19 pekerja adalah fasilitas dan APD yang tidak nyaman untuk digunakan, suhu
ruangan yang panas, kurangnya safety sign, kurangnya fungsi kontrol manajemen, dan tidak adanya peraturan yang tegas. Hasil studi lapangan menunjukkan bahwa
kondisi lingkungan kerja PT. X saat ini berpotensi mengganggu kesehatan manusia. Perilaku kerja yang tidak aman unsafe behaviour juga sering terjadi di
perusahaan ini, seperti membawa handphone HP saat mengoperasikan mesin, bekerja dengan sikap kerja yang tidak aman, bekerja dengan kondisi mesin tanpa
penutup, serta kesadaran pekerja dalam penggunaan APD yang tergolong masih rendah, walaupun nyatanya APD sudah disediakan oleh perusahaan seperti sarung
tangan, earplug, masker, sepatu karet, dan fingercoat. Permasalahan ini membuktikan bahwa safety behaviour pekerja masih sangat rendah. Selain itu
penelitian ini juga menghasilkan rancangan dan prosedur SMK3 yang mengacu pada Permenaker 05MEN1996.
1.7. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan laporan penelitian ini terdiri dari lima bab.Masing- masing bab dibagi dalam sub bab mengenai pokok pembahasan, kemudian
diuraikan dengan tujuan dapat diketahui permasalahan yang dibicarakan. Adapun sistematika penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut:
BAB I: PENDAHULUAN
Berisikan latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penulisan, batasan masalah, review jurnal sebelumnya,
diagram alir penelitian dan sistematika penulisan.
20 BAB II:
TINJAUAN PUSTAKA Berisikan uraian mengenai teori dasar tentang penerapan Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja SMK3 yang diteliti langsung dalam studi kasus pembangunan jembatan rel kereta api,
serta teori Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja SMK3 menurut undang-undang Indonesia.
BAB III: METODOLOGI PENELITIAN Berisi tentang pendekatan teori yang telah dijabarkan dan cara
pengumpulan data dalam studi kasus pada proyek pembangunan jembatan rel kereta api.
BAB IV: ANALISIS DAN PEMBAHASAN Berisi tentang pelaksanaan penelitian yang dilakukan berdasarkan
penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja SMK3 yang ada di lapangan, serta memuat perbandingan dan
kesimpulan antara studi kasus di lapangan dan penerapan SMK3 menurut undang-undang.
BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN
Berisi tentang kesimpulan hasil penelitian dan saran yang diperlukan atas pembahasan dan penyelesaian masalah yang telah dilakukan.
21
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Umum
Kegiatan konstruksi merupakan unsur penting dalam pembangunan. Kegiatan konstruksi menimbulkan berbagai dampak yang tidak diinginkan antara
lain yang menyangkut aspek keselamatan kerja dan lingkungan. Kegiatan konstruksi harus dikelola dengan memperhatikan standar dan ketentuan K3 yang
berlaku. Karakteristik Kegiatan Proyek Konstruksi : a.
Memiliki masa kerja terbatas b.
Melibatkan jumlah tenaga kerja yang besar c.
Melibatkan banyak tenaga kerja kasar labour yang berpendidikan relatif rendah
d. Memiliki intensitas kerja yang tinggi
e. Bersifat multi disiplin dan multi crafts
f. Menggunakan peralatan kerja beragam, jenis, teknologi, kapasitas dan
kondisinya g.
Memerlukan mobilisasi yang tinggi peralatan, material dan tenaga kerja
2.1.1. Tempat Kerja
Menurut undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, yang dimaksud dengan tempat kerja adalah setiap ruangan atau lapangan, tertutup
atau terbuka, bergerak atau tetap, dimana tenaga kerja bekerja atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber
atau sumber-sumber bahaya baik di darat, di dalam tanah, di permukaan air, di
22 dalam air maupun di udara yang berada di dalam wilayah kekuasaan hukum
Republik Indonesia. Kemudian dalam penjelasannya pada pasal 1 ayat 1, dengan perumusan
ini, maka ruang lingkup dari UU tersebut jelas ditentukan oleh 3 unsur yaitu: a. Tempat dimana dilakukan pekerjaan bagi suatu usaha.
b. Adanya tenaga kerja yang bekerja. c. Adanya bahaya dan resiko kerja yang ada di tempat kerja.
2.1.2. Keselamatan kerja
Menurut Widodo Siswowardojo 2003, keselamatan kerja adalah keselamatan dan kesehatan kerja secara definitif dikatakan merupakan daya dan
upaya yang terencana untuk mencegah terjadinya musibah kecelakaan ataupun penyakit akibat kerja. Menurut Suma’mur 1996, keselamatan kerja adalah
keselamatan yang berkaitan dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara
melakukan pekerjaan. Pendapat-pendapat diatas dapat diambil kesimpulan bahwa keselamatan kerja merupakan suatu program perlindungan terhadap karyawan
pada saat bekerja dan berada didalam lingkungan tempat kerja dari resiko kecelakaan dan kerusakan mesin atau alat kerja untuk berusaha mencegah dan
menimbulkan atau bahkan menghilangkan sebab terjadinya kecelakaan.
2.1.3. Kesehatan Kerja
Menurut Widodo Siswowardojo 2003, kesehatan kerja adalah peningkatan dan memelihara derajat kesehatan tenaga kerja setinggi-tingginya,
23 baik fisik, mental maupun sosial, mencegah dan melindungi tenaga kerja terhadap
gangguan kesehatan akibat lingkungan kerja dan faktor-faktor lain yang berbahaya, menempatkan tenaga kerja dalam suatu lingkungan yang sesuai
dengan fatal dan jiwa serta pendidikannya, meningkatkan efisiensi kerja dan produktivitas, serta mengusahakan agar masyarakat lingkungan sekitar perusahaan
terhindar dari bahaya pencemaran akibat proses produksi, bahan bangunan, dan sisa produksi.
Sedangkan menurut Suma’mur 1996, berpendapat bahwa kesehatan kerja adalah spesialisasi dari ilmu kesehatan atau kedokteran beserta prakteknya yang
bertujuan agar pekerja ataupun masyarakat memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya baik fisik, mental maupun sosial, dengan usaha-usaha preventif
dan kuratif terhadap faktor-faktor pekerjaan, lingkungan kerja dan terhadap penyakit umum.
Pendapat-pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kesehatan kerja merupakan suatu kondisi di lingkungan kerja yang bebas dari penyakit fisik dan
mental.
2.1.4. Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Keselamatan dan Kesehatan Kerja K3 secara filosofi adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik
jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya. Secara disiplin ilmu, Keselamatan dan Kesehatan Kerja diartikan
sebagai“ilmu dan penerapannya secara teknis dan teknologis untuk melakukan
24 pencegahan terhadap munculnya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja dari
setiap pekerjaan yang dilakukan”. Secara hukum, Keselamatan dan Kesehatan Kerja diartikan sebagai “Suatu
upaya perlindungan agar setiap tenaga kerja dan orang lain yang memasuki tempat kerja senantiasa dalam keadaan yang sehat dan selamat serta sumber-
sumber proses produksi dapat dijalankan secara aman, efisien dan produktif”. Ditinjau dari segi ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah
kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Keselamatan dan Kesehatan Kerja K3 merupakan skala prioritas, karena dalam pelaksanaannya,
selain dilandasi oleh peraturan perundang-undangan tetapi juga dilandasi oleh ilmu-ilmu tertentu, terutama ilmu keteknikan dan ilmu kedokteran. Adapun tujuan
dari keselamatan dan kesehatan kerja menurut Suma’mur 1989 antara lain: a.Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatan dalam melakukan
pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktivitas nasional.
b. Menjamin keselamatan setiap orang yang berada di tempat kerja. c. Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman.
2.2. Defenisi Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja SMK3
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja SMK3 adalah bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur
organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan penerapan, pencapaian,
pengkajian dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja guna
25 terciptanya tempat kerja yang selamat, aman, efisien dan produktif. Permen:
2008. Sedangkan menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor:
05MEN1996 Bab 1 Pasal 1, Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja SMK3 adalah bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang
meliputi struktur organisasi, perencanaan, pelaksanaan, tanggung jawab, prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan penerapan,
pencapaian, dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna
terciptanya tempat kerja yang aman, efisien, dan produktif. Pada dasarnya SMK3 merupakan implementasi ilmu dan fungsi manajemen dalam melakukan
perencanaan, implementasi, maupun evaluasi program K3 di tempat kerja dalam suatu sistem.
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja SMK3 mencakup hal-hal sebagai berikut: struktur organisasi, perencanaan, pelaksanaan, tanggung
jawab, prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan penerapan, pencapaian, dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan
kerja dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien, dan produktif.
Berdasarkan Pasal 4 Permenaker tentang Sistem Manajemen K3, terdapat 5 lima ketentuan yang harus perusahaanpengusaha laksanakan, yaitu:
1. Menetapkan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dan menjamin
komitmen terhadap penerapan Sistem Manajemen K3.
26 2.
Merencanakan pemenuhan kebijakan, tujuan dan sasaran penerapan keselamatan dan kesehatan kerja.
3. Menerapkan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja secara efektif
dengan mengembangkan kemampuan dan mekanisme pendukung yang diperlukan untuk mencapai kebijakan, tujuan dan sasaran keselamatan dan
kesehatan kerja. 4.
Mengukur, memantau dan mengevaluasi kinerja keselamatan dan kesehatan kerja serta melakukan tindakan perbaikan dan pencegahan.
5. Meninjau secara teratur dan meningkatkan pelaksanaan Sistem
Manajemen K3 secara berkesinambungan dengan tujuan meningkatkan kinerja keselamatan dan kesehatan kerja.
2.2.1. Pentingnya Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Terdapat beberapa alasan yang mengungkapkan pentingnya Sistem Manajemen K3 diterapkan dalam suatu perusahaanlaboratorium. Alasan tersebut
dapat dilihat dari aspek manusiawi, ekonomi, UU dan Peraturan, serta nama baik Adrian, dkk, 2009. Berikut adalah argumentasi betapa pentingnya Sistem
Manajemen K3.
1. Alasan Manusiawi. Membiarkan terjadinya kecelakaan kerja, tanpa berusaha melakukan sesuatu untuk memperbaiki keadaan, merupakan
suatu tindakan yang tidak manusiawi. Hal ini dikarenakan kecelakaan yang terjadi tidak hanya menimbulkan penderitaan bagi korbannya
misalnya kematian, cacatluka berat, luka ringan, melainkan juga penderitaan bagi keluarganya. Oleh karena itu pengusaha mempunyai
27 kewajiban untuk melindungi pekerja dengan cara menyediakan lapangan
kerja yang aman.
2. Alasan Ekonomi. Setiap kecelakaan kerja yang terjadi akan menimbulkan
kerugian ekonomi, seperti kerusakan mesin, peralatan, bahan dan bangunan, biaya pengobatan, dan biaya santunan kecelakaan. Oleh karena
itu, dengan melakukan langkah-langkah pencegahan kecelakaan, maka selain dapat mencegah terjadinya cedera pada pekerja, kontraktor juga
dapat menghemat biaya yang harus dikeluarkan.
3. Alasan UU dan Peraturan. UU dan peraturan dikeluarkan oleh pemerintah
atau suatu organisasi bidang keselamatan kerja dengan pertimbangan bahwa masih banyak kecelakaan yang terjadi, makin meningkatnya
pembangunan dengan menggunakan teknologi modern, pekerjaan konstruksi merupakan kompleksitas kerja yang dapat merupakan sumber
terjadinya kecelakaan kerja dan pentingnya arti tenaga kerja di bidang
konstruksi.
4. Nama Baik Institusi. Suatu perusahaan yang mempunyai reputasi yang baik dapat mempengaruhi kemampuannya dalam bersaing dengan
perusahaan lain. Reputasi atau citra perusahaan juga merupakan sumber daya penting terutama bagi industri jasa, termasuk jasa konstruksi, karena
berhubungan dengan kepercayaan dari pemberi tugaspemilik proyek. Prestasi keselamatan kerja perusahaan mendukung reputasi perusahaan itu,
sehingga dapat dikatakan bahwa prestasi keselamatan kerja yang baik akan memberikan keuntungan kepada perusahaan secara tidak langsung.
28 Manfaat penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja bagi
perusahaan menurut Tarwaka 2008 adalah : a.
Pihak manajemen dapat mengetahui kelemahan-kelemahan unsur sistem operasional sebelum timbul gangguan operasional, kecelakaan, insiden
dan kerugian-kerugian lainnya. b.
Dapat diketahui gambaran secara jelas dan lengkap tentang kinerja K3 di perusahaan.
c. Dapat meningkatkan pemenuhan terhadap peraturan perundangan bidang
K3. d.
Dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan kesadaran tentang K3, khususnya bagi karyawan yang terlibat dalam pelaksanaan audit.
e. Dapat meningkatkan produktivitas kerja.
2.2.2. Pendidikan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Tujuan pendidikan keselamatan dan kesehatan kerja adalah mencegah terjadinya kecelakaan. Cara efektif untuk mencegah terjadinya kecelakaan, harus
diambil tindakan yang tepat terhadap tenaga kerja dan perlengkapan, agar tenaga kerja memiliki konsep keselamatan dan kesehatan kerja demi mencegah
terjadinya kecelakaan.
Menurut H. W. Heinrich, penyebab kecelakaan kerja yang sering ditemui adalah perilaku yang tidak aman sebesar 88, kondisi lingkungan yang tidak
aman sebesar 10, atau kedua hal tersebut di atas terjadi secara bersamaan. Oleh karena itu, pelaksanaan diklat keselamatan dan kesehatan tenaga kerja dapat
29 mencegah perilaku yang tidak aman dan memperbaiki kondisi lingkungan yang
tidak aman.
2.3. Prinsip Dasar SMK3 dalam Perundang-undangan
Sesuai dengan Bab III pasal 3 ayat 1, Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor: PER.05MEN1996 tentang penerapan SMK3 diwajibkan yang kepada
perusahaan dengan syarat:
1. Setiap perusahaan yang memperkerjakan tenaga kerja sebanyak 100 orang
atau lebih dan atau mengandung potensi bahaya yang ditimbulkan oleh karakteristik proses atau bahan produksi yang dapat mengakibatkan
kecelakaan kerja seperti peledakan, kebakaran, pencemaran dan penyakit akibat kerja wajib menerapkan Sistem Manajemen K3.
2. Sistem Manajemen K3 sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 wajib
dilaksanakan oleh pengurus, pengusaha dan seluruh tenaga kerja sebagai satu kesatuan.
Keberhasilan penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja SMK3 di tempat kerja dapat diukur menurut Permenaker Nomor:
05MEN1996 sebagai berikut: 1.
Untuk tingkat pencapaian 0-59 dan pelanggaran peraturan perundangan nonconformance dikenai tindakan hukum.
2. Untuk tingkat pencapaian 60-84 diberikan sertifikat dan bendera perak.
3. Untuk tingkat pencapaian 85-100 diberikan sertifikat dan bendera emas.
30 Sedangkan pada undang-undang No.13 tahun 2003 terdapat prinsip dasar
SMK3 yang diatur dalam pasal 87 tentang ketenagakerjaan yang diantaranya berisi:
1. Setiap perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen keselamatan dan
kesehatan kerja yang terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan. 2.
Ketentuan mengenai penerapan sistem manjemen keselamatan dan kesehatan kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 diatur dengan
Peraturan Pemerintah. Setelah peraturan SMK3 dalam undang-undang, maka dikeluarkan
peraturan pelaksanaan dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja PER. 05MEN1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Peraturan pelaksanaan ini ditujukan untuk kegiatan industri yang terdiri dari ayat b, c dan d sebagai berikut:
a Ayat b menyatakan bahwa untuk menjamin keselamatan dan kesehatan
tenaga kerja maupun orang lain yang berada di tempat kerja, serta sumber produksi, proses produksi dan lingkungan kerja dalam keadaan aman,
maka perlu penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
b Ayat c menyatakan bahwa dengan penerapan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja dapat mengantisipasi hambatan teknis dalam era globalisasi perdagangan.
c Ayat d menyatakan bahwa untuk Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja perlu ditetapkan dengan Peraturan Menteri.
31
2.4. AcuanElemen-elemen Penerapan SMK3