Pelaksanaan Klaim Asuransi Kematian Pada Unit Link (Studi Pada PT. Sun Life Financial Cab.Sun Corona Nostra, Medan)

(1)

PELAKSANAAN KLAIM ASURANSI KEMATIAN PADA UNIT LINK (STUDI PADA PT.SUN LIFE FINANCIAL CAB.SUN CORONA NOSTRA, MEDAN)  

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Oleh:

CATHERINE FELICIA SIHITE 100200270

DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN PROGRAM KEKHUSUSAN HUKUM PERDATA DG

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

PELAKSANAAN KLAIM ASURANSI KEMATIAN PADA UNIT LINK (STUDI PADA PT.SUN LIFE FINANCIAL INDONESIA CAB. SUN CORONA NOSTRA, MEDAN)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Oleh:

CATHERINE FELICIA SIHITE 100200270

DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN PROGRAM KEKHUSUSAN HUKUM PERDATA DG

Disetujui Oleh:

Departemen Hukum Keperdataan Ketua

(Dr. H. Hasim Purba SH. M.Hum) NIP.196603031985081001

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

(Malem Ginting SH. M.Hum) (Mohammad Siddik SH. M.Hum) NIP. 195707151983031002 NIP. 195412101986011001

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

KATA PENGANTAR

Deo Gratias, penulis ucapkan terlebih dahulu kepada Allah Tri Tunggal atas kasih dan penyertaan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Telah menjadi kewajiban bagi mahasiswa tingkat akhir bahwa penulisan skripsi adalah sebagai pemenuhan persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumaera Utara.

Untuk itu penulis memberanikan diri untuk memilih judul skripsi, yaitu: PELAKSANAAN KLAIM ASURANSI KEMATIAN PADA UNIT LINK (STUDI PADA PT. SUN LIFE FINANCIAL INDONESIA CAB. SUN CORONA NOSTRA, MEDAN).

Penulis menyadari bahwa skripsi yang di ajukan ini jauh dari memadai dan masih banyak kekurangan, baik dipandang dari segi kelengkapan apalagi ilmiahnya. Hal ini terjadi karena pengetahuan dan kemampuan yang ada penulis, serta dengan segala kerendah hati penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari para pembaca sekalian guna menuju arah dan penyempurnaan dan menjadi bahan pertimbangan serta bekal bagi penulis dimasa mendatang.

Terwujudnya skripsi ini bukanlah semata-mata merupakan jerih payah penulis sendiri, tetapi tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Runtung, SH., M.Hum, selaku Dekan FH USU.

2. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting SH., M.Hum, selaku Pembantu Dekan

I FH USU.

3. Bapak Syafruddin Hasibuan, SH., M.H.DFM, selaku Pembantu Dekan II

FH USU.

4. Bapak Dr. O.K Saidin, SH., M.Hum, selaku Pembantu Dekan III FH


(4)

5. Bapak Dr. H. Hasim Purba SH., M.Hum, selaku Ketua Departemen Keperdataan.

6. Bapak Malem Ginting SH., M.Hum, selaku Pembimbing I penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

7. Bapak Mohammad Siddik SH, M.Hum, selaku Pembimbing II penulis

dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Seluruh dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah

menuangkan ilmu pengetahuan kepada penulis selama mengikuti perkuliahan sehingga berkat ilmu pengetahuan penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.

9. Bapak Agustinus Batu Tarigan, selaku Agency Director di PT.Sun Life Financial Indonesia Cab.Sun Corona Nostra yang telah memberikan izin kepada penulis untuk mengadakan riset untuk skripsi ini.

10.Ibu Susanna Sitepu, selaku Senior Agency Manager di PT.Sun Life

Financial Indonesia Cab.Sun Corona Nostra yang telah memberikan pengarahan dan pembelajaran mengenai materi-materi yang berhubungan dengan skripsi ini.

11.Ibu Nurita Sembiring Depari, selaku Senior Agency Manager di PT. Sun Life Financial Indonesia Cab.Sun Corona Nostra yang membantu penulis dalam pemberian data materi berupa buku-buku yang berhubungan dengan skripsi tersebut.

Pada tempatnya disini penulis mengucapkan terima kasih yang tiada terhingga kepada orang-orang terdekat, yaitu:

Papa tercinta K.F. Sihite yang telah memberikan perhatian dan dukungan

sangat penuh. Thank you so much Pa, you are the best Dad in the world

eventhought we seperated by distance but i so proud of you that we belong together and you always love me as the only one your little daughter.

Mama tercinta J. Lumban Tobing (+), yang telah memberikan kekuatan dan semangat hidup yang menjadi teladan bagi penulis. Terimakasih Mama, walaupun mama telah pergi tapi dedek tahu mama selalu bersama kami. Ini semua buat


(5)

mama, permintaan terakhir mama sebelum mama pergi telah dedek laksanakan dengan sebaik mungkin untuk menjadi seorang Sarjana Hukum.

Kepada keluarga penulis yaitu Ate terimakasih ya udah ada bersama kami dari aku lahir sampai dengan saat ini dan tidak berhenti untuk memberikan kasih sayang yang tulus, Maktua Tinambunan, Maktua Maria, Maktua Rafael, dan Maktua Rina, terimakasih atas dukungan dan kasih sayang penuh kalian. Terimakasih juga karena sepeninggalan mama, kalian selalu tetap dekat denganku.

Kepada sahabat-sahabat penulis teristimewa Hanna Anastasia Aritonang sahabat dari SMP-Sekarang dan Debora Yulia Sembiring. Cepat menyusul jadi SH kalian ya. Terimakasih atas pertemanan sedari semester I –VIII ini. Terimakasih juga buat teman-teman Grup C Stambuk 2010, anak-anak

Keperdataan Dagang 2010. Buat teman-teman KMK. ST. Fidelis FH USU: Ad

Maiorem Dei Glorian, Jangan ada pernah kata menyerah untuk kemuliaan Allah yang Lebih Tinggi Lagi.

Buat Torganda Obaja Luhut Pitta Raja Gurning ST, terimakasih atas dukungan dan semangat setiap harinya yang diberikan kepada penulis. Terima kasih atas kesabaranmu dalam membimbing dan tak bosan-bosan mendengar keluhanku selama pembuatan skripsi ini.

Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang membantu sehingga terselesaikannya skripsi ini. Semoga penulisan skripsi ini akan berdaya guna dan berhasil serta membawa manfaat bagi para pembaca khususnya civitas akademika Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dapat bermanfaat bagi semua pihak yang menggunakannya.

Medan, 7 April 2014

Penulis

CATHERINE FELICIA SIHITE NIM 100200270


(6)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...i

KATA PENGANTAR...ii

DAFTAR ISI...v

ABSTRAK...vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...1

B. Rumusan Permasalahan...10

C. Tujuan Penulisan...10

D. Manfaat Penulisan...11

E. Metode Penelitian...11

F. Keaslian Penulisan...15

G. Sistematika Penulisan...16

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ASURANSI JIWA PLUS INVESTASI A. Perjanjian Asuransi pada umumnya...18

B. Pengertian dan Jenis Asuransi Jiwa Plus Investasi...27

C. Struktur dan Jenis-jenis dana pada Asuransi Jiwa Plus Investasi...36

D. Manfaat dan Resiko pada Asuransi Jiwa Plus Investasi ...40


(7)

BAB III PENGATURAN MENGENAI PROSES KLAIM PADA ASURANSI JIWA UNIT LINK DI PT. SUN LIFE FINANCIAL INDONESIA CAB. SUN CORONA NOSTRA, MEDAN

A. Pengertian dan Tujuan Klaim Asuransi Jiwa pada Asuransi Jiwa Unit-Link di PT. Sun Life Financial Indonesia Cab. Sun Corona Nostra, Medan...45 B. Penyebab terjadinya klaim dan jenis-jenis klaim

Asuransi Jiwa Unit-Link...48 C. Proses pengajuan klaim Asuransi Jiwa Unit-Link...56

D. Perlindungan Hukum terhadap Pembayaran Klaim Asuransi Jiwa

Unit-Link...63

BAB IV PELAKSANAAN KLAIM ASURANSI KEMATIAN PADA

ASURANSI JIWA UNIT LINK (STUDI PADA PT. SUN LIFE FINANCIAL CAB. SUN CORONA NOSTRA, MEDAN)

A. Pelaksanaan klaim asuransi kematian pada Asuransi Jiwa Unit-Link di PT. Sun Life Financial Cab.Sun Corona Nostra,

Medan...70

B. Perbedaan manfaat Klaim Asuransi Kematian pada Asuransi Jiwa

Unit-Link dengan Produk Asuransi Tradisional...76 C. Faktor-faktor terjadinya penolakan klaim asuransi kematian

Unit-Link di PT. Sun Life Financial Cab. Sun Corona Nostra...86

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan...96 B. Saran...98

DAFTAR PUSTAKA...100


(8)

ABSTRAK

PELAKSANAAN KLAIM ASURANSI KEMATIAN PADA UNIT LINK (Studi Pada PT.Sun Life Financial Indonesia Cab.Sun Corona Nostra, Medan)

Asuransi Jiwa Unit-Link menjadi sangat di minati dalam penjualan produk asuransi pada jaman sekarang ini, bahkan mampu mengalahkan kedudukan asuransi tradisional. Nasabah sendiri dapat memilih untuk menentukan sendiri kebutuhan proteksinya plus investasi yang dituju. Asuransi jiwa unit-link memberikan manfaat proteksi yang maksimum dan lengkap dengan manfaat alternatif investasi selama saldo investasi masih cukup untuk membayar biaya yang terjadi setiap bulannya. Adanya keinginan tertanggung untuk mempunyai asuransi sekaligus memberikan manfaat yang di dapat berupa manfaat kesehatan baik untuk pengobatan maupun rawat inap dan rawat jalan, manfaat klaim kematian, dan saldo investasi yang dapat berkembang diukur nilai inflasi, termasuk juga perkembangan harga dollar melatar belakangi lahirnya asuransi jiwa unit-link ini. Pengaturan tentang Asuransi Jiwa Unit-Link di Indonesia di keluarkan oleh Departemen Keuangan, Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan. Peraturan tersebut di tetapkan pada tanggal 31 Oktober 2006 oleh Ketua Bappepam-LK yang mengeluarkan keputusan No.KEP-104/BL/2006 tentang Unit Link.

Adanya rumusan permasalahan yang akan dibahas di dalam skripsi ini adalah pelaksanaan klaim kematian pada asuransi jiwa unit-link di PT.Sun Life Financial Indonesia Cab.Sun Corona Nostra, perbedaan dari manfaat klaim asuransi kematian pada asuransi jiwa unit-link dengan produk asuransi tradisional, dan faktor-faktor terjadinya penolakan klaim asuransi kematian pada asuransi jiwa unit-link di PT.Sun Life Financial Indonesia Cab.Sun corona Nostra. Berdasarkan permasalahan maka digunakan penelitian yuridis normatif dan bersifat deskriptif. Pengumpulan pada data sekunder dilakukan dengan tehnik studi pustaka, dan pengumpulan data primer sebagai data pendukung dilakukan dengan wawancara di PT. Sun Life Financial Cab.Sun Corona Nostra, Medan.

Pada Asuransi Jiwa Unit-Link yang di pertanggungkan adalah jiwa seseorang yang salah satunya disebabkan oleh kematian. Resiko yang mungkin timbul pada Asuransi Jiwa terletak pada waktu karena sulitnya untuk mengetahui kapan seseorang meninggal dunia. Untuk memperkecil resiko yang terjadi akibat kematian tertanggung, maka diadakannya pertanggungan jiwa. Pada klaim asuransi kematian pada Unit-Link di PT. Sun Life Financial Indonesia, penerima manfaat/ahli waris dari tertanggung mendapatkan pembayaran uang pertanggungan sebagai proteksi sekaligus dana akhir investasi sebagai dana tabungan. Dalam melaksanakan pengajuan permintaan pembayaran manfaat klaim kematian, penerima manfaat/ahli waris diharuskan untuk melengkapi dokumen-dokumen sebagai persyaratan klaim kematian tersebut.


(9)

ABSTRAK

PELAKSANAAN KLAIM ASURANSI KEMATIAN PADA UNIT LINK (Studi Pada PT.Sun Life Financial Indonesia Cab.Sun Corona Nostra, Medan)

Asuransi Jiwa Unit-Link menjadi sangat di minati dalam penjualan produk asuransi pada jaman sekarang ini, bahkan mampu mengalahkan kedudukan asuransi tradisional. Nasabah sendiri dapat memilih untuk menentukan sendiri kebutuhan proteksinya plus investasi yang dituju. Asuransi jiwa unit-link memberikan manfaat proteksi yang maksimum dan lengkap dengan manfaat alternatif investasi selama saldo investasi masih cukup untuk membayar biaya yang terjadi setiap bulannya. Adanya keinginan tertanggung untuk mempunyai asuransi sekaligus memberikan manfaat yang di dapat berupa manfaat kesehatan baik untuk pengobatan maupun rawat inap dan rawat jalan, manfaat klaim kematian, dan saldo investasi yang dapat berkembang diukur nilai inflasi, termasuk juga perkembangan harga dollar melatar belakangi lahirnya asuransi jiwa unit-link ini. Pengaturan tentang Asuransi Jiwa Unit-Link di Indonesia di keluarkan oleh Departemen Keuangan, Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan. Peraturan tersebut di tetapkan pada tanggal 31 Oktober 2006 oleh Ketua Bappepam-LK yang mengeluarkan keputusan No.KEP-104/BL/2006 tentang Unit Link.

Adanya rumusan permasalahan yang akan dibahas di dalam skripsi ini adalah pelaksanaan klaim kematian pada asuransi jiwa unit-link di PT.Sun Life Financial Indonesia Cab.Sun Corona Nostra, perbedaan dari manfaat klaim asuransi kematian pada asuransi jiwa unit-link dengan produk asuransi tradisional, dan faktor-faktor terjadinya penolakan klaim asuransi kematian pada asuransi jiwa unit-link di PT.Sun Life Financial Indonesia Cab.Sun corona Nostra. Berdasarkan permasalahan maka digunakan penelitian yuridis normatif dan bersifat deskriptif. Pengumpulan pada data sekunder dilakukan dengan tehnik studi pustaka, dan pengumpulan data primer sebagai data pendukung dilakukan dengan wawancara di PT. Sun Life Financial Cab.Sun Corona Nostra, Medan.

Pada Asuransi Jiwa Unit-Link yang di pertanggungkan adalah jiwa seseorang yang salah satunya disebabkan oleh kematian. Resiko yang mungkin timbul pada Asuransi Jiwa terletak pada waktu karena sulitnya untuk mengetahui kapan seseorang meninggal dunia. Untuk memperkecil resiko yang terjadi akibat kematian tertanggung, maka diadakannya pertanggungan jiwa. Pada klaim asuransi kematian pada Unit-Link di PT. Sun Life Financial Indonesia, penerima manfaat/ahli waris dari tertanggung mendapatkan pembayaran uang pertanggungan sebagai proteksi sekaligus dana akhir investasi sebagai dana tabungan. Dalam melaksanakan pengajuan permintaan pembayaran manfaat klaim kematian, penerima manfaat/ahli waris diharuskan untuk melengkapi dokumen-dokumen sebagai persyaratan klaim kematian tersebut.


(10)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Setiap manusia mempunyai kekhawatiran tersendiri terhadap masa mendatang yang tidak bisa diprediksi tentang yang akan terjadi. Adanya kehidupan yang tidak kekal tersebut tidak akan memberikan rasa pasti. Adanya rasa ketakutan tentang ada atau tidak adanya jaminan untuk peristiwa yang tidak dapat diduga nantinya membuat orang-orang berusaha untuk meminimalkan resiko atas peristiwa yang tak tentu tersebut.

Keadaan yang tidak kekal yang merupakan sifat alamiah tersebut mengakibatkan adanya suatu keadaan yang tidak dapat diramalkan lebih dahulu secara tepat, sehingga dengan demikian keadaan termaksud tidak akan pernah memberikan rasa pasti. Karena tidak adanya suatu kepastian tentu saja akhirnya sampai pada suatu keadaan yang tidak pasti pula. Keadaan yang tidak pasti tersebut dapat berwujud dalam berbagai bentuk dan peristiwa, yang biasanya selalu dihindari. Keadaan tidak pasti terhadap setiap kemungkinan yang dapat terjadi baik dalam bentuk atau peristiwa yang belum tentu menimbulkan rasa tidak aman yang lazim disebut sebagai resiko.1

Resiko yang dianggap akan mendatangkan kerugian atas kepentingan-kepentingan seseorang pada suatu ketika di masa sekarang dan yang akan datang, yang pada masa sebelumnya tidak dianggap merupakan suatu kepentingan yang

      

1

 Sri Rezeki Hartono, Hukum Asuransi dan Perusahaan Asuransi, (Jakarta: Sinar Grafika, 2001),hal.2. 


(11)

dirisaukan keselamatannya, perlu mendapat perhatian, bagaimana supaya kepentingan-kepentingan itu tidak ditimpa kerugian.2

Usaha dan upaya manusia untuk menghindari dan melimpahkan resikonya kepada pihak lain beserta pelimpahan sebagai suatu kegiatan itulah yang merupakan embrio atau cikal bakal perasuransian yang dikelola oleh perusahaan asuransi sebagai kegiatan ekonomi yang rumit sampai saat ini.

Dari perkembangan-perkembangan yang ada pada zaman yunani pada abad-abad sebelum masehi, perjanjian asuransi ditutup antara seorang pedagang dengan seorang yang meminjamkan uang karena perdagangan berkembang dengan pesatnya, maka timbullah perkumpulan tukang meminjamkan uang yang kemudian menjelma sebagai suatu perusahaan khusus untuk melayani kebutuhan para pedagang dalam menghadapi resiko dan khusus berkecimpung dalam dunia pertanggungan.3

Dengan munculnya resiko-resiko baru, maka timbullah pula kepentingan-kepentingan baru yang perlu diusahakan melindunginya atau meberi jaminan atasnya dalam arti bahwa kepentingan-kepentingan baru yang perlu diusahakan melindunginya atau meberi jaminan atasnya dalam arti bahwa kepentingan-kepentingan yang baru ini memerlukan pertanggungan. Artinya bahwa orang-orang, perusahaan-perusahaan yang menghadapi resiko yang baru mengharapkan bahwa kalau nanti pada suatu saat resiko itu sungguh-sungguh berubah menjadi suatu kenyataan yang menjadi suatu kerugian, maka dia tidak sendirian memikul       

2 

Prof.Ny.Emmy Pangaribuan Simanjuntak, SH, Hukum Pertanggungan,Cet.4,(Yogyakarta: Seksi Hukum Dagang Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, 1980),hal.104. (Selanjutnya disebut dengan Emmy 1) 

3 


(12)

kerugian itu bahkan ia mengharapkan ada pihak lain yang akan mengganti kerugiannya. Untuk itulah mereka memerlukan pertanggungan atas resiko-resiko baru ini.4

Bidang peransuransian yang biasa dikenal dengan Asuransi sudah merupakan kebutuhan di dalam perkembangan masyarakat sekarang ini. Di dalam kehidupan sehari-hari kita sebagai manusia yang banyak mengalami kejadian-kejadian yang tidak tentu atau resiko-resiko yang akan mengganggu jalannya kehidupan kita dan akan merugikan kita.5

Dengan adanya asuransi tersebut maka kita dapat mengalihkan resiko itu kepada perusahaan yang bergerak di dalam bidang asuransi untuk menanggung resiko-resiko yang seharusnya kita tanggung sehingga dapat membantu kita mengurangi beban hidup kita. Resiko-resiko yang banyak dapat terjadi dalam kehidupan kita antara lain seperti kehilangan harta kekayaan, kehilangan nyawa, kecelakaan, kebakaran, kerusakan pada hasil pertanian, kecelakaan pada angkutan umum, angkutan laut, dan angkutan udara, dan lain sebagainya.

Lembaga asuransi jiwa mempunyai faedah dengan tujuan utama ialah untuk menanggung atau menjamin seseorang terhadap kerugian-kerugian finansial. Berikut peranan serta tujuan asuransi dari segi masyarakat pada umumnya/sosial maupun segi pemerintah /publik:

- Dari segi masyarakat umumnya (sosial).6

      

4

Emmy 1, Loc. Cit

5

 Agus Prawoto, Hukum Asuransi dan Kesehatan Perusahaan Asuransi. Guide Line Untuk

Membeli Polis Asuransi yang Tepat dari Perusahaan Asuransi yang Benar. (Yogyakarta: Edisi I,

BPFE, 1955), hal.11

6

 Salim Abbas, Dasar-Dasar Asuransi (Principle of Insurance), (Jakarta: Rajawali Pers, 1989), hal.26


(13)

Asuransi jiwa bisa memberikan keuntungan-keuntungan tertentu terhadap individu atau masyarakat, yaitu:

a. Menentramkan kepala keluarga (suami/bapak), dalam arti memberi jaminan

penghasilan, pendidikan, apabila kepala keluarga tersebut meninggal dunia.

b. Dengan membeli polis asuransi jiwa dapat digunakan sebagai alat untuk

menabung (saving). Pada umumnya pendapatan perbulan dari masyarakat

masih sangat rendah, karena itu dalam praktek terlihat bahwa keinginan masyarakat untuk membeli asuransi jiwa sedikit sekali

c. Sebagai sumber penghasilan (earning power)

Ini dapat kita lihat pada negara-negara yang sudah maju, seseorang yang merupakan pekerja yang profesional dalam perusahaan akan diasuransikan oleh perusahaan dimana ia bekerja. Hal ini perlu dilaksanakan mengingat pentingnya posisi yang dipegangnya. Banyak sedikitnya akan mempengaruhi terhadap kehidupan perusahaan yang sedang berjalan. Seperti halnya seorang ahli atom atau nuklir akan dipertanggungkan jiwanya, bilamana ia meninggal dunia atau sakit, perusahaan wajib membayar ganti kerugian.

- Dari segi pemerintah/publik.7

Perusahaan asuransi jiwa di negara kita yang besar operasinya, umumnya kepunyaan pemerintah. Disini kita hubungkan dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan mengenai pembagian kegiatan

      

7 


(14)

antara perusahaan-perusahaan negara. Pembagian kegiatan seperti tercantum di dalam sektor-sektor sebagai berikut:

a. Sektor produksi (Perusahaan Industri Negara, Perusahaan Perkebunan

Negara, dan Perusahaan Pertambangan Negara)

b. Sektor Marketing (Perusahaan Niaga)

c. Sektor Pemberian fasilitas (Perusahaan-perusahaan Asuransi Negara, Bank

Pemerintah, dan perusahaan pelayanan milik negara lainnya).

Dapat disimpulkan disini bahwa, tujuan perusahaan asuransi merupakan satu lembaga keuangan yang memberikan fasilitas untuk pembiayaan yang dapat dipergunakan dalam tahap pembangunan ekonomi indonesia. Berdasarkan pada, Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982 ternyata bahwa sumbangan lembaga asuransi terhadap pembangunan ekonomi ialah:

1) Sebagai alat pembentukan modal (capital formation).

2) Lembaga penabungan (saving).

Jadi jelaslah bahwa usaha-usaha dalam kegiatan asuransi memberikan suatu dampak positif yang luas baik secara terbatas pada antar individu usaha anggota masyarakat, juga pada masyarakat luas. Dapat pula dikatakan bahwa kehadiran asuransi dalam masyarakat jauh lebih bermanfaat bagi semua pihak dibandingkan dengan ketidakhadirannya.8

Lembaga Asuransi dikenal di Indonesia sejak masuknya Negara-Negara Eropa ke Indonesia. Lembaga asuransi resmi masuk ke Indonesia sejak diberlakukannya KUHD yang berlaku untuk Indonesia atas dasar azas

      

8 


(15)

konkordansi yang dimuat dalam Stb. 1943 No. 23 yang diundangkan pada tanggal 30 April 1947, dan mulai pada tanggal 11 Mei 1948. Dengan dikenalnya Lembaga Asuransi di Indonesia maka perkembangan selanjutnya berdirinya perusahaan-perusahaan asuransi di Indonesia diantaranya adalah Asuransi Jiwa Sun Life Financial Indonesia – Medan.

Perjanjian asuransi sudah dapat berjalan apabila adanya kata sepakat antara pihak penanggung dan tertanggung dan kedua belah pihak tersebut sudah melaksanakan hak dan kewajibannya masing-masing. Pada perjanjian asuransi jiwa, mati adalah peristiwa yang tidak pasti terjadi, hanya “kapan” kematian itu terjadi tidak dapat ditentukan. Peristiwa tidak tentu dalam asuransi jiwa baru ada apabila kematian si tertanggung selama perjanjian pertanggungan berjalan.

Asuransi diadakan dengan pertolongan seorang perantara (tussenpersoon), yang terang-terangan bertindak selaku kuasa dari salah satu pihak. Dalam hal ini si kuasa, seperti semua kuasa, tidak terikat oleh persetujuan asuransi, asal saja seorang itu tidak melampaui batas kuasanya. Seorang perantara ini disebut agen dari suatu perusahaan asuransi, yaitu seorang yang ada hubungan tetap dengan perusahaan asuransi dan yang mengadakan pembicaraan tentang asuransi selaku kuasa dari perusahaan-perusahaan itu. 9

Pada prinsipnya para agen asuransi adalah perpanjangan tangan atau ujung tombak perusahaan asuransi dalam berhubungan dengan para nasabah dan calon nasabah. Hubungan tersebut adalah hubungan kemitraan antara para agen dalam mencari dan meyakinkan para nasabah baru, mengutip atau menagih premi dari       

9

 Wirjono Prodjodikoro S.H, Hukum Asuransi di Indonesia, Cet.3, (Jakarta: PT. Inter masa, 1979), hal.35.


(16)

individu dan kelompok yang telah menjadi nasabah dan menyelesaikan semua proses dalam hal yang ingin (berminat) menjadi nasabah baru. Wewenang seorang agen terutama terletak pada wewenang yang diberikan kepadanya oleh kontrak keagenan. Namun kekuasaaannya untuk mengikat prinsipal melampaui wewenang kontraktual.

Dalam asuransi jiwa, yang dipertanggungkan adalah yang disebabkan oleh

kematian (death). Kematian tersebut mengakibatkan hilangnya pendapatan

seseorang atau suatu keluarga tertentu. Resiko yang mungkin akan timbul pada Asuransi Jiwa terutama terletak pada unsur waktu, oleh karena itu sulit untuk mengetahui kapan meninggalnya seseorang. Untuk memperkecil resiko tersebut, maka sebaliknya diadakan pertanggungan jiwa.10

Asuransi Jiwa memberikan perlindungan terhadap pihak yang ditinggalkan (keluarga, ahli waris) bila seseorang meninggal dunia, baik secara tiba-tiba maupun sesuai dugaan. Perlindungan ini bersifat finansial ini dapat memberikan dampak psikologis dan sosial – emosional. Sekurang-kurangnya mereka tidak sampai merasa kehilangan seluruh dukungan finansial sepeninggalan dari orang yang meninggal dunia.

Selanjutnya asuransi jiwa itu bertujuan menanggung orang terhadap kerugian financial tak terduga yang disebabkan karena meninggalnya terlalu cepat atau hidupnya terlalu lama. Disini terlukis bahwa dalam asuransi jiwa resiko yang dihadapi yaitu11:

      

10 

Salim Abbas, Loc. Cit., hal.25.

11

Sun Life Financial Indonesia, Agency Training and Development, (Jakarta: SLFI, 2011),Bab 3 hal.21


(17)

1) Resiko Kematian terlalu cepat (Die Too Soon)

Sumber pendapatan bagi keluarga yang ditinggalkan bisa hilang, jika ternyata seseorang yang menjadi sumber nafkah (gantungan hidup) keluarga mengalami resiko meninggal pada usia relatif muda (usia produktif). Tentunya banyak hal yang harus dipersiapkan bagi keluarga yang menggantungkan kehidupan ekonominya pada pencari nafkah.

2) Hidup terlalu lama (Live Too Long)

Jika seseorang ternyata berusia panjang melewati masa produktif (masa pensiun), dimana kemungkinan besar sumber penghasilan tetap telah berhenti, namun kebutuhan hidup setelah pensiun tetap harus terpenuhi. Sepanjang perjalanan hidupnya, bisa jadi resiko berkurangnya nilai ekonomi, karena cacat tetap total akibat terjadinya kecelakaan ataupun karena sakit. Tentunya banyak hal yang harus dipersiapkan baik untuk diri pencari nafkah maupun untuk keluarga.

Banyak nasabah atau ahli waris yang ditunjuknya merasa kesulitan ketika ingin melakukan klaim atas asuransi yang dimiliki. Klaim tersebut bisa terjadi untuk perobatan kesehatan atau bisa karena adanya kematian dari si tertanggung tersebut. Kesulitan-kesulitan yang terjadi mungkin dalam sulitnya pencairan dana klaim, banyaknya syarat yang harus di lengkapi sebagai prosedur yang harus di lakukan dalam klaim perobatan kesehatan dan klaim kematian.

Pihak asuransi memiliki banyak tahap-tahap yang harus di penuhi kelengkapannya guna sebagai prosedur dari klaim tersebut. Adanya nasabah yang mengeluh karena kesulitan dalam memenuhi kelengkapan berkas-berkas yang diminta dari asuransi untuk proses pencairan klaim. Hal tersebut di buat dalam


(18)

perjanjian agar pihak asuransi mendapatkan data dan pembuktian yang konkrit atas alasan klaim yang dibuat itu. Jadi jika berkas-berkas untuk kelengkapan proses klaim sudah terpenuhi dan di dalam berkas tersebut di lakukan dengan jujur maka klaim yang di ajukan akan cepat dari perusahaan sendiri.

B. Rumusan Permasalahan

Berdasarkan uraian diatas masalah yang akan diteliti sebagai berikut:

1. Bagaimana pelaksanaan klaim kematian yang dilakukan oleh agen asuransi

pada Asuransi Jiwa Plus Investasi (Unit-Link) di PT. Sun Life Financial Indonesia Cab. Sun Corona Nostra, Medan?

2. Apa perbedaan manfaat klaim asuransi kematian pada Asuransi Jiwa Plus

Investasi (Unit-Link) dengan kematian pada asuransi jiwa biasa? 3. Apa saja penyebab terjadinya penolakan klaim pada Asuransi Jiwa Plus

Investasi (Unit-Link)?

C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan permasalahan yang di kemukakan di atas, maka tujuan yang akan dicapai dalam penulisan ini adalah:

1. Untuk mengetahui tujuan dan syarat-syarat klaim kematian pada Asuransi

Jiwa Plus Investasi (Unit-Link).

2. Untuk mengetahui perbedaan dari manfaat klaim asuransi kematian yang

di dapat pada manfaat klaim kematian Asuransi Jiwa Plus Investasi (Unit-Link) dengan asuransi jiwa biasa.


(19)

3. Untuk mengetahui penyebab terjadinya penolakan klaim dalam kematian pada Asuransi Jiwa Plus Investasi (Unit-Link).

D. Manfaat Penulisan

Di samping tujuan yang akan di capai sebagaimana dikemukakan pada bagian sebelumnya, maka penulisan skripsi ini juga diharapkan membawa manfaat yang baik secara teoritis maupun secara praktis antara lain sebagai berikut:

1. Segi Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan perkembangan ilmu hukum, terutama hukum asuransi.

2. Segi Praktis

a. Hasil penulisan ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada agen asuransi, nasabah asuransi sebagai pihak tertanggung, dan juga praktisi hukum khususnya yang menyangkut bidang perasuransian.

b. Hasil penulisan ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada

pendidikan ilmu hukum mengenai pelaksanaan kaidah-kaidah hukum di bidang perasuransian.

E. Metode Penelitian

Untuk melengkapi Penulisan Skripsi ini agar tujuan dapat lebih baik, terarah dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah maka metode penulisan yang digunakan adalah:


(20)

Berdasarkan permasalahan maka digunakan penelitian yuridis normatif dan bersifat deskriptif. Menurut Sorjono Soekanto suatu penelitian deskriptif, dimaksudkan untuk memberikan data yang seteliti mungkin tentang manusia, keadaan, atau gejala-gejala lainnya. Maksudnya adalah terutama untuk mempertegas hipotesa-hipotesa, agar dapat membantu didalam memperkuat teori-teori lama, atau didalam kerangka menyusun teori-teori.12

Penelitian dimaksudkan untuk menggambarkan secara objektif suatu keadaan tertentu dalam hal pembahasan, analisa dari bahan-bahan hukum dan dilakukan studi mengenai Pelaksanaan Klaim Kematian oleh Agen pada Asuransi Jiwa Plus Investasi (Unit-Link) (Studi pada PT. Sun Life Financial Indonesia Cab. Sun Corona Nostra, Medan). Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini tertutama yang bersumber dari kepustakaan dan hasil wawancara dengan narasumber. Penelitian ini tergolong pada penelitian yuridis normatif dan yuridis empiris.

Metode penelitian yuridis normatif dipergunakan dalam penelitian guna melakukan penelusuran terhadap norma-norma hukum yang terdapat dalam berbagai literatur di perpustakaan, jurnal hasil penelitian, koran, majalah, situs internet dan sebagainya. Metode yuridis empiris yaitu penelitian meliputi pengalaman yang kenyataannya terjadi di lapangan.13

2. Sumber data

      

12 

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Cet 3, (Jakarta: UI –Press, 2008), hal.10. 

13

 Sunaryati Hartono, Penelitian Hukum di IndonesiaPada Akhir Abad ke-20, (Bandung; Alumni, 1994), hal.139.


(21)

Adapun dalam peneltian ini data yang diperlukan dalam menyusun skripsi dikumpulkan melalui penelusuran kepustakaan (library research) yaitu berupa bahan hukum primer, sekunder, dan tersier. Data primer didapatkan melalui wawancara dengan pihak terkait dengan peran dan tanggung jawab agen. Sedangkan data sekunder dihimpun melalui penelitian kepustakaan sehingga didapatkan:

a. Bahan hukum Primer berupa peraturan perundang-undangan yang

berkaitan dengan perasuransian yaitu Kitab Undang-Undang Hukum Dagang, Usaha Perasuransian Undang-Undang No. 2 tahun 1992.

b. Bahan hukum Sekunder berupa bahan informasi atau hal-hal yang

berkaitan dengan isi bahan hukum primer serta implementasinya, yaitu berupa karya-karya ilmiah seperti buku-buku, naskah atau modul-modul perasuransian dan hasil penelitian berkaitan mengenai hukum asuransi.

c. Bahan hukum Tersier, yaitu bahan yang memberi petunjuk maupun

penjelasan terhadap bahan hukum primer, sekunder, misalnya kamus, ensiklopedia, dan lain-lain yang memuat tulisan dapat dipergunakan sebagai informasi bagi penelitian ini.

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara: a. Penelitian kepustakaan

Dalam hal ini data sekunder dikumpulkan melalui studi kepustakaan. Studi kepustakaan yakni dengan cara mempelajari dan menganalisa secara


(22)

sistematis buku-buku, peraturan-peraturan dan bahan-bahan lainnya yang berhubungan dengan materi yang dibahas dalam skripsi ini.

b. Penelitian Lapangan

Penulis langsung mengadakan penelitian lapangan, yaitu dengan

mengadakan wawancara dengan Ibu Nurita br.Depari sebagai Senior Agency

Manager di PT. Sun Life Financial Cab.Sun Corona Nostra, Medan dan memperoleh dokumen-dokumen yang berhubungan dengan judul skripsi ini. 4. Analisis Data

Metode yang digunakan untuk menganalisa data adalah analisis kualitatif yaitu data yang diperoleh kemudian disusun secara sistematis dan selanjutnya di analisis secara kualitatif untuk mencapai kejelasan masalah yang akan dibahas dan hasilnya tersebut dituangkan dalam bentuk skripsi. Metode Kualitatif dilakukan guna mendapat data yang bersifat deskriptif analisis, yaitu data-data yang akan diteliti dan dipelajari secara utuh.14

F. Keaslian Penulisan

Sepanjang yang telah telusuri dan diketahui oleh penulis di lingkungan Universitas Sumatera Utara khususnya Fakultas Hukum, maka penulisan tentang Pelaksanaan Klaim Asuransi Kematian pada Asuransi Jiwa Plus Investasi (Unit-Link) (Studi pada PT. Sun Life Financial Cab.Sun Corona Nostra, Medan) belum pernah dilakukan.

      

14

 Tampil Anshari Siregar, Metodologi Penelitian Hukum, (Medan: Multi Grafika, 2005), hal 103. 


(23)

Terdapat skripsi yang membahas tentang pelaksanaan klaim asuransi yaitu milik skripsi dari Donna Francy tahun 2005 dengan judul Peranan agen asuransi dam bidang usaha pemasaran asuransi jiwa, skripsi kedua dari Devi Silviana tahun 2004 dengan judul Kedudukan pihak tertunjuk dalam polis asuransi mitra beasiswa berencana pada asuransi jiwa bersama Bumiputera 1912 Medan, skripsi ketiga dari Kristi Adytia Kemala tahun 2009 dengan judul skripsi Tinjauan yuridis tentang keutamaan Asuransi Jiwa Plus Investasi (Unit-Link) bagi tertanggung (studi pada PT.AXA life Indonesia cabang medan). Dimana pada skripsi yang pertama membahas tentang peranan agen asuransi sebagai perantara untuk memasarkan asuransi jiwa itu. Pada skripsi yang kedua membahas tentang bagaimana kedudukan pihak tertunjuk sebagai ahli waris dalam polis asuransi mitra beasiswa berencana pada asuransi jiwa bersama bumiputera 1912 Medan. Pada skripsi yang ketiga membahas tentang keutamaan Asuransi Jiwa Plus Investasi Link) bagi tertanggung dimana Asuransi Jiwa Plus Investasi (Unit-Link) selain memberikan proteksi bagi tertanggung juga memberikan investasi di dalamnya.

Penelitian yang saya lakukan membahas tentang klaim kematian pada Asuransi Jiwa Plus Investasi (Unit-Link). Selain mendapatkan uang pertanggungan dari manfaat Asuransi Jiwa Plus Investasi (Unit-Link), di dapatkan juga uang hasil investasi Saya juga melakukan studi pada PT. Sun Life Financial Cab.Sun Corona Nostra, Medan untuk meneliti bagaimana pelaksanaan klaim kematian kepada nasabah sebagai tertanggung pada Asuransi Jiwa Plus Investasi (Unit-Link) di perusahaan asuransi tersebut.


(24)

G. Sistematika Penulisan

Skripsi ini disusun dalam 5 bab dan tiap-tiap bab dibagi lagi dalam beberapa sub bab. Adapun gambaran untuk setiap bab adalah sebagai berikut:

Bab I : Pendahuluan, pada bab ini akan diberikan ilustrasi guna memberikan informasi yang bersifat umum dan menyeluruh secara sistematis. Dalam bab ini diuraikan tentang latar belakang permasalahan, Rumusan Permasalahan, Tujuan Penulisan, Manfaat Penulisan, Keaslian Penulisan, Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan.

Bab II : Tinjauan Umum Tentang Asuransi Jiwa Plus Investasi (Unit-Link) , dalam bab ini di bahas mengenai Perjanjian Asuransi Pada Umumnya, Pengertian dan Jenis Asuransi Jiwa Plus Investasi (Unit-Link), Struktur dan jenis-jenis dana pada Asuransi Jiwa Plus Investasi (Unit-Link), Manfaat dan resiko berinvestasi pada Asuransi Jiwa Plus Investasi (Unit-Link).

Bab III : Pengaturan Mengenai Proses Klaim Pada Asuransi Jiwa

PT.Sun Life Financial Indonesia, dalam bab ini dibahas mengenai Pengertian dan tujuan klaim Asuransi Jiwa, Penyebab terjadinya klaim dan jenis-jenis klaim Asuransi Jiwa, Proses dari pengajuan klaim pada PT.Sun Life Financial Indonesia, Perlindungan terhadap pembayaran klaim pada PT.Sun Life Financial Indonesia.

Bab IV : Pelaksanaan Klaim Asuransi Kematian pada Asuransi Jiwa Plus Investasi (Unit-Link) studi pada PT. Sunlife Financial Cab.Sun Corona Nostra, Medan, pada bab ini merupakan bab yang paling pokok dari penulisan skripsi ini dan didalamnya diuraikan mengenai Pelaksanaan Klaim Asuransi Kematian pada


(25)

Asuransi Jiwa Plus Investasi (Unit-Link) PT. Sunlife Financial Cab.Sun Corona Nostra Medan, Perbedaan dari manfaat Klaim Asuransi Kematian pada Asuransi Jiwa Plus Investasi (Unit-Link), dan Penyebab terjadinya penolakan klaim dalam kematian pada Asuransi Jiwa Plus Investasi (Unit-Link).

Bab V : Kesimpulan dan Saran, dalam bab ini merupakan bagian akhir yang berisikan beberapa kesimpulan dan saran dari hasil penulisan dalam kaitannya dengan masalah yang diidentifikasi.


(26)

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG ASURANSI JIWA PLUS INVESTASI (Unit-Link)

A. Perjanjian Asuransi Pada Umumnya

Dalam hukum Asuransi, kita mengenal bermacam-macam istilah. Ada yang mempergunakan istilah hukum Pertanggungan, hukum Asuransi. Dalam bahasa

Belanda disebut Verzekering Recht, dan dalam istilah bahasa Inggris disebut

Insurance Law. Sedangkan dalam praktek sejak zaman Hindia Belanda sampai sekarang banyak dipakai orang istilah Asuransi (Assurantie).15

Dalam dunia usaha, asuransi memegang peranan penting, yaitu memberikan perlindungan terhadap pengusaha atau pengusahawan dari bahaya-bahaya datangnya di luar dugaan, dipihak lain perusahaan asuransi bisa melangsungkan hidupnya melalui premi yang diterima dari tertanggung.16

Banyak pengertian yang diberikan oleh para sarjana mengenai apa sebenarnya asuransi yang beberapa diantaranya adalah:

Robert I. Mehr mengatakan bahwa asuransi adalah suatu alat untuk mengurangi resiko dengan menggabungkan sejumlah unit-unit yang beresiko agar kerugian individu secara kolektif dapat diprediksi. Kerugian yang dapat diprediksi

      

15 

Emmy 1, Op. Cit., hal.6. 

16 


(27)

tersebut kemudian dibagi dan didistribusikan secara proporsional di antara semua unit-unit dalam gabungan tersebut.17

C Arthur Williams Jr. dan Richard M. Heins mengatakan bahwa Asuransi adalah alat yang mana resiko dua orang atau lebih atau perusahaan-perusahaan digabungkan melalui kontribusi premi yang pasti atau yang ditentukan sebagai dana yang dipakai untuk membayar klaim.18

Subekti. R mengatakan bahwa asuransi adalah persetujuan dalam mana pihak yang menjamin berjanji pada pihak yang dijamin untuk menerima sejumlah uang premi sebagai pengganti kerugian yang diderita oleh yang dijamin, karena akibat dari suatu peristiwa yang belum jelas terjadi. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa asuransi melibatkan dua pihak yaitu pihak yang menjamin kerugian dan pihak yang menderita kerugian.19

Sri Rejeki mengatakan bahwa Asuransi adalah perlindungan, dengan demikian diadakan antara pihak swasta, dalam mana dinyatakan dengan jelas membayar sejumlah premi pihak tertentu (yang diasuransikan), maka pihak lain

(asurander) menyetujui untuk memberikan bilamana ia mengalami

kerugian.pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa asuransi adalah perlindungan kerugian keuangan.20

      

17 

Arus Akbar Silondae dan Wirawan B. Ilyas, Pokok-pokok Hukum Bisnis, Cet-I, (Jakarta: Salemba Empat, 2011) hal.133. 

18 

Ibid. 

19 

Prof. Subekti, SH, Pokok-Pokok Hukum Perdata, Cet.21, (Jakarta: PT. Intermasa, 2003)hal.217.

20 


(28)

Emmy Pangaribuan mengatakan bahwa asuransi adalah suatu perjanjian timbal balik oleh karena kedua pihak saling mengikatkan diri pada sesuatu dan dengan demikian dapat pula sebaliknya dipecahkan jika ternyata ada wanprestasi.21

Berdasarkan pengertian-pengertian asuransi yang dikutip dari beberapa sarjana, dapat dirumuskan empat unsur pokok yang terdapat dalam suatu perjanjian asuransi. Pihak tertanggung (insured) adalah pihak yang berjanji untuk membayar uang premi kepada pihak penanggung sekaligus atau secara berangsur. Dalam hubungan hukum asuransi, tertanggung adalah pemegang polis. Berikut empat unsur pokok yang terdapat dalam asuransi: 22

1. Pihak penanggung (insurer/asuradur) yang berjanji akan membayar

sejumlah uang (santunan) kepada pihak tertanggung sekaligus atau secara berangsur apabila terjadi sesuatu yang mengandung unsur tidak tertentu. Penanggung selalu berbentuk sebuah perusahaan yang digolongkan sebagai suatu bentuk dari usaha perasuransian.

2. Suatu peristiwa yang tidak tertentu (evenemen).

3. Kepentingan (interest) yang mungkin akan mengalami kerugian karena

peristiwa yang tidak tentu tersebut.

Dalam KUHPerdata (Bugerlijk Wetboek), asuransi diklasifikasikan sebagai salah satu dari yang termasuk perjanjian untung-untungan23, sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 1774 KUHPerdata yaitu:

      

21 

Emmy 1, Op. Cit., hal.8. 

22 

Silondae dan Ilyas, Loc.Cit

23 


(29)

“Suatu Perjanjian untung-untungan adalah suatu perbuatan yang hasilnya mengenai untung ruginya baik bagi semua pihak, maupun bagi sementara pihak, bergantung dari suatu kejadian yang belum tentu.

Demikian adalah ;

Perjanjian pertanggungan ; Bunga cagak hidup ; Perjudian dan pertaruhan.”

Menurut pasal itu selain perjanjian asuransi yang termasuk dalam perjanjian untung-untungan, juga adalah bunga cagak hidup (lifrente) dan perjudian dan

pertaruhan (spel en weddingschap). Hanya saja pengaturan yang memasukkan

asuransi kedalam perjanjian untung-untungan rasanya kurang tepat. Sebab dalam perjanjian untung-untungan pihak-pihak secara sadar dan sengaja menjalani suatu kesempatan untung-untungan dimana prestasi secara timbal balik tidak seimbang. Sedangkan dalam asuransi hal itu tidak ada. Walaupun demikian ada juga sarjana yang menyatakan bahwa pengaturan demikian sudah tepat. Hal ini disebabkan pembayaran uang asuransi selalu digunakan kepada “peristiwa yang tidak pasti” (onzeker voorvol). Dengan terjadinya onzekkervoorval itu maka dibayar uang asuransi.24

Asuransi Jiwa diatur dalam UU No. 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian. Dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang No.2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian disebutkan bahwa:

“Asuransi atau Pertanggungan adalah dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan di derita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran       

24 

Abdul Muis, Hukum Asuransi dan Bentuk-bentuk Perasuransian, (Medan : Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, 2005), hal.2. (Selanjutnya disebut dengan Abdul Muis 2)


(30)

yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang di pertanggungkan.”

Di dalam KUH Dagang sendiri pun diatur pengaturan tentang Asuransi atau Pertanggungan Jiwa. Secara yuridis pengertian atau defenisi resmi dari asuransi atau pertanggungan dapat dijumpai pada Pasal 246 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) sebagai berikut:

“Asuransi atau Pertanggungan adalah suatu perjanjian dengan mana seorang penanggung mengikatkan diri kepada seorang tertanggung, dengan menerima suatu premi, untuk memberikan penggantian kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan dideritanya karena suatu peristiwa yang tak tentu.”

Dari defenisi ini dapat diambil beberapa unsur penting yaitu:

1. Adanya suatu persetujuan atau perjanjian antara penanggung dengan

tertanggung

2. Dalam perjanjian tersebut terdapat unsur pengalihan resiko dari tertanggung kepada penanggung

3. Untuk mengalihkan resiko itu tertanggung membayar premi.

4. Kalau terjadi suatu peristiwa yang semula belum pasti terjadi, penanggung membayar sejumlah uang atau ganti ruginya.25

Jenis-jenis asuransi dibagi atas dua jenis pembagian menurut ilmu pengetahuan maupun menurut Undang-Undang Perasuransian yaitu:

1. Asuransi kerugian (loss insurance), adalah asuransi yang bertujuan untuk mendapatkan suatu penggantian kerugian yang mungkin ditimbulkan oleh suatu kejadian. Asuransi kerugian ini memberikan jasa dalam

      

25 


(31)

menanggulangi resiko atas kerugian, kehilangan manfaat, dan tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang timbul dari peristiwa yang tidak pasti.

2. Asuransi sejumlah uang (sum insurance), yang meliputi asuransi jiwa dan asuransi sosial. Dalam pembahasan ini di fokuskan pada asuransi jiwa. Asuransi sejumlah uang adalah untuk membayar suatu jumlah uang yang besarnya sudah ditentukan sejak awal. Ini berlaku untuk asuransi jiwa dan asuransi kecelakaan orang. Asuransi kerugian adalah untuk mengganti kerugian yang terjadi yang jumlahnya tidak ditetapkan sebelumnya.26

Menurut Gunanto, asuransi kerugian dan asuransi jiwa tidak boleh

diusahakan bersama oleh suatu perusahaan.27 Dalam KUH Dagang yang disahkan

pada Tahun 1838 dalam Pasal 247 merinci asuransi dalam 5 (lima) jenis, yaitu:28 “ a. Asuransi kebakaran

b. Asuransi yang mengancam hasil-hasil pertanian disawah c. Asuransi jiwa

d. Asuransi di lautan perbudakan

e. Asuransi pengangkatan darat dan di sungai-sungai serta di perairan-perairan pedalaman.”

Pembagian dari asuransi ini tentu sudah ketinggalan zaman dan tidak sesuai dengan perkembangan asuransi sekarang ini, hanya saja penutup undang-undang tidak menutup kemungkinan munculnya jenis asuransi lain. Hal ini tertera dalam maksud kalimat Pasal 247 KUHD tersebut yaitu: “Pertanggungan-pertanggungan

      

26 

Ibid, hal.4 

27 

H.Gunanto, Asuransi Kebakaran di Indonesia, (Jakarta: Tira Pustaka, 1984), hal.19. 

28

 Djanius Djamin dan Syamsul Arifin, Bahan Dasar Hukum Asuransi, (Medan : Sekolah Tinggi Ekonomi Trikarya, 1993), hal.32. 


(32)

antara lain dapat mengenai pokok -pokok dan seterusnya”. Jika ditinjau dari unsur kehendak29, asuransi dapat dibedakan :

1. Asuransi Sukarela (Voluntary Insurance atau Free Voluntary Insurance) Para pihak dalam jenis asuransi ini di dalam mengadakan perjanjian bersifat bebas atau tidak ada paksaan dari pihak luas atau pihak lawan. Penanggung secara sukarela dengan persetujuan sendiri mengikatkan diri untuk memikul resiko sedang pihak tertanggung juga dengan sukarela membayar premi sebagai imbalan memperalihkan resikonya kepada penanggung. Jenis asuransi ini memang merupakan salah satu usaha untuk mencari keuntungan, oleh sebab itu asuransi ini

selalu disebut juga Commercial Insurance. Tetapi asuransi ini tidak hanya

mencari keuntungan dan biasanya bertujuan sekedar memberi perlindungan kepada anggota-anggota masyarakat tertentu sebagai suatu perkumpulan, walaupun menutup asuransi ini bersifat sukarela disebut dengan nama “Cooperative Insurance”.

2. Asuransi Wajib (Compulsary Insurance)

Asuransi ini ada unsur paksaan bagi pihak tertanggung karena diwajibkan oleh suatu peraturan. Pihak yang mewajibkan ini biasanya ialah pihak pemerintah, tetapi tidak selalu dimonopoli pemerintah sebab bisa saja pemerintah menunjuk badan swasta sebagai penanggung. Tujuan pemerintah mewajibkan masuk asuransi ini dengan pertimbangan melindungi golongan lemah dari bahaya-bahaya yang bakal menimpanya. Asuransi sosial ini disebut sebagai Social Insurance atau

Social Government Insurance.       

29 


(33)

Undang-Undang No.2 Tahun 1992 Tentang Usaha Perasuransian membagi bentuk-bentuk asuransi dan usaha perasuransian sebagai berikut30 :

“a. Usaha Perasuransian merupakan kegiatan usaha yang bergerak di bidang usaha asuransi yang terdiri dari :

1) Usaha asuransi 2) Usaha asuransi jiwa 3) Usaha reasuransi

Bidang usaha penunjang asuransi yang terdiri dari : 1) Usaha pialang asuransi

2) Usaha pialang reasuransi 3) Usaha penilai kerugian asuransi 4) Usaha Konsultan aktuaria 5) Usaha agen asuransi

b. Adanya asas sukarela untuk masuk asuransi dan memilih penanggung,

kecuali bagi program asuransi sosial

c. Bentuk hukum usaha perasuransian adalah : 1) Perusahaan Perseroan

2) Koperasi

3) Perseroan Terbatas

4) Usaha Bersama (Mutual)”.

Setelah disampaikan jenis-jenis dari asuransi itu sendiri, lalu asuransi jiwa juga memiliki jenis-jenis pembagiannya lagi. Asuransi jiwa ini ada bermacam-macam bentuk dan isinya, yang dapat dikelompokkan sebagai berikut31:

1. Bentuk-bentuk Asuransi Jiwa Yang saling Bertentangan

a) Asuransi Hidup dan Asuransi Mati b) AsuransiBiasa dan Asuransi Rakyat

c) Asuransi Perorangan dan Asuransi Kumpulan

d) Asuransi Dengan Pemeriksaan Dokter dan Asuransi Tanpa Pemeriksaan

Dokter

      

30 

Abdulkadir Muhammad, Op. Cit., hal.20. 

31

 H.M.N.Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia Jilid 6, Cet.4,(Jakarta: Djambatan, 1986),hal.201.


(34)

e) Asuransi Jiwa Dengan Pembagian Laba dan Asuransi Tanpa Pembagian Laba

f) Asuransi Jiwa Tunggal dan Asuransi Jiwa Ganda g) Asuransi Wajib dan Asuransi Sukarela

2. Perbedaan-perbedaan Asuransi Jiwa Menurut Unsur-Unsurnya32:

a) Pure Endowment

b) Anuitas yang terdiri dari:

1) Anuitas Pasti (Annuity Certain) 2) Anuitas Jiwa (Life Annuity)

c) Asuransi Jangka Waktu (Term Insurance) yang terdiri dari: 1) Asuransi Ekawarsa

2) Asuransi Seumur Hidup

d) Asuransi Jangka Waktu Dengan Santunan Menurun (Decreasing Term

Insurance)

e) Asuransi Jangka Waktu Dengan Santunan Meningkat (Increasing Term

Insurance)

Secara pokok, asuransi jiwa dapat dibedakan atas: 1. Asuransi Jiwa Berjangka (Term Insurance)

Asuransi Jiwa Berjangka atau Term Insurance yaitu : Penanggung memberikan jaminan ganti rugi (santunan) jika tertanggung meninggal dunia dalam jangka waktu perjanjian pertanggungan sedang berjalan. Asuransi berjangka (juga dikenal sebagai asuransi sementara) dirancang untuk memberikan

      

32 


(35)

perlindungan asuransi jiwa untuk jangka waktu tertentu. Lamanya jangka waktu polis berjangka bervariasi, bisa selama 1 tahun, 10 tahun, atau sampai usia tertentu (misalnya 55 tahun). Penanggung biasanya menerbitkan polis dengan manfaat Cacat Total Tetap (TPD-Total Permanent Disability).33

2. Asuransi Jiwa Seumur Hidup (Whole Life Insurance)

Asuransi Jiwa Seumur Hidup (juga dikenal dengan asuransi permanen/tetap) dirancang untuk memberikan proteksi asuransi selama hidup tertanggung dengan syarat ia menjaga polisnya tetap aktif dengan terus membayar premi. Seperti dengan Asuransi Berjangka, asuransi ini seringkali diterbitkan dengan melekat manfaat Cacat Total Tetap (TPD).

Polis ini menyediakan perlindungan menyeluruh, baik manfaat maupun premi tetap selama polis berlaku. Manfaat polis ini dibayarkan sekaligus jika tertanggung meninggal atau dibayarkan bertahap/sekaligus jika tertanggung menderita TPD tergantung besarnya uang pertanggungan. Tidak ada batas waktu untuk proteksi kematian, namun proteksi TPD akan berakhir jika tertanggung mencapai usia tertentu (biasanya pada ulangtahun yang ke 60).34

3. Asuransi Dwiguna (Endowment Insurance)

Asuransi Dwiguna (endowment) adalah kategori lain dari asuransi tetap. Asuransi ini terdiri dari dua elemen yaitu elemen proteksi jiwa dan elemen tabungan. Elemen proteksi jiwa melindungi kematian dan cacat total tetap. Di polis ini elemen tabungan lebih tinggi sehingga polis ini sesuai untuk tujuan       

33 

Sun Life Financial Indonesia, Registered Financial Planning Designation from Financial

Planning Standards Board Indonesia, (Jakarta: IAFP, 2011), Bab 3 hal 4. (Selanjutnya disebut

dengan Sun Life Financial 2) 

34 


(36)

menabung. Perlindungan dalam polis ini bisa untuk jangka waktu tertentu (misalnya 10 tahun) atau bisa juga sampai usia tertentu (misalnya 55 tahun).35

Manfaat dalam polis ini dibayarkan dengan kondisi:

a. Ketika tertanggung meninggal atau menderita TPD selama polis

berlangsung.

b. Ketika tertanggung masih hidup pada tanggal polis jatuh tempo; atau c. Ketika tertanggung menebus polisnya untuk mendapatkan uang tunai

B. Pengertian dan Jenis Asuransi Jiwa Plus Investasi (Unit-Link)

Sejak beberapa tahun yang lalu, di Indonesia mulai marak dipasarkan produk-produk Asuransi Jiwa Plus Investasi (Unit-Link). Asuransi plus investasi adalah produk asuransi yang menggabungkan layanan asuransi dan investasi

sekaligus. 36 Dengan menjadi nasabah produk Plus Investasi (Unit-Link),

seseorang bisa mendapatkan manfaat ganda yaitu perlindungan asuransi dan investasi. Produk asuransi yang ditawarkan bisa berbentuk asuransi kesehatan atau asuransi jiwa, tetapi biasanya dipasarkan dalam kemasan yang lebih menarik bagi masyarakat, misalnya tabungan masa depan atau asuransi pendidikan.

Seperti halnya asuransi tradisional, nasabah Asuransi Jiwa Plus Investasi (Unit-Link) membayar premi setiap jangka waktu tertentu, biasanya per tri-wulan atau per tahun. Perbedaannya, nasabah Asuransi Jiwa Plus Investasi (Unit-Link) membayar premi dalam dua porsi, yaitu porsi premi perlindungan dan porsi investasi. Asuransi jiwa yang seumur hidup namun tidak memberikan uang       

35 

Ibid., Bab 3 hal.13 

36 


(37)

pertanggungan di akhir masa kontrak, kecuali resiko terjadi di masa kontrak, maka manfaat yang di terima adalah uang pertanggungan plus saldo investasi.37

Pertama-tama, tertanggung perlu mengetahui bahwa yang disebut Asuransi Jiwa Plus Investasi (Unit-Link) adalah produk keuangan yang mempunyai dasar hukum yang tetap. Pengaturan dilakukan oleh Pemerintah melalui Departemen Keuangan, Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan. Pada tanggal 31 Oktober 2006, Ketua Bappepam-LK mengeluarkan keputusan No.KEP-104/BL/2006 tentang Unit-Link.38

Pada umumnya cara mengaitkan nilai investasi dengan polis asuransi adalah dengan memberikan nilai unit, dimana total dana unit tersebut dikelola oleh perusahaan asuransi jiwa. Cara lainnya adalah dengan mengaitkan unit dengan reksadana. Nilai unit secara langsung dapat mewakili nilai aset dari dana tersebut dan akan berfluktuasi mengikuti kinerja investasi tersebut.39

Pada produk Asuransi Jiwa Plus Investasi (Unit-Link), untuk mendapatkan segala manfaat yang besar dan jasa perencanaan keuangan yang baik, ada biaya yang harus dikeluarkan oleh nasabah. Pada dasarnya ada 4 (empat) komponen biaya yang terjadi pada setiap Asuransi Jiwa Plus Investasi (Unit-Link), yang dikelompokkan pada dua kategori, yaitu asuransi dan investasi.40

Pada kategori asuransi, ada dua komponen biaya, yaitu:

1. Komponen pertama adalah apa yang disebut biaya akuisisi. Biaya ini

adalah uang jasa yang diberikan kepada konsultan keuangan dan       

37

 Pencetak Return UnitLink Tertinggi, Kompas, (Jakarta : 29 Mei 2008)

38 

Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal No.KEP-104/BL/2006 tentang kedudukan Unit-Link tanggal 31 Oktober 2006

39 

Ketut Sendra, Op.Cit, hal 21 

40 


(38)

organisasinya, sebagai ganti jasa konsultasi keuangan dan organisasinya, sebagai ganji jasa konsultasi dan perencanaan keuangan yang diberikan. Dalam prakteknya, biaya akuisisi seringkali disebut dengan istilah lain seperti premi berkala, premi target, premi awal dan lain-lain sebagainya. Biaya akuisisi biasa dipungut selama jangka waktu tertentu (3-10 tahun) dari nasabah mencerminkan jangka waktu minimal masa pembayaran premi.

2. Komponen kedua adalah yang disebut biaya mortalita, yaitu premi

asuransi yang dihitung berdasarkan tingkat resiko jiwa dari tertanggung. Biaya mortalita disebut juga biaya asuransi dimana biaya mortalita dipungut sepanjang jangka waktu kontrak asuransi.

Pada kategori investasi, juga ada dua komponen biaya yaitu:

1. Komponen pertama biaya awal atau disebut juga loading fee, yang secara umum besarnya di investasikan pada pasar uang internasional sesuai dengan jenis fund-nya

2. Komponen kedua adalah biaya manejemen investasi, yang dihitung

sebagai bagian dari hasil aset yang diperoleh manager investasi.

Biaya ini diperhitungkan dalam penetapan nilai unit, sehingga didapat nilai unit yang sudah bersih,tidak dipotong biaya lagi. Itulah sebabnya maka disebut Nilai Aktiva Bersih, karena sudah dikurangi biaya manejemen.

Asuransi Jiwa Plus Investasi (Unit-Link) memberikan manfaat proteksi yang juga bersifat pasti (sama halnya dengan asuransi jiwa murni) selama saldo


(39)

investasi masih cukup untuk membayar biaya tersebut, maka otomatis proteksi yang direncanakan tidak bisa berlaku hingga waktu tertentu sampai customer yang bersangkutan menambahkan saldo investasinya ke dalam program Asuransi Jiwa Plus Investasi (Unit-Link).

Polis Asuransi Jiwa Plus Investasi (Unit-Link) adalah polis asuransi jiwa yang memenuhi kriteria yaitu nilai manfaat yang dijanjikan ditentukan oleh kinerja subdana investasi yang dibentuk untuk Asuransi Jiwa Plus Investasi (Unit-Link) tersebut, nilai manfaat yang diperoleh dari subdana investasi dinyatakan dalam unit, dan yang terakhir mengandung pertanggungan resiko kematian alami.

Asuransi Jiwa Plus Investasi (Unit-Link) sendiri memiliki tiga tujuan yaitu

proteksi, tabungan, dan investasi. Asuransi Jiwa Plus Investasi (Unit-Link) dapat diklasifikasikan berdasarkan frekuensi pembayaran premi atau berdasarkan fitur produk, yaitu:

1. Berdasarkan Pembayaran Premi

a. Premi Tunggal

Dalam program premi tunggal, premi hanya dibayarkan satu kali saja untuk membeli unit suatu dana. Penekanannya adalah pada tabungan dan investasi jangka panjang. Namun bisa saja Asuransi Jiwa Plus Investasi (Unit-Link) ini digunakan untuk proteksi meskipun bukan hal yang umum terjadi pada program premi tunggal.

b. Premi Berkala

Untuk program ini, premi dibayarkan secara teratur. Program premi berkala biasanya dibeli untuk tujuan proteksi. Selainproteksi asuransi jiwa, cacat


(40)

total dan tetap, penyakit kritis dan bentuk lain proteksi juga tersedia. Fasilitas bervariasi sesuai dengan tingkat proteksi asuransi fitur umum.

2. Berdasarkan Fitur Produk

a. Asuransi Jiwa Plus Investasi (Unit-Link) Seumur Hidup

Asuransi ini sama dengan program asuransi jiwa seumur hidup polis tradisional karena dirancang untuk memberikan proteksi seumur hidup. Untuk program premiberkala, pemegang polis dapat memilih untuk memvariasikan tingkat proteksi asuransinya.

b. Asuransi Jiwa Plus Investasi (Unit-Link) Dwiguna

Dalam asuransi Asuransi Jiwa Plus Investasi (Unit-Link) Dwiguna biasanya jangkanya waktu tetap. Jangka waktu dapat untuk periode waktu tertentu, misalnya 5 tahun atau untuk usia tertentu jatuh tempo pada usia 62.

Ketika program jatuh tempo, unit dikonversikan menjadi nilai tunai sesuai dengan harga unit pada saat itu. Beberapa program menyediakan pilihan merubah unit menjadi tunai pada tanggal tertentu setelah jatuh tempo.

Program Asuransi Jiwa Plus Investasi (Unit-Link) Dwiguna yang umumnya adalah program jaminan modal pokok jangka pendek. Di program ini pemegang polis memiliki komitmen hanya untuk jangka pendek saja. Selain mempunyai proteksi asuransi jiwa selama polis berlangsung dan pada saat jaminan modal pokok jatuh tempo, pemegang polis bisa menikmati potensi penghasilan investasi dari kenaikan harga unit.

c. Asuransi Jiwa Plus Investasi (Unit-Link) Anuitas


(41)

polis selama ia hidup. Dalam program ini, pemegang polis membayar premi tunggal atau premi berkala untuk membeli unit. Ketika pemegang polis pensiun, sejumlah unit tetap dapat dijadikan tunai pada serangkaian waktu yang telah ditentukan untuk mendapatkan penghasilan. Penghasilan akan berfluktuasi tergantung pada harga unit saat pengambilan tunai dilakukan, tetapi dalam jangka panjang nilai unit diharapkan meningkat. Jadi, pemegang polis akan menikmati keuntungan perlindungan terhadap inflasi.

Sebaliknya, jika nilai unit terlalu berfluktuasi maka penghasilan pemegang polis akan terpengaruh. Namun, pembayaran anuitas dapat dilakukan berdasarkan jumlah tetap. Keuntungan bagi pemegang polis adalah ia menerima penghasilan tetap. Kelemahannya, karena nilai polis tergantung pada harga unit, unit yang digunakan untuk pengurangan pembayaran bisa terkikis selama kondisi ekonomi memburuk.41

C. Struktur dan Jenis-jenis Dana Asuransi Jiwa Plus Investasi (Unit-Link)

Ada dua kemungkinan struktur dana Asuransi Jiwa Plus Investasi (Unit-Link), yaitu:42

a. Akumulasi Unit

Penghasilan investasi dana ini dimasukkan kembali ke dalam dana sehingga harga unit akan meningkat.

b. Distribusi Unit

      

41 

Sun Life Financial Indonesia 2, Ibid.,bab 4 hal. 2 

42 


(42)

Penghasilan investasi dana ini didistribusikan kepada pemegang polis. Harga unit akan bervariasi sebagai hasil keuntungan atau kerugian modal pokok, tetapi pemegang polis secara teratur akan menerima penghasilan dalam bentuk penambahan unit atau diakumulasikan dalam bentuk menerima pembayaran.

Selain struktur dari dana asuransi yang ada dalam Asuransi Jiwa Plus Investasi (Unit-Link), selanjutnya akan dibahas jenis-jenis dana dari Asuransi Jiwa Plus Investasi (Unit-Link), yaitu:

1. Defenisi Dana-dana Asuransi Jiwa Plus Investasi (Unit-Link)

Berikut ini adalah beberapa defenisi kunci yang seringkali digunakan untuk menjelaskan sifat suatu dana atau hubungan antara dana:43

a. Mother Fund

Mother Fund atau dana induk adalah dana yang sudah ada sejak awal. Dana ini secara bertahap akan menjadi sumber dana-dana selanjutnya. b. Feeder Fund

FeederFund atau dana pasokan adalah dana yang dimasukkan ke dalam

dana yang telah ada (misalnya ke mother fund). Meskipun besarnya

feeder fund bisa berbeda dengan besarnya mother fund, tetapi dana tersebut akan langsung di pasok ke dalam dana induk.

c. Mirror Fund

Mirror Fund atau dana bayangan adalah beberapa dana yang dirancang

sesuai dengan dana yang telah ada. Mirror fund dengan ketat

      

43


(43)

membayangi komposisi dana yang telah ada dalam hal aset, geografi dan sektor alokasi, juga dalam hal pilihan investasi.

d. Portofolio

Untuk membantu para investor menghadapi kerumitan pilihan investasi, penanggung dan lembaga keuangan kadangkala menawarkan dana campuran yang telah ditetapkan sebelumnya kepada pada investo. Dana campuran yang telah ditetapkan sebelumnya disebut dengan portofolio. 2. Jenis-jenis Dana Asuransi Jiwa Plus Investasi (Unit-Link)

Dana Asuransi Jiwa Plus Investasi (Unit-Link) dapat di investasikan dalam hampir semua instrumen keuangan sampai batas maksimum yang diperbolehkan. Secara umum jenis-jenis dana tersebut adalah: 44

a. Dana Ekuitas

Ini adalah dana yang berkonsentrasi pada investasi di aset ekuitas yang secara umum bertujuan untuk meningkatkan modal pokok investasi. b. Dana Penghasilan, Pendapatan Tetap atau Obligasi

Dana ini di investasikan di obligasi perusahaan, sekuritas pemerintah dan bentuk instrumen pendapatan tetap lainnya di mana aset dipilih berdasarkan karakteristik pendapatan yang dihasilkannya.

c. Dana Kas

Dana ini juga dikenal sebagai Dana Pasar Uang. Dana ini hanya diinvestasikan dalam kas dan bentuk deposito bank lainnya. Sebagai hasilnya, nilai modal pokok dana ini tidak mudah jatuh.

      

44


(44)

d. Dana Campuran

Dana ini cenderung terdiri dari sekumpulan aset biasanya menggunakan proporsi ekuitas yang tinggi dan proporsi instrumen pendapatan pendapatan tetap yang rendah. Kadangkala, properti atau aset lain dapat menjadi bagian dari portofolio ini. Dana ini juga dikenal sebagai Dana Berimbang di mana ada proporsi investasi yang seimbang antara ekuitas dan pendapatan tetap dalam rentang waktu yang ditentukan.

e. Dana Properti

Dana ini di investasikan di properti dan saham properti. Karena properti adalah aset yang tidak likuid, maka tidak selalu memungkinkan untuk melikuidasikan aset dengan cepat jika pemegang polis ingin menjual unit mereka. Jadi, dana properti umumnya memasukkan ketentuan dimana pengambilan unit, kecuali karena kematian, dapat ditunda oleh manajer dana untuk, biasanya selama 12 bulan.

f. Dana Unit Khusus

Dana lain membatasi investasi pada sektor atau industri tertentu, misalnya:

- komoditi; - emas;

- Perusahaan-perusahaan kecil; dan - keuangan;

3. Strategi atau Kebijaksanaan Investasi


(45)

yang telah di umumkan. Beberapa contoh strategi investasi adalah sebagai berikut: 45

a. Dana Campuran

“Tujuan dana ini adalah memaksimumkanpengembalian investasi yang konsisten dengan portofolio terdiri dari 70% ekuitas dan 30% obligasi perusahaan. Dana ini diharapkan melampaui kinerja tingkat bunga tetap tabungan dan deposito jangka menengah – panjang.”

b. Dana Ekuitas

“Strategi dana ini adalah memaksimalkan pertumbuhan modal pokok melalui ekuitas terdaftar di Bursa Saham Singapura. Penghasilan bukan merupakan pertimbangan.”

c. Dana Obligasi

“Dana akan diinvestasikan di obligasi perusahaan dan sekuritas pemerintah dalam dolar Singapura. Diharapkan dana ini akan melampaui kinerja deposito tunai dalam jangka menengah dan nilai modal pokok akan tetap aman.”

D. Manfaat dan Resiko Berinvestasi pada Asuransi Jiwa Plus Investasi (Unit-Link)

Selain mengetahui jenis-jenis biaya yang dikenakan, bagaimana cara kerja dana yang berbeda seperti bagaimana polis premi tunggal dan berkala bekerja, hal penting lain yang harus diketahui adalah manfaat dan resiko berinvestasi di Asuransi Jiwa Plus Investasi (Unit-Link). Kenyataannya faktor manfaat dan resiko       

45


(46)

merupakan faktor yang perlu dipertimbangkan ketika menyeleksi produk yang paling sesuai bagi nasabah tertanggung. Manfaat berinvestasi pada Asuransi Jiwa Plus Investasi (Unit-Link) yaitu: 46

1. Kumpulan (pool of fund) atau Diversifikasi

Dana Asuransi Jiwa Plus Investasi (Unit-Link) menawarkan kepada pemegang polis suatu akses pada portofolio “kumpulan” atau “diverivikasikan”. Suatu dana umumnya terdiri dari sejumlah saham dan/atau serangkaian obligasi perusahaan. Pemegang polis umumnya tidak bisa memiliki portofolio terdiversifikasi secara pribadi. Portofolio terdiversifikasi mempunyai resiko karakteristik yang lebih baik daripada portofolio yang tidak terdiversifikasi, yaitu suatu dana yang akan melindungi tertanggung dari penurunan harga saham yang drastis.

Diversifikasi tidak bisa melindungi pemegang polis terhadap pergerakan terbalik dari pasar investasi yang luas. Diversifikasi hanya melindungi resiko terhadap “menempatkan terlalu banyak telur dalam satu keranjang” – yaitu menempatkan terlalu banyak uang ke dalam suatu perusahaan sekuritas.

2. Fleksibilitas

Polis Asuransi Jiwa Plus Investasi (Unit-Link) dapat sangat fleksibel karena sifat produk itu sendiri. Pemegang Polis tersebut dapat memvariasikan jumlah proteksi jiwa dengan rentang batas yang sangat luas dan dapat memvariasikan

premi , mengambil cuti premi, menambah top up premi tunggal atau

melakukan penarikan atau penebusan.

      

46 


(47)

Fleksibilitas seperti ini tidak terdapat dalam struktur produk tradisional. Misalnya, Asuransi Dwiguna berpartisipasi atau tidak berpartisipasi dan Asuransi Jiwa Seumur Hidup memerlukan perhitungan perubahan yang sangat rumit jika pemegang polis ingin merubah tingkat premi atau uang pertanggungannya. Perubahannya ini sangat mahal dan biayanya dimasukkan dalam premi yang dikenakan.

3. Biaya Dolar Rata-Rata

Biaya Dolar Rata-rata artinya menginvestasikan jumlah yang sama dalam suatu dana dengan interval berkala terlepas dari fluktuasi harga dana tersebut. Dengan menabung secara teratur sejumlah uang tertentu selama beberapa waktu, pemegang polis bisa mengakumulasikan modal pada siklus pasar dengan membeli lebih banyak unit ketika harga turun dan membeli lebih sedikit unit ketika harga naik.

Jika berinvestasi untuk jangka panjang, membeli unit suatu dana pada harga berbeda ketika nilai karakteristik dana tersebut itu naik dan turun, makan akan mendapatkan bahwa biaya setiap sahamnya lebih rendah daripada harga rata-rata saham selama jangka wangtu yang sama. Ini adalah pengaruh menguntungkan dari biaya dolar rata-rata. Sebagai hasilnya, biaya rata-rata unit tersebut akan turun sehingga meningkatkan potensi penghasilan modal pokok yang lebih tinggi dan secara efektif melenyapkan resiko penilaian pasar yang tidak tepat.


(48)

Manejer dana profesional atau penasihat investasi secara hati-hati menyeleksi saham tertentu dan/atau obligasi dimana dana diinvestasikan. Manejer dana bisa satu orang atau bisa berupa tim.

Selain itu, perusahaan pengelola dana biasanya mempekerjakan peneliti dan juga analis dan strategis investasi untuk memberikan informasi rinci kepada manejer mengenai data dan interpretasinya yang merupakan pertimbangan penting ketika menyeleksi saham atau obligasi. Data dan opini ini membuat manejer bisa memenuhi tujuan dana dan memilih sekuritas yang akan menghasilkan tingkat pengembalian yang cukup dan positif.

5. Kemampuan

Investor kecil bisa mengakses dana dengan investasi menengah. Di mana kemungkinan ia tidak akan bisa membeli saham secara langsung dan dengan biaya yang seefektif mungkin dan tingkat investasi yang kecil.

Produk Asuransi Jiwa Plus Investasi (Unit-Link) ini mirip dengan Reksadana. Perbedaan paling besar anatara Asuransi Jiwa Plus Investasi (Unit-Link) dengan reksadana adalah asuransi ini memberikan proteksi asuransi salah satunya manfaat meninggal dan pengembalian dana akhir investasi sedangkan reksadana hanya memberikan pengembalian investasi saja. Pada saat tertanggung meninggal, manfaat dibayarkan baik nilai unit dan manfaat meninggal. Selain manfaat meninggal, beberapa penanggung juga memberikan jenis perlindungan lain seperti manfaat cacat total dan tetap atau manfaat penyakit kritis.

Adanya manfaat dari berinvestasi di Asuransi Jiwa Plus Investasi (Unit-Link), produk asuransi ini juga memiliki faktor resiko. Resiko berinvestasi di


(49)

produk ini karena nilai produk Asuransi Jiwa Plus Investasi (Unit-Link) secara langsung terkait dengan kinerja investasi aset yang bersangkutan dalam dana, nilai unit bisa naik atau turun mengukuti aset yang bersangkutan dalam dana. Jadi mungkin saja nilai polis bisa turun. Dengan demikian, nilai tunai dan jatuh tempo akan berbanding terbalik. Oleh karena itu, sementara potensi tingkat bunga investasi polis Asuransi Jiwa Plus Investasi (Unit-Link) ini bisa lebih tinggi dari polis asuransi jiwa biasa, tetapi resikonya juga lebih besar.

Di dalam Asuransi Jiwa Plus Investasi (Unit-Link) membuat nasabah diharuskan membayar premi asuransi jiwa meski pada saat yang sama nasabah tidak memerlukannya. Biaya asministrasi dan komisi agen pada Asuransi Jiwa Plus Investasi (Unit-Link) yang terlalu besar juga merupakan salah satu alasan mengapa banyak menolak Asuransi Jiwa Plus Investasi (Unit-Link). Di tahun pertama mengikuti asuransi ini, dana nasabah akan terkuras hanya untuk membayar komisi agen.


(50)

BAB III

PENGATURAN MENGENAI PROSES KLAIM PADA ASURANSI JIWA PT.SUN LIFE FINANCIAL INDONESIA

A. Pengertian dan Tujuan Klaim Kematian

Pengertian Klaim menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah tuntutan pengakuan atas suatu fakta bahwa seseorang berhak memiliki atau mempunyai atas sesuatu ganti rugi kepada tertanggung. Klaim secara umum adalah suatu tuntutan atas suatu hak, yang timbul karena persyaratan yang ditentukan sebelumnya telah dipenuhi. Klaim dapat juga di artikan suatu kinerja janji yang dibuat oleh penanggung pada saat melakukan kontrak. Sebenarnya klaim merupakan hak yang diterima oleh setiap nasabah asuransi dan pastinya perusahaan asuransi akan membayarkan Klaim ketika kewajiban dari nasabah terpenuhi.

Sedangkan secara khusus klaim asuransi jiwa adalah sebuah permintaan resmi dari pihak pemegang polis/ yang ditunjuk kepada perusahaan asuransi, untuk meminta pembayaran uang pertanggungan atau nilai tunai yang timbul berdasarkan ketentuan perjanjian yang telah dipenuhi. Klaim Asuransi yang diajukan akan ditinjau oleh perusahaan untuk validitasnya dan kemudian dibayarkan kepada pihak tertanggung setelah disetujui. Penerima klaim yaitu Pemegang Polis atau yang ditunjuk sebagai ahli waris yang tercantum dalam polis.


(51)

Klaim asuransi juga sebagai tuntutan ganti kerugian dari pihak penanggung sehubungan dengan adanya kontrak perjanjian antara asuransi dengan pihak tertanggung yang masing-masing pihak mengikatkan diri untuk menjamin pembayaran ganti rugi oleh penanggung jika pembayaran premi asuransi telah dilakukan oleh pihak tertanggung, ketika terjadi musibah yang diderita oleh pihak tertanggung.47 Agar kita mengetahui suatu klaim diganti atau tidak, yang perlu diperhatikan adalah :

a. Resiko yang dijamin

b. Resiko yang tidak dijamin

c. Barang yang dijamin

d. Barang yang tidak dijamin

e. Kondisi-kondisi lainnya

Untuk menopang dan menjaga kelangsungan kehidupan keluarga, maka seseorang yang menjadi sumber penghasilan (gantungan hidup) keluarga harus selalu berupaya menjaga kelangsungan nilai ekonominya. Nilai ekonomi dapat disama artikan dengan pendapatan yang diterima atau nilai yang diukur berdasarkan jumlah penghasilan yang didapat, dan digunakan untuk membiayai kebutuhan hidupnya. Kita harus bisa mengantisipasi adanya barrier (gangguan atau hambatan) berupa resiko yang tidak hanya akan mengganggu, bahkan dapat menghentikan kelangsungan nilai ekonomi pencari nafkah. 48

Tujuan dari klaim asuransi adalah untuk memberikan manfaat yang sesuai dengan ketentuan dalam polis asuransi kepada pemegang polis (tertanggung).       

47

Dr. H. Mulyadi Nitisusastro, Asuransi dan Usaha Perasuransian di Indonesia, (Yogyakarta: Alfabeta, 2013),hal.9

48 


(52)

Agar klaim asuransi dapat diproses dan dibayar oleh perusahaan asuransi, ada berbagai ketentuan penting mengenai persyaratan klaim yang akan dibahas lebih lanjut pada sub bab selanjutnya.

Pada dasarnya ada resiko yang tidak dapat dihindarkan dari kenyataan hidup bahwa setiap manusia akan meninggal. Tetapi jika seseorang meninggal terlalu cepat, membuat sumber pendapatan bagi keluarga yang ditinggalkan bisa hilang. Jika ternyata seseorang yang menjadi sumber nafkah (gantungan hidup) keluarga mengalami resiko meninggal pada usia relatif muda (usia produktif). Tentunya banyak hal yang harus dipersiapkan bagi keluarga yang menggantungkan kehidupan ekonominya pada pencari nafkah.

Dengan meninggalnya tertanggung maka akan mengakibatkan hilangnya sumber penghasilan bagi pihak yang berkepentingan dan untuk itu diperlukan bantuan sementara yang akan berguna untuk jangka waktu tertentu. Bantuan itu dalam hal asuransi jiwa adalah pembayaran sejumlah uang pertanggungan oleh perusahaan asuransi kepada ahli waris atau kepada yang menerima manfaat setelah syarat-syarat dalam perjanjian asuransi itu dipenuhi sesuai dengan kondisi polisnya. Pembayaran uang pertanggungan ini adalah sesuai dengan perjanjian asuransi jiwa yaitu diterimanya resiko dari si tertanggung, dalam hal ini ialah meninggalnya si tertanggung.49

Demikian halnya dalam perjanjian asuransi, hendaknya perusahaan asuransi terlebih dahulu memberi peringatan dan mencaritahu mengapa pemegang polis sampai tidak memenuhi kewajibannya dalam pembayaran premi sehingga

      

49


(53)

membawa konsekuensi dapat dibatalkannya perjanjian asuransi. Mengenai pembatalan ini lebih jelas bisa dilihat dalam polis asuransi tersebut.

B. Penyebab terjadinya klaim dan jenis-jenis klaim Asuransi Jiwa

Pertanggungan mulai berlaku pada tanggal yang dinyatakan dalam polis atau akseptasi dan premi pertama telah dibayar. Demikianlah seterusnya kontrak pertanggungan itu terus berjalan selama jangka waktu pertanggungan itu sendiri dan preminya juga harus tetap dibayarkan kontiniu, baik secara tahunan, setengah tahunan, tri wulan, atau bulanan.

Pembayaran premi dapat dilakukan selama 10 tahun atau sampai berakhirnya masa kontrak. Dengan selesainya kontrak pertanggungan tersebut apabila tertanggung masih hidup sampai pada berakhirnya masa kontrak maka dia hanya menerima sebesar jumlah nilai investasinya (Net Activa Value). Apabila terjadi resiko meninggal dunia pada si tertanggung sebelum kontrak berakhir maka ahli waris akan menerima uang pertanggungan ditambah dengan nilai akhir investasi dimana dana asuransi di investasikan pada bursa saham internasional sesuai dengan jenis fund-nya.

Tetapi apabila tertanggung tidak ingin mengambil uang pertanggungan yang telah selesai kontraknya tersebut, maka uang tersebut akan tetap berkembang di dalam asuransi itu karena sebagian dari dana preminya telah di alihkan ke investasi. Sehingga hal tersebut membuat tertanggung tidak perlu untuk membayar premi itu pada saat jatuh tempo ulangtahun polis. Pembayaran uang pertanggungan ini dapat dilakukan melalui agennya yang menangani langsung,


(54)

kantor pusat, atau CIMB Niaga yang merupakan satu grup perusahaan dengan pihak Sun Life Financial Indonesia tersebut.

Baiklah kita membahas mengenai klaim asuransi jiwa di PT. Sun Life Financial Indonesia baik karena tertanggung berusia 88 tahun atau berakhirnya kontrak, karena tertanggung meninggal dunia, karena pengobatan, maupun karena rawat jalan dan rawat inap.

1. Karena tertanggung telah berusia 88 tahun atau berakhirnya kontrak

Jika tertanggung telah berusia 88 tahun atau berakhirnya kontrak, maka ia berhak untuk mengajukan pengambilan dana akhir investasi yang ada. Tetapi jika ia belum berusia 88 tahun, belum meninggal dan sudah memasuki pembayaran premi yang ke-lima, si tertanggung ingin agar uangnya tidak di ambil supaya jumlah uang yang di investasikan pada asuransi terus berjalan dan bertambah jumlahnya maka si pemegang polis dapat menunda pengambilan dari uang pertanggungan.

Dalam berakhirnya kontrak, yang mengajukan klaim karena habisnya kontrak hanya si tertanggung sendiri dan tidak dapat di walikan pada ahli waris. Si pemegang polis selanjutnya melapor pada pihak asuransi bahwa jangka waktu pertanggungan tersebut telah jatuh tempo. Uang yang di ambil berupa uang total akhir dana investasi yang di perjanjikan sesuai premi yang ada. Dana investasi tersebut berasal dari dana yang di tanamkan pada bursa saham internasional sesuai dengan jenis fund-nya.

Dalam hal pembayaran uang pertanggungan kepada tertanggung dikarenakan tertanggung berusia 88 tahun atau berakhirnya kontrak, dilaksanakan


(55)

di kantor pusat atau tempat-tempat lain yang di tunjuk oleh penanggung. Pembayaran uang pertanggungan dalam keadaaan usia tertanggung telah mencapai usia 88 tahun atau berakhirnya kontrak dalam kenyataan sehari-harinya lebih mudah dilaksanakan daripada pembayaran uang pertanggungan karena meninggalnya si tertanggung. Ini dapat terjadi karena dalam penyelesaian perkara yang dikarenakan habis kontrak tidak memerlukan suatu penyelidikan ataupun keterangan-keterangan lain yang di butuhkan sebagai bahan pertimbangan.

Karena itu lah maka pembayaran uang pertanggungan yang disebabkan usia tertanggung telah mencapai usia 88 tahun atau berakhirnya kontrak lebih sederhana daripada pembayaran uang pertanggungan yang dikarenakan si tertanggung meninggal dunia. Jika usia tertanggung yang sebenarnya dengan tanpa sengaja terjadi kekeliruan atau kesalahan, maka jumlah premi yang di bayar akan di naikkan atau diturunkan sesuai dengan jumlah untuk usia yang sebenarnya. Jika tidak ada pemberitahuan nantinya akan menyulitkan nasabah sendiri dalam melakukan pengajuan klaim.

2. Karena tertanggung meninggal dunia

Kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi atas hidup manusia tidak seorangpun yang tahu meskipun atas dirinya sendiri. Dengan demikian tepat bila dikatakan bahwa masa depan seorang tidaklah pasti.

Sebagai makhluk Tuhan, manusia di anugrahi akal pikiran untuk mencari jalan keluar agar masa depannya menentu. Dengan melihat perjalanan masa lalu atas hidup manusia, dapatlah diperkirakan peristiwa apa saja mungkin akan menimpa manusia serta cara/metode apa saja yang dapat dilakukan untuk


(1)

memutuskan menyetujui tuntutan yang diajukan oleh pihak tertanggung, maka

pada saat bersamaan, pihak penanggung berkewajiban untuk membayar klaim.

Akan tetapi, apabila pengadilan memutuskan untuk tidak menyetujui, maka klaim

akan ditolak. Jika klaim terbukti valid, maka penanggung akan memberitahukan

kepada pihak tertanggung berkenaan dengan jumlah ganti rugi yang akan

diselesaikan.70


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian pada pembahasan-pembahasan sebelumnya, maka dapat

diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Di dalam pelaksanaan klaim Asuransi Jiwa Plus Investasi (Unit-Link), ada

beberapa tahapan yang harus di lewati guna terpenuhinya validitas polis

tersebut. Tahapan yang di maksud yaitu: Survei Klaim dimana pihak

asuransi mencari kebenaran dari kejadian yang terjadi berupa

pengusutannya dengan mengajukan beberapa pertanyannya kepada tetangga

sekitar, Kepala Desa, Kepala Lorong, guna mencari kebenaran sebab-sebab

dari kematian tertanggung, serta pengusutan untuk memperoleh keterangan

dari pihak rumah sakit, dokter dan suster-suster yang merawat. Dengan

adanya investagi ini, orang tidak akan memanipulasi kematian untuk

mengeruk keuntungan yang besar. Pembayaran pelaksanaan klaim ini

dilakukan melalui transferan pada rekening ahli waris setelah semua

persyaratan telah terpenuhi dan penerimaan dana manfaat tersebut dapat di

terima sekaligus atau pun bertahap.

2. Perbedaan dari manfaat klaim kematian yang di terima Asuransi Jiwa Plus

Investasi (Unit-Link) PT. Sun Life Financial Indonesia dengan asuransi jiwa


(3)

tersebut akan di investasikan di dalam Bursa Efek Internasional sehingga

uang hasil investasi tersebut akan berkembang. Dana investasi akan

dinyatakan dalam bentuk unit-unit dan terpisah dari pengelolaan produk

asuransi dimana pengelolaannya disesuaikan dengan pilihan jenis investasi

dalam Dana Investasi Briliance yang tertera dalam SPAJ. Sedangkan

asuransi jiwa tradisional menggunakan sistem asuransi yang nasabah harus

membayar polis namun klaim nya akan cair ketika nasabah meninggal dunia

atau sama saja dengan satu macam polis yaitu tunjangan kematian dan

tunjangan kematian hanya sebesar uang pertanggungan saja tidak ada

tambahan dana dari investasi seperti asuransi jiwaplus investasi. Uang

pertanggungan pada asuransi tradisional hanya bisa di terima oleh pihak

penanggung jika terjadi kematian atau masa jatuh tempo telah terjadi.

3. Beberapa penyebab penolakan klaim kematian yang terjadi di PT. Sun Life

Financial Indonesia dari pihak nasabah yaitu Uang Premi Asuransi tidak

dibayarkan lama yang menyebabkan dana investasi yang terkandung dalam

polis menjadi habis, Adanya ketidak jujuran nasabah dalam memberikan

jawaban yang benar dalam pengisian data kepada pihak asuransi sehingga

jika pihak asuransi mengetahuinya maka klaim tersebut tidak akan di

bayarkan, Adanya pengajuan klaim melebihi batas waktu maksimal 90 hari

dari terjadinya peristiwa kematian tersebut dan Syarat-syarat pengajuan


(4)

B.

Saran

1. Asuransi Jiwa Plus Investasi (Unit-Link) di PT. Sun Life Financial

Indonesia memiliki resiko yang besar dalam dana ekuitasnya. Dilihat dari

banyaknya biaya-biaya yang terjadi di dalam polis selama pembayaran

premi. Selain banyaknya biaya-biaya yang ada di dalam polis asuransi ini,

Asuransi Jiwa Plus Investasi (Unit-Link) dimaksudkan sebagai investasi

jangka panjang yaitu 10 tahun ke atas. Hal ini karena investasi jangka

panjang membuat nasabah bisa melampaui gejolak turun naik jangka

pendek di pasar keuangan dan uangnya mempunyai lebih dari sekedar

kesempatan berkembang melalui pemajemukan pengembalian investasi.

Investasi jenis ini tidak tumbuh cepat dan tidak membantu nasabah sebagai

tertanggung untuk mengalahkan inflasi di jangka panjang. Disarankan

nasabah yang mempunyai pandangan investasi jangka pendek (misalnya

mendekati usia pensiun) sebaiknya tidak meletakkan uangnya ke dana yang

berisiko tinggi karena mungkin saja polis akan jatuh tempo pada waktu

kondisi pasar buruk dan ia mungkin kehilangan sebagian atau semua modal

pokoknya.

2. Di dalam pelaksanannya, pihak ahli waris tertanggung dalam melengkapi

dokumen-dokumen yang harus di penuhi guna melengkapi persyaratan dari

klaim kematian tersebut mengalami beberapa kendala dalam pengurusan


(5)

dibutuhkan. Agen sebagai seorang perantara tidak hanya di awalnya saja

mengajak tertanggung untuk menjadi nasabah tetapi setelah mendapatkan

komisi dari premi tersebut terlihat seperti lepas tangan tidak membantu

pihak tertanggung/ahli warisnya. Ketika terjadi klaim kematian terlihat

seperti minimnya peran agen dalam membantu pihak tertanggung/ahli

warisnya dalam melengkapi pengurusan dokumen-dokumen untuk

persyaratan pemenuhan klaim kematian.

3. Dalam proses pelaksanaan klaim kematian pada Asuransi Jiwa Plus

Investasi (Unit-Link) di PT. Sun Life Financial Indonesia hendaknya pihak

ahli waris tertanggung menyampaikan data-data dan kejadian yang

sebenarnya sehubungan kematian yang terjadi pada nasabah tersebut. Hal itu

untuk mempermudah pelaksanaan dari proses klaim kematian yang terjadi

di PT. Sun Life Financia Indonesial.

4. Agen di harapkan mengetahui secara mendetail terhadap penguasaan setiap

produk yang akan di tawarkan, cara-cara dari proses klaim terutama klaim

kematian. Hal itu untuk memudahkan nasabah dalam mendapatkan

informasi yang jelas dan tidak keliru dalam melengkapi pengurusan dari


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Abbas, Salim. Dasar-Dasar Asuransi (Principle of Insurance), Jakarta: Rajawali Pers, 1989.

Djamin, Djanius dan Syamsul Arifin. Bahan Dasar Hukum Asuransi, Medan: Sekolah Tinggi Ekonomi Trikarya, 1993.

 

Gunanto. Asuransi Kebakaran di Indonesia, Jakarta: Tira Pustaka, 1984.  

Hartono, Sri Rezeki. Hukum Asuransi dan Perusahaan Asuransi, Jakarta: Sinar Grafika, 2001.

Hartono, Sunaryati. Penelitian Hukum di Indonesia Pada Akhir Abad ke-20, Bandung: Alumni, 1994.

Lumbantoruan, Sophar. Prospek, Harapan dan Tantangan Asuransi di Indonesia Pandangan Tokoh-tokoh Asuransi, Jakarta: Dasmedia Utama, 1994.

Muis, Abdul. Bunga Rampai Hukum Dagang, Medan: Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, 1990.

 

---. Hukum Asuransi dan Bentuk-bentuk Perasuransian, Medan: Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, 2005.

 

Nitisusastro, Mulyadi. Asuransi dan Usaha Perasuransian di Indonesia, Yogyakarta: Alfabeta, 2013.

 

Prawoto, Agus. Hukum Asuransi dan Kesehatan Perusahaan Asuransi. Guide Line Untuk Membeli Polis Asuransi yang Tepat dari Perusahaan Asuransi yang Benar. Yogyakarta: Edisi I, BPFE, 1955.

Prodjodikoro, Wirjono. Hukum Asuransi di Indonesia Cet.3, Jakarta: PT. Inter masa, 1979.


Dokumen yang terkait

Pengaruh Keterlambatan Pembayaran Premi Terhadap Pengajuan Klaim Asuransi Pada PT. Sun Life Financial Indonesia Jakarta (Studi pada PT. Sun Life Financial Indonesia Kantor Pusat Jakarta)

23 197 102

Tinjauan Yuridis Terhadap Hak Tertanggung dalam Klaim Asuransi Kesehatan (Studi pada PT. Sun Life Financial cab. Medan)

9 149 112

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI NASABAH ASURANSI JIWA UNIT LINK PADA PT.SUN LIFE FINANCIAL CABANG PADANG.

0 0 6

Tinjauan Yuridis Terhadap Hak Tertanggung dalam Klaim Asuransi Kesehatan (Studi pada PT. Sun Life Financial cab. Medan)

0 0 8

Tinjauan Yuridis Terhadap Hak Tertanggung dalam Klaim Asuransi Kesehatan (Studi pada PT. Sun Life Financial cab. Medan)

0 0 1

Tinjauan Yuridis Terhadap Hak Tertanggung dalam Klaim Asuransi Kesehatan (Studi pada PT. Sun Life Financial cab. Medan)

0 0 12

Tinjauan Yuridis Terhadap Hak Tertanggung dalam Klaim Asuransi Kesehatan (Studi pada PT. Sun Life Financial cab. Medan)

0 0 21

Tinjauan Yuridis Terhadap Hak Tertanggung dalam Klaim Asuransi Kesehatan (Studi pada PT. Sun Life Financial cab. Medan)

0 0 2

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Pengaruh Keterlambatan Pembayaran Premi Terhadap Pengajuan Klaim Asuransi Pada PT. Sun Life Financial Indonesia Jakarta (Studi pada PT. Sun Life Financial Indonesia Kantor Pusat Jakarta)

0 1 18

Pengaruh Keterlambatan Pembayaran Premi Terhadap Pengajuan Klaim Asuransi Pada PT. Sun Life Financial Indonesia Jakarta (Studi pada PT. Sun Life Financial Indonesia Kantor Pusat Jakarta)

1 1 10