Analisis Program Pengelolaan SDPL dan Kesejahteraan

• Bidang Kesejahteraan Masyarakat 1. Pembangunan Puskesmas di Pulau Lancang 2. Kegiatan wisata bahari oleh pelajar 3. Magang pemuda Kepulauan Seribu 4. Pendataan ketenagakerjaan Kepulauan Seribu 5. Penyediaan lahan pemakaman 6. Pembangunan tribun lapangan sepakbola Pulau Pramuka 7. Pembangunan lapangan tenis dan futsal di Pulau Karya 8. Peningkatan kualitas SDM Kepulauan Seribu melalui penguatan kelembagaan 9. Rehap rumah dinas guru di Pulau Pari dan Pulau Panggang Program Prioritas Wilayah Tahun 2008 1. Menjadikan Pulau Lancang sebagai kawasan wisata andalan kedua setelah Pulau Untung Jawa 2. Menjadikan Pulau Tidung Kecil sebagai kawasan wisataagro dan edukasi 3. Meningkatkan kualitas lingkungan Pulau Pramuka sebagai kawasan percontohan Ibukota Kabupaten 4. Penyediaan pemukiman bagi masyarakat di Pulau Panggang dan Pulau Kelapa serta melakukan kajian penyediaan sumber tenaga listrik di Pulau Damar.

7.3.2 Analisis Program Pengelolaan SDPL dan Kesejahteraan

Program Pengelolaan SDPL Untuk menilai kebijakan program yang terkait dengan pengelolaan SDPL dapat ditinjau dari tiga hal yaitu melihat ketepatan sasarannya, dampak program dan kedalaman penyelesaian permasalahan. Menilik program yang terkait dengan pengelolaan SDPL yang bisa menjadi jalan bagi peningkatan daya dukung lingkungan, dapat ditemukan pada bidang ekonomi. Dari delapan program yang dicanangkan, hanya satu program yang berorientasi kepada pengelolaan SDPL yaitu Rehabilitasi ekosistem Kepulauan Seribu mangrove, terumbu karang, padang lamun, pohon produktif. Program yang sudah dilaksanakan adalah : 1 pengembangan dan pemanfaatan sumber daya laut antara lain melalui perbaikan ekosistem lautPembuatan Fish Shelter di Kepulauan Seribu; 2 Perlindungan dan pelestarian sumber daya alam hayati antara lain melalui rehabilitasi hutan mangrove di Kepulauan Seribu. Dari kedua program tersebut, yang berkaitan secara langsung dengan masyarakat pesisir di P. Panggang dan P. Pramuka hanya program rehabilitasi mangrove yang ada di P. Pramuka. Melihat tingkat kerusakan SDPL yang diderita oleh Kepulauan Seribu dan P. Panggang serta P. Pramuka khususnyanya maka antara upaya untuk memulihkan dengan tingkat kerusakan sangat tidak sebanding. Dari proporsi jumlah program yang dijalankan saja, sangat jelas bahwa pemerintahan daerah Kepulauan Seribu sepertinya tidak mengetahui karekteristik wilayahnya yang terdiri dari laut dengan ekosistem yang berada di dalamnya. Kondisi fisik berupa pulau menjadikan masyarakat Kepulauan Seribu sangat tergantung dari kualitas lingkungan dan ekologi pesisir dan laut beserta SDPL yang berada di dalamnya. Namun, rupanya pemerintah daerah tidak peka terhadap hal itu dan justru banyak mengalokasikan program untuk kegiatan wisata dan pemenuhan kebutuhan sekunder lainnya. Dari tingkat proporsi program yang dialokasikan terlihat bahwa kebijakan yang dijalankan mengalami bias dan tidak mengatasi permasalahan utama. Pemerintah daerah sepertinya belum melihat bahwa pemulihan SDPL merupakan program yang penting dan tingkat kerusakan SDPL masih dianggap berada di ambang yang masih bisa ditolerir. Permasalahan kerusakan SDPL di Kepulauan Seribu sudah sangat parah khususnya terumbu karang dan mangrove. Program rehabilitasi mangrove yang dijalankan, termasuk yang berada di P. Pramuka, jumlahnya tidak terlalu besar. Masyarakat menilai, bahwa perhatian pemerintah dalam mengalokasikan program untuk pemulihan ekosistem pesisir dan laut sangat kurang. Biasnya kebijakan dan sedikitnya program pengelolaan SDPL oleh pemerintah daerah Kepulauan Seribu dapat disebabkan oleh banyak faktor : • Pemerintah belum menyadari dengan baik bahwa kondisi geografis berupa pulau dan laut, menuntut adanya kelestarian SDPL dimana masyarakat sangat tergantung di dalamnya. Ketika SDPL rusak maka akan berdampak kepada penurunan kesejahteraan masyarakat • Kebanyakan mind set aparatur pemerintah Kepulauan Seribu masih berpikir kedarat-daratan. Perubahan status menjadi Kabupaten baru terjadi tahun 2002 dan perubahan status pastinya membutuhkan banyak aparatur pemerintah seiring dengan terbangunnya instansi-instansi baru. Dinas- dinas tersebut kebanyakan diisi oleh orang-orang yang mind set berorientasi kedaratan. Sedangkan masyarakat Kepulauan Seribu sendiri yang menjadi aparatur pemerintah masih sangat sedikit dan jarang. Ketiadaan mind set yang berorientasi ke laut tersebut menjadikan pola pelaksanaan program masih berbau kedarat-daratan seperti pembangunan sarana fisik yang memboroskan banyak biaya. Alokasi untuk pembangunan SDM dan SDA masih sangat sedikit. • Aparatur birokrasi pemerintah daerah Kepulauan Seribu mayoritas bukan warga Kepulauan Seribu sehingga mereka kurang merasakan tingkat permasalahan mendasar masyarakat dan sumber daya alam. • Pola interaksi pemerintah-masyarakat tidak terbangun dengan baik. Pelaksanaan pembangunan yang biasa diterapkan dengan model top-down sangat mempengaruhi gejala ini. Keterbatasan akses dan lokasi pulau- pulau yang dipisah oleh jarak yang cukup jauh semakin mengurangi akses pemerintah daerah ke pulau-pulau tersebut. Ketiadaan akses terhadap masalah dan minimnya interaksi mengakibatkan input terhadap permasalahan utama juga sedikit. • Minimnya pengetahuan aparatur pemerintah termasuk pembuat kebijakan utama terhadap fungsi dan peran SDPL termasuk ekosistem yang berada di dalamnya serta dampkanya jika terjadi kerusakan. • Tidak adanya visi pemimpin yang berpihak kepada kelestarian sumber daya pesisir dan laut. Karakteristik Kepulauan Seribu yang berupa pulau-pulau kecil dengan laut yang mengelilinginya beserta ekosistem yang berada di dalamnya, menuntut perhatian lebih pemerintah untuk melihat keterkaitan antara kelestarian SDPL dengan kesejahteraan masyarakat. Baik buruknya SDPL untuk daerah seperti Kepulauan Seribu akan sangat berdampak kepada kesejahteraan masyarakat dan pada gilirannya berdampak kepada meningkatknya ekonomi wilayah Kepulauan Seribu. Program Peningkatan Ekonomi dan Kesejahteraan Alokasi program untuk peningkatan kesejahteraan terlihat lebih besar proporsinya dibandingkan dengan program pemulihan SDPL. Setidaknya hal itu dapat terlihat dari dua bidang yang ada yaitu bidang ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Beberapa program yang bertujuan untuk peningkatan kesejahteraan yang terdapat di bidang ekonomi antara lain : Pengembangan Sea Farming, teknis sosial ekonomis, sumber daya dan lingkungan, The Attraction Of Tourism 2008 Enjoy Jakarta Marine Island, Pendampingan UKM di Kepulauan Seribu, Pengembangan produk unggul Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, Pengembangan fasilitas Docking kapal nelayan di Pulau Untung Jawa. Dari sekian program yang ada, yang berkenaan langsung dengan masyarakat pesisir di P. Panggang dan P. Pramuka adalah program pengembangan Sea farming right . Program ini dilaksanakan oleh pemerintah daerah kabupaten kepulauan Seribu dengan bekerjasama dengan PKSPL IPB. Program sea farming merupakan upaya diversifikasi usaha melalui pengembangan budidaya laut budidaya kerapu. Program ini telah memberi alternatif usaha bagi nelayan dan masyarakat pesisir lainnya yang biasanya sangat tergantung dari usaha nelayan. Masyarakat menyatakan bahwa program ini sangat membantu masyarakat karena menjadi alternatif usaha, kesulitan permodalan untuk membuat usaha budidaya teratasi dengan metode pembentukan kelompok dan pembayaran secara cicil dalam kelompok ini. Masyarakat bisa mendapatkan benih kerapu dengan cara mencicil biaya yang dikoordinir dalam sebuah kelompok. Model tersebut menurut masyarakat sangat membantu kesulitan modal yang selama ini menajdi permasalahan usaha. Namun, memang sebagian masyarakat khususnya pembudidaya ikan kerapu yang tidak mengikuti program menganggap bahwa sebaiknya program pendampingan tidak hanya dilakukan kepada para anggota kelompok, tetapi juga pembudidaya kerapu lain yang tidak menjadi kelompok. Sedangkan program yang bertujuan langsung untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat tertampung dalam satu bidang yang secara khusus dibuat yaitu bidang kesejahteraan masyarakat. Klasifikasi bidang kesejahteraan masyarakat dilaksanakan untuk menjawab permasalahan di bidang pendidikan, kesehatan, olahraga dan kesenian. Klasifikasi program di bidang kesejahteraan masyarakat dapat dilihat pada Tabel 89. Tabel 89 Program Umum Bidang Kesejahteraan Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu Bidang Program Pendidikan Peningkatan kualitas SDM Kepulauan Seribu melalui penguatan kelembagaan Rehap rumah dinas guru di Pulau Pari dan Pulau Panggang Kesehatan Pembangunan Puskesmas di Pulau Lancang Ketenagakerjaan Magang pemuda Kepulauan Seribu Pendataan ketenagakerjaan Kepulauan Seribu Olahraga Pembangunan tribun lapangan sepakbola Pulau Pramuka Pembangunan lapangan tenis dan futsal di Pulau Karya Kebudayaan Kegiatan wisata bahari oleh pelajar Umum Penyediaan lahan pemakaman Sumber : Skenario Renstra Pemerintah Daerah Kabupaten Kepulauan Seribu 2008 diolah Melihat program di bidang kesejahteraan masyarakat yang dialokasikan, ternyata secara umum masih belum menyentuh kebutuhan dasar masyarakat. Program yang ada justru hanya bersifat sekunder dan bukan kebutuhan pokok. Sedangkan untuk menjawab permasalahan pendidikan, program yang ada berupa peningkatan kualitas SDM dan rehab rumah guru. Program peningkatan kualitas tidak dijelaskan secara detail programnya. Sedangkan untuk rehab perumahan guru, hal ini bertujuan meningkatkan kualitas hidup guru. Program ini sangat penting untuk menjaga kualitas belajar mengajar. Karena kesejahteraan guru akan berpengaruh kepada pola mengajarnya. Secara umum program-program ini masih belum menyentuh persoalan yang sebenarnya. Program ini hanya akan menyelesaikan persoalan penunjang dan bukan persoalan pokok. Peningkatan kualitas SDM dapat berupa fasilitasi pendidikan, pengadaan buku dan kebutuhan sekolah, pelatihan-pelatihan dan kegiatan lainnya. Permasalahan ini untuk menjawab permasalahan kultural yaitu rendahnya SDM. Sedangkan penyebab utama kemiskinan masyarakat pesisir lebih disebabkan karena kondisi struktural seperti ketiadaan akses dan kontrol terhadap sumber daya pesisir dan laut. Kebijakan lainnya bisa dilihat dari program prioritas yang dijalankan di Kepulauan Seribu. Terdapat empat program kerja yang menjadi prioritas antara lain dua program di bidang pariwisata, dua bidang lainnya lebih ke pengadaan sarana dan pemukiman. Dua program di bidang pariwisata dilakukan di Pulau Lancang dan pulau Tidung kecil. Sedangkan dua bidang lainnya berkaitan langsung dengan P. Pramuka yaitu peningkatan kualitas lingkungan dan pemukiman di P. Panggang. Program peningkatan kualitas lingkungan di P. Pramuka terdiri dari beberapa proyek antara lain : 1 Penyediaan IPAL di Pulau Pramuka; 2 Penyelesaian jalan lingkar keliling Pulau Pramuka; 3 Pembuatan taman interaktif di lingkungan pemukiman; 4 Mempercantik dermaga kolam labuh depan Kantor Kabupaten; 5 Pembuatan restoran apung di Pulau Pramuka; 6 Pembuatan tribun VIP lapangan olah raga Pulau Pramuka. Program peningkatan lingkungan yang dilaksanakan di P. Pramuka masih terlihat tidak sesuai dengan permasalahan lingkungan yang ada. Penyusunan program ini mungkin terkait dengan status P. Pramuka sebagai ibu kota Kabupaten Kepulauan Seribu. Sehingga yang lebih diutamakan mendorong P. Pramuka sebagai pusat jasa dan pelayanan. Program-program ini menurut penuturan masyarakat tidak menyentuh langsung kebutuhan masyarakat. Beberapa proyek memang bermanfaat seperti pembangunan jalan lingkar P. Pramuka, namun program lainnya lebih bersifat sekunder dan pemborosan biaya. Karena taman yang sejatinya ramai, tidak dilengkapi dengan fasilitas dan acarakegiatan. Sedangkan rekreasitempat bermain bagi masyarakat P. Pramuka khususnya sudah tersedia laut dengan panoramnya yang indah. Proyek-proyek yang dijalankan pemerintah dirasakan kurang memberikan manfaat, sehingga terkesan pemborosan biaya. Saran yang telah dibangun dan tidak diiringi dengan perawatan yang baik dan pemeliharaan yang tepat menyebabkan banyak sarana yang telah dibangun tidak terawat. Sedangkan kebutuhan masyarakat seperti usaha-usaha alternatif, pelibatan aktif masayarakat dalam kegiatan pariwisata, kurangnya sarana pendidikan dan permasalahan kesehatan belum dilayani dengan baik. Pelaksanaan program pembangunan seperti inilah yang membuat masyarakat menjadi apatis, tidak peduli dan tidak mau tahu dengan lingkungannya. Sedangkan program nasional yang diterima oleh masyarakat Kepulauan Seribu termasuk masyarakat di P. Panggang dan P. Pramuka adalah program pengembangan kecamatan dan program P2KP. Program ini berbasiskan kepada pengadaan sarana dan prasarana serta permodalan bagi usaha kecil. Tinjauan Kebijakan Tinjauan kebijakan ini akan mengacu pada kategorisasi dari Damanhuri 1997 yang membagi teori pembangunan ke dalam tiga besar teori yaitu teori liberal, teori kritis radikal dan teori heterodox. Kebijakan pemerintah daerah Kepulauan Seribu akan coba ditelusuri dengan mencari basis pijakan teori yang melatarbelakangi. Dari pijakan ini setidaknya setiap proses akan diketahui latar belakang dan tujuan akhirnya. Identifikasi program didasarkan atas kriteria- kriteria yang mencirikan teori ekonomi tertentu. Matrik penciri utama dari setiap program ekonomi dan kesejahteraan dijelaskan dalam Tabel 90. Tabel 90 Matrik Penciri Utama Berdasarkan Teori Ekonomi No Ciri-Ciri Liberal – Kapitalis Struktural – Kritis Heterodox 1 Pendekatan Individual – kapitalis dan orientasi profit yang dominan Anti individu- kapitalis Kolektivitas komunis, Koperasi modern sosial dan Nasionalisasi Kekuatan Ekonomi lokal 2 Basis analisa Mentalitas, perilaku individu Individu, Negara, pasar, central- pheriphery Nilai tradisional dan modern 3 Alat analisa Tehnokratis : dalam pengambilan keputusan demokrasi berbasis kekuatan kapital Elit sentral communis : demokrasi perwakilan buruh, tani, nelayan Partisipatory decision making process gotong royong Konsensus Negara, swasta, legislatif 4 Tujuan pembangunan Growth oleh individu, privat sektor yang dominan Growth oleh sentral komunisNegara Keseimbangan swasta, Negara dan koperasi sosial demokratis Kesejahteraan masyarakat lokal 5 Nilai Nilai luar modern menguat Nilai luar sentral komunissosial menguat Nilai lokal menguat Sumber : Hasil Wawancara dgn Prof. Didin S. Damanhuri, 2009 Dimodifikasi Kebijakan yang akan ditinjau lebih kepada beberapa bidang yang dianggap penting dan berkenaan secara langsung dengan pengembangan ekonomi wilayah dan kesejahteraan masyarakat. Bidang-bidang antara lain bidang ekonomi dan kesejahteraan masyarakat serta program prioritas wilayah di tahun 2008 ini ditinjau dari tiga teori ekonomi. Setiap program dicari relevansinya dengan ciri- ciri yang dimiliki oleh tiga teori ekonomi liberal-kapitalis, struktural-kritis dan heterodox. Chek list dilakukan pada setiap nomor yang menunjukkan ciri khusus dari masing-masing teori. Program yang mendapatkan chek list terbanyak menunjukkan platform ideologi dari masing-masing program. Program Ekonomi Tabel 91 menunjukkan beberapa program ekonomi yang dijalankan oleh pemerintah Kabupaten Kepulauan Seribu. Pemerintah Kabupaten Kepulauan Seribu memiliki enam program utama di bidang ekonomi yang berkaitan langsung dengan masyarakat pesisir. Tabel 91 Program Bidang Ekonomi No Program Frek Frek Frek 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 Rehabilitasi ekosistem Kepulauan Seribu mangrove, terumbu karang, padang lamun, pohon produktif √ √ 2 √ √ √ 3 2 Pengembangan Sea Farming Right , teknis sosial ekonomis, sumber daya dan lingkungan √ 1 √ √ √ √ √ 4 3 The Attraction Of Tourism 2008 Enjoy Jakarta Marine Island √ √ √ √ 4 √ 1 4 Pendampingan UKM di Kepulauan Seribu √ √ √ √ 4 √ 1 5 Pengembangan produk unggul Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu √ 1 √ 1 √ √ √ 3 Teori Liberal Teori Radikal Teori Heterodox Tabel 92 Platform Ideologi Program Bidang Ekonomi No Program Teori Liberal Teori Radikal Teori Heterodox 1 Rehabilitasi ekosistem Kepulauan Seribu mangrove, terumbu karang, padang lamun, pohon produktif √ 2 Pengembangan Sea Farming Right , teknis sosial ekonomis, sumber daya dan lingkungan √ 3 The Attraction Of Tourism 2008 Enjoy Jakarta Marine Island √ 4 Pendampingan UKM di Kepulauan Seribu √ 5 Pengembangan produk unggul Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu √ Tabel 92 memperlihatkan bahwa lima program kerja yang ada di bidang ekonomi menunjukkan bahwa tiga program berhaluan heterodox, dua program berhaluan liberal dan satu program berhaluan radikal. Beberapa program yang berhaluan heterodox antara lain : 1 Rehabilitasi ekosistem Kepulauan Seribu mangrove, terumbu karang, padang lamun, pohon produktif ; 2 Pengembangan Sea Farming, teknis sosial ekonomis, sumber daya dan lingkungan ; 3 Pengembangan produk unggul Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu. Program-program tersebut mendorong terjadinya transformasi dalam struktur ekonomi, sosial dan kultural. Partisipasi masyarakat dalam pembuatan keputusan nampak terlihat dalam program rehabilitasi ekosistem Kepulauan Seribu. Masyarakat diminta partisipasinya dalam menentukan lokasi rehabilitasi ekosistem dan pertanggungjawaban akan keberlanjutan program. Namun tingkat partisipasi tersebut kurang berjalan dengan baik karena faktanya pemerintah masih sering menggunakan pola pendekatan top-down dan hanya menghubungi beberapa elite desa yang diklaim sebagai representasi seluruh warga masyarakat. Sedangkan program pengembangan sea farming dimasukkan dalam pendekatan heterodox karena keunggulannya terletak pada aspke kemandirian yang terbangun di kalangan masyarakat pembudidaya ikan. Sea farming adalah sistem pemanfaatan ekosistem perairan laut angkal berbasis marikultur dengan tujuan akhir untuk meningkatkan sumberdaya ikan bagi keberlanjutan perikanan tangkap dan aktivitas berbasis kelautan lainnya seperti ekowisata bahari. Sea farming tidak sama dengan marikultur. Marikultur dan kegiatan ekonomi berbasis sumberdaya laut lainnya adalah sub-sistem dalam sea farming PKSPL, 2008. Pengembangan sea farming merupakan model inovasi pengembangan usaha perikanan melalui keramba jaring apung KJA, keramba jaring tancap KJT, penculture, rumput laut, hatchery skala responden dan pengolahan ikan. Program ini bertempat di P. Semak Daun dan anggotanya kebanyakan dari P. Panggang. Program sea farmi ng dibuat sebagai bentuk diversifikasi usaha bagi masyarakat pesisir khususnya nelayan. Selama ini nelayan hanya mengandalkan usaha penangkapan yang sangat tergantung dari kondisi alam dan musim. Kebanyakan nelayan tidak mempunyai usaha alternatif atau mempunyai usaha lain, sehingga ketika musim paceklik datang, petani banyak terjebak dalam keberhutangan dan terciptalah pengangguran. Melalui pengembangan usaha baru, menciptakan harapan lain selain usaha penangkapan yang selama ini banyak terjadi di kalangan nelayan. Program sea farming dijalankan dengan menggunakan tiga pilar utama yaitu : 1 fishing right ; 2 insentif teknis dan sosial ekonomi; 3 pengelolaan sumberdaya. Dalam pilar kedua, menekankan pada pengembangan skill teknis, skill bisnis dan social capitalizing trust building. Sedangkan dalam pilar ketiga lebih menekankan pada pengelolaan lingkungan perairan, pengaturan pemanfaatan sumberdaya dan natural capitalizing. Sedangkan program ketiga yang masuk dalam kategori berhaluan heterodox adalah program pengembangan produk unggulan Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu. Pada program ini lebih menekankan pada kekuatan ekonomi lokal sebagai basis pengembangan produk. Program dijalankan dengan memadukan antara nilai tradisional dan modern. Program yang lebih berhalauan liberal tercermin dalam program The Attraction Of Tourism 2008 Enjoy Jakarta Marine Island. Program ini lebih memberi ruang bagi sektor privat dalam bentuk investasi di bidang pariwisata. Pengambilan keputusan lebih didasarkan atas kekuatan kapital dan pasar mempunyai peranan penting dalam kesuksesan program. Ciri-ciri program yang seperti ini lebih dekat kepada pendekatan liberal yang lebih menekan pada pertumbuhan ekonomi dan kekuatan individu. Beberapa ciri dari pendekatan liberal dalam program bidang ekonomi tersebut adalah : 1 Tujuan program berorientasi PAD, pertumbuhan, distribusi dan nilai kompetitif barang; 2 pasar mempunyai peranan besar dalam kesuksesan program yang diindikasikan dengan promosi; 3 investor dalam hal ini pemilik kapital mempunyai peranan dominan; 4 menguatnya nilai-nilai kemodernan karena adanya banyak atraksi wisata. Hanya terdapat satu program yang berhalauan struktural yaitu Pendampingan UKM di Kepulauan Seribu. Dalam proses pendampingan tujuan akhirnya adalah membangun kemandirian usaha bagi UKM. Pemerintah dalam hal ini mempunyai peranan dominan khususnya dalam menfasilitasi UKM baik dalam bidang permodalan, pemasaran dan pengembangan kelembagaan usaha. Pendampingan UKM mendorong agar UKM tidak terjebak pada pola patronase akibat ketiadaan akses terhadap sumber-sumber permodalan maupun pemasaran. Kondisi ini seringkali membawa UKM kepada ketergantungan yang tinggi kepada pemilik modal dan pengusaha besar. Program Kesejahteraan masyarakat Sedangkan dalam bidang kesejahteraan masyarakat mayoritas program juga lebih banyak berhalauan liberal. Dari empat program yang berkenaan langsung dengan masyarakat pesisir di Kelurahan P. Panggang, tiga diantaranya berhalauan liberal yaitu 1 Magang pemuda Kepulauan Seribu ; 2 Pendataan ketenagakerjaan Kepulauan Seribu; 3 Kegiatan wisata bahari oleh pelajar. Pencirian program lebih dekat kepada halauan liberal diindikasikan oleh beberapa hal yang merujuk kepada ciri-ciri pendekatan liberal. Pada program magang pemuda Kepulauan seribu, aspek mental dan perilaku individu menjadi salah satu ciri khas pendekatan liberal. Pendekatan dalam program ini adalah meningkat skill individu agar bersikap terampil, perilaku positif dan modern sesuai dengan kebutuhan kerja. Orientasi dari program ini diperkirakan untuk membangun individu yang kompetitif dalam dunia kerja atau setidaknya dapat berwiraswasta. Sebagai konsekwensinya maka indiviu yang magang harus mengenal nilai-nilai modern agar bisa maju dan terampil dalam mengoperasikan tehnologi tertentu. Ciri pendekatan liberal lainnya adalah terserapnya tenaga kerja dan mengurangi pengangguran. Program ini mempunyai kemiripan dengan program pendataan ketenagakerjaan Kepulauan Seribu. Tujuan dari program ini diduga adalah untuk mengurangi pengangguran dengan melakukan pendataan awal ketenagakerjaan. Basis analisa dari program ini adalah lebih menekankan pada perubahan perilaku individu dan mental yang siap kerja. Satu-satunya program yang bercirikan pendekatan non liberal adalah program peningkatan kualitas SDM Kepulauan Seribu melalui penguatan kelembagaan. Program ini lebih dekat kepada pendekatan heterodox karena beberapa ciri antara lain : pertama, pengembangan kualitas SDM didasarkan atas faktor kelembagaan. Penguatan faktor kelembagaan merupakan upaya untuk membangkitkan kekuatan lokal seperti jaringan sosial, organisasi masyarakat dan aturan yang berkembang di masyarakat. Ciri kedua, penekanan pada aspek partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program. Jenis-jenis kegiatan disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat. Program bidang kesejahteraan masyarakat dan platform ideologinya dapat dilihat pada tabel 93 dan 94 di bawah ini. Tabel 93 Program Bidang Kesejahteraan Masyarakat No Program Frek Frek Frek 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 Peningkatan kualitas SDM Kepulauan Seribu melalui penguatan kelembagaan √ √ 2 √ √ √ 3 2 Magang pemuda Kepulauan Seribu √ √ √ 3 √ √ 2 3 Pendataan ketenagakerjaan Kepulauan Seribu √ √ √ √ √ 5 4 Kegiatan wisata bahari oleh pelajar √ √ √ √ 4 √ 1 Teori Liberal Teori Radikal Teori Heterodox Tabel 94 Platform Ideologi Program Bidang Kesejahteraan Masyarakat No Program Teori Liberal Teori Radikal Teori Heterodox 1 Peningkatan kualitas SDM Kepulauan Seribu melalui penguatan kelembagaan √ 2 Magang pemuda Kepulauan Seribu √ 3 Pendataan ketenagakerjaan Kepulauan Seribu √ 4 Kegiatan wisata bahari oleh pelajar √ Selain dua bidang penting di atas, yang perlu mendapatkan perhatian juga adalah program kerja yang menjadi prioritas pengembangan wilayah Kepulauan Seribu di Tahun 2008. Prioritas program lagi-lagi lebih banyak didominasi oleh program yang berbasiskan kepada pendekatan liberal. Investasi pariwisata bahari menjadi pilihan utama bagi pemerintah Kepulauan Seribu guna meningkatkan pembangunnya. Kebijakan pembangunan pariwisata bahari tidak memiliki nilai adaptabilitas dan keadilan karena kurangnya memberikan manfaat bagi nelayan dan masyarakat pulau. Kawasan pariwisata bahari akan menjadi kawasan khusus dan ekslusif dengan kepemilikan usaha dan pengelolaan biasanya diserahkan kepada investorswasta. Pola seperti ini jelas dilakukan dengan tujuan untuk mengejar pertumbuhan ekonomi, PAD dan PDRB. Banyaknya pulau-pulau kecil yang disulap menjadi pulau wisata tanpa pelibatan masyarakat di dalam pengelolaan hanya akan menyingkirkan masyarakat ke jurang kemiskinan dan ketiadaan aset. Nelayan akan semakin kehilangan akses terhadap sumber daya pesisir dan laut, apalgi undang-undang No.27 Th 2007 tentang pengelolaan pesisir dan laut tentang HP3 semakin membuka ruang lebar bagi masuknya para investor dalam menguasai pulau-pulau kecil. Kepadatan penduduk semakin tinggi, sedangkan lahan untuk tinggal seperti di P. Panggang dan Pramuka semakin terbatas. Sedangkan pulau-pulau lain yang seharusnya bisa menjadi lokasi baru pemukiman, justru disewakan kepada investor untuk kegiatan wisata bahari. Keterdesakan masyarakat sebagai akibat melonjaknya populasi dan tidak adanya ruang untuk tinggal akan berdampak kepada munculnya perilaku-perilaku negatif masyarakat seperti merusak sumber daya alam yang ada. Degradasi sumber daya pesisir dan laut khususnya ekosistem terumbu karang bukan semata karena permasalahan teknis semata akibat pengeboman atau ketidaktahuan masyarakat, tapi lebih karena terbatasnya akses masyarakat terhadap SDPL akibat pola kepemilikan lahan yang sudah berubah dari bersifat common menjadi komoditas. Pola investasi seperti ini terjadi karena adanya perselingkuhan antara kaum pengusaha yang merepresentasikan kelompok kapitalisborjuis dengan elit birokrat yang memberikan ijin usaha. Elit penguasa dan yang menopang elit pengusaha sebetulnya adalah yang paling bertanggungjawab terhadap proses ekploitasi yang luas dan dalam di negara miskin. Dalam definisi penganut marxian, kelompok ini biasa disebut sebagai kelas ”komprador” compradore class. Klas otoriter birokratis inilah yang menjembatani kepentingan kapitalis dengan kekuatan modalnya, mengekploitasi rakyat miskin. Kolaborasi pemilik modal dalam program-program pembangunan melahirkan inefisiensi dalam pembangunan. Akibatnya banyak program yang tidak bisa berjalan efektif. Pola investasi pariwisata bahari merupakan bentuk lain dari kebijakan yang pro pasar. Memang hal itu menjadi salah satu strategi dari pemerintah daerah Kabupaten Kepulauan Seribu seperti tertera dengan jelas paa butir 13 dari skenario rencana strategis Kepulauan Seribu yang berbunyi ” Meningkatkan dan membangun infrastruktur ekonomi yang baik termasuk pelayanan investasi guna menarik investor yang simple, kebijakan pro pasar dan bermitra dengan dunia usaha Public Private Partnership”. Kebijakan sangat jelas menunjukkan bahwa kebijakan pemerintah daerah Kepulauan Seribu didominasi oleh haluan liberal. Namun masih ada program yang sebetulnya dapat menjadi penyemangat hidup masyarakat P. Panggang dan P. Kelapa yaitu penyediaan pemukiman. Program ini terkesan aneh dan susah untuk dicapai maksimal mengingat luas lahan kosong di P. Panggang dan P. Kelapa sudah sangat terbatas. Luas P. Panggang saja hanya 9 Ha dan saat ini jumlah penduduk mencapai 5.481 jiwa. Kondisi perumahan yang ada di P. Panggang sangat padat dan berdempetan. Bahkan dalam sebuah sumber, tingkat kepadatan P. Panggang lebih tinggi dibandingkan Jakarta. Kondisi rumah berdempetan menyebabkan kualitas pemukiman tidak nyaman. Begitu halnya dengan P. Kelapa merupakan pulau yang sangat padat penduduknya. Program penyediaan pemukiman pada satu sisi penting dilakukan karena memenuhi kebutuhan dasar penduduk, namun jika dilaksanakan di lokasi yang tidak sesuai hanya akan mengakibatkan penambahan penduduk, pengurangan daya dukung lingkungan dan pemborosan biaya. Demikian halnya dengan program kualitas lingkungan pulau Pramuka. Beberapa kegiatan dalam program ini antara lain : 1 Penyediaan IPAL di Pulau Pramuka; 2 Penyelesaian jalan lingkar keliling Pulau Pramuka; 3 Pembuatan taman interaktif di lingkungan pemukiman; 4 Mempercantik dermaga kolam labuh depan Kantor Kabupaten ; 5 Pembuatan restoran apung di Pulau Pramuka ; 6 Pembuatan tribun VIP lapangan olah raga Pulau Pramuka. Dari enam sub program yang ada, hanya penyediaan IPAL dan kegiatan jalan lingkar keliling yang dapat diharapkan dapat meningkatkan kenyamanan hidup masyarakat. Pola kegiatan ini sebetulnya lebih condong kepada pendekatan liberal karena lebih banyak pendekatannya biasanya dilakukan melalui proyek-proyek jangka pendek. Tujuan membangun harmoni dan kenyamanan memang dapat dilakukan melalui pemenuhan kebutuhan psikologis melalui rekreasi dan wisata. Tapi membangun tempat wisata di daerah wisata, apakah merupakan kebijakan yang tepat, mengingat Kepulauan Seribu merupakan tujuan wisata. Tabel 94 memperlihatkan program prioritas wilayah tahun 2008 Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu ditinjau dari teori ekonomi. Tabel 95 Program Prioritas Wilayah Tahun 2008 No Program Frek Frek Frek 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 Menjadikan Pulau Lancang sebagai kawasan wisata andalan kedua setelah Pulau Untung Jawa √ √ √ √ 4 √ 1 2 Penyediaan pemukiman bagi masyarakat di Pulau Panggang dan Pulau Kelapa serta melakukan kajian penyediaan sumber tenaga listrik di Pulau Damar √ √ √ 3 √ 1 √ 1 3 Menjadikan Pulau Tidung Kecil sebagai kawasan wisataagro dan edukasi √ √ √ √ 4 √ 1 4 Meningkatkan kualitas lingkungan Pulau Pramuka sebagai kawasan percontohan Ibukota Kabupaten √ √ √ 3 √ 1 √ 1 Teori Liberal Teori Radikal Teori Heterodox Tabel 96 Platform Ideologi Program Prioritas Wilayah Tahun 2008 No Program Teori Liberal Teori Radikal Teori Heterodox 1 Menjadikan Pulau Lancang sebagai kawasan wisata andalan kedua setelah Pulau Untung Jawa √ 2 Penyediaan pemukiman bagi masyarakat di Pulau Panggang dan Pulau Kelapa serta melakukan kajian penyediaan sumber tenaga listrik di Pulau Damar √ 3 Menjadikan Pulau Tidung Kecil sebagai kawasan wisataagro dan edukasi √ 4 Meningkatkan kualitas lingkungan Pulau Pramuka sebagai kawasan percontohan Ibukota Kabupaten √ Melihat kebijakan yang ada melalui program kerja di bidang ekonomi dan kesejahteraan masyarakat serta program-program prioritas terlihat bahwa kebijakan yang dijalankan pemerintah Kepulauan Seribu lebih berhalauan liberal. Strategi pengembangan ekonomi ditekankan kepada pertumbuhan ekonomi dengan tujuan pembangunan ditekankan pada tingginya PAD dan PDRB. Pola pendekatan pembangunan seperti ini merupakan cerminan dari kebijakan pemerintah pusat. Kepulauan Seribu yang masih berada dalam wilayah DKI Jakarta tentunya sangat dipengaruhi oleh kebijakan yang ada di atasnya. Pendekatan liberal memberi ruang sebesar-besarnya kepada mekanisme pasar dengan strategi mendatangkan investor dalam mengelola pulau-pulau kecil di Kepulauan Seribu untuk berbagai pemanfaatan khususnya sebagai lokasi wisata bahari. Investasi pariwisata bahari terbukti hanya akan membatasi akses nelayan dan masyarakat pesisir untuk memanfaatkan sumber daya pesisir dan laut. Mekanisme pengelolaan yang cenderung ekslusif hanya akan menjadikan nelayan semakin tersudut dan terpojok pada lingkungan hidup yang kumuh, padat, sesak dengan kondisi sumber daya alam yang semakin rusak. Faktor alam dan pola pendapatan yang sangat ditentukan musim, ditambah akses yang terbatas, pola hubungan ekploitatif di lingkungan nelayan dan lemahnya faktor kelembagaan dan kebijakan, semakin memperburuk masa depan kehidupan nelayan dan masyarakat pesisir serta memperjelas kemiskinan kronis yang akan dideritanya.

7.3.3 Peran Taman Nasional Kepulauan Seribu TNKS