Dampak Sindroma Wajah Adenoid Terhadap Maloklusi

3.3 Dampak Sindroma Wajah Adenoid Terhadap Maloklusi

Sindroma wajah adenoid umumnya terjadi akibat obstruksi saluran pernafasan yang disebabkan oleh hipertropi adenoid. Infeksi saluran pernafasan atas yang berulang menyebabkan terjadinya hipertropi adenoid, sehingga mengakibatkan ketidakaktifan fungsi saluran pernafasan atas. Fungsi saluran pernafasan atas yang tidak aktif mengakibatkan penderita beradaptasi dengan bernafas melalui mulut. 3-7,23,24 Kebiasaan bernafas melalui mulut menyebabkan hilangnya keseimbangan antara tekanan otot genioglossus, hyoid dan eksternal pterigoideus yang akan menekan prosessus alveolaris di daerah premolar dan molar ke arah medial, sehingga rahang bawah akan menggantung ke bawah rotasi posterior. Turunnya posisi rahang bawah ke posterior akan memyebabkan posisi rahang atas lebih prognatik terhadap rahang bawah. Turunnya posisi rahang bawah juga diikuti dengan turunnya posisi tulang hyoid yang mengakibatkan postur lidah menjadi turun dan lebih ke anterior karena otot otot posterior lidah melekat pada tulang hyoid. 1,3,19,23,24 Posisi lidah yang turun dan lebih ke anterior dari normal menyebabkan posisi lidah tertahan pada gigi geligi anterior pada saat menelan yang disebut dengan kebiasaan menjulurkan lidah. Apabila kebiasaan ini tidak segera dikoreksi, maka dalam jangka waktu tertentu kebiasaan ini akan menyebabkan gigi anterior menjadi protrusi karena tekanan dari dorongan lidah pada saat menelan dan maloklusi gigitan terbuka anterior. 3-6,24 Posisi lidah yang turun akan mempengaruhi pertumbuhan rahang atas, karena lidah berperan penting dalam tumbuh kembang rahang atas. Tekanan lateral lidah ke palatum berfungsi sebagai penyeimbang stimulasi ke dalam dari muskulus buccinator. Hal ini akan menstimulasi tumbuh kembang rahang atas yang normal. Apabila posisi lidah turun, maka tidak ada penyeimbang dari stimulasi muskulus buccinator, sehingga menyebabkan lengkung rahang atas menjadi kurang berkembang dan sempit dengan palatum yang tinggi Gambar 13. 3,7,23,24 Rahang atas yang kurang berkembang berdampak buruk pada tumbuh kembang struktur dentokraniofasial, yaitu lengkung rahang atas baik dari ukuran maupun bentuknya menjadi tidak harmonis dengan ukuran gigi-geligi permanen, sehingga mengakibatkan gigi- geligi permanen kekurangan tempat untuk erupsi pada rahang atas. Kurangnya Leeway space mengakibatkan erupsi gigi berjejal pada regio anterior dan gigitan terbalik pada regio posterior. 1,3,5,7,24 Gambar 13. Kurangnya pertumbuhan rahang atas karena ketidakaktifan fungsi saluran pernafasan 23

3.4 Penegakan Diagnosa