40 b
Pemantauan lebih luas terhadap keseuaian dengan sasaran K3 penyedia jasa.
c Pemantauan efektivitas.
d Pemantauan penyakit, insiden termasuk kecelakaan, hampir kena
dan bukti historis. e
Pencatatan data, hasil pemantauan dan pengukuran harus dapat mencukupi kebutuhan untuk analisa tindakan perbaikan dan
pencegahan. 2
Merencanakan memelihara prosedur kalibrasi peralatan.
2.5.3. Evaluasi Kepatuhan
Adapun syarat dalam evaluasi kepatuhan adalah sebagai berikut: a.
Membuat, menerapkan dan memelihara prosedur secara berkala sehingga dapat mengevaluasi kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan.
b. Mengevaluasi kepatuhan terhadap persyaratan lainnya yang diikuti.
c. Penyedia jasa dapat menggabungkan evaluasi ini dengan evaluasi
kepatuhan terhadap peraturan yang mengacu dalam prosedur terpisah.
2.5.4. Penyelidikan Insiden, Ketidaksesuaian, Tindakan Perbaikan Pencegahan
a. Penyelidikan Insiden
Adapun syaratperaturan dalam hal penyelidikan insiden adalah: 1
Penyedia Jasa harus membuat, menerapkan dan memelihara prosedur untuk mencatat, menyelidiki dan menganalisa insiden untuk:
41 a
Identifikasi kebutuhan tindakan dan perbaikan. b
Identifikasi peluang untuk tindakan pencegahan. c
Identifikasi peluang untuk peningkatan berkelanjutan. d
Mengkomunikasikan hasil penyelidikan kepada pemangku kepentingan.
2 Penyelidikan harus tepat waktu.
3 Beberapa identifikasi memerlukan tindakan perbaikan atau peluang
tindakan pencegahan harus sesuai dengan klausul.
b. Ketidaksesuaian, Tindakan Perbaikan dan Pencegahan
Semua hasil temuan dari pelaksanaan pemantauan, audit dan tinjauan ulang SMK3 didokumentasi dan digunakan untuk identifikasi tindakan perbaikan
dan pencegahan serta pihak manajemen menjamin pelaksanaannya secara sistematik dan efektif. Adapun syarat untuk membuat dan memelihara prosedur
untuk menentukan potensi ketidaksesuaian, tindakan perbaikan dan pencegahan ialah:
1 Memperbaiki ketidaksesuaian dan mengambil tindakan untuk mencegah
resiko K3. 2
Menyelidiki ketidaksesuaian, menentukan penyebab dan mengambil keputusan untuk menghindari terjadi kembali.
3 Mengevaluasi tindakan perbaikan dan pencegahan agar tidak terjadi
ketidaksesuaian. 4
Mengkomunikasikan hasil tindakan perbaikan dan pencegahan yang diambil kepada pihak yang berkepentingan.
42 5
Mengakaji ulang keefektifan tindakan perbaikan dan pencegahan yang diambil.
2.5.5. Pengendalian Risiko
Pengendalian resiko merupakan upaya pencegahan terjadinya kecelakaan kerja yang terbagi atas 5 hierarki sebagai berikut:
a Eliminasi, yaitu menghilangkan sumber bahaya di tempa kerja.
b Substitusi, yaitu mengganti bahan dengan proses yang lebih aman.
c Engineering, yaitu melakukan perubahan atau modifikasi terhadap desain
peralatan, proses dan lay out. d
Administrasi, yaitu cara kerja yang aman dengan melakukan pengontrolan dari sistem administrasi. Hierarki ini dapat diterapkan dalam hal pekerjaan
sebagai berikut: •
Pemisahan lokasi kerjapenempatan material. •
Izin kerjaworking permit. e Alat pelindung diri APD yang terdiri dari sabuk pengaman, sarung
tangan, pelindung kepala, pelindung wajah masker dan lain-lain. Kelima hierarki di atas memperlihatkan adanya hierarki cara berfikir yang
harus ditanamkan kepada pelaksana dalam rangka mengendalikan resiko. Pelaksana harus memulai dari butir a eliminasi, kemudian butir b substitusi,
lalu ke butir c engineering, demikan seterusnya sampai butir e. Sebuah kesalahan apabila pelaksana pekerjaan langsung loncat atau melangkah ke butir e
tanpa berfikir terlebih dahulu tentang butir-butir sebelumnya. Pada kasus lain, meskipun pelaksana pekerjaan sudah memulai tahap-tahap sesuai hierarki di atas
43 dikarenakan nilai resiko yang diterima sedimikian besarnya, maka pelaksana
pekerjaan diharuskan untuk tetap sampai pada hierarki terakhir e=alat pelindung diri.
Pengendalian resiko akan direalisasikan ke dalam Program Kerja K3 yang terdiri dari:
a Item program kerja.
b Durasi masing-masing program kerja.
c Waktu dimulainya program kerja.
d Keterkaitan satu program kerja dengan program kerja lainnya.
e Penanggung jawab masing-masing program kerja. BPKSDM, 2009
2.6. Program Kerja K3
Hasil dari IBPR diutamakan dalam penyusunan sasaran dan program K3 konstruksi, yaitu merencanakan kebutuhan fasilitas dan kegiatan K3 yang
diperlukan dalam pelaksanaan proyek konstruksi tersebut. Perlindungan daribahaya kecelakaan harus diprogramkan dengan cara memberi keterampilan
kerja dengan memperhatikan upaya K3 agar terlindung dan mencegah dari resiko bahaya yang mengancam kepada setiap personil yang berada di lokasi proyek
konstruksi sampai pada batas yang dapat diterima. Program K3 harus dibuat tidak terlepas dari program pembelajaran yang harus dilakukan untuk menerapkan K3
dalam melaksanakan pekerjaan proyek konstruksi agar semua pihak yang berkepentingan dalam proyek tersebut memahami kondisi proyek yang beresiko
tinggi. Adapun beberapa bagian dari program kerja Keselamtan dan Kesehatan Kerja K3 adalah sebagai berikut:
44
a Kelengkapan Administrasi K3
Setiap pelaksanaan pekerjaan konstruksi wajib memenuhi kelengkapan administrasi K3, meliputi:
a. Pendaftaran proyek ke departemen tenaga kerja setempat.
b. Pendaftaran dan pembayaran asuransi tenaga kerja Astek.
c. Pendaftaran dan pembayaran asuransi lainnya, bila disyaratkan proyek.
d. Ijin dari kantor kimpraswil tentang penggunaan jalan atau jembatan yang
menuju lokasi untuk lalu lintas alat berat. e.
Keterangan layak pakai untuk alat berat maupun ringan dari instansi yang berwenang memberikan rekomendasi.
f. Pemberitahuan kepada pemerintah atau lingkungan setempat.
b Pelaksanakan Kegiatan K3 di Lapangan
Pelaksanaan kegiatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja K3 di lapangan meliputi:
a. Kegiatan K3 di lapangan berupa pelaksanaan safety plan melalui kerja
sama dengan instansi yang terkait K3 yaitu depnaker, polisi dan rumah sakit.
b. Pengawasan pelaksanaan K3, meliputi kegiatan:
• Safety patrol, yaitu suatu tim K3 yang terdiri dari 2 atau 3 orang
yang melaksanakan patroli untuk mencatat hal-hal yang tidak sesuai ketentuan K3 dan yang memiliki resiko kecelakaan.
• Safety supervisor, yaitu petugas yang ditunjuk manajer proyek
untuk mengadakan pengawasan terhadap pelaksanaan pekerjaan dilihat dari segi K3.
45 •
Safety meeting; yaitu rapat dalam proyek yang membahas hasil laporan safety patrol maupun safety supervisor.
c. Pelaporan dan penanganan kecelakaan berat, ringan, korban meninggal dan peralatan berat. Beesono, 2012
c. Pelatihan K3