Komitmen Team Manajemen dalam Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) di DAOP 2 Bandung PT Kereta Api Indonesia (Persero) Tahun 2015

(1)

DAOP 2 BANDUNG PT KERETA API INDONESIA (PERSERO) TAHUN 2015

Skripsi

Oleh: Anisa Khoerunisa

1111101000107

PEMINATAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2015


(2)

(3)

ii Skripsi, September 2015

Anisa Khoerunisa, NIM, 1111101000107

Komitmen Team Manajemen dalam Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) di DAOP 2 Bandung PT Kereta Api Indonesia (Persero) Tahun 2015

xxi + 179 halaman, 11 tabel, 5 gambar, 1 bagan, 24 lampiran ABSTRAK

PT KAI merupakan perusahaan yang bergerak dibidang jasa pelayanan transportasi darat perkeretaapian. Sejak tahun 2013 PT KAI mulai merintis SMK3 berdasarkan PP No. 50 tahun 2012. Berdasarkan data kecelakaan PT KAI tahun 2014 di seluruh Dipo PT KAI diketahui terjadi kecelakaan kerja sebanyak 9 kasus. Berdasarkan kejadian kecelakaan kerja yang terjadi di DAOP 2 Bandung diketahui 5 tahun terakhir telah terjadi 6 kasus kecelakaan kerja di Dipo.

Penelitian ini bersifat kualitatif untuk mengetahui komitmen team manajemen DAOP 2 Bandung dalam penerapan SMK3 tahun 2015. Jenis data yang digunakan adalah data primer dengan observasi dan wawancara mendalam, serta data sekunder dengan telaah dokumen. Penilaian dilakukan dengan menggunakan Organizational Commitmen Questionnaires (OCQ), Senior Manajemen Commitment Indeks (SMCI) dan elemen pertama PP No. 50 tahun 2012. Analisis yang dilakukan menggunakan analisis taksonomi, domain, konten, dan komparatif

Hasil penelitian menunjukkan bahwa komitmen organisasi yang ditunjukkan DAOP 2 Bandung baik. Komitmen senior manajemen dari hasil penelitian juga menunjukkan komitmen yang tinggi terbukti dari 8 kriteria SMCI yang telah terpenuhi. Namun pemenuhan elemen pertama termasuk kedalam tingkat pencapaian kurang dengan nilai sebesar 26,92 %, hanya 7 kriteria yang terpenuhi dari 26 kriteria. Komitmen DAOP 2 Bandung secara individu sudah cukup baik tetapi komitmen tersebut belum dilaksanakan secara sistem.

Berdasarkan hasil penelitian, maka DAOP 2 Bandung disarankan membuat komitmen khusus keselamatan kerja, melakukan konsultasi dengan wakil tenaga kerja pada setiap unit, meninjau kebutuhan kebijakan khusus, melakukan peninjauan ulang terhadap kebijakan secara berkala, menunjuk penanggung jawab serta memberikannya pelatihan ahli K3 umum, melakukan sosialisasi mengenai fungsi dan wewenang penanggung jawab, membuat laporan tahunan mengenai kinerja K3, mendokumentasikan setiap kebijakan dan tindakan perbaikan yang dilakukan, manajemen melakukan evaluasi terhadap hasil tinjauan ulang, memperbaki susunan P2K3.

Daftar bacaan : 64 (Tahun 1970-2015)


(4)

iii Undergraduate Thesis, September 2015 Anisa Khoerunisa, NIM 1111101000107

Management Team Commitment in Application of Occupational Safety and Health Management System (SMK3) at DAOP 2 Bandung PT Kereta Api Indonesia (Persero) in 2015

xxi + 179 pages, 11 tables, 5 pictures, 1 charts, 24 attachments

ABSTRACT

PT KAI is a corporate which focused in railway services. Since 2013, PT KAI started to evolve SMK3 based on PP No. 50 tahun 2012. There was 9 work related accident in 2014 base on PT KAI accident report in each Dipo. And there are 6 occupational accidents based on occupational accident events which occured in DAOP 2 bandung within 5 last years.

This research is a qualitative research to find out management team commitment of DAOP 2 Bandung in applying SMK3 in 2015. The type of data used in this research is primary data which include observations and in-depthh interviews, and also secondary data which include document analysis. Assessment is carried out by using Organizational Commitment Questionnaires (OCQ), Senior Manajemen Commitment Indeks (SMCI) and first element of PP No. 50 tahun 2012. Analysis data was conducted by taxonomi, domain, content and comparative analysis.

The result of this research showed that organization commitment of DAOP 2 Bandung is in good condition. Analysis of senior management commitment showed a high commitment with 8 SMCI criterias accomplished. But the compliance of the first element wasn’t good with 29,92% criteria fulfilled and just 7 criterias accomplished out of 26 criterias. Individually, commitment of DAOP 2 Bandung is adequate enough, though the implementation wasn’t done in its system.

Base on result of the research, DAOP 2 Bandung should be better to make a particular policy about health safety and environment, to have a consultation with evwry unit’s representative, to review the need of particular policy, to review the policy regularly, to choose management representative of accupational health and safety, also ensure that management representative are trained as General OSH specialist, to do socialization about the function and the autorithy of representative, to make HSE annual report regularly to documented every policy and every corrective action was made, fot management who had to evaluate review and last but not least, re-arranging the position in P2K3

References : 64 (Tahun 1970-2015)


(5)

(6)

(7)

vi

Nama : Anisa Khoerunisa

Tempat dan Tanggal Lahir : Bogor, 24 September 1993

Alamat : Jln. H Satibi Kp. Tengah RT 03 RW 06 No.60,

Cileungsi Bogor 16820

No. Handphone : 089613679736

Alamat Email : Chachapermen34@yahoo.com

Pendidikan Formal

SD : SDN 1 Cileungsi, Bogor

SMP : SMPN 1 Cileungsi, Bogor

SMA : SMAN 1 Cileungsi, Bogor

Pengalaman Organisasi

- Staff Pengembangan Sumber Daya Manusia (PSDM) BEM Program Studi Kesehatan Masyarakat Tahun 2011-2012

- Sekretaris BEM Program Studi Kesehatan Masyarakat Tahun 2013-2014 - Menteri Kaderisasi dan Organisasi PAMI Jakarta Raya Tahun 2013-2014

- Staff Pengembangan Sumber Daya Manusia (PSDM) Tobbaco Control Yout Camp Tahun 2013

- Manajer Human Resource Develophment (HRD) Forum Studi K3 UIN Jakarta 2012-2013

- Deputi Biro Kesekretariatan PAMI Nasional Tahun 2013-2014 - Menteri Kaderisasi dan Organisasi PAMI Nasional Tahun 2015 - Sekretaris Gerakan Pita Ungu PAMI tahun 2013

Pelatihan

- Advokasi Bagi Mahasiswa “Membangun Kerangka Kerja dan Peran Strategis Mahasiswa dalam Upaya Advokasi Pengendalian Tembakau” tahun 2014 - Training Manajemen Event Tahun 2013

- Basic Fire Fighting Training Tahun 2013 - PAMI Leadhership Training Tahun 2014

- Training Sistem Menejemen K3 Base on OHSAS 18001 & PP No. 50 tahun 2012 - Training Pengendalian Tembakau Tahun 2013


(8)

vii Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Segala puji bagi Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya. Tidak lupa pula shalawat serta salam tercurah bagi Nabi Muhammad SAW. Syukur Alhamdulillah, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Komitmen Team Manajemen dalam Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) di DAOP 2 Bandung PT Kereta Api Indonesia (Persero) Tahun 2015” dengan baik.

Penulis ingin menyampaikan terimakasih atas dukungan baik secara langsung maupun tidak langsung kepada:

1. Ayahanda tercinta Suwandi dan ibunda tersayang Nuryanah yang senantiasa memberikan dukungan moril serta materil kepada penulis.

2. Iki, Ajis, Nyun yang senantiasa memberikan dukungan selama perkuliahan 3. Purwa Indra Santoso yang selalu memberikan semangat pada peneliti

4. Ibu Fase Badriah, SKM, M.Kes, Ph.D sebagai pembimbing yang senantiasa memberikan pemahaman dan wawasan dalam menyusun skripsi.

5. Ibu Catur Rosidati SKM MKM sebagai pembimbing kedua yang senantiasa memberikan bimbingan untuk menyelesaikan skripsi.

6. Ibu Iting Shofwati ST, MKKK sebagai Dosen Peminatan K3 yang telah memberikan pemahaman dan ilmu K3.

7. Ir. Rulyenzi Rasyid, M.KKK sebagai Dosen Peminatan K3 yang telah memberikan banyak ilmu K3


(9)

viii

9. Ibu Ida Hidayati sebagai pembimbing lapangan yang senantiasa mengarahkan proses pelaksanaan penelitian di PT Kereta Api Indonesia (Persero).

10.Bapak Darwin Napitupulu sebagai Manager Sarana DAOP 2 Bandung PT Kereta Api Indonesia (Persero) yang telah memberikan dukungan kepada penulis.

11.Seluruh Tim SHE PT Kereta Api Indonesia (Persero) yang senantiasa membantu penulis dalam pelaksanaan penelitian.

12.Seluruh informan dari DAOP 2 Bandung yang telah memberikan banyak informasi terkait penelitian.

13.Ita, Uni, Nju dan Aping sebagai sahabat dari semester pertama yang telah memberikan semangat dalam menjalani masa akademik di FKIK.

14.Rekan-rekan Dipo Lokomotif Bandung yang telah memberikan banyak dukungan dan perhatian selama berjalannya penelitian ini.

15.Rekan-rekan K3 2011 yang telah menjadi teman selama masa peminatan sampai saat ini.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan baik secara kontekstual maupun konseptual. Sehingga dalam hal ini penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak. Mudah-mudahan, skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis, rekan-rekan mahasiswa lain, instansi pendidikan serta perusahaan terkait.

Terima kasih atas perhatiannya.


(10)

ix

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

PERNYATAAN PERSETUJUAN ... iv

LEMBAR PENGESAHAN ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR BAGAN... xvi

DAFTAR ISTILAH ... xvii

DAFTAR SINGKATAN ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xx

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 6

1.3. Pertanyaan Penelitian ... 7

1.4. Tujuan Penelitian ... 7


(11)

x

1.5.1. Bagi Perusahaan ... 8

1.5.2. Bagi Institusi ... 8

1.5.3. Bagi Peneliti ... 8

1.6. Ruang Lingkup Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1. Pengertian Komitmen ... 9

2.2. Komponen Komitmen ... 10

2.3. Pengertian Manajemen ... 10

2.4. Unsur-Unsur Manajemen ... 11

2.5. Fungsi Manajemen ... 12

2.6. Prinsip-prinsip Manajemen ... 13

2.7. Definisi Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja ... 14

2.8. Tujuan SMK3 ... 15

2.9. Manfaat SMK3 ... 16

2.10. Proses SMK3 ... 18

2.11. SMK3 Menurut OHSAS 18001... 20

2.12. SMK3 Menurut Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012 ... 23

2.13. Kriteria Pencapaian Audit SMK3 PP No. 50 Tahun 2012 ... 25


(12)

xi

2.16.1 Organizational Commitment Questionnaire (OCQ)... 31

2.17 Kerangka Teori ... 35

BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN DEFINISI ISTILAH ... 36

3.1 Kerangka Berfikir ... 36

3.2 Definisi Istilah ... 37

BAB IV METODOLOGI ... 40

4.1. Jenis Penelitian ... 40

4.2. Lokasi dan Waktu ... 40

4.3. Informan ... 40

4.4. Instrumen Penelitian ... 41

4.5. Sumber Data ... 41

4.6. Pengumpulan Data... 42

4.7. Keabsahan data ... 43

4.8. Pengolahan Data ... 51

4.9. Analisis Data ... 51

4.10. Penyajian Data ... 57

BAB V HASIL PENELITIAN... 58

5.1. Gambaran Umum Perusahaan PT KAI ... 58


(13)

xii

5.1.4. Struktur organisasi Daop 2 ... 61

5.1.5. Komitmen Keselamatan PT KAI ... 62

5.1.6. Komitmen Keselamatan DAOP 2 Bandung ... 62

5.2. Hasil Penelitian ... 63

5.2.1. Karakteristik Informan ... 63

5.2.2. Komitmen Organisasi DAOP 2 Bandung ... 64

5.2.2. Kesimpulan Komitmen Organisasi ... 88

5.2.3. Komitmen Senior Management DAOP 2 Bandung ... 89

5.2.4. Kesimpulan Komitmen Senior Manajemen ... 103

5.2.5. Analisis Pelaksanaan Elemen Penetapan Kebijakan K3 Berdasarkan PP No. 50 tahun 2012 ... 105

5.2.6. Kesimpulan Pemenuhan Elemen Penetapan Kebijakan K3 Berdasarkan PP No. 50 Tahun 2012 ... 133

5.2.8. Analisis Taksonomi ... 135

5.2.9. Analisis Domain ... 137

5.2.10. Komitmen Team Manajemen Terhadap Penerapan SMK3 ... 140

BAB VI PEMBAHASAN ... 142

6.1. Keterbatasan Penelitian ... 142 6.2. Komitmen Team Manajemen DAOP 2 Bandung dalam Penerapan SMK3


(14)

xiii

6.4. Komitmen Organisasi ... 154

6.5. Komitmen Senior Manajemen ... 158

6.6. Pembahasan Analisis Taksonomi ... 163

6.7. Pembahasan Analisis Domain ... 165

BAB VIII SIMPULAN DAN SARAN ... 169

8.1. Simpulan ... 169

8.2. Saran ... 169

DAFTAR PUSTAKA ... 172


(15)

xiv

2.1 Klausul OHSAS 18001:2007…….………... 22

2.2 Tingkat Pencapaian Penerapan Audit……….... 26

2.3 Kategori Penilaian Komitmen Senior Management………. 30

4.1 Matriks Triangulasi……… 44

4.2 Kategori Penilaian Komitmen Senior Management………. 54

4.3 Contoh Penjumlahan Kriteria Penilaian Komitmen Senior Manajemen………. 54 4.4 Tingkat Pencapaian Elemen Pertama……… 56

6.1 Karakteristik Informan………... 63

6.2 Kategori Penilaian Komitmen Senior Management………. 104

6.3 Tingkat Pencapaian Elemen Pertama……… 134


(16)

xv

2.1 Siklus PDCA (Plant, Do, Check, Action)……….. 20

2.2 Kerangka Teori……….. 35

3.1 Kerangka Berfikir……….. 36

6.1 Struktur Organisasi PT KAI……….. 60


(17)

xvi


(18)

xvii

1. Dipo Lokomotif: Tempat perawatan ringan jarian dan bulanan lokomotif 2. Dipo Kereta: Tempat perawatan ringan harian dan bulanan kereta

3. Anjlokan: Posisi dimana roda kereta atau lokomotif keluar dari rel 4. Lokrit: Aktivitas pengawalan pegawai di lokomotif

5. Lori: Jenis kereta inspeksi bermotor atau tanpa motor

6. Audit: Proses evaluasi terhadap suatu organisasi, sistem, proses, atau produk 7. Supervisor: Seseorang yang bertanggung jawab memastikan pekerjaan yang

dilakukan dengan baik

8. Safety Sign: Media visual berupa gambar untuk ditempatkan di area kerja yang memuat pesan-pesan agar pekerja memperhatikan aspek keselamatan 9. Safety committe: Pengurus yang menangani masalah keselamatan yang di

bentuk oleh kantor pusat di setiap daerah operasional

10.Coffe Morning: Pertemuan mingguan di pagi hari yang dilakukan oleh para manajer DAOP2

11.Tekhomepay: Jumlah nilai keseluruhan gaji dan dikurangi jika ada potongan kewajiban karyawan.


(19)

xviii 1. DAOP: Daerah Operasional

2. DIVRE: Divisi Regional

3. SMK3: Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja 4. SHE: Safety Health Environment

5. PERKA: Perjalanan Kereta Api 6. PDCA: Plan Do Check Action

7. SMCI: Senior Manajemen Commitmen Indeks 8. OCQ: Organizational Commitmen Questionnaires 9. APD: Alat Pelindung Diri

10.PIC: Person In Change

11.JMI: Junior Manajer Inspector 12.ASSMEN: Asisten Manajer 13.KDT: Kepala Dipo Traksi 14.KDK: Kepala Dipo Kereta 15.KRD: Kereta Rel Diesel 16.UUK: Unit Urusan Kesehatan

17.P3K: Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan 18.PPGD: Pertolongan Pertama pada Gawat Darurat 19.BTLS: Basic Trauma Life Support

20.P2K3: Panitian Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja 21.ADM: Administrasi

22.UPT: Unit Pelaksana Teknis 23.APAR: Alat Pemadam Api Ringan


(20)

xix 26.AK3U: Ahli K3 Umum

27.KR: Kepala Ruas

28.TUPOKSI: Tugas Pokok dan Fungsi 29.SMS: Short Message Service


(21)

xx

1. Daftar Pertanyaan Senior Manajemen Commitment Indeks …………. 181

2. Pertanyaan Ogranizational Commitment Questionnaires……… 182

3. Kriteria Pembangunan dan Pemeliharaan Komitmen Berdasarkan PP No. 50 Tahun 2012………. 183

4. Item Pertanyaan Wawancara………... 185

5. Item Telaah Dokumen………. 190

6. Item Observasi……… 192

7. Hasil Observasi Pemenuhan Elemen Penerapan Kebijakan K3 di DAOP 2 Bandung……… 194

8. Hasil Telaah Dokumen Pemenuhan Elemen Penerapan Kebijakan K3 di DAOP 2 Bandung……… 195

9. Hasil Pemenuhan Senior Manajemen Commiment Indeks………. 196

10. Gap Analisis Pelaksanaan Elemen Pertama Penerapan Kebijakan K3 DAOP 2 Bandung Terhadap PP No. 50 Tahun 2012………. 197

11. Matriks Wawancara……… 200

12. Dokumen Kebijakan Keselamatan, Kesehatan dan Lingkungan PT KAI………. 226

13. Dokumen Komitmen Keselamatan PT KAI……… 227

14. Surat Keputusan Tentang Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja di Track/Jalan Rel……….. 228 15. Surat Keputusan VP DAOP 2 Bandung Tentang Pembentukan Tim


(22)

xxi

17. Dokumen Bukti Pengadaan Pelatihan DAMKAR oleh DAOP 2

Bandung………... 240

18. Tugas dan Tanggung Jawab JM, Seksi Sarana, Manajemen Dipo

Lokomotif dan Kereta………. 241

19. Surat Keputusan Direksi PT KAI Tentang Pembentukan Komite

Keselamatan di Lingkungan PT KAI……….. 248 20. Lampiran Foto Informan Penelitian……… 253

21 Lampiran Foto Pemenuhan Elemen Pertama PP. No. 50 Tahun

2012………. 254

22. Lapiran Foto Fasilitas K3 Dipo Lokomotif Bandung ……… 256 23. Lampiran Foto Fasilitas K3 Dipo Kereta Bandung……… 260 24. Surat Izin Penelitian di PT KAI……….. 263


(23)

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Angka kecelakaan kerja di dunia masih sangat tinggi. Menurut data International Labour Organization (ILO) 1 pekerja di dunia meninggal setiap 15 detik karena kecelakaan kerja dan 160 pekerja mengalami sakit akibat kerja ILO dalam Kemenkes (2014). Data sebelumnya tahun 2012 ILO mencatat angka kematian akibat kecelakaan kerja dian penyakit akibat kerja sebanyak 2 juta kasus setiap tahun ILO dalam Kemenkes (2014). Hal ini pun dialami oleh Indonesia, angka kecelakaan kerja menurut data Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek) dimana angka kecelakaan kerja cenderung naik, pada tahun 2011terjadi 99.491 kasus atau rata-rata 414 kasus kecelakaan per hari. Angka kecelakaan kerja sebanyak itu menunjukkan kenaikan dibandingkan pada tahun 2010 hanya 98.711 kasus kecelakaan kerja, tahun 2009 (96.314 kasus), tahun 2008 (94.736 kasus) dan tahun 2007 (83.714 kasus). Peningkatan kasus kecelakaan kerja di Indonesia mengharuskan Indonesia melakukan evaluasi pada tahap penerapan K3 Jamsostek dalam Dalimunthe, (2012).

Kecelakaan kerja juga kerap di alami pada kegiatan usaha PT Kereta Api Indonesia (PT KAI). Kecelakaan kerja sering kali terjadi di Dipo, Dipo merupakan tempat penyimpanan, melakukan perawatan rutin dan perbaikan ringan terhadap kereta atau lokomotif. Berdasarkan data kecelakaan kerja di Dipo tahun 2014 terjadi sebanyak 9 kasus kecelakaan yaitu diantaranya 5 luka berat dan 4 luka ringan. Hal ini juga terjadi pada Dipo Lokomotif dan Dipo Kereta Bandung, berdasarkan data 5 tahun terakhir di Dipo Kereta Bandung tercatat sebanyak 3 kasus kecelakaan kerja, 1


(24)

anjolkan kereta dan 1 hampir tertimpa kereta. Dipo Lokomotif pun mangalami hal yang sama tercatat 3 kasus kecelakaan kerja satu diantanya merupakan kecelakaan berat.

Masalah yang di alami oleh PT KAI bukan hanya seputar kecelakaan pada tenaga kerjanya namun berkaitan pula dengan kecelakaan kereta api secara umum. Data menunjukkan berfluktuasinya angka kecelakaan selama 5 tahun terakhir. Menurut data Kementerian Perhubungan tahun 2014 mengenai kasus kecelakaan kereta api dari 2010-2014. Pada tahun 2010 terjadi 42 kecelakaan kereta kecelakaan tersebut diantaranya 3 tabrakan kereta dengan kereta, 25 anjlokan, 4 terguling, 6 banjir/longsor, dan 4 kecelakaan lainnya. Pada tahun 2011 terjadi 33 kali kecelakaaan diantaranya 1 tabrakan kereta dengan kereta, 21 anjlokan, 2 terguling, 1 banjir/longsor dan 6 kecelakaan lainnya. Pada tahun 2012 terjadi 33 kali kecelakaan diantaranya 2 tabrakan kereta dengan kereta, 21 anjolkan, 2 terguling, 4 longsor/banjir, dan 2 kecelakaan lainnya. Pada tahun 2013 terjadi kenaikan kecelakaan terjadi 39 kali diantaranya 25 anjlokan, 1 terguling, 7 banjir/longsor, 6 kecelakaan lain. Pada tahun 2014 mengalami penurunan menjadi 13 kecelakaan diantaranya 10 anjlokan, 2 longsor, 1 kecelakaan lainnya.

Meski angka kecelakaan masih kerap kali terjadi tidak membuat masyarakat takut menggunakan jasa transportasi ini. Fakta lain menunjukkan bahwa kereta api masih dianggap sebagai transportasi yang cukup diminati oleh masyarakat, terbukti dengan adanya peningkatan setiap tahunnya jumlah pengguna jasa transportasi ini. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) dalam Budiawan (2014) mengenai jumlah penumpang tahun 2006-2012. Tercatat pada tahun 2006 jumlah penumpang sebanyak 159.419, tahun 2007 sebanyak 175.336 penumpang, tahun 2008 sebanyak


(25)

194.076, tahun 2009 sebanyak 203.070 penumpang, tahun 2010 menjadi 203.270 penumpang, tahun 2011 mengalami penurunan menjadi 199.337 penumpang, dan tahun 2012 mengalami peningkatan kembali menjadi 202.179 penumpang. Peningkatan jumlah penumpang ini mengharuskan PT KAI meningkatkan aspek Keselamatan (Budiawan. dkk., 2014)

Menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 bahwa kecelakaan kerja merupakan suatu masalah yang harus segera ditangani bersama, pemerintah telah menjelaskan bahwa kecelakaan kerja wajib dicegah dan ditangani oleh pekerja, pengusaha dan pemerintah. Kasus kecelakaan dapat ditangani melalui pembangunan suatu sistem yang jelas, terukur dan terarah untuk mengatur setiap kegiatan menjadi aman, maka perlu adanya Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3). Penerapan SMK3 memberikan banyak hal positif pada perusahaan. SMK3 dapat mengurangi risiko bahaya di tempat kerja dan dapat menciptakan kondisi kerja yang produktif (Silaban dkk., 2009). Berdasarkan UU Nomor 13 tahun 2003 menjelaskan tentang pelaksanaan SMK3 yang berupa kewajiban diatur dalam pasal 87 ayat (1) yang berbunyi “Setiap Perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan”.

SMK3 bukan hanya suatu kewajiban perusahaan untuk memenuhi tuntutan dari negara, tetapi merupakan upaya untuk melindungi pekerja. Seperti yang terdefinisi di dalam SMK3 berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 50 tahun 2012. SMK3 adalah bagian dari sistem manajemen perusahaan secara keseluruhan dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif.


(26)

Sebagai salah satu usaha milik negara tentu PT. KAI memiliki kewajiban mentaati peraturan pemerintah dalam melindungi pekerjanya dari ancaman kecelakaan. PT. KAI sendiri memiliki visi yaitu “Terwujudnya Kereta Api sebagai Pilihan Utama Jasa Transportasi dengan Fokus Keselamatan dan Pelayanan”. Visi ini memperjelas bahwa PT KAI memang mengutamakan aspek keselamatan. PT KAI tidak hanya bertanggung jawab pada keselamatan dan kenyamanan tenaga kerjanya sediri, tetapi memiliki tanggug jawab lebih besar untuk menjaga keselamatan pengguna jasa kereta api yakni masyarakat diseluruh Indonesia (Pranajaya. dkk., 2013). Dalam mengangkat aspek keselamatan PT. KAI membentukkan Direktorat Keselamatan dan Keamanan atau yang sering disebut SHE (Safety Health Environment). Direktorat ini terbagi menjadi dua unit besar yaitu keamanan dan keselamatan memiliki tanggung jawab menyusun kebijakan Keselamatan, Keamanan, Kesehatan dan Lingkungan.

Langkah pertama dalam membangun aspek keselamatan PT KAI membuat komitmen tertulis pada surat keputusan direksi nomor KP.501/I/4/KA-2011. Selanjutnya PT KAI berusaha untuk merintis SMK3 pada tahun 2013 dengan mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 50 tahun 2012 berdasarkan 12 elemen dengan 166 kriteria. Agar komitmen tersebut juga dimiliki oleh 9 Daerah Operasional (DAOP) yang tersebar di Jawa dan 3 Divisi Regional (DIVRE) di Sumatera, maka dikeluarkannya surat keputusan direksi nomor KEP.U/LL.507/111/2/KA-2014. Isinya berupa himbauan pada setiap daerah operasional untuk bersama-sama memiliki komitmen untuk menerapkan aspek keselamatan pada setiap kegiatan pekerjaan di lingkungan. Pada saat ini SMK3 yang dilaksanakan sampai pada tahap pelaksanaan rencana K3 yaitu identifikasi bahaya


(27)

hal ini dengan dikeluarkannya keputusan direksi PT KAI No. Kep.U/LL.507/IX/1/KA-2013.

Adanya surat keputusan direksi tersebut maka DAOP 2 Bandung membuat suatu komitmen keselamatan tertulis yang di tanda tangani oleh kepala DAOP dan jajaran manager. DAOP 2 Bandung memiliki satu Dipo Lokomif, satu Dipo Kereta, dan 53 Stasiun. DAOP 2 Bandung salah satu daerah operasional yang memiliki kegiatan cukup sibuk dalam menangani kegiatan pengangkutan penumpang kereta api keluar kota. Saat ini DAOP 2 Bandung baru menerapkan SMK3 pada departemen sarana yang membawahi satu Dipo Lokomotif dan satu Dipo Kereta.

Komitmen keselamatan tertulis yang dilakukan DAOP 2 Bandung menunjukkan bahwa pentingnya komitmen itu dibuat. Komitmen menjadi langkah awal perusahaan memiliki tekad dalam menerapkan K3 pada setiap kegiatan perusahaan. Komitmen yang tinggi menjadi salah satu faktor keberhasilan SMK3. Komitmen perlu disosialisasikan pada seluruh pihak ditempat kerja untuk mewajibkan keterlibatan semua pihak dalam perusahaan. Komitmen yang kuat dari berbagai pihak mulai manajemen sampai pada level pekerja untuk menerapkan SMK3 dapat memudahkan tahap SMK3 selanjutnya. Selain dari itu dapat terciptanya perusahaan yang selalu mengutamakan keselamatan dan kesehatan dalam bekerja sehingga dapat terciptanya budaya K3 (Luckyta. danPartiwi., 2012).

Dampak positif lain dari terbangunnya komitmen adalah dapat meningkatkan efektivitas kerja karyawan (Rahayu, 2010). Penelitian yang dilakukan Akson dan Hadikusumo tahun 2008 menunjukkan bahwa kunci utama yang mendorong keberhasilan sistem K3 ialah keterlibatan karyawan, sistem pengawasan dan pencegahan keselamatan, pengaturan keselamatan dan komitmen manajemen


(28)

(Margaretha danUtari, 2011). Selain itu dibandingkan dengan loyalitas komitmen memiliki kontribusi lebih aktif, seorang karyawan yang berkomitmen akan menunjukkan kerja yang lebih dari seorang yang loyalitasnya tinggi (Luckyta. danPartiwi., 2012)

Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk menggali komitmen team manajemen DAOP 2 Bandung PT KAI dalam penerapan SMK3 tahun 2015. Penelitian ini untuk menggali tingkat komitmen Daerah Operasional 2 Bandung terhadap penerapan SMK3 sehingga dapat menjadi bahan masukkan dalam memperbaiki pelaksanaan SMK3 PT KAI.

1.2. Rumusan Masalah

PT KAI mengangkat aspek keselamatan dalam visi perusahaan untuk terwujudnya penerapan SMK3 pada tahun 2013. Mengacu pada PP No. 50 tahun 2012. PT KAI telah mengeluarkan komitmen tertulis dalam Surat Keputusan Direksi nomor KP.501/I/4/KA-2011 tentang komitmen keselamatan PT KAI. Himbauan pada seluruh daerah operasional agar bersama-sama untuk berkomitmen juga telah ditulis melalui SK direksi. DAOP 2 Bandung telah memiliki komitmen tertulis yang disepakati untuk diterapkan sebagai bukti keseriusan DAOP 2 Bandung untuk mendorong keberhasilan SMK3. Namun kenyataan dilapangan kasus kecelakaan kerja di Dipo Kereta dan Dipo Lokomotif tercatat sebanyak 6 kasus. Adanya ketidak sesuaian dengan komitmen yang dituliskan bahwa DAOP 2 Bandung bertekad menciptakan zero accident. Atas dasar ini, maka peneliti bermaksud meneliti 1 dari 12 komponen SMK3. Melihat sejauhmana komitmen team manajemen DAOP 2 terhadap penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang telah dilaksanakan.


(29)

1.3. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana komitmen team manajemen terhadap penerapan SMK3 di DAOP 2 Bandung PT KAI tahun 2015?

2. Bagaimana komitmen senior manajemen terhadap penerapan SMK3 DAOP 2 Bandung di PT KAI tahun 2015?

3. Bagaimana komitmen organisasi di DAOP 2 Bandung PT KAI tahun 2015? 4. Bagaimana kriteria pembangunan dan pemeliharaan komitmen di DAOP 2

Bandung PT KAI tahun 2015 terhadap penerapan SMK3 berdasarkan PP No. 50 tahun 2012?

1.4. Tujuan Penelitian 1.4.1. Tujuan Umum

Mengetahui Komitmen Team Manajemen dalam Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) di DAOP 2 Bandung PT KAI

1.4.2. Tujuan Khusus

1. Mengetahui komitmen senior manajemen Daerah Operasional 2 Bandung dalam penerapan SMK3 di PT KAI

2. Mengetahui komitmen organisasi di Daerah Operasional 2 Bandung PT KAI 3. Mengetahui kesesuaian kriteria pembangunan dan pemeliharaan komitmen di

Daerah Operasional 2 Bandung PT KAI terhadap penerapan SMK3 berdasarkan PP No. 50 tahun 2012.


(30)

1.5. Manfaat penelitian 1.5.1. Bagi Perusahaan

1. Membantu memperbaiki komitmen DAOP 2 Bandung dalam penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

2. Mengetahui kekurangan dan kelemahan dari komitmen yang telah ditetapkan sehingga dapat melakukan evaluasi.

3. Terciptanya hubungan baik antara UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan perusahaan

1.5.2. Bagi Institusi

Sebagai bahan pustaka untuk Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah dalam pengembangan ilmu Keselamatan dan Kesehatan Kerja khususnya kajian Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3).

1.5.3. Bagi Peneliti

1. Diperoleh ilmu, pengalaman serta penerapan materi terkait tema penelitia yang diangkat

2. Penerapan pengetahuan tentang Keselamatan dan kesehatan Kerja yang telah diperoleh pada masa akademik terhadap kenyataan di lapangan

3. Upaya pengembangan berfikir logis, terstruktur dan sistematis

1.6. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini berjudul “Komitmen Team Manajemen dalam Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) di DAOP 2 Bandung PT Kereta Api Indonesia (Persero)”. Penelitian ini dilakukan di DAOP 2 Bandung PT KAI pada bulan Februari- September 2015. Penelitian ini merupakan penelitian


(31)

kualitatif, cara pengumpulan data melalui wawancara mendalam, observasi dan studi dokumen. Analisis yang digunakan adalah analisis taksonomi, analisis domain, analisis konnten dan analisis komparatif.


(32)

9 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Komitmen

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), komitmen didefinisikan sebagai suatu perjanjian untuk melakukan sesuatu. Komitmen juga diartikan sebagai kesanggupan melakukan apa pun yang harus dilakukan demi tercapainya impian dan tujuan. (Molloy, 2010). Sehingga komitmen merupakan suatu tindakan seseorang untuk mencapai impian yang sudah menjadi tujuan. Hal ini juga sejalan dengan ungkapan yang disampaikan oleh Steers dan Porter mereka memandang bahwa komitmen organisasi merupakan sikap karyawan dalam mengidentifikasi dirinya terhadap organisasi dan tujuannya serta ingin mempertahankan keanggotaannya untuk mencapai tujuan (Suseno danSugiyanto, 2010)

Menurut Miner dalam (Suseno dan Sugianto, 2010) komitmen merupakan kekuatan relatif proses untuk mengidentifikasi seseorang dengan melihat keterlibatan dalam organisasi, serta dapat melihat kekuatan keinginan seorang karyawan untuk tetap menjadi anggota organisasi (Suseno danSugiyanto, 2010). Pengusaha atau pemilik perusahaan dapat melihat komitmen karyawannya melalui keterlibatan karyawan dalam membangun suatu organisasi, serta sebagai bahan pertimbangan dan penilaian terhadap kesungguhan karyawan dalam bekerja.

Tingkat komitmen baik perusahaan terhadap karyawan, maupun antara karyawan sangat diperlukan karena melalui komitmen perubahan dapat menciptakan iklim kerja yang profesional. Menurut Aris dan Gozhali dalam (Murty


(33)

danHudiwinarsi, 2012) komitmen merupakan perspektif yang bersifat keperilakuan sehingga komitmen diartikan sebagai perilaku yang konsisten dengan aktivitas (consistent lines of activity). Komitmen yang tinggi dari karyawan terhadap organisasi dapat meningkatkan kinerja karyawan tersebut

2.2. Komponen Komitmen

Menurut Allen dan Meyer dalam (Seniati, 2006) membagi komitmen menjadi tiga komponen, yaitu: komitmen afektif, komitmen rasional atau komitmen berkesinambungan, dan komitmen normatif:

1. Komitmen afektif (affective commitment) berkaitan dengan adanya keterikatan emosional, identifikasi, dan keterlibatan karyawan pada organisasi

2. Komitmen rasional atau komitmen berkesinambungan (continuance commitment) berkaitan dengan untung rugi jika karyawan meninggalkan organisasi

3. Komitmen normatif (normative commitment) berkaitan dengan adanya perasaan wajib dalam diri karyawan untuk tetap bekerja dalam organisasi.

Ketiga komponen tersebut dapat muncul dengan tingkat yang berbeda-beda dan dipengaruhi oleh anteseden yang berbeda pula.

2.3. Pengertian Manajemen

Manajemen adalah serangkaian aktivitas yang termasuk didalamnya adalah proses perencanaan dan pengambilan keputusan, pengorganisasian, kepemimpinan dan pengendalian yang diarahkan pada sumber daya yang dimiliki organisasi meliputi manusia, infomasi, finansial, fisik yang dikelola secara efisien dan efektif untuk mencapai tujuan organisasi. (Griffin, 2003)


(34)

Tingkatan Manajemen terbagi menjadi 3 yaitu lini, tengah dan atas. Manajer lini garis-pertama (firt line) adalah tingkat manajemen paling rendah dalam organisasi. Manajer menengah (Middle Manager) adalah manajemen menengah dapat meliputi beberapa tingkatan dalam suatu organisasi biasanya mengarahkan kegiatan-kegiatan para manajer. Manajer puncak (Top Manager) terdiri dari kelompok relatif kecil yang bertanggung jawab atas manajemen keseluruhan (Ismainar, 2015). Top Manajemen bertanggung jawab merencanakan organisasi dalam jangka waktu ke depan. (Prasetya, 2009).

2.4. Unsur-Unsur Manajemen

Menurut Emerson manajemen memiliki lima unsur, yaitu man, money, material, machine, dan method.

1. Man (manusia)

Berhubungan dengan sumber daya manusia yang dimiliki oleh orgnisasi dalam membentuk suatu perusahaan dalam menjalankan roda manajerial.

2. Money (uang)

Berhubungan penyediaan uang untuk membiayai gaji tenaga kerja, alat-alat serta berapa hasil yang akan dicapai dari suatu organisasi

3. Material (bahan, perlengkapan)

Terdiri dari bahan setengah jadi (raw material) dan bahan jadi, untuk mencapai hasil yang baik selain unsur manusia yang ahli dalam bidangnya yang perlu diperhatikan juga yaitu penggunaan material atau bahan sebagai salah satu saran karena tanpa bahan atau material tidak akan tercapai hasil yang dikehendaki.


(35)

4. Machine (alat-alat)

Machine atau mesin dapat digunakan untuk memudahkan atau menghasilkan keuntungan yang lebih besar karena dengan menggunakan mesin dapat mengefisinsikan waktu dan proses produksi dan kegiatan lainnya dapat terselesaikan dengan cepat.

5. Method (cara kerja)

Method atau metode adalah suatu tata cara yang memperlancar jalannya pekerjaan, dapat dinyatakan pula bahwa metode adalah penetapan cara pelaksanaan kerja suatu tugas dengan memberikan pertimbangan kepada sasaran, fasilitas yang tersedia, waktu, dan uang dari kegiatan usaha (Saputro danNuryati, 2015)

2.5. Fungsi Manajemen

Beberapa fungsi manajemen yang pokok sering digunakan dalam bidang kegiatan apa pun yaitu:

1. Perencanaan (planning) merupakan fungsi manajemen yang berkaitan dengan penyusunan tujuan yang dijabarkan dalam bentuk perencanaan

2. Pengorganisasian (organizing) merupakan fungsi manajemen yang berkaitan dengan pengelompokkan personel dan pembagian tugas.

3. Pengaturan personel (staffing) merupakan fungsi manajemen yang berkaitan dengan bimbingan kerja dan pengaturan kerja personel pada setiap unit masing-masing manajemen.

4. Pengarahan (directing) merupakan fungsi manajemen yang berkaitan dengan kegiatan pengarahan tugas dan instruksi kerja.


(36)

5. Pengawasan (controlling) merupakan fungsi manajemen berkaitan dengan pemeriksaan untuk menentukan kebenaran dari pekerjaan yang telah dilakukan, serta melakukan koreksi apakah sesuai dengan perencanaan dan mengatahui sejauh mana kemajuan yang telah tercapai.(Amsyah, 1977)

2.6. Prinsip-prinsip Manajemen

Banyak prinsip manajemen yang dikemukakan oleh para ilmuwan salah satunya adalah 14 prinsip manajemen yang dikemukakan oleh Henry Fuyol. 14 prinsip tersebut yaitu:

1. Pembagian kerja (division of work) yaitu membagi pekerjaan ke dalam tugas-tugas terspesialisasi dan membebankan tanggung jawab kepada individu tertentu.

2. Otoritas (authority) mendelegasikan otoritas bersama-sama dengan tanggung jawab.

3. Disiplin (discipline) membuat ekspektasi-ekspektasi menjadi jelas dan menghukum pelanggaran-pelanggaran

4. Kesatuan perintah (unity of command) setiap pekerja harus berada dibawah satu pengawas.

5. Kesatuan arah (unity of direction) upaya-upaya yang dilakukan pekerja harus difokuskan untuk mencapai tujuan organisasi

6. Kepentingan pribadi mengalah terhadap kepentingan umum (Subordination of individual interests to the general interests) kepentingan umum lebih diutamakan.

7. Penumerasi (penumeration) memberikan gaji pada pegawai sevara sistematis bagu upaya-upaya yang mendukung arah organisasi


(37)

8. Pemusatan (centralization) menentukan kepentingan relativ dari atasan dan bawahan membagi wewenang agar tidak terjadi kesimpangsiuran pembagian tanggung jawab dan wewenang.

9. Rantai Skalar menjaga komunikasi antar pekerja dan atasan dalam rantai perintah.

10. Urutan mengurutkan pekerjaan dan bahan-bahan sehingga mendukung arah organisasi

11. Pemerataan (Equity) kedisiplinan yang diterapkan secara adalah untuk meningkatkan komitmen pekerja

12. Stabilitas dan jabatan untuk meningkatkan loyalitas dan kelangsungan hidup pekerja

13. Inisiatif untuk mendorong pekerja bertindak atas inisiatif sendiri dalam rangka mendukung tujuan organisasi

14. Semangat kebersamaan (Esprit de corp) mendukung penyatuan kepentingan antar pekerja dan manajemen (Thomas S. Bateman danSnell, 2008).

2.7. Definisi Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu struktur, tanggung jawab, praktek dan suatu prosedur semberdaya perusahaan untuk menerapkan Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (ILO, 1998). Menurut PP No. 50 tahun 2012 SMK3 adalah sistem manajemen perusahaan secara keseluruhan dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif.


(38)

2.8. Tujuan SMK3

Sistem Manajemen K3 merupakan sistem manajemen yang memiliki tujuan utama yaitu memberikan perlindungan pada pekerja, bagaimanapun pekerja adalah asset perusahaan yang harus dipelihara dan dijaga keselamatannya(Suardi, 2007). Tujuan Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan kesehatan Kerja menurut PP no 50 tahun 2012 (pasal 2)

1. Meningkatkan efektifitas perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja yang terencana, terstruktur, dan terintegrasi

2. Mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja dengan melibatkan unsur manajemen, pekerja/buruh, dan /atau serikat pekerja/serikat buruh

3. Menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman dan efisien untuk mendorong produktifitas

Tujuan dari penerapan SMK3 dapat digolongkan sebagai bcrikut

1. Sebagai alat ukur kinerja K3 dalam organisasi

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) menjadi alat ukur pencapain kinerja K3 serta untuk mengetahui sejauh mana penerapan K3 diberlakukan di suatu organisasi. Cara yang digunakan yaitu dengan membandingkan pencapaian K3 dengan beberapa persyaratan yang telah ditetapkan. Pengukuran dapat diketahui oleh suatu orgaisasi jika organisasi telah melakukan audit internal maupun eksternal. Persyaratan SMK3 yang diberlakukan di Indonesia yaitu SMK3 berdasarkan PP Nomor 50 tahun 2012.


(39)

2. Sebagai sertifikasi

SMK3 dapat digunakan untuk sertifikasi penerapan manajemen K3. Sertifikat biasanya diberikan oleh lembaga sertifikasi yang telah terakreditasi, organisasi yang sudah mendapatkan sertifikat dinyatakan sudah baik dalam menerapkan SMK3 di organisasinya.

3. Sebagai dasar pemberian penghargaan (awards)

SMK3 seringkali dijadikan tolak ukur dalam memberikan penghargaan pada suatu organisasi, penghargaan biasanya diberikan oleh pemerintah atau lembaga lain sebagai suatu bentuk penghargaan terhadap pencapaian kinerja K3 yang baik. Organisasi yang mendapatkan penghargaan akan mendapatkan citra baik di mata masyarakat dianggap telah mengutamakan aspek keselamatan dan kesehatan bagi pekerjanya.

4. Sebagai pedoman implementasi K3 dalam organisasi

SMK3 menjadi acuan dalam mengimplementasikan K3, dan dasar dalam megembangkan manajemen K3 diorganisasi karena sudah dianggap terstandar didunia. (Ramli, 2010)

2.9. Manfaat SMK3

1. Perlindungan Karyawan

Karyawan atau pekerja merupakan asset yang sangat perlu dijaga sehingga sangat penting bagi perusahaan untuk dapat melindungi setiap pekerjanya. Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja sangat memberikan dampak positif terhadap angka kecelakaan kerja. Pekerja yang terjamin aspek keselamatan dan


(40)

kesehatannya akan memberikan kinerja yang optimal, memberikan kepuasan dan meningkatkan loyalitas terhadap perusahaan.

2. Memperlihatkan Kepatuhan pada Peraturan dan Undang-Undang

Akibat yang di timbulkan dari ketidak patuhan perusahaan terhadap perundang-undangan yang berlaku dalam suatu negara seperti citra buruk, adanya tuntutan hukum dari badan pemerintahan dan permasalahan tenaga kerja. Penerapan SMK3 pada suatu perusahaan menunjukan adanya niat baik perusahaan untuk mencegah kecelakaan.

3. Mengurangi Biaya

Keuntungan dari penerapan SMK3 adalah dapat mengurangi biaya akibat kecelakaan, meskipun dalam proses audit SMK3 akan mengeluarkan biaya besar tetapi akan lebih efisien dibandingkan dengan pengeluaran biaya akibat kecelakaan. SMK3 sebagai salah satu upaya dalam mencegah pengeluaran biaya yang tidak terduga akibat kecelakaan. Salah satu biaya yang dapat dikuragi oleh SMK3 adalah biaya premi asuransi banyak perusahaan yang biaya premi asuransinya lebih kecil setelah menerapkan SMK3.

4. Membuat Sistem Manajemen yang Efektif

Banyak variabel yang membantu dalam kesuksesan sistem manajemen yang efektif, diataranya mutu, lingkungan, keuangan, tekologi informasi dan K3. Bentuk nyata penerapan SMK3 adalah dengan adanya prosedur yang terdokumentasi, dengan adanya prosedur segala aktifitasi yang terjadi dapat terorganisir dengan baik. Persyaratan perencanaan, evaluasi, dan tindak lanjut merupakan bentuk suatu manajemen yang baik dan bagian penting pengendalian dan pemantauan sehingga


(41)

dapat memberikan nilai tambah bagi organisasi. Sistem dapat meningkatkan kemampuan personel dalam mengetahui potensi ketidaksesuaian. Sehingga organisasi dapat berkonsentrasi dalam melakukan peningkatan dibandingkan melakukan perbaikan atas permasalahan-permasalahan yang terjadi.

5. Meningkatkan Kepercayaan dan Kepuasan Pelanggan

Pekerja yang merasakan keamanan dalam menjalankan perkerjaan akan menghasilkan kinerja yang optimal sehingga akan berdampak pada produk yang dihasilkan. Penerapan SMK3 dapat menimbulkan citra baik pada perusahaan untuk meningkatkan kepercayaan pelangga (Suardi, 2007).

2.10. Proses SMK3

Terdapat dua unsur pokok dalam Sistem Manajemen K3 yaitu terletak pada proses manajemen dan elemen-elemen implementasi. Proses SMK3 menjelaskan bagaimana suatu manajemen itu dijalankan. Elemen SMK3 sebagai komponen-komponen yang saling berkaitan dan membentuk satu kesatuan. Elemen-elemen SMK3 tersebut antara lain tanggung jawab, wewenang, hubungan antar fungsi, aktivitas, proses, praktis, prosedur dan sumber daya. Seringkali dalam menentukan suatu kebijakan K3, perencanaan, objektif dan program biasanya dipertimbangkan melalui elemen-elemen SMK3 (Ramli, 2010).

Pendekatan yang digunakan dalam proses manajemen K3 adalah pendekatan PDCA (plan-do-check-action) merupakan suatu pendekatan yang biasa digunakan dalam manajemen, diawali dari perencanaan, penerapan, pemeriksaan dan tindakan perbaikan. Langkah awal dalam menetapkan Sistem manajemen K3 dari tahap perencanaan, suatu kegiatan tidak akan berjalan dengan efektif dan efisien tanpa


(42)

perencanaan yang matang. Perencanaan diawali dengan suatu komitmen kuat dari pihak manajemen. Tahap selanjutnya dari Sistem Manjemen K3 adalah tahap operasional, dalam tahap ini kegiatan yang dilakukan berupa program-program untuk mencapai suatu keberhasilan melalui pengerahan sumber daya yang ada. Proses dari suatu sistem yang berjalan secara terus-menerus seperti Sistem Manajemen K3 harus selalu ditinjau ulang secara berkala untuk mengetahui relevansi dari suatu sistem (Ramli, 2010).

Menurut Peraturan Pemerintah No. 50 tahun 2012 proses SMK3, terdapat beberapa langkah yang dilakukan dalam proses SMK3 dan sifatnya memiliki kesinambungan saling keterkaitan antar bagian. Berikut proses penerapan SMK3 dalam PP No. 50 tahun 2012:

1. Penetapan kebijakan K3 2. Perencanaan K3

3. Pelaksanaan Rencana K3

4. Pemantauan dan evaluasi kinerja K3 dan


(43)

Gambar 2.1 Siklus PDCA (Plant, Do, Check, Action) Sumber: (Ramli, 2010)

Pendekatan yang digunakan untuk menerapkan SMK3 adalah menggunakan siklus Plan-Do-Check-Act (PDCA). Plan yang dilakukan berupa penetapan sasaran dan proses yang diperlukan untuk menacapai hasil dengan kebijakan K3 organisasi. Do melaksanakan proses yang telah direncakana. Check berupa pemantauan dan pengukuran terhadap proses berdasarkan kebijakan, sasaran, peraturan perundang-undangan dan persyaratan K3 lainnya serta melaporkan hasilnya. Act mengambil tindakan untuk perbaikan kinerja K3 secara berkelanjutan (Susihono dan Rini, 2013).

2.11. SMK3 Menurut OHSAS 18001

OHSAS 18001:2007 (Occupational Health and Safety Assessment Series) merupakan standar untuk sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang berlaku di dunia. SMK3 merupakan bagian dari sistem manajemen perusahaan yang digunakan untuk mengembangkan dan mengimplementasikan kebijakan K3 dan mengelola risiko. OHSAS secara resmi dipublikasikan tahun 2007 dnegan


(44)

menggunakan pendekatan kesisteman mulai dari perencanaan, penerapan, pemantauan, dan tindakan perbaikan yang mengikuti siklus PDCA (P danAtuti, 2013).

Standar ini dapat diterapkan pada setiap organisasi yang memiliki tekad untuk meminimalkan risiko yang mengancam pekerja. OHSAS dapat dipadukan dengan sistem yang sudah ada di organisasi untuk saling melengkapi. Organisasi yang mengimlementasikan OHSAS 18001 memiliki struktur manajemen yang terorganisir dengan wewenang dan tanggung jawab yangtegas, sasaran yang jelas, hasil pencapaian yang di ukur dan pendekatan yang terstruktur untuk menilai risiko (P danAtuti, 2013).

OHSAS 18001 sesuai dengan organisasi yang berkeinginan untuk:

1. Membuat sebuah Sistem Manajemen K3 yang berguna untuk mengurangi atau menghilangkan tingkat risiko yang menimpa karyawan atau pihak terkait yang terkena dampak aktivitas organisasi

2. Menerapkan memelihara dan melakukan perbaikan berkelanjutan sebuah SMK3.

3. Melakukan sertifikasi atau melakukan penilaian sendiri (Suardi, 2007).

Dalam menerapkan OHSAS 18001 terdapat beberapa klausul yang harus dipenuhi oleh organisasi yang ingin menerapkan SMK3. Berikut adalah klausul-klausulnya:


(45)

Tabel 2.1

Kalausul OHSAS 18001:2007

Nomor Kalausul

4.2 Kebijakan K3 4.3 Perencanaan

4.3.1 Identifikasi bahaya potensial, penilaian risiko, dan pengendalian risiko 4.3.2 Legal

4.3.3 Tujuan dan Sasaran 4.3.4 Program Manajemen K3 4.4 Operasional dan Penerapan 4.4.1 Struktur dan Organisasi

Nomor Kalausul

4.4.2 Pelatihan, Kepedulian dan Kompetensi 4.4.3 Konsultasi dan Komunikasi

4.4.4 Sistem Dokumentasi SMK3 4.4.5 Pengendalian Dokumen 4.4.6 Pengendalian Operasi

4.4.7 Persiapan dan Tanggap Darurat 4.5 Pemantauan dan Pengukuran

4.5.1 Petunjuk Kerja, Pemantauan dan Pengukura

4.5.2 Kecelakaan, Insiden, Tindakan Perbaikan dan Pencegahan 4.5.3 Pengendalian Rekaman

4.5.4 Audit


(46)

2.12. SMK3 Menurut Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012

Sama halnya dengan sistem manajemen lainnya tentu terdapat beberapa tahapan dan elemen yang terkadung dalam SMK3 berdasarkan PP No. 50 tahun 2012. SMK3 berdasarkan PP No. 50 tahun 2012 dianggap sebagai pedoman bagi setiap perusahaan di Indonesia dalam menerapkan SMK3, akan tetapi sama dengan OHSAS 18001:2007 bahwa sistem ini dapat disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan perusahaan masing-masing sehingga bukanlah sistem yang mutlak. Perusahaan yang wajib menerapkan yaitu perusahaan yang mempekerjakan sedikitnya 100 orang pekerja atau mempunyai tingkat risiko bahaya yang tinggi (Indonesia, 2012).

Tahapa manajemen dalam SMK3 berdasarkan Pertauran Pemerintah No. 50 tahun 2012 yaitu meliputi:

1. Penetapan kebijakan K3

Tahap penetapan kebijakan K3 adalah merupakan tahap awal dalam penerapan SMK3. Kebijakan K3 yang disusun sebaiknya berdasarkan tinjauan terhadap aspek K3 diperusahaan awal yang dikonsultasikan kepada pekerja. Kebijakan yang telah disusun sebaiknya ditetapkan oleh top manajemen yang secara jelas menyatakan tujuan dan sasaran K3 selalu dikomunikasikan kepada pekerja atau pihak terkait lainnya, dan selalu dijamin ketersediaannya dan terpelihara. Kebijakan sebaiknya kebijakan K3 yang selalu relevan dan selalu diperbaharui. Penempatan organisasi K3 pada posisi yang dapat menentukan keputusan perusahaan akan dapat mempermudah jalannya SMK3 diperusahaan, serta didukung dengan penyediaan anggaran, tenaga kerja, dan sarana yang memadai. Pimpinan perusahaan harus menunjukkan bentuk


(47)

komitmennya dalam menerapkan sistem ini agar pelaksanaan SMK3 selalu mendapatkan dukungan dari pimpinan.

2. Perencanaan K3

Tahap perencanaan merupakan tahap yang cukup penting dalam SMK3. Tahap perencanaan harus disusun pengusaha berdasarkan data kongkrit dari kondisi perusahaan seperti hasil penelaahan awal, identifikasi potensi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko. Perencanaan disusun juga berdasarkan peraturan perundang- undangan dan persyaratan lainnya, akan tetapi harus dipertimbangkan dari sisi sumberdaya yang ada. Poin yang sebaiknya dimasukkan dalam tahap perencanaan yaitu tujuan dan sasaran, skala prioritas berdasarkan risiko tertinggi, upaya pengendalian bahaya, penetapan sumber daya, jangka waktu pelaksanaan, indikator pencapaian, dan sistem pertanggung jawaban yang dikomunikasikan.

3. Pelaksanaan rencana K3

Tahap pelaksanaan akan sangat berkaitan dengan sumber daya manusia dana sarana dan prasarana. Sumber daya yang digunakan harus memiliki kualifikasi dan sarana prasarana harus memadai sehingga dapat menunjang jalannya SMK3 di perusahaan.

4. Pemantauan dan evaluasi kinerja K3

Banyak cara yang dapat dilakukan dalam pemantauan dan evaluasi kinerja baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Audit internal SMK3 secara berkala dapat mengetahui pecapaian kinerja SMK3 sehigga perusahaan dalap mengetahui kekurangan dan perbaikan yang perlu dilakukan.


(48)

5. Peninjauan dan peningkatan kinerja SMK3

Menjamin kesesuaian dan keefektifan SMK3 dapat dilakukan melalui tahap peninjauan dan peningkatan kinerja SMK3 agar proses SMK3 selalu berkesinambungan sehingga dapat mencapai tujuan. Tinjauan yang dilakukan harus dapat mengatasi implikasi K3 terhadap semua unsur perusahaan.

Sama halnya dengan OHSAS 18001 SMK3 berdasarkan PP No. 50 tahun 2012 memiliki elemen-elemen yang harus diterapkan oleh perusahaan. SMK3 ini memiliki 12 elemen dan 166 kritteria, berikut adalah 12 elemen PP No. 50 tahun 2012:

1. Pembangunan dan Pemeliharaan Komitmen 2. Strategi Pendokumentasian

3. Peninjauan Ulang Desain dan Kontak 4. Pengendalian Dokumen

5. Pembelian

6. Keamanan Bekerja Berdasarkan SMK3 7. Standar Pemantauan

8. Pelaporan dan Perbaikan

9. Pengelolaan Material dan Perpindahan 10.Pengumpulan dan Penggunaan Jasa 11.Audit SMK3

12.Pengembangan Keterampilan dan Kemampuan

2.13. Kriteria Pencapaian Audit SMK3 PP No. 50 Tahun 2012

Terdapat beberapa kriteria audit yang tercantum dalam PP No. 50 tahun 2012 sebanyak 12 elemen dengan 166 kriteria. Elemen-elemen yang termasuk dalam


(49)

SMK3 PP No. 50 tahun 2012 adalah pembangunan dan pemeliharaan rencana K3, pembuatan dan pendokumentasian rencana K3, pengendalian, perancangan dan peninjauan kotak, pengendalian dokumen, pembelian dan pengendalian produk, kemanan bekerja berdasarkan SMK3, standar pemantauan, pelaporan dan perbaikan. Penetapan kriteria audit pada setiap tingkat pencapaian penerapan SMK3 terbagi menjadi 3 tigkat, yaitu:

1. Penilaian tingkat awal, penilaian penerapan SMK3 memenuhi 64 kriteria 2. Penilaian tingkat transisi, penilaian penerapan SMK3 memenuhi 122 kriteria 3. Penilaian tingkat lanjut, penilaian penerapan SMK3 memenuhi 166 kriteria

Tabel 2.2

Tingkat Pencapaian Penerapan Audit Kategori

Perusahaan

Tingkat Pencapaian Penerapan

0-59% 60-84% 85-100%

Kategori tingkat awal (64 kriteria)

Tingkat penilaian penerapan

kurang

Tingkat penilaian penerapan baik

Tingkat penilaian penerapan

memuaskan Kategori tingkat

transisi (122 kriteria)

Tingkat penilaian penerapan

kurang

Tingkat penilaian penerapan baik

Tingkat penilaian penerapan

memuaska Kategori tigkat

lanjutan ( 166 kriteria)

Tingkat penilaian penerapan

kurang

Tingkat penilaian penerapan baik

Tingkat penilaian penerapan

memuaskan Sumber:

Peraturan Pemerintah No. 50 tahun 2012 juga mengkategorikan penilaian terhadap perusahaan berdasarkan criteria menurut sifatya yaitu:

1. Kategori kritikal

Kategori ini ketika audit menemukan temuan yang mengakibatkan fatality atau kematian pada pekerja.


(50)

2. Kategori mayor

Kategori ini ketika perusahaan tidak memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan, perusahaan tidak melaksanakan salah satu prinsip SMK3, terdapat temuan minor untuk satu kriteria audit di beberapa lokasi.

3. Kategori minor

Kategori ini ditemukan jika ketidakkonsistenan dalam pemenuhan persyaratan peraturan perundang-undangan, standar, pedoman, dan acuan lainnya.

2.14. Komitmen Manajemen Terhadap K3

Pelaksanaan K3 di perusahaan tidak bisa lepas dari peran manajemen. Peran tersebut mulai dari perancanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan. Selanjutnya dapat pula ditinjau dari komponen manusia, material, uang, mesin/alat, metode kerja, informasi. (Endroyo, 2006). Manajemen juga sangat berperan dalam mencegah kecelakaan karena menurut Undang-Undang Kesehatan dan Keselamatan Kerja menyatakan adanya tanggung jawab kepada manajemen untuk melaksanakan pencegahan kecelakaan (Setiawan. dkk., 2011). Kecelakaan kerja dapat terjadi jika lingkungan kerja yang tidak aman (unsafe condition) dan tindakan yang tidak aman (unsafe acts) yang disebabkan disfungsi manajemen terhadap keselamatan dan kesehatan kerja (K3) (Silaban, 2009).

Upaya yang dapat dilakukan pihak manajemen adalah salah satunya dengan penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja. Penerapan SMk3 di evaluasi melalui kegiatan audit. Informasi tingkat pemenuhan SMK3 melalui hasil audit SMK3 berguna sebagai umpan balik bagi manajemen untuk melakukan tindakan korektif terhadap 5 prinsip penerapan SMK3 berdasarkan ketidaksesuaian


(51)

kriteria tiap unsur dari 12 unsur audit SMK3 (Silaban, 2009). Kegiatan ausit SMk3 bukan untuk mencari kesalahan orang (fault finding) tetapi ditujukan untuk menemukan (fack finding) serta mebuktikan kekuatan dan kelemahan ada pada suatu sistem sehingga tercapai tujuan (Silaban, 2009).

Salah satu faktor keberhasilan dari penerapan SMk3 di perusahaan adalah diperlukannya komitmen manajemen terhadap K3 (Silaban, 2009). Komitmen perusahaan penting untuk melindungi keselamatan para pekerja sehingga menjadikan karyawan selalu merasa aman dan yaman dalam bekerja apabila persahaan mempunyai komitmen utuk melindungi keselamatan karyawan (Setiawan. dkk., 2011). Adanya komitmen dari perusahaan mampu menciptakan produktifitas yang baik (Setiawan. dkk., 2011). Komitmen yang di maksud dalam SMK3 adalah suatu tekad, keinginan dan penyertaan tertulis pengusaha atau pengurus dalam pelaksanaan K3. Terdapat 3 hal penting yang menjadi perhatian penting yaitu kepemimpinan dan komitmen, tinjauan awal K3 dan kebijakan K3 (Mentang, 2013).

2.15. Alat Ukur Komitmen Top Manajemen

Salah satu komitmen yang akan di ukur dalam penelitian ini adalah komitmen dari top manajemen. Sebagai pimpinan dalam suatu kegiatan usaha komitmen dari top manajemen sangatlah mempengaruhi komitmen dari team manajemen lainnya. Komitmen top manajemen ini akan di ukur menggunakan Senior Manajemen Commitment Indeks (SMCI). Alat ukur ini sering kali digunakan untuk menilai perilaku senior manajemen terhadap aspek K3 diperusahaan.

2.15.1 Senior Management Commitment Indeks (SMCI)

Adanya hirarki dalam struktur perusahaan dapat mempengaruhi terbentuknya komitmen. Komitmen pada level manajerial tertinggi dapat mempengaruhi


(52)

manajerial level menengah, kemudian manajerial tingkat menengah akan dapat mempengaruhi supervisor, staff dan operator sehingga dapat terciptanya suatu budaya. Pembentukan komitmen untuk selamat harus dimulai dari tingkat manajerial paling tinggi melalui bentuk dukungan terhadap setiap program keselamatan yang dilaksanakan. Komitmen tersebut juga harus selalu diperlihatkan oleh manajemen tertinggi untuk dapat memotivasi kayawan dalam pelaksanaan program keselamatan dan kesehatan kerja. Komitmen keselamatan dari manajemen tertinggi dapat mempengaruhi tingkat partisipasi tenaga kerja sehingga program keselamatan dapat berkembang dan diimplementasikan serta memberikan umpan balik kepada perusahaan (Cooper, 2006)

Senior management commitment indeks (SMCI) dikembangkan untuk menilai perilaku dukungan manajerial serta untuk melihat komitmen manajemen senior dalam pelaksanaan program-program K3 termasuk SMK3. Menurut Dominic Copper komitmen manajemen adalah keterllibatan seseorang dalam mempertahankan dan membantu perusahaan dalam mencapai suatu tujuan. Cooper pada penelitiannya menggunakan SMCI untuk menjelaskan budaya K3 melalui perilaku (Cooper, 2006). SMCI ini dikembangkan berdasarkan pendekatan sikap dari Senior Manajemen terhadap pelaksanaan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang ada diperusahaan dengan melihat peran aktif yang dilakukan oleh manajemen. SMCI memiliki 11 kriteria terkait keterlibatan senior management berupa perilaku untuk mendukung suatu program. Kriteria-kriteria tersebut diatanya adalah:

1. Senior manajemen melakukan pengamatan secara langsung selama melakukan pengamatan


(53)

3. Membahas kinerja keselamatan dengan karyawan satu persatu

4. Membahas tentang K3 dengan manajemen lini untuk mendapatkan dukungan dalam penerapan K3 di perusahaan

5. Melakukan perencanaan untuk melakukan perbaikan 6. Memastikan bahwa tindakan koreksi sudah ditutup

7. Memberikan persetujuan dana untuk memperbaiki aspek keselamatan 8. Mengulas perkembangan K3 dengan tim manajemen atau saran dari SHE 9. Melakukan investigasi insiden atau kecelakaan

10.Melakukan dan memberikan pelatihan keselamatan terkait 11.Menghadiri pelatihan keselamatan

Penelitian lain yang sama dilakukan Lubis tahun 2009 dengan menggunakan instrument 11 kriteria SMCI dan mengkategorikan menjadi sangat tinggi, tinggi, sedang, rendak dan tidak memiliki komitmen. Hal ini dimaksudkan untuk menentukan hasil akhir. Berikut kategori Senior Management Commitment Indeks seperti yang dijelaskan pada tabel 2.3

Tabel 2.3

Kategori Penilaian Komitmen Senior Management

No Kategori Penilaian Kriteria yang

Terpenuhi

1 Komitmen Sangat Tinggi 9-11

2 Komitmen Tinggi 7-8

3 Komitmen Sedang 4-6

4 Komitmen Rendah 2-3

5 Tidak memiliki komitmen 0-1


(54)

Penelitian sebelumnya yang menggunakan SMCI sebagai alat ukur yaitu pertama kali digunakan Dr. Dominic Cooper dalam jurnal berjudul The Impact of Management’s Commitment on Employee Behavior dengan tujuan untuk mengetahui perilaku keselamatan yang dilakukan selama 93 minggu di tempat penyulingan nikel dengan melibatkan 275 pekerja. Melalui pemberian intervensi memberikan dampak perubahan pada perilaku pekerja dapat mengurangi cidera, dan komitmen manajer berdampak pada perubahan perilaku pekerja. Penelitian ini fokus pada komitmen manajerial dalam bentuk perilaku dan perilaku keselamatan pekerja. Penelitian lainnya dengan menggunakan SMCI yaitu penelitian yang dilakukan oleh Lubis tahun 2009 untuk mengetahui komitmen top manajemen terhadap penerapan SMK3 melalui wawancara pada beberapa penanggungjawab dalam SMK3 untuk mengetahui keterlibatan Senior Manajemen dalam menerapkan SMK3.

2.16. Alat Ukur Komitmen Jajaran Manajer

Komitmen organisasi akan di ukur dengan menggunakan Organizational Commitment Questionnaire (OCQ). OCQ adalah salah satu alat ukur untuk mengukur komitmen karyawan terhadap perusahaan. Alat ukur ini memang sering kali di gunakan dalam dunia industry. Sehingga peneliti memilih OCQ sebagai alat ukur untuk mengukur seberapa besar komitmen organisasi yang ditunjukkan oleh pekerja DAOP 2 Bandung PT KAI.

2.16.1 Organizational Commitment Questionnaire (OCQ)

Kuisioner komitmen organisasi pertama kali dikembangkan oleh Porter, Mowday, Streers untuk menilai komitmen dalam organisasi, kemudian kuisioner ini dikembangkan kembali oleh Allen dan Meyer. Kuisioner ini berupa daftar pertanyaan yang biasanya disebut dengan organizational commitment questionnaire


(55)

(OCQ) yang terdiri dari 24 pertanyaan, (1) Affective Commitment Scale, (2) Continuance Commitment Scale, (3) Normative Commitment Scale. OCQ dapat digunakan untuk menilai komitmen pekerja secara psikologis. OCQ tidak terbatas pada bagian manajerial namun dapat digunakan untuk menilai komitmen karyawan (Allen danMeyer., 1990)

Dalam penelitian ini akan menggunakan pengukuran Allen dan Meyer tahun 1990 yaitu OCQ melalui 3 komponen komitmen affective commitment, continuance commitement, dan normative commitment. Hal ini karena pengukuran komponen komitmen yang telah dikembangkan Allen dan Meyer lebih terperinci dalam mengukur setiap komponen komitmen organisasi.

1. Komitmen Afektif (Affective Commitment), Salah satu komponen pembentuk komponan adalah kelekatan efaktif karyawan terhdap perusahaan tempatnya bekerja. Seorang pekerja dikatakan memiliki kelekatan afektif dengan organisasi tempatnya bekerja bila yang bersangkutan bersedia untuk menerima nilai-nilai yang dianut organisasi, memiliki kemauan untuk berusaha keras demi kemajuan organisasi.

2. Komitmen Berkelanjutan (Continuannce Commitment), Aspek kedua ini adalah persepsi mengenai biaya. Hal ini diaman suatu keadaan seorang karyawan terus berada dalam organisasi karena adanya pertimbangan biaya yang ia rasakan bila ia berhenti pada organisasi

3. Komitmen Normatif (Normative Commitment), Aspek kewajiban merupakan sebuah kondisi dimana karyawan tetap bertahan pada perusahaan karena merasa harus memenuhi kewajiban terhadap organisasi.


(56)

Menurut Porter 1974 pekerja dikatakan memiliki komitmen organisasi yang tinggi ditunjukkan dengan memiliki padanagan lebih berusaha berbuat terbaik demi kepentingan organisasi. Komitmen yang tinggi menjadikan individu peduli dengan nasib organisasi dan berusaha menjadikan organisasi ke arah yang lebih baik(Sumarni, 2013). Hal tersebut dapat dilihat dari ketiga komponen komitmen organisasi tersebut.

Penelitian sebelumnya dengan menggunakan organizational commitment questionnaire (OCQ) cukup banyak digunakan peneliti untuk menggambarkan komitmen pekerja. Penelitian pertama yang dilakukan Allen dan Meyer tahun 1990 dalam jurnal yang berjudul The Measurement and Antecedents of Affective, Continuance, and Normative Commitment to the Organizaton, penelitian ini menguji ketiga aspek komitmen. Penelitian yang dilakukan oleh Novianti tahun 2011 tentang pengaruh budaya organisasi dan kepuasan kerja terhadap komitmen karyawan. Komitmen diukur dengan OCQ sedangkan kepuasan kerja diukur dengan Job Satisfaction Survey (JSS).

OCQ memang sering disandingkan dengan atau alat ukur lain dan digunakan dengan kaitannya suatu sistem manajemen. Seperti pada penelitian yang dilakukan oleh Lubis tahun 2009 tentang gambaran komitmen top manajemen terhadap penerapan SMK3. Menggunakan instrumen OCQ yang di tanyakan pada jajaran penanggung jawab HSE dan disandingkan dengan SMCI. Penelitian selanjutnya menggunakan OCQ yang berkaitan dengan sistem manajemen adalah penelitian Sitepu tahun 2012. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui intervensi sistem manajemen karir dapat meningkatkan komitmen organisasi.


(57)

Alat ukur lainnya yang dapat digunakan untuk mengukur komitmen organisasi yaitu seperti Organizational Citizenship Behavior (OCB) adalah sikap membantu yang ditunjukkan oleh anggota organisasi, yang bersifat konstruktif dan dihargai oleh perusahaan. Menurut Organ tahun 1988 merupakan bentuk perilaku yang berupa inisiatif individu kaitannya dengan komitmen karena perilaku dipengaruhi oleh faktor eksternal yaitu variabel sikap antara lain komitmen organisasi. Penelitian dengan menggunakan OCB di Indonesia masih belum ditemui (Purba danSeniati, 2004). Alat Ukur lainnya yaitu Perceived Organizational Support (POS) dapat mengukur komitmen affective karyawan dengan menciptakan sebuah kewajiban untuk peduli terhadap kesejahteraan organisasi. Secara emosional muncul keterikatan dengan organisasi (Han. dkk., 2012).

Kelebihan yang dimiliki dari gagasan seperti Organizational Commitment adalah berdasarkan perilaku yang secara tipikal diukur dengan melihat respon karyawan terhadap beberapa pernyataan seperti “nilai hidup saya dengan nilai perusahaan adalah sama” (Sumarni, 2013). OCQ yang telah di kembangkan Allen dan Meyer (1990) adalah skala yang terperinci mengukur setiap komponen organisasi (afektif, kesinambungan dan normatif) dan lebih banyak digunakan khususnya pada bidang industry(Novianti, 2011).


(58)

2.17 Kerangka Teori

Gambar 2.2 Kerangka Teori Undang-Undang No. 50 Tahun 2012

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang diwajibkan oleh Indonesia adalah SMK3 berdasarkan PP No. 50 tahun 2012. SMK3 ini menganut dari SMK3 yang dimiliki oleh OHSAS 18001:2007.Perusahaan yang wajib menerapkan SMK3 adalah perusahaan yang mempekerjakan paling sedikit 100 orang atau perusahaan yang memiliki tingkat risiko yang tinggi. Perusahaan yang menerapkannya terbagi menjadi 3 kategori yaitu kategori tingkat awal, transisi, dan lanjutan. SMK3 berdasarkan PP No. 50 memiliki 12 elemen dengan 166 kriteria.

SMK3 BERDASARKAN PP 50 TAHUN 2012

1. Pembangunan dan pemeliharaan komitmen

2. Strategi pendokumentasian 3. Peninjauan ulang desain dan

kontrak

4. Pengendalian dokumen 5. Pembelian

6. Keamanan bekerja berdasarkan SMK3

7. Standar pemantauan 8. Pelaporan dan perbaikan 9. Pengelolaan material dan

perpindahannya

10.Pengumpulan dan penggunaan jasa

11.Audit SMK3

12.Pengembangan keterampilan dan kemampuan


(59)

36 BAB III

KERANGKA BERPIKIR DAN DEFINISI ISTILAH 3.1 Kerangka Berfikir

Gambar 3.1 Kerangka Berpikir

PT KAI mulai merintis SMK3 berdasarkan PP No.50 tahun 2012 dengan mengeluarkan komitmen tertulis dalam keputusan direksi No. KEP.U/LL.507/III/2/KA-2014. Selanjutnya untuk menselaraskan hal tersebut maka terdapat himbauan untuk daerah operasional agar membuat suatu komitmen keselamatan termasuk DAOP 2 Bandung. Menindaklanjuti himbauan direksi tersebut maka DAOP 2 Bandung membuat komitmen keselamatan untuk daerahnya.

SMK3 berdasarkan PP No. 50 tahun 2012 memiliki beberapa tahapan dalam proses penerapannya yaitu penetapan kebijakan K3, perencanaan K3, pelaksanaan rencana K3, pemantauan dan evaluasi kinerja K3, dan peninjauan dan peningkatan kinerja K3. Komitmen ini terdapat pada proses penetapan kebijakan K3 yang termasuk didalamnya disertakan visi, tujuan dan komitmen perusahaan.

Analisis Pembangunan dan Pemeliharaan Komitmen

Komitmen Team Manajemen dalam

Penerapan SMK3

-

Senior Manajemen Komitmen

-

Komitmen Organisasi

Pembangunan dan Pemeliharaan Komitmen berdasarkan PP No. 50 tahun 2012


(60)

Pada penelitian ini peneliti akan menggambarkan komitmen team manajemen DAOP 2 Bandung terhadap penerapan SMK3 yang mulanya akan dijelaskan dari sub terkecil . Sub tersebut adalah komitmen senior manajemen dengan menggunakan senior manajemen komitmen indeks miliki Prof. Dominic Copper tahun 2006 dan komitmen organisasi menggunakan Kuisioner Komitmen Organisasi. Peneliti juga melakukan analisis terhadap pemenuhan elemen pertama SMK3 menggunakan kriteria audit PP. No. 50 tahun 2012. Sehingga dapat terlihat komitmen team manajemen baik dari senior manajemen, komitmen organisasi dan pemenuhan elemen pertama SMK3 itu sendiri.

3.2 Definisi Istilah

No Istilah Definisi Cara

Ukur

Alat Ukur

Hasil Ukur Standar yang digunaka

n 1 Komitmen team

manajemen terhadap penerapan

SMK3

Perjanjian untuk melakukan sesuatu dari team manajemen dalam proses komitmen organisasi dan manajemen dalam pelaksanaan yang diambil dari SMK3, kebijakan kebijakan di organisasi dan pelaksanaan SMK3 di organisasi - Waw ancar a - Obser vasi - telaah doku men - Pand uan wawa ncara - Chec klist - Bukti doku men

- baik jika komitmen senior manajemen, komitmen organisasi tinggi dan terpenuhinya elemen pertama - Kurang baik jika salah satunya tidak terpenuhi - Tidak baik jika

tidak

terpenuhinya senior

manajemen, komitmen organisasi dan elemen pertama

- PP No. 50 tahun 2012 -Senior Manaje men Commit ment Indeks -Organiz ational Commit ment Questio nnaire (OCQ)


(61)

No Istilah Definisi Cara Ukur

Alat Ukur

Hasil Ukur Standar yang digunaka

n 2. Senior

Manajemen Komitmen

Perjanjian untuk melakukan sesuatu dari (Vice President dan Deputy Vice President DAOP 2

Bandung) dalam

menerapkan, meninjau setiap kebijakan tentang ada atau tidaknya organisasi dalam melaksanakan sesuai dengan sistem manajemen K3 di organisasi tersebut.

- Obser vasi - Waw ancar a - telaah doku men - Chec klist - pandu an wawa ncara - bukti doku men

-Sangat Tinggi (9-11 kriteria) -Tinggi (7-8

kriteria)

-Sedang (4-6 kriteria)

-Rendah (2-3 Kriteria

-Tidak ada (0-1 Kriteria) -Senior manaje men komitme n indeks Komitmen Organisasi Keadaan di

mana seorang karyawan memihak pada suatu

organisasi tertentu dan tujuan-tujuannya serta berniat memelihara keanggotaan dalam organisasi dalam menentukan setiap program atau kebijakana yang terkait dengan sistem manajemen K3 - Waw ancar a - Pand uan wawa ncara -Komitmen ditunjukkan apabila mau menerima tujuan organisasi, keinginan untuk bekerja keras dan adanya hasrat bertahan menjadi bagian organisasi -Komitmen tidak

ditunjukkan apabila tidak menerima tujuan

rganisasi, tidak memiliki

keinginan bekerja keras, dan tidak memiliki hasrat untuk bertahan di organisasi -Organiz ational Commit ment Questio nnaire (OCQ)


(62)

No Istilah Definisi Cara Ukur

Alat Ukur

Hasil Ukur Standar yang digunaka

n 3. Analisis kriteria

pembanguna

n dan

pemeliharaan komitmen berdasarkan PP No. 50 tahun 2012

Kajian tentang

pembangunan dan

pemeliharaan komitmen yang dinyatakan oleh manajemen puncak perusahaan dalam mengelola aspek K3 yang dibandingkan dengan 26 kriteria audit elemen

pembangunan dan

pemeliharaan komitmen berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 50 tahun 2012 - Obser vasi - wawa ncara - telaah doku men - Chec klist - Bukti doku men - pandu an wawa ncara - Memuaskan jika pencapaian penerapan sebesar 85-100% dari 26 kriteria

- Baik jika pencapaian penerapan sebesar 60-84% dari 26 kriteria

- Kurang jika pencapaian penerapan sebesar 0-59%

dari 26

kriteria

- PP No. 50 tahun 2012


(63)

40 BAB IV METODOLOGI 4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif menurut Bogdan dan Taylor (1975) dalam (Moleong, 2007) adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau dari lisan seseorang dan bisa juga berupa hasil pengamatan.

4.2. Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilakukan di DAOP 2 Bandung PT KAI yang bertempat di Jalan Stasiun Selatan No. 25 Bandung. Penelitian ini dilaksanakan selama bulan Februari 2015 hingga September 2015.

4.3. Informan

Informan penelitian adalah seseorang yang memahami informasi yang sedang diteliti dan dapat menjawab penelitian, baik sebagai pelaku maupun orang lain. Fungsi informan yaitu sebagai pemberi informasi, pengarah dan penerjemah setiap muatan-muatan penelitian. Penelitian ini menggunakan informan kunci untuk melakukan falidasi hasil. Infoman kunci penelitian ini adalah Ibu Izzatu Millah MKKK sebagai pakar dalam bidang audit SMK3. Informan lainnya dipilih berdasarkan purposive, yaitu berdasarkan karakteristik tertentu yang sudah diketahui sebelumnya. Informan pada penelitian ini, yaitu:

1. Manager SDM DAOP 2 Bandung PT KAI


(64)

3. Manager Sarana DAOP 2 Bandung PT KAI.

4. 3 Asisten Manager Sarana DAOP 2 Bandung PT KAI.

5. Kepala Dipo Lokomotif DAOP 2 Bandung PT Kereta Api (Persero). 6. Kepala Dipo Kereta DAOP 2 Bandung PT KAI.

4.4. Instrumen Penelitian

Penelitian dilakukan dengan metode observasi dan wawancara, untuk penerapan SMK3 dilakukan dengan menggunakan instrumen panduan wawancara dan checklist berdasarkan kriteria elemen satu SMK3 PP No. 50 tahun 2012 sehingga dapat melakukan evaluasi kesesuaian elemen kebijakan dan komitmen SMK3 PT KAI dengan PP No. 50 tahun 2012, untuk komitmen jajaran junior manager menggunakan instrument berupa panduan wawancara dari OCQ, sementara untuk komitmen top manajemen menggunakan instrumen panduan wawancara dan standar checklist. Instrumen lainnya yaitu laptop, alat perekan, kamera, kertas catatan, dan alat tulis.

4.5. Sumber Data 1. Data Primer

a. Data primer mengenai pelaksanaan SMK3 diperoleh melalui observasi dilapangan dengan bantuan lembar checklist dengan melihat sarana-sarana K3 seperti Alat Pelindung Diri (APD) yang digunakan, sarana penanggulangan kebakaran (Alat Pemadam Api Ringan) rambu-rambu peringatan, fasilitas kesehatan seperti kotak P3K dan klinik

b. Data primer diperoleh melalui wawancara mendalam dengan menggunakan panduan wawancara untuk mengetahui gambaran komitmen pada senior manajemen dan komitmen DAOP 2 Bandung dalam menjalankan SMK3


(65)

2. Data primer diperoleh melalui wawancara mendalam dengan menggunakan panduan wawancara dengan jajaran departemen sarana dan Junior Manajer Inspector (JMI) untuk mengetahui gambaran komitmen organisasi

Data Sekunder

Data sekunder merupakan dokumen-dokumen yang digunakan dalam menerapkan SMK3 di DAOP 2 Bandung PT KAI, khususnya dokumen yang berkaitan dengan kebijakan dan komitmen DAOP 2 Bandung PT KAI sesuai dengan PP No.50 tahun 2012.

4.6. Pengumpulan Data

1. Wawancara Mendalam (In Dept Interview)

Wawancara adalah suatu bentuk perbincangan, seni bertanya dan mendengar digunakan sebagai perangkat untuk memproduksi pemahaman situasional (Dezin danLicoln., 2009). Wawancara dalam penelitian ini adalah wawancara terstruktur dan mendalam untuk mengetahui gambaran komitmen senior manajemen dan komitmen DAOP 2 Bandung dengan menggunakan pertanyaan yang berasal dari Senior Management Commitment Indeks, OCQ, dan dengan mengacu pada kriteria pemenuhan elemen pertama SMK3

2. Observasi

Menurut Mortis dalam (Dezin danLicoln., 2009) adalah suatu aktivitas kemudian mencatat suatu gejala yang telihat atau terjadi dengan bantuan instrument-instrumen dan merekamnya demi tujuan-tujuan ilmiah dan tujuan lainnya. Obervasi dilakukan pada kegiatan yang dilakukan senior manajemen, sosialisasi komitmen yang dilakukan DAOP 2 Bandung.


(66)

3. Studi Dokumen

Dokumen yang akan diamati dan dianalisis adalah jenis dokumen internal milik perusahaan yang berkaitan dengan SMK3 terutama elemen nomor satu. Dokumen internal termasuk didalamnya berupa memo, pengumuman, instruksi kerja, aturan, keputusan pimpinan kantor, laporan rapat. Dokumen ini dapat menyajikan informasi tentang keadaan, aturan, disiplin, dan dapat memberikan petunjuk tentang gaya kepemimpinan. Prastowo dalam (Neldi, 2011)

4.7. Keabsahan data

Triangulasi merupakan suatu upaya untuk mengurangi kemungkinan kesalahan interpretasi dengan menggunakan prosedur-prosedur beragam termasuk pengumpulan data hingga mencapai titik jenuh (Dezin danLicoln., 2009). Penelitian ini menggunakan jenis triangulasi metode dan triangulasi sumber. Menurut Patton tahun 1987 triangulasi sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif (Moleong, 2007). Triangulasi metode yang digunakan yaitu:

1. In depth interview: dilakukan pada manajer SDM, Junior Manajer Inspector (JMI), dan pihak departemen sarana DAOP 2 Bandung PT KAI

2. Observasi: Sosialisasi komitmen DAOP 2 Bandung PT KAI, kegiatan yang dilakukan senior manajemen.

3. Kuisioner dan checklist: digunakan untuk mengevaluasi jajaran manajemen di departemen sarana terkait dukungan terhadap DAOP 2 Bandung PT KAI.


(67)

Tabel 4.1 Matriks Triangulasi

Informasi Triangulasi

Metode

Triangulasi Sumber 1

W

2 O 3TD 1 M. SD M 2 M. S 3 JM I 4 A. P 5 A. LK 6 A. KR 7 KD LK 8 KD K Senior Management Commitment Indeks

Keikutsertaan senior manajemen dalam kegiatan seperti observasi, inspeksi, dan identifikasi bahaya dan

risiko K3 dalam

pembangunan SMK3

DAOP 2

      

Kehadiran senior

manajemen dalam

pertemuan K3 yang diselenggarakan SHE dalam mendiskusikan SMK3

      

Diskusi yang dilakukan senior manajemen dengan pekerja di DAOP tentang kinerja K3 di DAOP 2 baik melalui wawancara tertutup maupun terbuka

 -     

Senior manajemen

melakukan diskusi dengan manajer lain (selain safety

committe) untuk

mendukung penerapan SMK3 di DAOP 2

 - -    

Tindakan perbaikan temuan ketidak sesuaian terkait K3 (corrective action plan) yang dilakukan senior manajemen

 - -    

Pantauan dan semua tindakan koreksi yang

dilakukan senior

manajemen

 - -    

1 W : Wawancara 2 O : Observasi

3 TD: Telaah Dokumen

1 M. SDM: Manajer SDM

2 M.S : Manajer Sarana 3 JMI : JMI 2A, B, C 4 A.P : Assmen Program

5 A.LK : Assmen Lok 6 A.KR : Assmen Kereta 7 KDLK: Kepala Dipo Lok 8 KDK : Kepala Dipo Kereta


(68)

Informasi Triangulasi Metode

Triangulasi Sumber 1

W

2 O 3TD 1 M. SD M 2 M. S 3 JM I 4 A. P 5 A. LK 6 A. KR 7 KD LK 8 KD K Persetujuan anggaran yang

dilakukan senior

manajemen untuk

mengembangkan dan menerapkan SMK3

 -     

Senior manajemen

melakukan tinjauan dan monitoring terhadap progress program-program K3 terutama dalam penerapan SMK3 di DAOP 2 yang dilakukan bersama-sama dengan praktisi K3 maupun bersama pihak ke 3

     

Investigasi kecelakaan kerja yang dilakukan oleh senior manajemen di DAOP 2

 -     

Analisis training yang dibutuhkan yang dilakukan oleh senior manajemen

 -     

Kehadiran senior

manajemen pada kegiatan training

 -     

Organization Commitment Questionnaires Affektive Commitment

Perasaan pegawai selama berkarir di PT KAI

 - - -       

Menyukai diskusi mengenai PT KAI dengan oranglain selain pegawai PT KAI

 - - -       

Perasaan yang dirasakan pegawai jika perusahaan mengalami masalah.

 - - -       

Merasa akan mudah jika bekerja di perusahaan lain sama halnya di PT KAI

 - - -       

Anggarapan pegawai terhadap PT KAI dalam hidup ini.

 - - -       

1 W : Wawancara 2 O : Observasi

3 TD: Telaah Dokumen

1 M. SDM: Manajer SDM

2 M.S : Manajer Sarana 3 JMI : JMI 2A, B, C 4 A.P : Assmen Program

5 A.LK : Assmen Lok 6 A.KR : Assmen Kereta 7 KDLK: Kepala Dipo Lok 8 KDK : Kepala Dipo Kereta


(1)

Sumber: Dokumen DAOP 2 Bandung Gambar 33. Rambu Keselamatan

Sumber: Dokumen DAOP 2 Bandung Fambar 36. Rambu perigatan

Sumber: Dokumen DAOP 2 Bandung Gambar 37. Lembar pemeriksaan APAR

Sumber: Dokumen DAOP 2 Bandung Gambar 38. Kotak P3K

Sumber: Dokumen DAOP 2 Bandung Gambar 39. Unit Kesehatan DAOP 2 Bandung


(2)

Lampiran foto Fasilitas Keselamatan dan Kesehatan Kerja Dipo Kereta Bandung

Sumber: Dokumen DAOP 2 Bandung Gambar 6. APAR Dipo Kereta

Sumber: Dokumen DAOP 2 Bandung Gambar 7. Kotak P3K Dipo Kereta

Sumber: Dokumen DAOP 2 Bandung Gambar 8. Rambu keselamatan Dipo Kereta

Sumber: Dokumen DAOP 2 Bandung Gambar 9. Rambu Keselamatan Dipo Kereta


(3)

Sumber: Dokumen DAOP 2 Bandung Gambar 10. Helm di Dipo Kereta

Sumber: Dokumen DAOP 2 Bandung Gambar 11. Goggles di Dipo Kereta

Sumber: Dokumen DAOP 2 Bandung Gambar 12. Ear muff di Dipo Kereta

Sumber: Dokumen DAOP 2 Bandung Gambar 13. Sarung tangan di Dipo Kereta

Sumber: Dokumen DAOP 2 Bandung Gambar 14. Apron di Dipo Kereta

Sumber: Dokumen DAOP 2 Bandung Gambar 15. Mantel di Dipo Kereta


(4)

Sumber: Dokumen DAOP 2 Bandung Gambar 16. Baju Khusus bahan kimia

Sumber: Dokumen DAOP 2 Bandung

Gambar 17. Safety Shoes

Sumber: Dokumen DAOP 2 Bandung Gambar 18. Lembar pemeriksaan APAR

Sumber: Dokumen DAOP 2 Bandung Gambar 19. Unit Kesehatan DAOP 2 Bandung


(5)

(6)