Pramuka Tingkat Kesejahteraan Responden P. Panggang dan P. Pramuka Perumahan

sakit. Data yang tidak jauh berbeda ditunjukkan responden di P. Pramuka ketika sakit. Sebanyak 66,67 responden di P. Pramuka lebih memilih berobat ke puskesmaspustu ketika sakit, 22,22 memilih berobat ke RS dan 33,33 membeli obat warung jika sakit. Tabel 46 Kecenderungan Anggota Responden Jika Keluarga Sakit Pengobatan P. Panggang

P. Pramuka

Total berobat ke RSDokter praktek 10.00 22.22 15.79 berobat ke puskesmasbidanpustu 80.00 66.67 73.68 berobat ke dukun 3.33 1.75 menggunakan obat warung 30.00 33.33 31.58 Sumber : Data Primer Data ini menunjukkan bahwa pemanfaatan RS masih kecil sebagai tempat pengobatan bagi penderita sakit. Pemanfaatan RS lebih tinggi di P. Pramuka dibandingkan di P. Panggang karena keberadaan fisik RS berada di P. Pramuka. Namun masyarakat di kedua pulau ini lebih suka berobat ke puskesmasbidanpuskesmas pembantu pustu pada saat sakit. Padahal ketersediaan puskesmaspustu sedikit jumlahnya di Kelurahan P. Panggang. Gambar 12 menunjukkan ketersediaan sarana kesehatan dan tenaga kesehatan di Kelurahan P. Panggang. 1 1 1 5 1 2 3 4 5 6 Jumlah Rumah Sakit Unit Jumlah Rumah Sakit Bersalin Unit Jumlah Puskesmas Unit Jumlah Puskesmas Pembantu Unit Jumlah PosyanduUnit Gambar 12 Jumlah Sarana Kesehatan di Kelurahan P. Panggang Seperti ditunjukkan Gambar 12 di atas, jumlah sarana kesehatan sangat minim terdapat di Kelurahan P. Panggang. Sarana yang tersedia antara lain posyandu 1 unit, puskesmas 1 unit, puskesmas pembantu 1 unit dan rumah sakit 1 unit. Tingginya animo masyarakat untuk berobat ke puskesmas, tetapi dibatasi oleh fasilitas kesehatan yang kurang memadai di puskesmas, menunjukkan minimnya kepedulian pemerintah daerah terhadap kesehatan masyarakat Kelurahan P. Panggang. Keberadaan RS mungkin bisa menjawab kekurang pedulian tersebut, namun keterbatasan fasilitas dan peralatan RS menjadikan RS tersebut tidak dapat difungsikan dengan baik. Masyarakat Kelurahan P. Panggang menganggap RS yang terdapat di P. Pramuka hanya menjadi tempat pertolongan pertama terhadap penderita sakit dan masih tetap perlu dibawa ke Jakarta. Hal ini menunjukkan adanya kesalahan atau bias dalam pelaksanaan pembangunan. Biasnya kebijakan ini juga ditandai oleh minimnya tenaga medis yang berdomisili di Kelurahan P. Panggang. Data Podes 2006 seperti yang terdapat dalam Tabel 47 menunjukkan bahwa tenaga medis yang tersedia di Kelurahan P. Panggang antara lain 1 orang dokter wanita, 2 orang mantri kesehatan, 1 orang bidan dan 1 dukun bayi terlatih. Data ini menggambarkan adanya ketidakseimbangan antara sarana kesehatan yang tersedia dengan jumlah tenaga medisnya. Keberadaan RS harusnya diimbangi dengan ketersediaan fasilitas dan peralatan kesehatan serta tenaga medis yang memadai sehingga RS betul-betul menjadi pusat pengobatan masyarakat Kepulauan Seribu umumnya dan Kelurahan P. Panggang khususnya. Karekteristik kesehatan lain yang menjadi patokan kesejahteraan keluarga adalah tingkat akses air bersih, keikutsertaan program KB, kepemilikan askeskin dan jumlah bayiibu meninggal saat melahirkan. Tabel 48 menunjukkan bahwa 68,97 responden di P. Panggang selalu mendapatkan akses air bersih, 13,79 tidak selalu mendapatkan akses dan 17,24 tidak mendapatkan akses air bersih. Sedangkan responden di P. Pramuka menunjukkan bahwa 44,44 selalu mendapat akses air bersih, 3,70 tidak selalu mendapat akses dan 51,85 tidak mendapatkan akses air bersih. Tabel 47 Ketersediaan Tenaga Kesehatan dan Penerima Gakin PULAU PANGGANG 1 2 1 1 573 171 B idan yang ti nggal d i De sa K el ura h an in i O ra n g D u kun B ayi Terl at ih ya ng t in gga l di DesaKel u rahan ini Orang P en eri m kart u s eha t kart u pe se rta prog ra m j amina n k es ehat an m asy ar ak at m isk in d ala m setah u n te rakhir kel uarga Ju mla h “S ura t Mi sk in ” yang dike luarka n da la m s et ahun te rakhir s ura t Nam a Desa Kelu rah an Dokt er P ri a ya n g t inggal di DesaKel u rahan ini Orang Dokte r W anit a ya ng t inggal di DesaKel u rahan ini Orang M antri Ke se ha ta n y ang ti ng ga l di DesaKel u rahan ini Orang Sumber : Podes, 2006 BPS Jakarta Dari ketersediaan akses terhadap air bersih terlihat bahwa responden P. Panggang lebih banyak mendapatkan akses air bersih dibandingkan responden di P. Pramuka. Kesulitan dalam mendapatkan akses air bersih dapat dimaklumi mengingat kondisi geografis P. Panggang dan P. Pramuka yang berupa pulau kecil dengan tangkapan air bersih yang sangat terbatas. Sumber air bersih dan juga air minum bagi masyarakat Kepulauan Seribu rata-rata berasal dari air hujan. Data BPS tahun 2007 menunjukkan bahwa 68,44 air hujan dijadikan sebagai sumber air minumbersih, 15,63 air kemasan, 14,69 ledeng eceran, 0,63 dari pompa dan 0,63 dari sumber lainnya. Keterbatasan akses air bersih ini menjadi permasalalahan pokok bagi masyarakat yang mendiami pulau kecil seperti P. Panggang dan P. Pramuka mengingat tingkat serapan air tawar yang sangat terbatas. Faktor lain yang erat kaitannya dengan tingkat kesejahteraan responden adalah jumlah anak. Semakin banyak jumlah anak berarti semakin besar tanggungan kepala responden. Dengan demikian pembatasan jumlah anak perlu diperhatikan agar tercapai keluarga sejahtera salah satu caranya dengan mengikuti program KB. Tabel 48 menunjukkan bahwa rata-rata responden di P. Panggang dan P. Pramuka meningkat kesadarannya dalam membatasi jumlah anak dengan ikut program KB. Peserta program KB tercatat sekitar 73,33 responden di P. Panggang 74,07 di P. Pramuka. Tabel 48 Persentase Responden Menurut Kepemilikan Askeskin, Keikutsertaan Program KB, Akses Air Bersih dan Kegagalan Melahirkan Akses Kesehatan P. Panggang

P. Pramuka Total