35
4.3 Hasil Penentuan Zero crossing 4.3.1 Zero Crossing Derivat Pertama dan Kedua Betametason
Penentuan zero crossing pada derivat pertama dan kedua diperoleh dengan menumpangtindihkan spektrum serapan derivat pertama dan kedua pada masing-
masing zat dari berbagai konsentrasi larutan, ditunjukkan oleh panjang gelombang yang memiliki serapan nol pada berbagai konsentrasi. Zero crossing derivat
pertama dan kedua betametason dalam berbagai konsentrasi dapat dilihat pada Gambar 4.9 dan 4.10.
Gambar 4.9 Zero Crossing derivat pertama betametason dalam berbagai konsentrasi
Gambar 4.10 Zero Crossing derivat kedua betametason dalam berbagai konsentrasi
209,07 238,88
305,83
260,48 249,6
8 271,71
■ 6
μg mL ■
9 μg mL
■ 12
μg mL ■
15 μg mL
■ 18
μg mL 223,76
36
4.3.2 Zero Crossing Derivat Pertama dan Kedua Deksklorfeniramin maleat
Penentuan zero crossing pada derivat pertama dan kedua diperoleh dengan menumpangtindihkan spektrum serapan derivat pertama dan kedua pada masing-
masing zat dari berbagai konsentrasi larutan, ditunjukkan oleh panjang gelombang yang memiliki serapan nol pada berbagai konsentrasi. Zero crossing derivat
pertama dan kedua deksklorfeniramin maleat dalam berbagai konsentrasi dapat dilihat pada Gambar 4.11 dan 4.12.
Gambar 4.11 Zero Crossing derivat pertama deksklorfeniramin maleat dalam
berbagai konsentrasi
Gambar 4.12 Zero Crossing derivat kedua deksklorfeniramin maleat dalam
berbagai konsentrasi
219,44 229,37
239,3 266,95
241,47 ■ 7 μg mL
■ 10
μg mL ■
13 μg mL
■ 16
μg mL ■
19 μg mL
250,54 282,51
338,23
37
4.4 Hasil Penentuan Panjang Gelombang Analisis
Penentuan panjang gelombang analisis dilakukan dengan cara membuat larutan betametason dengan konsentrasi 6
μgmL, deksklorfeniramin maleat dengan konsentrasi 12
μgmL, dan larutan campuran kedua zat itu sehingga di dalamnya
terdapat betametason
dengan konsentrasi
6 μgmL dan
deksklorfeniramin maleat dengan konsentrasi 12 μgmL. Kemudian dibuat
spektrum serapan derivat pertama dari masing-masing larutan zat tunggal dan dari campuran zat. Spektrum serapan derivat pertama dari larutan zat tunggal dan
campuran keduanya di tumpangtindihkan. Demikian juga untuk spektrum serapan derivat kedua. Penentuan panjang gelombang analisis dilakukan berdasarkan
pengamatan pada kurva serapan masing-masing derivat, kemudian dilanjutkan pengukuran absorbansi pada masing-masing zero crossing. Kurva tumpang tindih
serapan, derivat pertama, derivat kedua betametason dan deksklorfeniramin maleat dapat dilihat pada Gambar 4.13 – 4.15.
Gambar 4.13 Kurva tumpang tindih serapan betametason 6
μgmL dan deksklorfeniramin maleat 12
μgmL
■ Betametason
■ Deksklorfeniramin maleat
38
Gambar 4.14
Kurva tumpang tindih serapan derivat pertama betametason 6 μgmL dan
deksklorfeniramin maleat 12 μgmL
Gambar 4.15
Kurva tumpang tindih serapan derivat kedua betametason 6 μg mL
dan deksklorfeniramin maleat 12 μgmL
Dari gambar diatas diperoleh hasil bahwa pada kurva tumpang tindih serapan betametason 6
μg mL dan deksklorfeniramin maleat 12 μgmL tidak ditemukan zero crossing Gambar 4.14 maka dilanjutkan ke derivat kedua. Jika
dilihat hanya dari zero crossing senyawa tunggalnya saja, pada serapan derivat pertama, zero crossing untuk betametason yaitu pada 209,07 nm; 238,88 nm; dan
305,83 nm. Sedangkan untuk deksklorfeniramin maleat pada 250,54 nm; 282,51 nm; dan 338,23 nm.
■ Betametason
■ Deksklorfeniramin maleat
■
Betametason ■
Deksklorfeniramin maleat 219,
4 249,6
39 Namun jika kita lihat pada gambar 4.15, diperoleh panjang gelombang
yang dapat dipakai adalah pada serapan derivat kedua. Oleh karenanya dibuat spektrum serapan derivat kedua untuk mendapatkan panjang gelombang analisis
betametason dan deksklofeniramin maleat. Bila kedua pita serapan mempunyai panjang gelombang yang hampir sama
akan terjadi pelebaran pita, maka kurva derivatif pertama tidak akan membantu pemisahan spektranya. Pada situasi tersebut maka dicoba derivatif kedua
Nurhidayati, 2007. Dari spektrum derivat kedua, didapatkan zero crossing untuk betametason
dan deksklorfeniraamin maleat. Maka, pengukuran akan dilakukan pada derivat kedua dengan panjang gelombang analisis yang diperoleh. Kurva tumpang tindih
serapan dan derivat kedua betametason 6 μgmL, deksklorfeniramin maleat 12
μgmL dan campuran betametason dan deksklorfeniramin maleat dapat dilihat
pada gambar 4.16 dan 4.17.
Gambar 4.16 Kurva tumpang tindih serapan betametason 6
μgmL, deksklorfeniramin maleat 12
μgmL dan campuran betametason dan deksklorfeniramin maleat
■ Betametason
■ Deksklorfeniramin maleat
■ Campuran betametason
dan deksklorfeniramin maleat
40
Gambar 4.17 Kurva tumpang tindih serapan derivat kedua betametason 6
μgmL, deksklorfeniramin maleat 12
μgmL dan campuran betametason dan deksklorfeniramin maleat
Zero crossing derivat kedua betametason dan Zero crossing derivat kedua desklorfeniramin maleat dalam berbagai konsentrasi dapat dilihat pada Gambar
4.18 dan 4.19.
Gambar 4.18 Zero crossing
derivat kedua betametason λ = 219,4 nm
219,4 249,6
219,4 nm
■ Betametason
■ Deksklorfeniramin maleat
■ Campuran betametason
dan deksklorfeniramin maleat
■ Betametason
■ Deksklorfeniramin maleat
■ Campuran betametason
dan deksklorfeniramin maleat
41
Gambar 4.19 Zero crossing
derivat kedua deksklorfeniramin maleat λ = 249,6 nm
Dari gambar diatas diperoleh panjang gelombang analisis untuk penetapan kadar campuran betametason dan deksklorfeniramin maleat adalah pada serapan
derivat kedua. Hal ini diketahui berdasarkan zero crossing pada setiap derivat. Panjang gelombang analisis didapat dengan menentukan zero crossing untuk
masing-masing zat di mana ditentukan panjang gelombang dengan absorbansi salah satu zat berada pada nilai nol sedangkan pada zat lain memiliki nilai positif.
Dari hasil spektrum serapan derivat kedua, diketahui bahwa zero crossing untuk betametason berada pada panjang gelombang 223,76 nm; 249,68 nm;
260,48 nm; dan 271,1 nm. Sedangkan zero crossing untuk deksklorfeniramin maleat adalah pada panjang gelombang 219,44 nm; 229,37 nm; 239,3 nm; 241,47
nm; dan 266,95 nm. Setelah spektrum serapan derivat kedua dari kedua zat ditumpang tindihkan, diperoleh beberapa panjang gelombang analisis. Panjang
gelombang analisis spektrum derivat kedua dapat dilihat pada Tabel 4.1. 249,6 nm
■ Betametason
■ Desklorfeniramin maleat
■ Campuran betametason
dan desklorfeniramin maleat
42
Tabel 4.1 Panjang Gelombang Analisis Spektrum Derivat Kedua
Dari Tabel 4.1 diperoleh panjang gelombang analisis yang paling tepat
digunakan untuk menentukan kadar sampel adalah pada 219,4 nm untuk betametason dan 249,6 nm untuk deksklorfeniramin maleat. Penentuan panjang
gelombang analisis untuk betametason adalah pada 219,4 nm, karena pada panjang gelombang ini serapan deksklorfeniramin maleat adalah nol, sedangkan
betametason dan campuran keduanya mempunyai nilai serapan sama dan maksimum yaitu 0,0004. Demikian juga panjang gelombang analisis untuk
deksklorfeniramin maleat adalah pada 249,6 nm , karena pada panjang gelombang ini serapan betametason adalah nol, sedangkan deksklorfeniramin maleat dan
campuran keduanya mempunyai nilai serapan yang hampir sama dan maksimum yaitu 0,0023 untuk betametason dan campuran betametason dan
deksklorfeniramin maleat yaitu 0,0024. Panjang
gelombang nm
Absorbansi Serapan Betametason
6 μgmL
Deksklorfeniramin maleat
12 μgmL
Campuran Betametason
6 μgmL
dan Deksklorfeniramin
219,4 0,0004
-0,0002 223,8
-0 -0,0004
229,4 0,0004
-0,0005 239,4
0,0004 -0,0002
241,4
-0 -0,0004
246,9 -0,0001
260,4 0,0023
0,0010 267,0
0,0024 0,0012
-0,0001 271,8
-0,0001
43
4.5 Hasil Penentuan Linearitas Kurva Kalibrasi 4.5.1 Kurva Kalibrasi