Palatum Mukosa Oral Gigi Geligi dan Hubungan Rahang

Gambar 7. Penderita sindroma wajah adenoid dengan nasolabial yang cekung dan dagu yang retrusi. 13 ` 3.2. Gambaran Klinis Oral

3.2.1. Palatum

Hipertropi adenoid mengakibatkan kebiasaan bernafas melalui mulut, sehingga fungsi saluran nafas atas menjadi tidak aktif. Kebiasaan tersebut mempengaruhi stimulasi muskular dari otot otot fasial terhadap tumbuh kembang rahang atas, terutama stimulus dari lidah. Dampaknya adalah kurangnya pertumbuhan rahang atas sehingga lengkung rahang atas menjadi sempit dengan palatum yang tinggi dan berbentuk huruf V Gambar 8. 1,7,18,19,23 Gambar 8. Palatum yang tinggi dengan bentuk huruf V. 23

3.2.2. Mukosa Oral

Kebiasaan bernafas melalui mulut pada penderita sindroma wajah adenoid menyebabkan kuantitas saliva sebagai cairan rongga mulut menjadi sedikit. Kondisi tersebut menyebabkan mukosa oral menjadi kering, mudah teriritasi dan terinflamasi, sehingga pada mukosa oral penderita sering dijumpai ulserasi, pembengkakan interdental papil dan saku periondontal Gambar 9. 22,24 Gambar 9. Inflamasi gingiva pada penderita sindroma wajah adenoid. 22

3.2.3. Gigi Geligi dan Hubungan Rahang

Gambaran gigi-geligi pada penderita sindroma wajah adenoid antara lain gigi geligi yang rentan karies karena pernafasan mulut yang menyebabkan kebersihan rongga mulut yang buruk, gigi anterior rahang atas cenderung protrusi Gambar 10, gigi berjejal anterior, overjet yang besar, maloklusi gigitan terbuka anterior disertai dengan kebiasaan menjulurkan lidah saat menelan Gambar 11, dan gigitan silang posterior. 2-7,12,24 Gambaran kondisi rahang yang dijumpai pada penderita sindroma wajah adenoid antara lain lengkung rahang atas yang sempit, rahang bawah yang mengalami elongasi karena rotasi posterior dari rahang bawah dan menurunnya posisi tulang hyoid yang disertai dengan menurunnya posisi lidah. 3,9,24 Salah satu gambaran yang khas pada penderita adalah gummy smile Gambar 12, yaitu gingiva rahang atas yang tampak pada saat tersenyum. Hal ini disebabkan oleh bibir atas yang pendek, rahang atas yang retrognatik, dan gigi anterior atas yang protrusi. 13,23 Gambaran klinis anomali ortodonti yang paling sering dijumpai adalah maloklusi Klas II Angle dengan atau tanpa gigitan terbuka anterior disertai dengan gigitan terbalik posterior dimana salah satu kondilus rahang bisa saja maju ke depan, sehingga rahang bawahnya miring dan gigi anterior hanya kontak pada gigi kaninus saja atau terkadang bisa bilateral sehingga terlihat seperti pseudo Klas I . Maloklusi Klas III Angle dengan atau tanpa gigitan terbuka anterior juga dapat dijumpai namun sangat jarang. 3-7,13,18,22 Gambar 10. Gigi anterior atas penderita yang protrusi. 18 Gambar 11. Maloklusi gigitan terbuka anterior disertai dengan kebiasaan menjulurkan lidah. 22 Gambar 12. Gummy smile. 23

3.3 Dampak Sindroma Wajah Adenoid Terhadap Maloklusi