7 Universitas Sumatera Utara
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Paradigma Penelitian
Paradigm atau paradigm Inggris atau paradigme Perancis, istilah tersebut berasal dari bahasa Latin, yakni para dan deigma. Secara etimologis,
para berarti di samping, di sebelah dan deigma berarti memperlihatkan, yang berarti, model, contoh, arketipe, ideal. Deigma dalam bentuk kata kerja deiknynai
berarti menunjukkan atau mempertunjukkan sesuatu. Pujileksono: 2015: 26 Paradigma merupakan pola atau model tentang bagaimana sesuatu
distruktur bagian dan hubungannya atau bagaimana bagian-bagian berfungsi perilaku yang di dalamnya ada konteks khusus atau dimensi waktu. Kuhn 1962
dalam „The Structure of Scientific Revolutions‟ mendefinisikan „paradigma
ilmiah‟ sebagai „contoh yang diterima tentang praktik ilmiah sebenarnya, contoh- contoh termasuk hukum, teori, aplikasi, dan instrumentasi secara bersama-sama
– yang menyediakan model yang darinya muncul tradisi yang koheren dari
penelitian ilmiah. Moleong, 2011: 49 Berdasarkan definisi Kuhn tersebut, Harmon 1970 mendefinisikan
„paradigma‟ sebagai cara mendasar untuk mempersepsi, berpikir, menilai dan melakukan yang berkaitan dengan sesuatu secara khusus tentang visi realitas.
Baker 1992 dalam „Paradigms: The Bussiness of Discovering the Future‟,
mendefin isikan paradigma sebagai „seperangkat aturan tertulis atau tidak tertulis
yang melakukan dua hal: 1 hal itu membangun dan mendefinisikan batas-batas; dan 2 hal itu menceriterakan kepada Anda bagaimana seharusnya melakukan
sesuatu di dalam batas-batas itu agar bisa berhasil. Capra 1996 mendefinisikan paradigma sebagai „konstelasi konsep, nilai-nilai persepsi dan praktik yang
dialami bersama oleh masyarakat, yang membentuk visi khusus tentang realitas sebagai dasar tentang cara mengorganisasikan dirin
ya‟. Paradigma penelitian merupakan perspektif penelitian yang digunakan
oleh peneliti tentang bagaimana peneliti: a melihat realitas world views, b bagaimana mempelajari fenomena, c cara-cara yang digunakan dalam penelitian
dan d cara-cara yang digunakan dalam menginterpretasikan temuan.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini adalah paradigma konstruktivistik dengan model pendekatan kualitatif. Paradigma konstruktivistik
memiliki karakteristik, yaitu: 1 Melihat suatu realita yang dibentuk oleh berbagai macam latar belakang sebagai bentuk konstruksi realita tersebut. Realita
yang dijadikan sebagai objek penelitian merupakan suatu tindakan sosial oleh aktor sosial. 2 Latar belakang yang mengkontruksi realita tersebut dilihat dalam
bentuk konstruksi mental berdasarkan pengalaman sosial yang dialami oleh aktor sosial sehingga sifatnya lokal dan spesifik. 3 Penelitiannya mempertanyakan
„mengapa‟ why?. 4 Realita berada di luar peneliti namun dapat memahami melalui interaksi dengan realita sebagai objek penelitian. 5 Jarak antara peneliti
dengan objek penelitian tidak terlalu dekat, peneliti tidak terlibat namun berinteraksi dengan objek penelitian. 6 Paradigma penelitian konstruktivistik
sifatnya kualitatif, peneliti memasukkan nilai-nilai pendapat ke dalam penelitiannya. Penelitian dengan paradigma ini sifatnya subjektif. 7 Tujuan
untuk memahami apa yang menjadi konstruksi suatu realita. Oleh karena itu peneliti harus dapat mengetahui faktor apa saja yang mendorong suatu realita
dapat terjadi dan menjelaskan bagaimana faktor-faktor itu merekonstruksi realita tersebut. Pujileksono, 2015: 28
2.2 Kerangka Teori