Faktor Resiko Komplikasi Pengobatan

mioma submukosa bertangkai tumor jinak yang terdiri dari jaringan otot, dan polip endometrium Anurogo, 2011. 2. Dismenorea Sekunder Dismenora sekunder adalah nyeri menstruasi yang terjadi karena kelainan ginekologik, misalnya: endometriosis, fibroids, adenomyosis. Terjadi pada wanita yang sebelumnya tidak mengalami dismenorea Proverawati, 2009. Dismenorea sekunder dapat terjadi kapan saja setelah haid pertama, tetapi yang paling sering muncul di usia 20 sampai 30 tahunan, setelah tahun-tahun normal dengan siklus tanpa nyeri Anurogo, 2011. Penyebab dismenorea sekunder antara lain: intrauterine contraceptive devices alat kontrasepsi dalam rahim, adenomyosis adanya endometrium selain di rahim, uterine myoma tumor jinak rahim yang terdiri dari jaringan otot terutama mioma submukosum bentuk mioma uteri, uterine polyps tumor jinak di rahim, adhesions pelekatan, dll. Anurogo, 2011. Adapun menurut Proverawati 2009, penyebab dismenorea sekunder antara lain: endometriosis dan fibroids myoma.

2.4.3. Faktor Resiko

Faktor-faktor resiko berikut ini berhubungan dengan dismenorea yaitu: haid pertama pada usia amat dini, periode haid yang lama, aliran darah haid yang hebat, merokok, riwayat keluarga yang positif terkena penyakit, kegemukan, mengkonsumsi alkohol Anurogo, 2011. Universitas Sumatera Utara

2.4.4. Komplikasi

Ada dua komplikasi yang mungkin terjadi pada penderita nyeri haid, yaitu sebagai berikut: pertama, jika diagnosis dismenorea sekunder diabaikan atau terlupakan maka patologi kelainan atau gangguan yang mendasari dapat memicu kenaikan angka kematian termasuk kemandulan dan kedua isolasi sosial merasa terasing atau dikucilkan dan atau depresi Anurogo, 2011.

2.4.5. Pengobatan

1. Penerangan dan nasehat Kebanyakan mereka yang mengeluh sakit tidak memerlukan pengobatan, tetapi lebih membutuhkan pengertian dan penerangan. Sikap orangtua yang tidak terlalu keras atau mengasihani dapat membantu meringankan penderitaannya Llewelly, 2005. Hendaknya diadakan penjelasan dan diskusi mengenai cara hidup, pekerjaan, kegiatan, dan lingkungan penderita. Nasihat-nasihat mengenai makanan sehat, istirahat yang cukup, dan olahraga mungkin berguna. Kadang-kadang diperlukan psikoterapi Prawirohardjo, 2012. 2. Pemberian obat analgesik Jika rasa nyerinya berat, diperlukan istirahat di tempat tidur dan kompres panas pada perut bawah untuk mengurangi penderitaan Prawirohardjo, 2012. Berbaring dengan botol berisi air panas diperutnya BKKBN, 2009. Obat analgesik yang sering diberikan adalah preparat kombinasi aspirin, fenasetin, dan kafein. Obat-obat paten yang beredar di pasaran Universitas Sumatera Utara ialah antara lain novalgin, ponstan, acet-aminophen dan sebagainya Prawirohardjo, 2012. 3. Terapi hormonal Tujuannya yaitu menekan ovulasi dan penggunaannya hanya atas saran dokter. Tindakan ini bersifat sementara dengan tujuan untuk membuktikan bahwa gangguan bener-benar dismenorea, atau untuk memungkinkan penderita melaksanakan pekerjaan penting pada waktu haid tanpa gangguan. Dan dapat dicapai dengan pemberian salah satu jenis pil kontrasepsi Prawirohardjo, 2012. 4. Terapi dengan obat nonsteroid antiprostaglandin Termasuk indometasin, ibuprofen, dan naproksen; kurang lebih 70 penderita dapat disembuhkan atau mengalami banyak perbaikan. Diberikan sebelum haid mulai; 1 sampai 3 hari sebelum haid, dan pada hari pertama haid Prawirohardjo, 2012. Obat-obat yang digunakan untuk meredakan nyeri menstruasi, diantaranya: pereda nyeri analgesik golongan Non Steroid Anti Inflamasi NSAI, misalnya: parasetamol atau asetamonofen sumagesik, panadol, dll, asam mefenamat ponstelex, nichostan, dll, ibuprofen ribunal, ostarin, dll, dan obat-obat pereda nyeri lainnya Proverawati, 2009.

2.5. Dasar Penelitian