1. Mendorong masyarakat untuk dapat berpikir lebih jauh ke masa yang akan datang.
2. Dana yang terkumpul pada industri asuransi dapat digunakan untuk investasi yang digunakan dalam pembangunan.
3. Mendorong masyarakat untuk tidak tergantung pada pihak lain karena telah memiliki polis asuransi.
4. Ahli dari perusahaan asuransi dapat memberikan saran-saran kepada tertanggung untuk pengelolaan resiko dan mengurangi kemungkinan
kerugian yang timbul.
52
Tujuan asuransi yang paling dasar yaitu memberikan jaminan perlindungan dari resiko-resiko yang mungkin akan diderita oleh satu pihak.
Asuransi digunakan paling tidak untuk memperkecil kerugian yang diderita tertanggung.
53
Asuransi juga dapat digunakan untuk melindungi barang-barang yang telah rusak agar jangan bertambah rusak, hal ini disebut dengan tujuan
salvage .
54
C. Sifat dan Ciri Khusus dalam Perjanjian Asuransi
Asuransi pada dasarnya merupakan suatu bentuk perjanjian, namun sebagai salah satu bentuk perjanjian, asuransi memiliki ciri-cirikarakteristik yang
berbeda dengan perjanjian lain. Pada buku-buku hukum asuransi yang dibuat oleh beberapa sarjana secara jelas sifat-sifat khusus asuransi disebutkan sebagai
berikut : 1.
Perjanjian Asuransi Bersifat Aletair Perjanjian ini merupakan perjanjian yang prestasi penanggung masih
harus digantungkan pada suatu peristiwa yang belum pasti, sedangkan
52
Radiks Purba, Asuransi Indonesia, Jakarta: Salemba Empat, 2002, hal. 6
53
C.S.T. Kansil, Pokok-Pokok Pengetahuan Hukum Dagang Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika, 2002, hal. 179
54
Abbas Salim, Op.Cit, hal. 10
Universitas Sumatera Utara
prestasi tertanggung sudah pasti. Meskipun tertanggung sudah memenuhi prestasi dengan sempurna, penanggung belum berprestasi
dengan nyata.
55
Pemenuhan prestasi oleh kedua belah pihak tidak dilakukan secara serentak yaitu adanya kesenjangan waktu antara
pembayaran premi oleh tertanggung dan pembayaran ganti kerugian oleh penanggung.
2. Perjanjian Asuransi merupakan Perjanjian Bersyarat
Perjanjian ini merupakan suatu perjanjian yang prestasi penanggung hanya akan terlaksana apabila syarat-syarat yang ditentukan dalam
perjanjian dipenuhi.
56
Pihak tertanggung pada satu sisi tidak berjanji untuk memenuhi syarat, tetapi ia tidak dapat memaksa penanggung
melaksanakan, kecuali dipenuhi syarat-syarat. 3.
Perjanjian Asuransi merupakan Perjanjian yang Melekat pada Syarat Penanggung
Perjanjian ini pada dasarnya syarat dan kondisi perjanjian hampir seluruhnya ditentukan dan diciptakan oleh penanggungperusahaan
asuransi sendiri, dan bukan berdasarkan adanya kata sepakat yang murni atau tawar menawar.
Tertanggung harus tunduk pada ketentuan atau syarat-syarat umum polis yang dibuat secara sepihak oleh perusahaan asuransi, walaupun
begitu tertanggung juga harus dilindungi hak-haknya sebagai
55
Sri Rejeki Hartono, Op.Cit, hal. 92
56
Munir Fuady, Pengantar Hukum Bisnis: Menata Bisnis Modern di Era Global, Bandung: Citra Aditya Bhakti, 2005, hal. 257
Universitas Sumatera Utara
konsumen pengguna jasa asuransi.
57
Ketentuan yang dibuatditentukan oleh pihak penanggung tidak boleh melanggar hak-hak pihak
tertanggung. 4.
Perjanjian Asuransi merupakan Perjanjian yang Bersifat Pribadi Perjanjian ini menjelaskan bahwa kerugian yang timbul harus
merupakan kerugian perorangan secara pribadi, bukan kerugian kolektif ataupun kerugian masyarakat luas.
5. Perjanjian Asuransi merupakan Perjanjian yang Bersifat Sepihak
Perjanjian ini hanya satu pihak saja yang memberikan janji yaitu pihak penanggung. Penanggung memberikan janji akan mengganti suatu
kerugian, apabila pihak tertanggung sudah membayar premi dan polis sudah berjalan, sebaliknya tertanggung tidak menjanjikan suatu
apapun.
58
6. Perjanjian Asuransi merupakan Perjanjian dengan Syarat Itikad Baik
Perjanjian ini merupakan perjanjian dengan keadaan bahwa kata sepakat dapat tercapai dengan posisi masing-masing mempunyai
pengetahuan yang sama mengenai fakta, sehingga dapat bebas dari cacat-cacat tersembunyi.
Saling jujur dan memercayai di antara para pihak mempunyai perananan yang sangat penting untuk diadakannya perjanjian asuransi
ini.
57
Yusuf Shofie, Konsumen dan Hukum Asuransi, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2003, hal. 168
58
Erlina B, “Klaim Ganti Rugi dalam Perjanjian Asuransi Kendaraan Bermotor”, Jurnal
Fakultas Hukum Universitas Bandar Lampung Vol. 5 No. 2 , Juli 2010, hal. 102
Universitas Sumatera Utara
Man Suparman Sastrawidjaja mengemukakan sifat dari perjanjian asuransi yaitu sebagai berikut :
1. Perjanjian asuransi merupakan perjanjian timbal balik. Hal ini
disebabkan dalam
perjanjian asuransi
masing-masing pihak
mempunyai hak dan kewajiban yang saling berhadapan. 2.
Perjanjian asuransi merupakan perjanjian bersyarat, karena kewajiban penanggung untuk memberikan penggantian kepada tertanggung
digantungkan kepada terjadinya peristiwa yang diperjanjikan. Apabila peristiwa dimaksud tidak terjadi, kewajiban penanggung pun tidak
timbul.
3. Perjanjian asuransi merupakan perjanjian konsensual. Perjanjian
konsensual adalah suatu perjanjian yang telah terbentuk dengan adanya kata sepakat diantara para pihak. Hal ini juga sejalan dengan syarat
sahnya perjanjian yang terdapat dalam pasal 1320 Kitab Undang- Undang Hukum Perdata yaitu :
a. Kesepakatan b. Kewenangankecakapan para pihak untuk melakukan perbuatan
hukum c. Adanya suatu objeksebab tertentu
d. Kausa yang halal 4.
Perjanjian asuransi merupakan perjanjian yang bertujuan untuk mengalihkan dan membagi resiko kepada pihak lain yang bersedia
menanggung. 5.
Asuransi mempunyai sifat kepercayaan yang khusus di antara para pihak. Saling percaya-mempercayai di antara penanggung dan
tertanggung memegang peranan yang sangat penting untuk diadakannya perjanjian tersebut.
59
Bagi sebagian sarjana berpendapat bahwa asuransi merupakan perjanjian yang bersifat untung-untungan. Dalam pasal 1774 Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata dijelaskan bahwa “Perjanjian untung-untungan merupakan suatu perbuatan yang hasilnya mengenai untung ruginya, baik bagi semua pihak,
maupun bagi sementara pihak saja, bergantung pada suatu kejadian yang belum tentu”.
59
Man Suparman Sastrawidjaja, Op.Cit, hal. 18
Universitas Sumatera Utara
Perjanjian asuransi dianggap merupakan perjanjian untung-untungan karena bergantung pada suatu kejadian yang belum tentu.
Walaupun dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dijelaskan asuransi termasuk dalam perjanjian untung-untungan, asuransi sebenarnya tidak
dapat dikelompokkan kedalam perjanjian untung-untungan bersama-sama dengan permainan dan perjudian.
Asuransi berbeda dengan perjudian, asuransi bertujuan untuk mengurangi resiko sedangkan perjudian menciptakan resiko.
60
Jadi dapat disimpulkan bahwa asuransi bukan merupakan perjanjian untung-untungan, karena dalam perjanjian asuransi hak dan kewajiban para pihak
timbal balik. Dalam perjanjian asuransi tidak ada istilah untung rugi karena kedua pihak baik tertanggung maupun penanggung sama-sama mendapat manfaat dari
perjanjian tersebut.
D. Kegiatan Usaha Perasuransian