97 pencemaran berupa fosfor P yang berasal dari lahan sawah sebesar 5.087,60
kgtahun LPPM-UMJ, 2006.
Selain itu, dari sektor pertanian juga terjadi erosi lahan. Dari hasil perhitungan PSDA Sumbar 2005, sedimentasi akibat erosi lahan di sekitar danau
yang masuk ke badan perairan danau mencapai 2.410 ton per tahun. Terjadinya erosi dan sedimentasi ini pada akhirnya juga akan meningkatkan transpor hara
dari penggunaan lahan yang terdapat di sekitar danau yang masuk ke perairan danau.
5.3. Beban Pencemaran Perairan Danau
Pada penelitian ini, analisis beban pencemaran yang masuk ke perairan danau dilakukan dengan melalui 2 pendekatan, yaitu 1 penghitungan
berdasarkan beban limbah cair yang masuk melalui sungai, dan 2 estimasi pendugaan berdasarkan jenis kegiatan aktivitas masyarakat di sekitar perairan
danau. Hasil estimasi diperoleh dari perkalian antara sumber penghasil limbah dalam hal ini jenis aktivitas masyarakat dengan konstanta beban limbah organik.
A. Penghitungan Beban Pencemaran Danau melalui Sungai
Sumber pencemaran yang masuk ke perairan Danau Maninjau secara umum berasal dari luar danau limbah domestik dan dari dalam danau limbah
KJA. Penghitungan beban pencemaran bertujuan untuk mengetahui dan mengidentifikasi sumber pencemaran, jenis pencemar dan besarnya beban
pencemar yang masuk ke perairan danau. Penghitungan beban pencemaran yang masuk ke danau bersumber dari
landbased sources luar danau, sangat terkait dengan debit sungai yang mengalir
masuk ke perairan danau. Penghitungan beban pencemaran dari parameter limbah organik COD dan BOD
5
, erosi TSS, dan zat hara nitrogen dan ortofosfat dihitung berdasarkan perkalian antara debit sungai dengan konsentrasi parameter
kualitas air yang diteliti. Beban pencemaran total yang berasal dari luar danau adalah besarnya beban pencemar yang berasal dari enam sungai utama yang
mengalir ke perairan Danau Maninjau, yaitu Sungai Limau Sundai, Batang Maransi, Bandar Ligin, Sungai Jembatang Ampang, dan Batang Kalarian serta
Sungai Tembok Asam. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 26.
98 Tabel 26. Total beban pencemaran dari sungai yang masuk ke perairan Danau
Maninjau Januari-Juli 2006 tontahun
N0 Para-
meter
S t a s i u n
Total SL.
Sundai Bt.
Maransi Br.
Ligin SJ.
Ampang Bt
Kalarian ST.
Asam 1 TSS
134,44 117,06 167,18
246,06 248,35
150,16 1063,25 2 COD
20,30 18,18 21,28
39,66 37,79
20,55 157,75
3 BOD
5
5,60 2,72 5,96
7,61 8,31
3,86 34,05
4 N-NO
3 -
0,49 0,41 0,67
0,93 0,93
0,50 3,95 5 N-NH
3
0,56 0,53 0,64
1,17 1,07
0,62 4,59 6 PO
4 3-
0,37 0,28 0,64
0,89 0,70
0,42 3,30
Sumber: Data diolah, 2006 Keterangan: SL = Sungai Limau; Bt = Batang; Br = Bandar; SJ = Sungai Jembatan
ST = Sungai Tembok
Berdasarkan Tabel 26, terlihat bahwa beban pencemar terbesar yang masuk ke perairan Danau Maninjau adalah berupa TSS, diikuti oleh bahan
organik sulit urai COD. Sungai Batang Kalarian dan Sungai Tembok Asam merupakan sumber pemasok terbesar TSS yang masuk ke perairan danau, masing-
masing menyumbang sebesar 248,35 ton dan 246,063 ton per tahun. Sungai Jembatan Ampang dan Batang Kalarian memberikan konstribusi yang besar
terhadap pemasukan COD ke perairan danau yaitu masing-masing 39,658 dan 37,791 ton per tahun. Batang Kalarian merupakan pemasok terbesar limbah
organik mudah urai BOD
5
ke perairan Danau Maninjau, yaitu sebesar 8,305 ton per tahun. BOD
5
masuk ke perairan danau dengan jumlah yang relatif sama dari ke enam sungai yang mengalir ke perairan danau. Untuk limbah organik hara N-
NO
3 -
, N-NH
3
, dan ortofosfat Batang Kalarian merupakan pemasok limbah tertinggi yang masuk ke perairan danau. Terjadinya perbedaan nilai dari beban
pencemaran di masing-masing sumber pencemar tersebut dipengaruhi oleh besarnya masing-masing debit sungai yang mengalir ke danau.
B. Penghitungan Beban Pencemaran dari Aktivitas Penduduk
Daerah-daerah di sekitar sempadan Danau Maninjau dengan berbagai aktivitasnya merupakan daerah yang potensial sebagai penyumbang limbah cair
yang masuk ke perairan danau. Besarnya beban limbah yang berasal dari berbagai aktivitas penduduk yang berada di sekitar perairan danau dihitung berdasarkan
perkalian antara jenis aktivitas penduduk dengan konstanta beban limbah, khususnya untuk parameter limbah organik dan hara; BOD
5
, COD, N dan P
99 ortofosfat. Aktivitas penduduk di sekitar sempadan danau, pada umumnya
adalah permukiman, peternakan dan pertanian serta perhotelan. Penghitungan pendugaan beban limbah secara rinci disajikan pada Lampiran 4.
Sungai Limau Sundai melalui permukiman Nagari Maninjau dengan jumlah penduduk 3.199 jiwa dan jumlah hotel 5 unit dengan jumlah pengunjung
per tahun sebanyak 6.575 orang, home stay sebanyak 29 buah, dan jumlah ternak sapi potong sebanyak 76 ekor. Aliran sungai ini memberikan masukan beban
limbah cair ke perairan danau berupa BOD
5
sebanyak 123,753 ton per tahun, COD 243,951 ton per tahun, 48,387 ton N per tahun serta 7,400 ton P per tahun.
Demikian juga halnya dengan Sungai Maransi yang melalui daerah permukiman Nagari Bayur sebagai daerah pertanian lahan basah sawah yang berbatasan
langsung dengan danau dengan jumlah penduduk 4.255 jiwa dan jumlah ternak sapi potong sebanyak 198 ekor. DAS ini diperkirakan memberikan sumbangan
beban limbah cair yang masuk ke perairan danau berupa BOD
5
sebanyak 102,503 ton per tahun, 217,365 ton COD per tahun, dan 38,533 ton N per tahun serta 4,372
ton P per tahun. Aliran Sungai Bandar Ligin yang melewati daerah permukiman Nagari
Sungai Batang yang jumlah penduduknya 4.019 jiwa dan jumlah ternak sapi potong 396 ekor. Daerah ini diprediksi memberikan beban limbah cair berupa
BOD
5
sebanyak 165,081 ton per tahun, COD 358,222 ton per tahun, dan 59,964 ton N per tahun serta 5,882 ton P per tahun. Sementara itu DAS Sungai Jembatan
Ampang yang melalui daerah permukiman Nagari II Koto dengan jumlah penduduk 4.781 jiwa dan 102 ekor sapi potong, diperkirakan menyumbang beban
limbah cair ke perairan danau berupa 100,719 ton BOD
5
per tahun, 203,851 ton COD per tahun, 40,373 ton N per tahun serta 5, 667 ton P per tahun.
Aliran Sungai Batang Kalarian yang melalui daerah permukiman Nagari Koto Kaciak yang jumlah penduduknya 3.670 jiwa dan hewan ternak sapi potong
sebanyak 94 ekor serta empat restoran, diperkirakan memberi sumbangan beban limbah cair berupa BOD
5
ke perairan danau sebanyak 84,160 ton per tahun, 170 ton COD per tahun, dan 32,751 ton N per tahun serta 4,526 ton P per tahun.
Begitu juga aliran Sungai Tembok Asam melalui daerah permukiman III Koto dengan jumlah penduduk 4.667 jiwa dan jumlah ternak sapi potong sebanyak 91
100 ekor, diperkirakan memberikan beban limbah cair berupa BOD
5
sebanyak 98,916 ton per tahun, COD 199,230 ton per tahun, dan 39,899 ton N per tahun serta 5,723
ton P per tahun.
C. Penghitungan Beban Limbah KJA
Berdasarkan hasil survai jumlah KJA yang terdapat di perairan Danau Maninjau sampai pertengahan 2006 sebanyak 8.955 unit yang dipasang pada
seluruh kawasan perairan Danau Maninjau. Pada KJA tersebut dibudidayakan ikan mas Cyprinus carpio L dengan padat tebar 350 kgunit KJA dan berat ikan
rata-rata 100 gramekor. Dengan demikian jumlah ikan di dalam KJA tersebut sebanyak 3.134,250 ton.
Hasil wawancara dengan petani ikan di perairan Danau Maninjau, rata-rata jumlah pakan yang diberikan untuk ikan mas untuk satu unit KJA adalah 50
kghari. Jumlah pakan yang dibutuhkan untuk 1 unit KJA selama satu periode pemeliharaan adalah 4,500 ton. Adapun lama waktu untuk satu periode
pemeliharaan saat mulai menebar sampai panen dibutuhkan waktu tiga bulan. Dengan demikian jumlah pakan yang diberikan untuk 8.955 unit KJA dalam satu
kali panen adalah 40.297,5 ton atau 161.190 ton per tahun. Hasil pengamatan lapang, menunjukkan bahwa pada umumnya petani ikan
di Danau Maninjau menggunakan pakan pellet dengan kandungan protein 18. Untuk menentukan kandungan nitrogen dan fosfor yang terdapat dalam pakan,
dilakukan dengan perkalian antara jumlah pakan JP yang diberikan dengan konstanta pakan N = 4,86 dan P = 0,26 Nastiti et al., 2001. Dengan
demikian, jumlah nitrogen dan fosfor yang terkandung dalam pakan yang diberikan pada kegiatan KJA di Danau Maninjau adalah N = 7.833,834 ton dan P
= 419,094 ton. Dari pakan yang diberikan tersebut hanya 70 yang dimakan oleh ikan, dan sisanya sebanyak 30 akan lepas ke badan perairan danau sebagai
bahan pencemar atau limbah Rachmansyah, 2004; Syandri, 2006. Sementara itu, 15–30 dari nitrogen N dan fosfor P dalam pakan akan diretensikan dalam
daging ikan dan selebihnya terbuang ke badan perairan danau Beveridge, 1987; Avnimelech, 2000. Dengan demikian dapat ditentukan jumlah beban limbah
nitrogen N dan fosfor P dari kegiatan KJA yang masuk ke badan perairan
101 danau yaitu itrogen sebesar 6.071,221 ton per tahun, dan fosfor sebesar 324,763
ton per tahun. Beban limbah yang masuk ke badan perairan danau tersebut, menurut
Midlen dan Redding 2000 yang berada dalam keadaan terlarut adalah 10 fosfor P atau sebesar 32,4763 ton dan 65 nitrogen N atau sebesar 3.9463
ton. Sementara itu yang berada dalam bentuk partikel adalah 65 fosfor P atau sebesar 211,096 ton dan 10 nitrogen N atau sebesar 607,122 ton. Sisa pakan
dalam bentuk partikel ini akan mengendap menjadi sedimen di dasar perairan danau.
D. Pendugaan Kapasitas Asimilasi Perairan Danau
Perairan danau memiliki kemampuan menampung beban pencemaran sampai pada batas-batas tertentu. Kemampuan ini dipengaruhi oleh proses
pengenceran dan perombakan yang terjadi di dalamnya. Kapasitas asimilasi didefinisikan sebagai kemampuan air atau sumber air dalam menerima beban
pencemar limbah tanpa menyebabkan terjadinya penurunan kualitas air yang ditetapkan sesuai peruntukannya.
Konsentrasi polutan yang masuk ke perairan danau akan mengalami tiga fenomena, yakni dilution pengenceran, dispersion penyebaran dan decay or
reaction reaksi penguraian. Disamping itu kemampuan badan air dalam
menerima limbah yang masuk ditentukan oleh flushing time kemampuan pembilasan atau penggelontoran dan purifikasi perairan danau. Apabila beban
limbah yang masuk ke perairan melebihi kemampuan asimilasinya, maka kondisi ini dapat menyebabkan terjadinya pencemaran.
Penghitungan kapasitas asimilasi perairan danau dalam menampung beban pencemar dilakukan secara indirect approach tidak langsung yaitu dengan
metode hubungan antara masing-masing parameter kualitas air di perairan danau dengan total beban pencemar di muara sungai. Kemudian hasil yang didapat
dibandingkan dengan baku mutu air kelas 1 yang peruntukannya digunakan sebagai sumber air baku air minum. Jika kapasitas asimilasi belum terlampaui,
menunjukkan bahwa beban pencemar yang masuk masih tergolong rendah, dimana beban yang masuk akan mengalami proses difusi atau dispersi atau
penguraian di dalam lingkungan perairan danau. Hal ini ditandai oleh nilai
102 konsentrasi parameter beban pencemar yang masih di bawah nilai ambang batas
baku mutu air. Begitu juga sebaliknya, jika nilai kapasitas asimilasinya telah terlampaui, berarti bahan yang masuk ke perairan danau tergolong tinggi.
Parameter beban pencemar yang dianalisis seperti TSS, bahan organik dan ortofosfat telah melampui kapasitas asimilasinya, sedangkan parameter lain
seperti TDS dan NO
3 -
masih di bawah kapasitas asimilasinya. Hal ini memperlihatkan bahwa perairan Danau Maninjau telah tercemar oleh TSS, bahan
organik COD, BOD
5
dan ortofosfat. Grafik kapasitas asimilasi terhadap parameter beban pencemar di perairan danau diperlihatkan pada Gambar 30-35.
Penentuan kapasitas asimilasi untuk TSS Gambar 30 dilakukan dengan persamaan regresi y = 19,72 + 0,0308 x dengan R
2
= 0,89. Hasil perpotongan garis regresi dengan garis nilai baku mutu TSS 50 mgl menghasilkan nilai
kapasitas asimilasi sebesar 984,7 ton per tahun. Hal ini menunjukkan bahwa perairan Danau Maninjau telah tercemar oleh bahan pencemar TSS.
Be ba n limba h TSS t on t h K
o n
s e
n tr
a s
i T
S S
m g
l
1150 1100
1050 1000
950 54
53 52
51 50
984,7
50
Gambar 30. Hubungan antara beban pencemar TSS di muara sungai dengan kadar TSS perairan Danau Maninjau.
Penentuan kapasitas asimilasi untuk TDS Gambar 31 dilakukan dengan persamaan regresi y = 92,35 + 0,0108 x dengan R
2
= 0,71. Hasil perpotongan garis regresi dengan garis nilai baku mutu TDS 1000 mgl menghasilkan nilai
kapasitas asimilasi sebesar 84,433 ton per tahun. Hal ini menunjukkan bahwa perairan Danau Maninjau masih mampu “membersihkan diri” atau menguraikan
limbah TDS sebesar 84.433 ton per tahun.
y = 19,72 + 0,0308 x R
2
= 0,89
103
Be b a n lim b a h T D S t o n t h K
o n
s e
n tr
a s
i T
D S
m g
l
2 3 0 0 2 2 5 0
2 2 0 0 2 1 5 0
2 1 0 0 2 0 5 0
1 1 7 , 5 1 1 7 , 0
1 1 6 , 5 1 1 6 , 0
1 1 5 , 5 1 1 5 , 0
1 1 4 , 5 1 1 4 , 0
Gambar 31. Hubungan antara beban pencemar TDS di muara sungai dengan kadar TDS perairan Danau Maninjau.
Penentuan kapasitas asimilasi untuk COD Gambar 32 dilakukan dengan persamaan regresi y = -3,918 + 0,0942 x dengan R
2
= 0,86. Hasil perpotongan garis regresi dengan garis nilai baku mutu COD 10 mgl menghasilkan nilai
kapasitas asimilasi sebesar 147,73 ton per tahun. Hal ini menunjukkan bahwa perairan Danau Maninjau telah tercemar oleh bahan organik sulit terurai COD.
Be b a n lim b a h COD t o n t h K
o n
s e
n tr
a s
i C
O D
m g
l
1 7 5 1 7 0
1 6 5 1 6 0
1 5 5 1 5 0
1 4 5 1 4 0
1 3 , 0 1 2 , 5
1 2 , 0 1 1 , 5
1 1 , 0 1 0 , 5
1 0 , 0 9 , 5
1 4 7 , 7 3
1 0
Gambar 32. Hubungan antara beban pencemar COD di muara sungai dengan kadar COD perairan Danau Maninjau.
Penentuan kapasitas asimilasi untuk BOD
5
Gambar 33 dilakukan dengan persamaan regresi y = 0,8925 + 0,0520 x dengan R
2
= 0,85. Hasil perpotongan garis regresi dengan garis baku mutu BOD
5
2 mgl menghasilkan nilai kapasitas asimilasi sebesar 21,31 ton per tahun. Hal ini menunjukkan bahwa perairan
Danau Maninjau telah tercemar oleh bahan pencemar yang mudah terurai BOD
5
.
y = - 3,918 + 0,0942 x R
2
= 0,86
y = 92,35 + 0,0108 x R
2
= 0,71
1000
84.433 Baku mutu
K apa
sitas a s
im ila
si
104
Be b a n lim b a h BOD t o n t h K
o n
s e
n tr
a s
i B
O D
m g
l
4 0 3 5
3 0 2 5
2 0 3 , 0
2 , 8 2 , 6
2 , 4 2 , 2
2 , 0 2 1 , 3 1
2
Gambar 33. Hubungan antara beban pencemar BOD
5
di muara sungai dengan konsentrasi BOD
5
perairan Danau Maninjau. Penentuan kapasitas asimilasi untuk ortofosfat Gambar 34 dilakukan
dengan persamaan regresi y = 0,163 + 0,0816 x dengan R
2
= 0,97. Hasil perpotongan garis regresi dengan garis baku mutu ortofosfat 0,20 mgl
menghasilkan nilai kapasitas asimilasi sebesar 0,46 ton per tahun. Hal ini menunjukkan bahwa perairan Danau Maninjau telah tercemar oleh limbah fosfat .
Be ba n limba h PO t on t h K
o n
s e
n tr
a s
i P
O m
g l
4 3
2 1
0,45 0,40
0,35 0,30
0,25 0,20
0,46
0,2
Gambar 34. Hubungan antara beban pencemar ortofosfat di muara sungai dengan kadar fosfat di perairan Danau Maninjau.
Penentuan kapasitas asimilasi untuk N-NO
3 -
dilakukan dengan persamaan regresi y = 0,0335 x + 0,925 dengan R
2
= 0,77. Hasil perpotongan garis regresi dengan garis baku mutu NO
3 -
10 mgl menghasilkan nilai kapasitas asimilasi sebesar 295,3 ton per tahun. Hal ini menunjukkan bahwa perairan Danau
y = 0,08 x + 0,16 R
2
= 0,97
y = 0,163 + 0,0816 x R
2
= 0,97 y = 0,849 + 0,0520 x
R
2
= 0,84
4 4
105 Maninjau masih mampu menguraikan limbah N-NO
3 -
sebesar 295,3 ton per tahun Gambar 35.
B e b a n lim b a h N O t o n t h K
o n
s e
n tr
a s
i N
O m
g l
4 , 5 0 4 , 2 5
4 , 0 0 3 , 7 5
3 , 5 0 0 , 2 6
0 , 2 5 0 , 2 4
0 , 2 3 0 , 2 2
0 , 2 1 0 , 2 0
Gambar 35. Hubungan antara beban pencemar NO
3 -
di muara sungai dengan kadar NO
3 -
di perairan Danau Maninjau. 5.4. Persepsi Masyarakat dalam Pengendalian Pencemaran Perairan Danau
A. Karakteristik Responden
Untuk mengetahui persepsi masyarakat terhadap pengendalian pencemaran perairan danau, telah dilakukan observasi terhadap 150 responden
masyarakat yang tinggal pada tiga nagari di sekitar Danau Maninjau. Karakteristik responden yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah umur, pendidikan,
pekerjaan dan pendapatan. Distribusi karakteristik responden pada tiga lokasi penelitian disajikan pada Tabel 27.
Tabel 27 memperlihatkan bahwa masyarakat di sekitar Danau Maninjau paling banyak berumur dewasa 20-55 tahun sebanyak 79,33 dan paling sedikit
berumur muda 19 tahun sebanyak 3,3. Kondisi ini menunjukkan bahwa masyarakat tersebut berada pada usia kerja yang produktif. Pendidikan
masyarakat di sekitar danau tergolong rendah yakni tamat SD sebanyak 52,67, namun masyarakat yang berpendidikan sedang atau tamat SLTP–SMU juga ada
sebanyak 42. Sedikit sekali masyarakat yang berpendidikan tinggi tamat perguruan tinggi yakni 5,3. Pada umumnya masyarakat di sekitar danau
memiliki perkerjaan sebagai petani yakni sebanyak 46, sedangkan yang lainnya bekerja sebagai pedagang, nelayan dan PNS dengan jumlah masing-masingnya
berturut-turut 20,6, 12,6 dan 11,3. Pendapatan masyarakat di sekitar danau
y = 0,925 + 0,0335 x R
2
= 0,77
10 Baku mutu
K a
pasita s
asimil asi
295,3
3
3
106 pada umumnya termasuk kategori rendah, yakni mencapai 64,6. Hal ini
menunjukkan bahwa rataan tingkat pendapatan masyarakat yang relatif masih rendah. Rendahnya tingkat pendapatan masyarakat tersebut berkaitan dengan
pekerjaan mereka yang pada umumnya adalah sebagai petani. Tabel 27. Sebaran karakteristik responden
Karakteristik
responden Kategori
pengukuran Lokasi
Total Bayur Maninjau
S. Batang
N N N n Umur
Muda 19 tahun 1
2 2
4 2
4 5
3,30 Dewasa
20–55 tahun 41 82 37 74 41 82 119
79,33 Tua 56 tahun
8 16
11 22
7 14
26 17,30
Pendidikan Rendah
≤SD tamat
26 52 27 54 26 52 79 52,67 Sedang SLTP-SMU
tamat 21 42 20 40 22 44 63 42,00
Tinggi D1-Sarjana 3
6 3
6 2
4 8
5,30 Pekerjaan
Petani 23 46 22 44 24 48 69 46,00
Nelayan 6 12
4 8
9 18
19 12,60
Pedagang 11 22
12 24
8 16
31 20,60
PNS 6 12
7 14
4 8
17 11,30
Lainnya 4 8 5 10 5 10 14 9,30
Pendapatan Rendah Rp 500.000,-
34 68
27 54
36 72
97 64,60
Sedang Rp 500.000- Rp
1.000.000 13 26 15 30 11 22 39 26,00
Tinggi Rp 1.000.0000,- 3
6 8
16 3
6 14
9,30 Sumber : Data diolah, 2006
B. Persepsi Masyarakat
Pengetahuan masyarakat yang tinggal di sekitar perairan danau mempunyai peranan yang penting dalam proses pengendalian pencemaran yang
terjadi di perairan danau tersebut. Oleh sebab itu, untuk mengetahui peranannya maka dilakukan analisis terhadap persepsinya dalam hal pengendalian
pencemaran perairan danau. Analisis ini bertujuan untuk lebih memudahkan upaya pengendalian pencemaran yang terjadi di perairan danau.
Persepsi masyarakat yang tinggal di sekitar perairan danau tentang pengendalian pencemaran yang terjadi di perairan Danau Maninjau dapat
ditentukan dari tiga jenis persepsi yaitu, persepsi tentang pencegahan pencemaran, persepsi tentang penanggulangan pencemaran, dan persepsi tentang partisipasi
masyarakat. Masyarakat yang tinggal di sekitar perairan Danau Maninjau pada umumnya memiliki persepsi yang rendah terhadap pengendalian pencemaran
107 perairan danau. Hasil penelitian tentang persepsi responden masyarakat sekitar
perairan Danau Maninjau diperlihatkan pada Gambar 36–38 dan Lampiran 7.
Persepsi masyarakat Bayur
56 24
20 64
22 14
68
18 10
10 20
30 40
50 60
70 80
Rendah Sedang
Tinggi
P e
rsen ta
se
Pencegahan Penanggulangan
Partisipasi
Gambar 36. Persentase persepsi masyarakat Nagari Bayur tentang pengendalian pencemaran perairan danau.
Dari Gambar 36 terlihat bahwa responden masyarakat Nagari Bayur memiliki persepsi yang rendah terhadap pengendalian pencemaran yang terjadi di
perairan Danau Maninjau, yaitu dalam hal pencegahan pencemaran 56, penanggulangan pencemaran 64 dan partisipasi dalam pengendalian
pencemaran 68. Sebagian kecil masyarakat yang memiliki persepsi sedang 21,3 dan sisanya memiliki persepsi yang tinggi 14,67 tentang
pengendalian pencemaran perairan danau. Rendahnya persepsi masyarakat tersebut disebabkan pengetahuan masyarakat tentang bahaya pencemaran yang
masih sangat rendah dan pendidikan yang masih rendah serta kurangnya sosialisasi kepada masyarakat.
Gambar 37 memperlihatkan bahwa responden masyarakat Nagari Maninjau memiliki persepsi yang rendah terhadap pengendalian pencemaran yang
terjadi di perairan Danau Maninjau, yaitu dalam hal pencegahan pencemaran 54, penanggulangan pencemaran 60 dan partisipasi dalam pengendalian
pencemaran 64. Hanya sebagian kecil masyarakat memiliki persepsi sedang 24, dan sisanya memiliki persepsi tinggi 16,67 tentang pengendalian
pencemaran perairan danau. Rendahnya persepsi masyarakat tersebut juga disebabkan oleh pengetahuan masyarakat tentang bahaya pencemaran yang masih
sangat rendah dan pendidikan yang masih rendah serta tidak adanya sosialisasi kepada masyarakat.
108
Persepsi masyarakat Maninjau
54 28
18 60
24 16
64
20 16
10 20
30 40
50 60
70 80
Rendah Sedang
Tinggi
P er
s en
tase
Pencegahan Penanggulangan
Partisipasi
Gambar 37. Persentase persepsi masyarakat Nagari Maninjau tentang pengendalian pencemaran perairan danau.
Gambar 38 memperlihatkan bahwa responden masyarakat Nagari Sungai Batang memiliki persepsi yang rendah terhadap pengendalian pencemaran yang
terjadi di perairan Danau Maninjau, yaitu dalam hal pencegahan pencemaran 68, penanggulangan pencemaran 72 dan partisipasi dalam pengendalian
pencemaran 68. Sebagian kecil masyarakat yang memiliki persepsi sedang 13,33 dan persepsi tinggi 10,67 tentang pengendalian pencemaran perairan
danau. Rendahnya persepsi masyarakat tersebut disebabkan pengetahuan masyarakat tentang bahaya pencemaran yang masih sangat rendah dan
pendidikan yang masih rendah serta kurangnya sosialisasi oleh pemerintah ke masyarakat.
Persepsi masyarakat Sungai Batang
68
20 12
72
18 10
68
22 10
10 20
30 40
50 60
70 80
Rendah Sedang
Tinggi
Pe rs
e n
tase
Pencegahan Penanggulangan
Partisipasi
Gambar 38. Persentase persepsi masyarakat Nagari Sungai Batang tentang pengendalian pencemaran perairan danau.
109 Persepsi masyarakat sekitar perairan danau yang rendah merupakan suatu
kondisi yang kurang menguntungkan dalam upaya melakukan pengendalian pencemaran perairan danau di masa depan. Untuk itu sangat di perlukan perhatian
dan keterlibatan semua pihak, terutama pemerintah daerah dalam upaya meningkatkan persepsi atau pengetahuan masyarakat tentang pengendalian
pencemaran yang terjadi di perairan Danau Maninjau agar danau tersebut tetap terjaga dan lestari.
5.5. Pemodelan Sistem