Pemetaan Lamun dengan Menggunakan Penginderaan Jauh

Burough 1986 dalam Dewayani 2000, menjelaskan bahwa Sistem Informasi Geografis SIG sebagai suatu perangkat alat untuk mengoreksi, menyimpan, menggali kembali, mentransformasi dan menyajikan data spasial dari aspek-aspek permukaan bumi. Sistem Informasi Geografis tidak hanya data yang berbeda yang dapat diintegrasikan, prosedur yang berbeda juga dapat dipadukan, sehingga memperoleh lebih banyak informasi baru dan dapat dianalisa sesuai dengan parameter yang diinginkan.

2.5. Pemetaan Lamun dengan Menggunakan Penginderaan Jauh

Berkembangnya berbagai jenis sensor dan metode pengolahan data citra saat ini telah meningkatkan penggunaan penginderaan jauh dalam memantau dan memetakan lingkungan pesisir. Asumsi dasar yang digunakan pada pemetaan dengan menggunakan penginderaan jauh adalah setiap energi yang dipantulkan oleh objek berbeda-beda, relatif terhadap besarnya energi yang diterima Lillesand dan Kiefer, 1994. Berbeda dengan daratan, pada perairan energi gelombang elektromagnetik yang dapat menembus perairan hanya energi yang memiliki panjang gelombang yang relatif kecil, dalam konteks penginderaan jarak jauh pasif hanya spektrum sinar tampak 400-700 nm, sedangkan pada spektrum yang lebih tinggi dari sinar tampak 700 nm hampir semua energinya diserap oleh air. Lamun menyerap energi pada panjang gelombang biru sekitar 400 nm dan merah sekitar 700 nm untuk berfotosintesis, serta memantulkan energi pada panjang gelombang hijau sekitar 500 nm hal inilah yang menjadi alasan mengapa lamun berwarna hijau. Berbeda dengan vegetasi yang memiliki pigmen karotenoid seperti makro alga yang menyerap maksimal energi pada panjang gelombang 450 nm Fyfe, 2004. Reflektansi sinar tampak pada vegetasi lamun memiliki karakteristik yang berbeda-beda tergantung dari bentuk morfologi dan juga kerapatan dari padang lamun tersebut. Lamun yang memiliki densitas tinggi 80 gm 2 memiliki karakteristik pantulan yang tinggi jika dibandingkan dengan lamun yang memiliki densitas rendah 80 gm 2 Shepard, 1995 dalam Green, 2000. Selain dilihat dari karakteristik pantulan energinya, juga dilihat dari lokasi terdapatnya lamun yaitu di daerah intertidal dan subtidal bagian atas. Sehingga dapat mengurangi kesalahan dalam pengkelasan. 13

3. METODOLOGI

3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian Komposisi Jenis, Kerapatan, Persen Penutupan dan Luas Penutupan Lamun di Perairan Pulau Panjang Tahun 1990 – 2010 dilakukan dari bulan Maret sampai dengan Juli 2010 dengan waktu pengambilan data lapang pada tanggal 3 – 5 Juli 2010. Lokasi penelitian bertempat di daerah perairan Pulau Panjang, Teluk Banten, Provinsi Banten yang ditampilkan pada Gambar 1. Gambar 1. Peta lokasi penelitian Secara geografis Teluk Banten terletak pada posisi 5 o 55’ – 6 o 5’ LS dan 106 o 5’ – 106 o 15’ BT, terletak sekitar 175 km sebelah barat Jakarta, dengan batas sebelah timur Tanjung Pontang dan muara Sungai Ciujung, bagian barat