6. Uji Akurasi Citra Hasil Klasifikasi

Kehilangan lamun di wilayah timur Pulau Panjang diduga diakibatkan oleh arus dan padatan tersuspensi masukan dari limbah rumah tangga. Wilayah timur Pulau Panjang berhadapan langsung dengan Laut Jawa sehingga rata-rata kecepatan arusnya relatif tinggi. Berdasarkan hasil pengukuran yang dilakukan oleh LIPI 2001 kecepatan arus di wilayah ini berkisar 1,0 cmdet – 35 cmdet pada bulan April dan 1,1 cmdet – 19,4 cmdet pada bulan Oktober sehingga sedimen yang ditemukan pada bulan-bulan ini berupa kerikil, pasir dan pasir lanau. Pengukuran padatan terlarut TSS pada bagian tenggara Pulau Panjang adalah 28 mgL, tingginya nilai padatan terlarut ini diduga merupakan masukan dari limbah rumah tangga dan serasah mangrove. Perairan yang dangkal dan tingginya laju sedimentasi akibat masukan dari darat dan serasah mangrove, menjadikan wilayah ini tersingkap pada saat terjadi air surut rendah.

4. 6. Uji Akurasi Citra Hasil Klasifikasi

Perhitungan akurasi citra hasil klasifikasi dilakukan dengan membuat matriks kontingensi. Matriks ini didapat dengan cara membandingkan antara jumlah pixel hasil klasifikasi unsupervised citra dengan data lapang ground truth. Hasilnya didapatkan nilai akurasi total, sebesar 57 dan akurasi lamun sebesar 60, seperti yang ditampilkan pada Tabel 6. Tabel 6. Hasil Uji Akurasi Peta Klasifikasi Survey Lapang Jumlah Akurasi Lamun Akurasi Total Lamun Substrat Lain Lamun 30 20 50 60 57 Substrat Lain 23 27 50 Jumlah 53 47 100 Hasil dari uji akurasi lamun menggambarkan 60 dari kelas lamun hasil klasifikasi terkelaskan dengan benar di lapangan. Relatif rendahnya nilai akurasi yang didapatkan berhubungan dengan resolusi spasial citra dan tipe GPS yang digunakan pada saat ground truth. Shepard 1995 dalam Green et al. 2000 yang melakukan uji akurasi Citra Landsat TM di Pulau Caicos, Turki mendapatkan nilai akurasi sebesar 59 untuk lamun dan 73 untuk akurasi total. Penelitian lain yang dilakukan oleh Dekker 2005 dalam Yang dan Chaoyu 2009 meneliti perubahan luas lamun di wilayah Australia dari tahun 1988 – 2002 mendapatkan akurasi sebesar 76. Green et al. 2000 menyatakan bahwa citra yang digunakan mempengaruhi besarnya nilai akurasi yang didapatkan, semakin baik resolusi spasial sebuah citra semakin baik nilai akurasi yang bisa didapatkan. Hal lain yang juga dapat mempengaruhi akurasi citra hasil klasifikasi adalah kekeruhaan perairan dan kedalaman ojek. Kedalaman dapat mempengaruhi hasil pengkelasan karena semakin dalam suatu perairan maka semakin banyak energi elektromagnetik yang terserap oleh perairan, salah satu yang mempengaruhi kedalaman perairan adalah pasang surut. Koreksi pasang surut terhadap waktu perekaman citra satelit perlu dilakukan untuk melihat kedalaman perairan. Kedalaman perairan pada saat perekaman data citra Landsat MSS 1990, Landsat TM 2000, dan Landsat +ETM 2005 dan 2010 yang digunakan adalah 0,5 m – 0,9 m Lampiran 4. Kisaran kedalaman tersebut tidak terlalu berpengaruh signifikan, hal ini terlihat dari relatif tinggi dan beragamnya nilai digital pada citra sehingga masih dapat dibedakan ke dalam beberapa kelas. 41

5. KESIMPULAN DAN SARAN