Analisis Daya Dukung Lingkungan dengan Ecological Footprint

susenas DKI Jakarta, data podes, Kabupaten dalam angka serta data kondisi terumbu karang yang diperoleh dari Yayasan Terumbu karang Indonesia Terangi dan instansi lainnya. Dalam penentuan tingkat kesejahteraan dan tingkat konsumsi menggunakan tehnik survey rumah tangga di mana unit sampel adalah rumah tangga nelayan, pembudidaya, pengolah dan pedagang ikan. Metode pengambilan data tingkat kesejahteraan dilakukan berdasarkan teknik purposive sampling melalui wawancara dan kuisioner kepada masyarakat dan nelayan terpilih. Dalam tehnik Purposive sampling pengambilan contohnya ada unsur kesengajaan di dalamnya dan pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu dalam hal ini berdasarkan jenis usaha perikanan yang ada di lokasi dan dominan dikerjakan. Jenis usaha masyarakat pesisir meliputi usaha penangkapan, budidaya, pengolahan dan perdagangan. Pada usaha penangkapan lebih difokuskan pada nelayan ikan karang yang menggunakan motor tempel selanjutnya disebut nelayan tradisional. Jumlah responden masing-masing lokasi P. Panggang dan P. Pramuka sebanyak 30 orang. Sehingga total jumlah responden sebanyak 60 orang. Populasi nelayan terdiri dari 15 orang, pembudidaya 5 orang, pengolah ikan 5 orang dan pedagang 5 orang. Jumlah nelayan porsinya jumlahnya lebih banyak karena fakta di lapangan menunjukkan bahwa mayoritas masyarakat pesisir di kedua pulau tersebut berprofesi sebagai nelayan. Jumlah ini dianggap mewakili populasi nelayan dan masyarakat pesisir lainnya karena anggota populasi relatif bersifat homogen.

3.5 Metode Analisis Data

3.5.1 Analisis Daya Dukung Lingkungan dengan Ecological Footprint

Metode ecological footprint mengacu kepada hasil penelitian yang diperkenalkan oleh Haberl et.al 2001 yang mengukur ecological footprint di Austria pada periode 1926–1995. Ecological footprint dari ekonomi nasional dihitung melalui pendugaan lahan produktif secara ekologis yang diperlukan untuk mempertahankan aliran materi bahan dan enerji termasuk di dalamnya adalah untuk memproduksi barang dan untuk menyerap limbah atau bahan ikutan yang ditimbulkan dan lahan untuk infrastuktur buit-up land. Sementara itu jumlah lahan untuk mengabsorpsi jumlah CO 2 atau untuk susbtitusi bahan bakar bio, biofuels, terhadap bahan bakar fosil didasarkan pada rata-rata produktivitas hutan dunia dan diasumsikan konstan. Memang di dalam menghitung ecological footprint dengan periode jangka panjang ini time series pertanyaan yang muncul adalah data produktivitas lahan yang mana yang akan digunakan untuk menkonversi aliran biomas ke dalam luas lahan footprint PKSPL, 2005. Di dalam penelitiannya, Haberl et al. 2001 menggunakan 3 metode yang berbeda. Metode yang pertama menggunakan data produktivitas rata-rata dunia tahun 1995 sebagai acuan tetap. Metode yang kedua menggunakan data produktivitas rata-rata dunia pada tahun yang bersangkutan bervariasi. Metode yang ketiga menggunakan data produktivitas lokal pada tahun yang bersangkutan. Di dalam kajian ini akan digunakan data produktivitas global pada tahun yang tetap. Dengan menggunakan metode ini maka footprint yang diperoleh adalah dalam satuan global. Sementara itu biocapacity berdasarkan data lokal. Oleh karena itu harus dilakukan koreksi adjustment dengan menggunakan ”yield factor ” Ferguson, 2002. Yield faktor YF adalah perbandingan antara produktifitas lokal terhadap produktifitas global. Dengan menggunakan data produktivitas global rata-rata dunia maka ecological footprint dihitung dengan rumus : EF i = DE i Y gbl i EF = ∑ EF i EF i : Ecological Footprint produk ke-i EF : Total Ecological Footprint dalam satuan global DE i : Domestic Extraction produk ke-i Y gbl I : Yield produktivitas global produk ke-i Sementara itu biocapacity BC dihitung menggunakan rumus : BC lok = ∑ A k A k : luas land cover kategori ke-k Agar biocapacity dapat diekspresikan secara global setara dengan perhitungan ecological footprint, maka biocapacity dikalikan dengan YF. BC = ∑ A k YF k A k : luas land cover kategori ke-k YF k : Yield factor land cover kategori ke-k Selanjutnya daya dukung lingkungan CC dihitung dari : CC = BC EF Analisis selanjutnya adalah membandingkan komponen EF i yang sejenis dengan CC k yang sesuai. Analisis ini untuk melihat komponen Efi mana yang tersedia di lokasi dan Efi mana yang tidak tersedia dan harus disediakan di daerah lain di luar P. Panggang dan P. Pramuka. Data analisis ini secara struktural dapat digambarkan pada Tabel 3. Tabel 3 Tabel Isian Untuk Analisis Footprint Kategori Produktivitas Y =kgHa Konsumsi DE=Kgkapita Komponen footprint FP =Hakapita Biocapacity BC = Ha 1.Bahan pangan pokok KebunTegalan Ladang - Padi - Jagung - Sayuran - Buah - Lain-lain - Teh - Kopi - Gula - Kapas Sub-Total 2. Bahan pangan dari Terumbu karang Luas ekosistem Terumbu karanglaut 4 mil - ikan karang - Kerang - Teripang - ikan lainnya Sub-Total 3. Bahan konsumsi dari Mangrove Mangrove -Kayu bangunan - Kayu bakar - Nipah - Benur ikan - Kepiting - Udang Sub Total T o t a l

3.5.2 Analisis Daya Dukung Ekosistem Terumbu Karang