan. Hal tersebut dapat dilihat pada ketentuan Pasal 1 Angka 6 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, yang
menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan perusahaan adalah “ 1 Setiap badan usaha yang berbadan hukum atau tidak, milik orang perseorangan, milik
persekutuan, atau milik badan hukum, baik milik swasta maupun milik negara yang mempekerjakan pekerjaburuh dengan membayar upah atau imbalan dalam
bentuk lain”. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan bahwa
yang dimasukkan atau dikategorikan sebagai perusahaan adalah usaha-usaha sosial dan usaha-usaha lain yang mempunyai pengurus dan mempekerjakan orang
lain dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain. Perbedaan definisi ini terjadi karena usaha-usaha sosial tersebut menurut Undang-Undang
Ketenagakerjaan hanya disamakan, dan tidak berarti sama. Rumusan perseroan berasal dari kata sero, yang berarti saham. Menurut
ketentuan Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas menentukan : Perseroan Terbatas, yang selanjutnya disebut
Perseroan adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan
Universitas Sumatera Utara
berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham, dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan
dalam undang-undang serta peraturan pelaksananya. Istilah perseroan menurut undang-undang ini adalah sama dengan istilah
Perseroan Terbatas. Dari rumusan ketentuan tersebut, maka dapat diketahui unsur- unsur perseroan adalah :
1. Badan hukum.
2. Persekutuan modal.
3. Didirikan berdasarkan perjanjian.
4. Melakukan kegiatan usaha.
5. Modal dasar terbagi atas saham.
Istilah perseroan menunjuk pada cara menentukan modal, yaitu terbagi dalam saham. Unsur penting yang menggambarkan istilah perseroan adalah
persekutuan modal yang terbagi atas saham-saham.
33
Menurut ketentuan dalam Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 Tentang BUMN selanjutnya disebut UU BUMN yang menentukan :
“Perusahaan perseroan, yang selanjutnya disebut persero adalah BUMN yang berbentuk perseroan terbatas yang modalnya terbagi dalam saham yang seluruh
atau paling sedikit 51 lima puluh satu persen sahamnya dimiliki oleh Negara Republik Indonesia yang tujuan utamanya mengejar keuntungan.”
Perusahaan perseroan merupakan BUMN yang berbentuk perseroan terbatas yang modalnya terbagi dalam saham yang seluruh atau paling sedikit 51
33
Abdulkadir Muhammad, Op.Cit., hlm. 104.
Universitas Sumatera Utara
lima puluh satu persen sahamnya dimiliki oleh Negara Republik Indonesia yang tujuan utamanya mengejar keuntungan.
34
Hal inilah yang membedakannya dengan bentuk BUMN lainnya, yaitu Perusahaan Umum Perum. Perusahaan Umum,
merupakan BUMN yang seluruh modalnya dimiliki Negara dan tidak terbagi atas saham, yang bertujuan untuk kemanfataan umum berupa penyediaan barang
danatau jasa yang bermutu tinggi dan sekaligus mengejar keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan perusahaan Pasal 1 angka 4 UU BUMN.
Berdasarkan ketentuan pasal di atas menunjukan kedudukan pemerintah selaku pemegang saham dan pemilik modal pada kedua bentuk BUMN tersebut.
Kedudukan pemerintah selaku pemegang saham merupakan cerminan kepemilikan modal pemerintah pada Perusahaan perseroan, sedangkan kedudukan
pemerintah sebagai pemilik modal merupakan cerminan kepemilikan pemerintah pada Perusahaan Umum. Kedudukan pemerintah sebagai pemegang saham dan
atau pemilik modal dalam BUMN sejalan dengan tugas dan kewenangan pemerintah terhadap pembinaan BUMN.
Sejarah dan perkembangan perusahaan perseroan di Indonesia tidak luput dari perkembangan dunia usaha dari tahun ke tahun, sebagai akibat dari kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin berkembang pesat. Pemerintah selalu mengupayakan pemberdayaan perusahaan perseroan sebagai BUMN
melalui langkah-langkah kebijakan pemerintah baik itu kebijakan dalam bidang ekonomi maupun kebijakan dalam bidang hukum. Kebijakan dalam bidang
hukum misalnya pembentukan berbagai aturan perundang-undangan yang akan
34
Mulhadi, Hukum Perusahaan Bentuk-Bentuk Badan Usaha di Indonesia Bogor: Ghalia Indonesia, 2010, hlm.22.
Universitas Sumatera Utara
dijadikan landasan hukum bagi Perusahaan Perseroan sebagai BUMN dalam menjalankan kegiatan usahanya.
B. Manfaat dan Tujuan BUMN Persero
Secara harfiah BUMN diartikan sebagai unit bisnis milik rakyat banyak, untuk rakyat banyak, tetapi dikelola dan diusahakan oleh pemerintah, oleh karena
rakyat banyak mempunyai keterbatasan sumber daya untuk mengelola dan mengusahakannya. Dalam hal ini, berarti pemerintah bukanlah sebagai pemilik
BUMN, sehingga setiap keputusan pemerintah mengenai perusahaannya sekurang-kurangnya diketahui dan disetujui oleh rakyat banyak.
Pengertian BUMN di Indonesia, berkaitan erat dengan amanat Pasal 33 UUD 1945, khususnya ayat 2 dan 3 yaitu: Pasal 33 Ayat 2 : Cabang-cabang
produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara. Pasal 33 Ayat 3 :Bumi dan air dan kekayaan alam yang
tekandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar- besar kemakmuran rakyat. Penguasaan itu penting agar kesejahteraan rakyat
banyak terjamin dan rakyat banyak dapat menikmati sumber-sumber kemakmuran rakyat dari bumi, air dan kekayaan alam di dalamnya.
Hal yang membedakan BUMN dengan badan hukum lainnya sebagimana dikemukakan di atas, adalah:
1.
Seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara.
2.
Melalui penyertaan secara langsung.
Universitas Sumatera Utara
3. Berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan.
35
BUMN juga mempunyai peran strategis sebagai pelaksana pelayanan publik, penyeimbang kekuatan-kekuatan swasta besar, dan turut membantu
pengembangan usaha kecilkoperasi. BUMN juga merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang signifikan dalam bentuk berbagai jenis pajak, dividen
dan hasl privatisasi. Maksud pendirian BUMN adalah untuk memenuhi jasa pengabdian,
melayani kepentingan umum, dan memupuk pendapatan. Sebagai perusahaan yang dimiliki negara, BUMN merupakan badan hukum yang tunduk pada segala
ketentuan hukum yang berlaku di Indonesia. Maksud dan tujuan pendirian BUMN ditegaskan dalam Pasal 2 Ayat 1 UU BUMN, yaitu :
1. Memberikan sumbangan bagi perkembangan perekonomian nasional pada
umumnya dan penerimaan negara pada khususnya. Dengan tujuan ini BUMN diharapkan dapat meningkatkan mutu pelayanan
pada masyarakat sekaligus memberikan kontribusi dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional dan membantu penerimaan keuangan negara.
2. Mengejar keuntungan.
Meskipun maksud dan tujuan Persero adalah untuk mengejar keuntungan, namun dalam hal-hal tertentu adalah untuk melakukan pelayanan umum.
Persero dapat diberikan tugas khusus dengan memperhatikan prinsip-prinsip pengelolaan perusahaan yang sehat. Dengan demikian, penugasan pemerintah
harus disertai dengan pembiayaannya kompensasi berdasarkan perhitungan
35
R. Ibrahim R. Prospek BUMN dan Kepentingan Umum Bandung: Citra Aditya Bakti, 2007, hlm.35.
Universitas Sumatera Utara
bisnis atau komersial, sedangkan untuk Perum yang tujuannya menyediakan barang dan jasa untuk kepentingan umum, dalam pelaksanaannya harus
memperhatikan prinsip-prinsip pengelolaan perusahaan yang sehat. 3.
Menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa penyediaan barang danatau jasa yang bermutu tinggi dan memadai bagi pemenuhan hajat hidup orang
banyak. 4.
Menjadi perintis kegiatan-kegiatan usaha yang belum dapat dilaksanakan oleh sektor wisata dan koperasi.
Kegiatan perintisan merupakan suatu kegiatan usaha untuk menyediakan barang danatau jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat, namun kegiatan
tersebut belum dapat dilakukan oleh swasta dan koperasi karena secara komersial tidak menguntungkan. Oleh karena itu, tugas tersebut dapat
dilakukan melalui penugasan kepada Badan Usaha Milik Negara. Dalam hal adanya kebutuhan masyarakat luas yang mendesak, pemerintah dapat pula
menugasi suatu Badan Usaha Milik Negara yang mempunyai fungsi pelayanan kemanfaatan umum untuk melaksanakan program kemitraan dengan
pengusaha golongan ekonomi lemah. 5.
Turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha golongan ekonomi lemah, koperasi dan masyarakat.
Tujuan jangka panjang BUMN adalah membangun ekonomi nasional menuju masyarakat adil dan makmur baik material maupun spiritual. Sebagai
badan usaha, BUMN tentu memiliki modal. Modal BUMN terdiri dari kekayaan
Universitas Sumatera Utara
negara yang dipisahkan dan terbagi atas saham-saham. Tugas utama menjalankan roda perusahaan berada pada direksi. Direksi BUMN bertanggung jawab
menentukan kebijakan dalam memimpin, mengurus, dan menguasai kekayaan perusahaan negara. BUMN terdiri berbagai jenis. Semua jenis BUMN memiliki
banyak manfaat bagi masyarakat. Demokrasi ekonomi yang dilaksanakan berdasarkan Pancasila dan UUD
1945, perusahaan milik negara atau BUMN memiliki banyak manfaat, antara lain adalah sebagai berikut:
1. Cabang-cabang produksi vital yang dikuasai oleh negara dapat digunakan
untuk memenuhi kebutuhan dan kemakmuran rakyat semaksimal mungkin. Misalnya listrik termasuk vital sehingga dikuasai oleh negara dengan
membentuk Perusahaan Listrik Negara PLN. Dengan demikian, listrik benar-benar dapat dimanfaatkan secara maksimal baik oleh rumah tangga
produksi maupun oleh rumah tangga konsumsi di seluruh tanah air.
2. Negara lebih mampu melayani masyarakat dengan jalan menguasai
perusahaan-perusahaan yang berfungsi melayani kepentingan umum. Contohnya: Perusahaan Air Minum PAM.
3. BUMN memupuk pendapatan negara sekaligus menjadi sumber
penghasilan negara. 4.
BUMN mempermudah komunikasi melalui pos, telegram, internet, dan telepon.
5. BUMN membuka lapangan kerja baru bagi masyarakat sebagai akibat dari
makin bertambah dan meluasnya BUMN. 6.
BUMN memperlancar arus angkutan darat, laut, dan udara ke berbagai wilayah dan pulau di seluruh tanah air.
7. BUMN menambah devisa karena hasil produksinya banyak yang diekspor,
seperti minyak bumi, gas alam cair, timah, hasil perkebunan, dan pesawat terbang. Hasil produksi ini dapat menambah devisa negara. Besarnya
devisa yang diperoleh dapat meningkatkan kemampuan mengimpor barang-barang modal dan keperluan pembangunan lainnya.
36
Maksud dan tujuan pendirian Perusahaan Perseroan di Indonesia
ditentukan dalam Pasal 12 UU BUMN, yaitu sebagai berikut:
36
http:esosbud.blogspot.co.id201309fungsi-dan-manfaat-badan-usaha-milik.html diakses tanggal 20 November 2015 pukul 14:
25
Wib.
Universitas Sumatera Utara
1. Menyediakan barang danatau jasa yang bermutu tinggi dan berdaya saing
kuat. 2.
Mengejar keuntungan guna meningkatkan nilai perusahaan. Penjelasan Pasal 12 UU BUMN menentukan : Persero sebagai salah satu
pelaku ekonomi nasional dituntut untuk dapat memenuhi permintaan pasar melalui penyediaan barang danatau jasa yang bermutu tinggi dan berdaya saing
kuat baik dipasar dalam negeri maupun internasional. Dengan demikian dapat meningkatkan keuntungan dan nilai Persero yang bersangkutan sehingga akan
memberikan manfaat yang optimal bagi pihak-pihak terkait. Tuntutan untuk dapat menyediakan barang danjasa yang bermutu tinggi
merupakan bagian dari maksud dan tujuan pendirian Perusahaan Perseroan, agar Perusahaan Perseroan mampu menghadapi perkembangan dunia bisnis, sedangkan
sifat mengejar keuntunganlaba profit oriented merupakan konsekuensi langsung dari kedudukan Perusahaan Perseroan sebagai Perseroan Terbatas.
Keluarnya UU BUMN disebutkan bahwa maksud dan tujuan pendirian BUMN adalah:
1. Memberikan sumbangan bagi perkembangan perekonomian nasional pada
umumnya dan penerimaam Negara pada khususnya. 2.
Mengejar keuntungan. 3.
Menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa penyediaan barang danatau jasa yang bermutu tinggi dan memadai bagi pemenuhan hajat
hidup orang banyak. 4.
Menjadi perintis kegiatan-kegiatan usaha yang belum dapat dilaksanakan oleh sektor swasta dan koperasi.
5. Turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha
golongan ekonomi lemah,koperasi,dan masyarakat. 6.
Kegiatan BUMN harus sesuai dengan maksud dan tujuannya serta tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan,ketertiban umum
danatau kesusilaan.
37
37
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 Tentang Badan Usaha Milik Negara memberikan penugasan lain kepada Perusahaan Perseroan sebagai
BUMN, selain maksud dan tujuan pendirian Perusahaan Perseroan sebagaimana diatur dalam Pasal 12 UU BUMN. Penugasan tersebut merupakan penugasan
khusus yang diberikan kepada Perusahaan Perseroan sebagai BUMN untuk melaksanakan tugas pelayanan umum. Ketentuan yang dimaksud adalah Pasal 66
UU BUMN menentukan : 1
Pemerintah dapat memberikan penugasan khusus kepada BUMN menyelenggarakan
fungsi kemanfaatan
umum dengan
tetap memperhatikan maksud dan tujuan kegiatan BUMN.
2 Setiap penugasan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 harus terlebih
dahulumendapatkan persetujuan RUPSMenteri. Penjelasan Pasal 66 UU BUMN menentukan Ayat 1 : Meskipun BUMN
didirikan dengan maksud dan tujuan untuk mengejar keuntungan, tidak tertutup kemungkinan untuk hal-hal yang mendesak, BUMN diberikan penugasan khusus
oleh pemerintah. Apabila penugasan tersebut menurut kajian secara finansial tidak fisibel, pemerintah harus memberikan kompensasi atas semua biaya yang telah
dikeluarkan oleh BUMN tersebut termasuk margin yang diharapkan. Ayat 2 : Karena penugasan pada prinsipnya mengubah rencana kerja dan anggaran
perusahaan yang telah ada, penugasan tersebut harus diketahui dan disetujui pula oleh RUPSMenteri.
C. Pembentukan BUMN Persero