8 Rumus molekul
: C
16
H
19
ClN
2
. C
4
H
4
O
6
Berat molekul : 390,87
Nama kimia : +-2-[p-
Kloro α-[Dimetilaminoetil]benzil] piridina maleat
Pemerian : Serbuk hablur putih tidak berbau
Susut pengeringan : Lakukan pengeringan pada suhu 65
o
C selama 4 jam sebelum digunakan.
Kelarutan : Mudah larut dalam air, larut dalam etanol dan dalam
kloroform, sukar larut dalam benzen dan dalam eter Indikasi
: Antihistamin Efek samping
: Vertigo, tinitus, lelah, penat, inkoordinasi, kabur, diplopia, euforia, gelisah, tremor, mulut kering, disuria,
palpitasi, hipotensi, sakit kepala, rasa berat dan lemah pada tangan Tan dan Rahardja, 2007.
Deksklorfeniramin maleat setelah pemberian oral atau parenteral, AH1 diabsorpsi secara baik. Efeknya timbul 15-30 menit setelah pemberian oral dan
maksimal 1-2 jam. Lama kerja AH1 setelah pemberian dosis tunggal kira-kira 4-6 jam. Kadar tertinggi terdapat pada paru-paru, sedangkan pada limpa, ginjal, otak,
otot dan kulit kadarnya lebih rendah Tan dan Rahardja, 2007.
2.3 Spektrofotometri Ultraviolet-Visibel UV-Vis
Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitan atau serapan suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang. Spektrofotometer merupakan
penggabungan dari dua fungsi alat yang terdiri dari spektrometer yang
9 menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu dan
fotometer sebagai alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau yang diabsorpsi Gandjar dan Rohman, 2007. Pada spektrofotometer, panjang
gelombang yang benar-benar terseleksi dapat diperoleh dengan bantuan alat pengurai cahaya seperti prima. Suatu spektrofotometer tersusun dari spektrum
tampak yang kontinu, monokromator, sel pengabsorpsi untuk larutan sampel atau blangko dan suatu alat untuk mengukur perbedaan absorpsi antara sampel dan
pembanding Khopkar, 1985.
2.3.1 Penyerapan Radiasi
Jika suatu molekul sederhana dikenakan radiasi ultraviolet maka molekul tersebut akan menyerap radiasi ultraviolet. Interaksi antara molekul dengan radiasi
ultraviolet ini akan meningkatkan energi dari tingkat dasar ke tingkat tereksitasi. Apabila pada molekul yang sederhana tadi hanya terjadi transisi elektronik pada
satu macam gugus yang terdapat pada molekul, maka hanya akan terjadi satu absorpsi yang merupakan garis spektrum. Terjadinya dua atau lebih pita spektrum
diberikan oleh molekul dengan struktur yang lebih kompleks karena terjadi beberapa transisi sehingga mempunyai lebih dari satu panjang gelombang
Gandjar dan Rohman, 2007. Sebagai contoh, molekul organik sederhana yang mempunyai dua jenis
ikatan karbon- karbon seperti pada etilen. Ikatan π lebih lemah dari ikatan σ dan
akibatnya elektron π lebih tinggi energinya dari elektron σ Munson, 1984.
Jika terdapat lebih banyak ikatan rangkap terkonjugasi serapan terjadi pada panjang gelombang yang lebih panjang. Sistem ikatan rangkap terkonjugasi ini
10 merupakan kromofor yang dapat menyerap radiasi ultraviolet. Salah satu
kromofor yang paling sederhana adalah benzen Watson, 2005. Gugus fungsi seperti –OH, -O, -NH
2
, dan –OCH
3
yang memberikan transisi n
→ π disebut gugus auksokrom. Gugus ini adalah gugus yang tidak dapat menyerap radiasi ultraviolet-sinar tampak, tetapi apabila gugus ini terikat
pada gugus kromofor mengakibatkan pergeseran panjang gelombang ke arah yang lebih besar efek batokromik atau pergeseran merah dan disertai peningkatan
intensitas efek hiperkromik Gandjar dan Rohman, 2007.
2.3.2 Hukum Lambert-Beer
Menurut Gandjar dan Rohman 2007 Hukum Lambert, serapan berbanding lurus terhadap ketebalan sel yang disinari. Sedangkan menurut Beer,
serapan berbanding lurus dengan konsentrasi. Kedua pernyataan ini dapat dijadikan satu dalam Hukum Lambert-Beer, sehingga diperoleh bahwa serapan
berbanding lurus terhadap konsentrasi dan ketebalan sel, yang dapat ditulis dengan persamaan :
A = a.b.c gliter atau A = ε. b. c molliter atau A = A
1 1
.b.c g100 ml Dimana: A = serapan
a = absorptivitas b = ketebalan sel
c = konsentrasi ε = absorptivitas molar
A
1 1
= absorptivitas spesifik
11 Menurut Denney dan Sinclair 1991 hukum Lambert-Beer terdapat
beberapa pembatasan yaitu: 1.
Larutan yang menyerap cahaya adalah campuran yang homogen. 2.
Menggunakan sinar monokromatis. 3.
Rendahnya konsentrasi dari senyawa yang menyerap cahaya. Absorbansi yang terbaca pada spektrofotometer hendaknya antara 0,2
sampai 0,6. Anjuran ini berdasarkan anggapan bahwa pada kisaran nilai absorbansi tersebut kesalahan fotometrik yang terjadi adalah paling minimal
Gandjar dan Rohman, 2007. Parameter kekuatan energi radiasi yang diabsorpsi oleh molekul adalah
absorbansi A yang dalam batas konsentrasi tertentu nilainya sebanding dengan banyaknya molekul yang mengabsorpsi radiasi. Senyawa yang tidak
mengabsorpsi radiasi ultraviolet - sinar tampak dapat juga ditentukan dengan spektrofotometri ultraviolet - sinar tampak, apabila ada reaksi kimia yang dapat
mengubahnya menjadi kromofor atau dapat disambungkan dengan suatu pereaksi kromofor Gandjar dan Rohman, 2007.
2.3.3 Kegunaan Spektrofotometri Ultraviolet - Visibel UV-Vis
Kegunaan spektrofotometri ultraviolet dalam analisis kualitatif sangat terbatas karena rentang daerah radiasi yang relatif sempit hanya dapat
mengakomodasi sedikit sekali puncak absorpsi maksimum dan minimum, karena itu identifikasi senyawa yang tidak diketahui tidak memungkinkan untuk
dilakukan Satiadarma, dkk., 2004. Pada analisis kuantitatif dengan cara penetapan kadar, larutan standar obat
yang akan dianalisis disiapkan, serapan sampel dan standar dapat ditentukan
12 Cairns, 2008, dimana menurut Holme dan Peck 1983 konsentrasi sampel
dalam senyawa dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Ct Cs
At As =
Keterangan: As = Absorbansi baku pembanding At = Absorbansi zat dalam sampel
Cs = Konsentrasi baku pembanding Ct = Konsentrasi zat dalam sampel
Metode spektrofotometri memiliki beberapa keuntungan antara lain kepekaan yang tinggi, ketelitian yang baik, mudah dilakukan, cepat pengerjaannya
dan dapat digunakan untuk menentukan senyawa campuran Munson, 1984. Penentuan kadar senyawa organik yang mempunyai struktur kromofor atau
mengandung gugus kromofor, serta mengabsorpsi radiasi ultraviolet penggunaanya cukup luas Satiadarma, dkk., 2004.
2.3.4 Komponen Spektrofotometer Derivatif
Komponen-komponen pada spektrofotometer UV-Vis biasa sama dengan komponen pada spektrofotometer derivatif. Alat spektrofotometer harus
dilengkapi dengan peralatan sedemikian rupa untuk dapat menghasilkan spektrum derivatif Ditjen POM, 1995. Biasanya spektrofotometer telah mempunyai
software untuk mengolah data yang dapat dioperasikan melalui komputer yang
telah terhubung dengan spektrofotometer Moffat, dkk., 2005.
13 Menurut Day dan Underwood 1998, unsur -unsur terpenting suatu
spektrofotometer adalah sebagai berikut: 1.
Sumber-sumber lampu: lampu deuterium digunakan untuk daerah Ultraviolet pada panjang gelombang dari 190-350 nm, sementara lampu
halogen kuarsa atau lampu tungsten digunakan untuk daerah visibel pada panjang gelombang antara 350- 900 nm.
2. Monokromotor: digunakan untuk memperoleh sumber sinar yang
monokromatis. Alatnya berupa prisma untuk mengarahkan sinar monokromatis yang diinginkan dari hasil penguraian.
3. Kuvet sel: digunakan sebagai wadah sampel untuk menaruh cairan ke
dalam berkas cahaya spektrofotometer. Kuvet itu haruslah meneruskan energi radiasi dalam daerah spektrum yang diinginkan. Pada pengukuran
di daerah sinar tampak, kuvet dapat digunakan, tetapi untuk pengukuran pada daerah ultraviolet kita harus menggunakan sel kuarsa karena gelas
tidak tembus cahaya pada daerah ini. Kuvet tampak dan ultraviolet yang khas mempunyai ketebalan 1 cm, namun tersedia kuvet dengan ketebalan
yang sangat beraneka, mulai dari ketebalan kurang dari 1 mm sampai 10 cm bahkan lebih.
4. Detektor: Peranan detektor penerima adalah memberikan respon terhadap
cahaya pada berbagai panjang gelombang.
14
2.4 Spektrofotometri Derivatif 2.4.1 Pengertian Spektrofotometri Derivatif