Teori Heterodox Teori Pembangunan Tentang Kemiskinan

meningkatnya dominasi pengetahuan komposisional terhadap pengetahuan kontekstual. Menurut Forbes 1983 lapangan tengah dari ”ekonomi politik” menjadi terlalu sesak, sementara pertanyaan mengenai wawasan seperti lingkungan dan organisasi tempat yang memperoleh perlakuan, relatif jarang diamati. Ekonomi politik keterbelakangan lebih memusatkan pada isyu yang relatif kecil dan menjauhkan peneliti kritis dari aneka ragam penelitian yang berkaitan.

C. Teori Heterodox

Peralihan kapitalisme dari negara pusat kepada negara pinggiran dintodusir melalui investasi asing, mengandaikan terciptanya industrialisasi di negara pinggiran. Ketergantunganpun muncul bagi negara pinggiran kepada negara pusat. Setidaknya demikian kritik yang banyak dilontarkan oleh penganut teori dependensia dalam menyikapi proses modernisasi dan liberalisasi ekonomi. Namun, muncul keraguan dalil bahwa peralihan ke arah kapitalisme di pinggiran, tertahan. Begitu halnya, dengan kemunculan keajaiban-keajaiban ekonomi di Asia seperti yang terjadi di Korea Selatan dan munculnya negara-negara industri maju di Asia dan Amerika Latin Higgot, 1984 dalam Forbes 1983. Menurut Forbes 1983 industrialisasi di pinggiran merupakan proses yang paling mutakhir dan tidak berarti membuktikan argumen bahwa peralihan ke arah kapitalisme masih terus berlangsung dalam cara seperti yang terjadi di Barat. Bentuk industrialisasi yang terjadi di pinggiran menunjukkan sejumlah perubahan yang bergerak jauh dalam sifat kapitalisme itu sendiri dan hanya dapat dipahami dalam konteks yang lebih luas. Fenomena keajaiban ekonomi Asia menjadikan Damanhuri 1996 berpendapat, apakah model manajemen Asia yang menjadikan negara-negara –yang dicap sebagai negara pinggiran- ini dapat berkembang begitu pesat . Nilai-nilai tradisional dan kebudayaan lokal yang selama ini dianut dengan kuat oleh bangsa-bangsa seperti Jepang, Korea dan Indonesia sendiri, diyakini berpengaruh terhadap pola ekonomi yang berkembang di negara-negara Asia tersebut. Untuk menjelaskan fenomena ini, pisau analisis lain perlu digunakan dengan berpijak kepada realitas sosial ekonomi dan budaya politik masyarakat bangsa tersebut. Selain pandangan dari kelompok modernis dan strukturalis atau yang oleh Damanhuri 1997 dikategorikan sebagai teori liberal dan radikal tersebut, terdapat pandangan lain yang menyempal dari keduanya, yaitu apa yang disebut dengan teori heterodox. Pendukung teori ini seperti Gunnar Myrdal Swedia, F. Perroux Perancis dan A. Hirchman USA. Menurut Damanhuri 1997 kelompok ini mengajukan negasi bahwa pembangunan development lebih luas dari pertumbuhan growth, yang tidak cukup hanya disimpulkan melalui indikator-indikator pertumbuhan. Tetapi, pembangunan mencakup sejumlah transformasi dalam struktur ekonomi, sosial, dan kultural yang menyertai dan mendasari terjadinya pertumbuhan. Pembangunan harus melingkupi perubahan mental dan sosial yang membawa kemampuan mereka untuk tumbuh F. Perroux dalam Damanhuri, 1997 dan perbaikan gizi Myrdal, 1957 dalam Arif 1998. Menurut Myrdal 1957 dalam Arif 1998 hubungan ekonomi antara negara-negara maju dengan negara-negara yang belum maju telah menimbulkan ketimpangan internasional dalam pendapatan perkapita dan kemiskinan di negara- negara belum maju. Myrdal menambahkan bahwa penyebab utama terjadinya keterbelakangan di negara berkembang adalah kemajuan ilmu dan teknologi, kehadiran pasaran yang luas dan konsentrasi modal keuangan di negara-negara maju. Sebaliknya di negara-negara yang belum maju selain rakyat mempunyai pendapatan per kapita yang rendah terdapat juga tingkat hubungan yang rendah, pertumbuhan penduduk yang tinggi, tingkat keterampilan yang rendah, kesehatan penduduk yang tinggi, tingkat keterampilan yang rendah, kesehatan penduduk yang buruk dan tidak berkembangnya industri-industri rakyat akibat rendahnya harga barang-barang manufaktor impor. Solusi memberantas kemiskinan tersebut menurut Myrdal harus dilakukan dengan campur tangan pemerintah terutama dalam mempengaruhi kekuatan pasar bebas. Namun, bagi Ul Haq 1983 mekanisme pasar seringkali senjang akibat pembagian pendapatan dan kekayaan yang berlaku sehingga pasar bukan petunjuk yang dapat diandalkan untuk menentukan tujuan-tujuan nasional. Menurut Mahbub Ul Haq, kemiskinan – seperti kaum liberal menganjurkan- tidak dapat diperangi secara tidak langsung melalui laju pertumbuhan yang merembes ke rakyat banyak. Namun, kemiskinan harus diserang langsung. Proses ketimpangan dalam pembangunan antara negara maju dan negara dunia ketiga juga disebabkan karena tidak adanya kebebasan. Sen 1999 mengatakan bahwa pembangunan harus dilihat sebagai sebuah proses “perluasan” kebebasan manusia the process of expanding the real freedom, bukan sekedar mengatasi persoalan ekonomi semata. Masih menurut Sen 1999 bahwa kebebasan yang dimaksud meliputi kebebasan politik, fasilitas ekonomi, sosial opportunities , jaminan transparansi, dan perlindungan keamanan. Sen 1999 kemudian memperkenalkan suatu formula pengukuran kemiskinan yang dikenal sebagai Sen Indeks yakni suatu konsep yang saat ini diaposi PBB sebagai standar untuk mementukan tingkat Human Development Indeks HDI.

2.3.2 Kesenjangan Pembangunan