Kerangka Konseptual Keterkaitan Kemiskinan dan Lingkungan

penilaian secara lengkap pada skala global terhadap ekosistem penting di dunia. Dengan demikian, maka Millenium Ecosystem Assessment merupakan suatu tindakan nyata untuk menutupi kesenjangan ini, sekaligus merupakan suatu upaya kerjasama internasional untuk memetakan kesehatan planet kita. Millenium Ecosystem Assessment MA dibentuk dengan melibatkan pihak pemerintah, swasta, lembaga swadaya masyarakat dan ilmuwan untuk mendapatkan penilaian yang terintegrasi terhadap perubahan ekosistem yang diakibatkan oleh kegiatan manusia, serta untuk menganalisa pilihan-pilihan yang tersedia guna meningkatkan fungsi ekosistem agar dapat memenuhi kebutuhan hidup manusia Kehati, 2001.

2.4.1 Kerangka Konseptual Keterkaitan Kemiskinan dan Lingkungan

Sejak tahuan 1970-an, telah banyak pihak yang menyepakati bahwa kemiskinan dan penurunan kualitas lingkungan memiliki hubungan yang sangat kuat. Komisi Dunia untuk lingkungan dan pembangunan Komisi Bruntland menulis 1987 : Banyak pihak di dunia yang terjebak dalam penurunan sirkular berkepanjangan. Orang miskin terpaksa mengambil manfaat dari sumber daya alam secara berlebihan agar bisa bertahan hidup, dan pengabaian mereka terhadap lingkungan pada akhirnya mengabaikan mereka, hingga pada akhirnya kemampuan mereka untuk bertahan hidup menjadi semakin sulit dan tidak pasti. Dampak dari adanya tumpang tindih antara pertumbuhan populasi dan marginalisasi ekonomi bagi kelompok miskin serta menurunnya kualitas lingkungan telah mendorong keyakinan bahwa komunitas miskin akan merasakan penurunan jangka panjang dalam menghadapi perubahan ekonomi dan demografi Durning, 1989 ; Grepperud, 1997 dalam Lubis 2005. Keterkaitan antara kemiskinan dan lingkungan bukan hanya terkait masalah populasi penduduk dan ekonomi, namun lebih komplek dari itu. Forsyth, et.al. 1998 melihat terdapat interaksi dari perubahan biofisika lingkungan, keberagaman persepsi lokal dalam menilai lingkungan dan tanggapan lembaga lokal atas perubahan sumber daya alam yang ada. Jewson dan MacGregor 1997 memahami dimensi lingkungan dalam dua konteks yang berbeda. Pertama, konteks lingkungan sebagai ruang fisik tempat interaksi berbagai mahluk di muka bumi ini Physical spatial context dan konteks lingkungan sebagai wujud interaksi antar manusia social context. Kenyataannya, kegiatan manusia secara umum telah banyak mengakibatkan kerusakan lingkungan yang cukup serius Mascarenhas, 1994. Dalam banyak kasus, degradasi lingkungan mengakibatkan dampak yang kronis bagi masyarakat miskin. Komunitas miskin umumnya hidup dalam kondisi lingkungan yang sangat buruk : tidak ada air bersih untuk dikonsumsi, tidak tersedia infrastruktur pembuangan sampah dan limbah cair, tidak tersedianya akses jalan yang memadai, terbatasnya fasilitas pendidikan dan kesehatan Hukka, et.al, 1991. Pemandangan seperti itu terjadi juga di berbagai tempat di negara sedang berkembang, termasuk di Indonesia. Di berbagai tempat di negara berkembang, kehidupan masyarakatnya sendiri terancam karena air bersih kurang, kesehatan lingkungan tidak memadai, rumah penuh sesak, penyakit, wabah dan bencana alam Ul Haq, 1983. Kondisi kerusakan lingkungan dan kemiskinan seperti ini, menghadapkan negara sedang berkembang pada pilihan antara pembangunan dan melindungi lingkungan. Ada dua jensi pilihan yang dihadapi negara sedang berkembang : Pertama, masyarakat dihadapkan pada pilihan bila sumber daya alam tertentu atau lingkungan terancam rusak akibat kebijaksanaan mengejar pertumbuhan ekonomi. Pilihan kedua, menyangkut pilihan antara memenuhi kebutuhan pokok rakyat banyak dan menghemat sumber daya alam tertentu yang dibutuhkan untuk mutu kehidupan. Keterkaitan antara kemiskinan dan isu lingkungan pada hakekatnya merupakan sebuah siklus yang sangat komplek. Bank Dunia 1994 mengidentifikasi tiga keterkaitan utama antara degradasi lingkungan dan dampaknya bagi masyarakat miskin, yaitu : 1 Kesehatan lingkungan Environmental health : masyarakat miskin sangat menderita jika air, udara dan tanah, dimana mereka hidup mengalami polusi 2 Sumber penghidupan Livelihoods : masyarakat miskin cenderung untuk tergantung secara langsung pada sumber daya alam, sehingga jika tanah, vegatasi dan sumber air terdegradasi maka masyarakat miskin akan merasakan dampak yang signifikan 3 Kerentanan Vulnerability : masyarakat miskin seringkali bersinggungan dengan bahaya lingkungan dan tidak mampu mengatasi kejadian tersebut. Pengukuran kesejahteraan terkait dengan penggunaan tanahlahan dalam suatu populasi masyarakat. Selain itu, ketergantungan masyarakat terhadap suatu sumberdaya sangat menentukan tingkat kesejahteraan masyarakat. Menipisnya sumberdaya dalam suatu ekosistem seperti ekosistem pesisir, berakibat pada menurunnya produksi masyarakat, menurunnya pendapatan masyarakat dan tentunya pola konsumsi masyarakat juga akan berkurang. Pada gilirannya kesejahteraan masyarakat akan semakin menurun. Menipisnya sumberdaya dapat disebabkan adanya ekploitasi berlebih tanpa melihat kapasitas ekosistem untuk pulih kembali dan terus memproduksi. Kemampuan ekosistem untuk menampung pemanfaatan tanpa mengurangi produktifitasnya disebut sebagai daya dukung. Manik 2003 melihat bahwa daya dukung sangat erat kaitannya dengan kesejahteraan masyarakat dimana terdapat ketergantungan tinggi masyarakat tersebut terhadap sumberdaya ekosistem yang berada di lingkungannya. Seperti contoh daya dukung untuk populasi manusia pada hakekatnya adalah jumlah individu dalam keadaan sejahtera yang dapat didukung oleh suatu satuan sumberdaya dan lingkungan, tanpa terjadi pencemaran dan kerusakan pada sumberdaya dan lingkungan itu. McCall 1995 mengemukakan bahwa daya dukung merupakan alat untuk analisis penggunaan tanah dan data populasi yang sistematis. Dalam penelitian daya dukung lingkungan, paling tidak terdapat dua variabel pokok yang perlu diketahui untuk melakukan analisis Riyadi et.al., 2005 yaitu : 1 potensi lahan yang tersedia termasuk luas lahan, dan 2 jumlah penduduk. Seluruh aktivitas manusia dalam mencukupi kebutuhan hidup selalu membutuhkan ruang, sehingga ketersediaan lahan sangat besar pengaruhnya terhadap aktivitas manusia. Demikian juga, besarnya jumlah penduduk dalam suatau wilayah ruang akan sangat menentukan kemampuan wilayah tersebut untuk mendukung penduduknya, sehingga memperoleh suatu standar hidup yang layak.

2.5 Pendekatan Ekonomi Politik dan Kelembagaan