Faktor-Faktor Ekonomi dan Politik Model-Model Ekonomi

Sweezy, Bukharin, Fine dan Horrison yang kemudian melahirkan teori ekonomi politik baru. Teori ekonomi politik baru lebih dikenal menggunakan pendekatan materialisme sejarah. Pendekatan atas studi interaksi antara ekonomi dan politik seperti yang dikembangkan oleh Marx dapat disebut juga sebagai ekonomi politik modern Frey, 1978 dalam Deliarnov 2006. Pendekatan-pendekatan yang berkembang selain Marxis terdapat juga Neo-Marxis, pendekatan teori sistem, pendekatan institusional atau tradisional, hingga pendekatan pilihan publik public choice approach . Ada yang berpendapat bahwa ekonomi politik modern itu pada dasarnya adalah penerapan satu metode pokok – yakni model ekonomi mengenai preferensi, pilihan dan kendala- terhadap prilaku-prilaku non-pasar Schneider, 1989 dalam Ersson dan Lane 1990. Pendekatan-pendekatan ekonomi politik modern ini mempunyai banyak kesamaan pada fokusnya yang diletakkan pada hubungan timbal balik atau resiprositas antara politik dan ekonomi dalam pengertian yang seluas-luasnya.

B. Faktor-Faktor Ekonomi dan Politik

Dalam melihat interaksi ekonomi dan politik, seringkali ditemui berbagai masalah atau pertanyaan mengenai pengaruh faktor-faktor politik terhadap kondisi sosial ekonomi suatu negara. Secara umum diyakini bahwa pertumbuhan ekonomi lebih mudah dipahami melalui kajian atas variabel-variabel seperti tingkat pertumbuhan investasi seperti ditegaskan oleh teori Harrod-Domar atau pendekatan fungsi produksi neo klasik Solow, 1988; Chauduri, 1989 dalam Lane dan Ersson 1990. Mempelajari pembangunan ekonomi harus memperhitungkan kekuatan sosial dalam konteks yang lebih luas, seperti Lewis menyarankan diperhatikannya sektor pertanian, dan Myrdal menganjurkan untuk memperhatikan agama Thrilwall, 1986; Chenery dan Srinivasan, 1988 dalam Lane dan Ersson 1990. Pengaruh politik dalam pertumbuhan ekonomi sering dijumpai dalam berbagai bentuk seperti dalam bentuk institusi-institusi politik maupun kebijakan pemerintah. John Zysman 1983 mengatakan bahwa kebijakan-kebijakan publik pemerintah di bidang industri sangat besar pengaruhnya terhadap perintisan dan pengembangan apa yang oleh Rostow disebut sebagai tahapan tinggal landas take-off. Hipotesis Olson mengatakan apa yang disebut sebagai sklerosa institusional institutional sclerosis dalam kepolitikan di suatu negara mengakibatkan merosotnya tingkat rata-rata pertumbuhan ekonomi negara itu Olson, 1982. Sedangkan hipotesis Weede menyatakan bahwa demokrasi sebagai sebuah jenis rezim memberi pengaruh negatif terhadap menurunkan tingkat pertumbuhan ekonomi Weede, 1984b dalam Lane dan Ersson 1990.

C. Model-Model Ekonomi

Politik Bidang studi ekonomi politik yang tengah berkembang saat ini, tidak hanya menyoroti interaksi antara fenomena ekonomi dan politik, tapi juga mengaitkan kajian dari berbagai macam model ekonomi politik berjangka pendek dan panjang. Model ekonomi politik berjangka pendek yakni yang berfokus kepada fungsi popularitas politik dan siklus bisnis. Sedangkan jangka panjang yakni yang memusatkan perhatiannya kepada kinerja-kinerja berbagai rezim, serta pola-pola kebijakan publik dan tingkat perumbuhan ekonomi di berbagai negara. Tingkat pertumbuhan ekonomi di setiap berbeda sangat beragam dan menjadi fokus perhatian dalam bidang studi ekonomi politik. Teori ekonomi politik yang paling populer dalam memotret hal ini adalah teori kesenjangan gap theory . Teori kesenjanganpun mendapatkan kritik sejalan dengan kemunculan negara-negara industri baru menjawab argumen bahwa negara dunia ketiga senantiasa ditakdirkan tetap terbelakang Lane dan Ersson, 1990. Model ekonomi-politik lain yang banyak terinspirasi dari pemikiran Marx adalah model sistem dunia world system model dan berbagai model negara state model Frank, 1967; Wallerstein, 1979; Szentes, 1983 dalam Lane dan Ersson 1990. Pendekatan ekonomi-politik terus berkembang sejalan dengan perkembangan pembangunan politik dewasa ini. Politik merupakan bidang yang sangat komplek dan multidimensional, didalamnya mencakup aspek dan fenomena politik yang sangat beragam. Dibutuhkan modifikasi teori-teori sistem politik agar dapat menjelaskan berbagai perubahan politik. Untuk memperbaiki model ekonomi politik, berbagai aspek politik tersebut perlu diperinci secara lebih tajam dan mengidentifikasi bagaimana interaksinya dengan faktor-faktor ekonomi. Menurut Lane dan Ersson 1990 salah satu model yang banyak dikembangkan adalah model institusionalisasi. Model ini mencoba menguraikan sebab-sebab bervariasinya tingkat pertumbuhan ekonomi di antara negara-negara OECD. Konsep ini diduga menyajikan uraian yang lebih tajam dan jernih sehingga dianggap sebagai kemajuan dari rangkaian analisis terhadap konsep pembangunan politik.

2.5.2 Kelembagaan