Rumusan Masalah Ruang Lingkup

bernafas melalui rongga mulut, lengkung rahang atas yang sempit dan palatum yang tinggi. 3 Penegakan diagnosa sindroma wajah adenoid dilakukan dengan anamnesa, pemeriksaan klinis, rongga mulut, fungsional dan analisa radiografi. Sebelum dilakukan perawatan anomali ortodonti dengan pesawat cekat, terlebih dahulu dilakukan tindakan adenoidektomi untuk membuang adenoid yang menghambat jalan nafas. 2 Banyaknya manifestasi sindroma wajah adenoid pada bidang kedokteran gigi khususnya bidang ortodonti, maka penulis merasa perlu untuk mengangkat masalah gambaran klinis dan perawatan anomali ortodonti pada sindroma wajah adenoid sebagai bahan penulisan skripsi. Diharapkan tulisan ini dapat memebrikan masukan dalam penegakan diagnosa dan rencana perawatan ortodonti penderita sindroma wajah adenoid.

1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah gambaran klinis anomali ortodonti penderita sindroma wajah adenoid? 2. Bagaimanakah cara penegakan diagnosa dan perawatan anomali ortodonti penderita sindroma wajah adenoid yang disebabkan oleh hipertropi adenoid? 1.3. Tujuan dan Manfaat Penulisan 1.3.1. Tujuan Penulisan 1. Untuk mengetahui gambaran klinis anomali ortodonti penderita sindroma wajah adenoid. 2. Untuk mengetahui cara penegakan diagnosa dan perawatan anomali ortodonti penderita sindroma wajah adenoid yang disebabkan oleh hipertropi adenoid.

1.3.2. Manfaat Penulisan

1. Untuk menambah pengetahuan dan wawasan tentang sindroma wajah adenoid terutama pada bidang ortodonti. 3. Untuk membantu dalam melakukan penegakan diagnosa dan rencana perawatan.

1.4. Ruang Lingkup

Ruang lingkup penulisan skripsi ini membahas mengenai pengertian, etiologi, predisposisi, gambaran klinis umum, gambaran klinis oral, gambaran radiografi, dampak sindroma wajah adenoid terhadap anomali ortodonti, penegakan diagnosa, perawatan anomali ortodonti dan laporan kasus pada penderita sindroma wajah adenoid.

BAB 2 SINDROMA WAJAH ADENOID

2.1. Pengertian

Sindroma wajah adenoid pertama kali diperkenalkan oleh Wilhelm Meyer 1868 di Copenhagen sebagai suatu kelainan dentofasial yang disebabkan oleh obstruksi saluran nafas atas jangka panjang karena hipertropi dari jaringan adenoid. Nama lain dari sindroma wajah adenoid adalah microrhinodysplasia, sindroma wajah panjang atau dummy face syndrome. 7,10 Gejala gejala yang menyertai antara lain pernafasan mulut kronis, obstruksi apnea saat tidur dengan gejala mendengkur, penurunan fungsi pendengaran, penciuman dan pengecapan, sinusitis, suara hiponasal dan maloklusi Klas II Angle divisi 1 dan Klas III Angle. Wilhelm Meyer juga yang pertama kali menyarankan untuk membuang adenoid yang hipertropi dengan prosedur bedah yang disebut adenoidektomi. 11,12 Menurut Linder Arosson 2000, sindroma wajah adenoid diakibatkan oleh penyumbatan saluran nafas atas kronis oleh karena hipertropi jaringan adenoid. Penyumbatan saluran nafas atas kronis menyebabkan kuantitas pernafasan atas menjadi menurun, sebagai penyesuaian fisiologis penderita akan bernafas melalui mulut. Pernafasan melalui mulut menyebabkan perubahan struktur dentofasial yang dapat mengakibatkan maloklusi, yaitu posisi rahang bawah yang turun dan elongasi, posisi tulang hyoid yang turun sehingga lidah akan cenderung ke bawah dan ke depan, serta meningginya dimensi