Respon Stres Remaja Putri terhadap Dismenorea

berdasarkan interdependence, mayoritas 62 responden 84,9 menyatakan mengalihkan perhatian dengan menonton TV. Tabel 5.5. Distribusi respon adaptasi terhadap dismenorea di SMA Raksana Medan tahun 2014 berdasarkan respon adaptif dan maladaptif n=73 Respon Adaptasi f Adaptif Maladaptif 39 34 53,4 46,6 Tabel 5.5. respon adaptasi remaja putri terhadap dismenorea adalah adaptif sebanyak 39 responden 53,4, sedangkan maladaptif sebanyak 34 responden 46,6.

5.2. Pembahasan

Hasil penelitian diperoleh dari respon stres dan adaptasi remaja putri terhadap dismenorea di SMA Raksana Medan.

5.2.1. Respon Stres Remaja Putri terhadap Dismenorea

Stres adalah kumpulan hasil, respon, jalan, dan pengalaman yang berkaitan, yang disebabkan oleh berbagai keadaan atau peristiwa yang menyebabkan stres Manktelow, 2008. Hasil penelitian respon stres remaja putri terhadap dismenorea di SMA Raksana Medan diperoleh bahwa 56,2 responden berespon ada dan 43,8 berespon tidak ada. Hal ini sesuai dengan Rasmun 2004, semua orang dapat merasakan stres tetapi cara pengungkapannya berbeda sesuai dengan karakteristik individu. Respon yang berbeda tersebut dikarenakan mekanisme koping yang Universitas Sumatera Utara digunakan oleh individu berbeda, baik secara verbal dan psikomotor, psikologis dan kognitif. Rasmun 2004 mengungkapkan bahwa respon pertama individu terhadap stres adalah merupakan spontanitas yang diungkapkan secara verbal dan diikuti dengan gerakan dari ungkapan emosional psikomotor misalnya; menangis, ketawa, teriak, memukul, menyepak, menggenggam, memegang, meremas, mencerca, mengumpat. Nyeri terjadi karena kekejangan pada otot rahim yang disebabkan aliran darah tidak lancar akibat adanya darah haid yang membeku. Nyeri terasa di perut bagian bawah, hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian bahwa 93,2 responden memegang perut saat dismenorea sehingga nyeri yang dirasakan berkurang dan memberikan rasa nyaman. Dalam batas tertentu, stres dapat membantu kita untuk tetap aktif dan waspada. Akan tetapi, stres yang berlangsung lama dapat melebihi kemampuan kita untuk mengatasinya dan menyebabkan distress emosional seperti kelelahan, meningkatnya asam lambung, dan sakit kepala Sukmono, 2009. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian 84,9 responden merasa tidak semangat saat dismenorea. Stres yang disebabkan karena gangguan situasi psikologis atau ketidakmampuan kondisi psikologis untuk menyesuaikan diri seperti hubungan interpersonal, dan sosial budaya Hidayat, 2008. Dismenorea tidak hanya menyebabkan gangguan aktivitas tetapi juga memberi dampak bagi fisik, psikologis, social dan ekonomi terhadap wanita seperti cepat letih dan sering marah. Universitas Sumatera Utara Seseorang akan mengalami gejala saat dismenorea seperti segala pekerjaan yang menyenangkan terasa membosankan, semula tanggap terhadap situasi menjadi kehilangan kemampuan untuk merespon secara adekuat, tidak mampu melaksanakan kegiatan sehari-hari, adanya gangguan pola tidur, sering menolak ajakan karena tidak bergairah, kemampuan mengingat dan konsentrasi menurun. Stres pada daya pikir ditemukan penurunan konsentrasi dan keluhan sering sakit kepala dan pusing Hidayat 2008. Pernyataan ini sesuai dengan hasil penelitian bahwa 74,0 responden konsentrasinya menurun sehingga remaja yang mengalami nyeri haid tidak dapat aktif untuk proses belajar mengajar di dalam kelas. Karena dismenorea aktivitas belajar bisa terganggu, konsentrasi menjadi menurun bahkan tidak ada sehingga materi yang diberikan selama pembelajaran yang berlangsung tidak bisa ditangkap oleh perempuan yang sedang mengalami dismenorea. Penelitian yang dilakukan Tangchai 2004 menyatakan bahwa 87,1 konsentrasi menurun sehingga 6,5 mendapat nilai yang rendah. Reaksi individu yang mengalami stres dengan menggunakan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki untuk mengatasi masalah yang sedang dihadapi antara lain: penyelesaian masalah, strukturisasi memanipulasi situasi, melatih diri untuk menghindari stres disiplin diri, menekan perasaan yang tidak menyenangkan supresi, fantasi dan melamun, berdo’a atau sembahyang Rasmun, 2004. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian 57,5 responden menyatakan terkadang melamun. Setiap orang pasti mengalami stres, baik dalam skala ringan maupun berat. Stres juga bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia karena stres Universitas Sumatera Utara merupakan proses normal dalam hidup dan berbeda pula cara seseorang menangani stres.

5.2.2. Respon Adaptasi Remaja Putri terhadap Dismenorea